Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI


LABORATPRIUM MIKROBIOLOGI

DOSEN PEMBIMBING
Andi Maya Kesrianti, S.Si. ,M.Kes

DISUSUN OLEH :
JUDMAINNAH
B1D120108

PROGRAM STUDI
DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
TAHUN 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian
secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan
petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam
dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan
peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya
kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai.
Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-
alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor
23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat
kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya.
Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang
sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau
kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya.
Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani
korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Maka keamanan laboratorium merupakan hal yang penting,  sebagai  upaya 
keselamatan dalam  melaksanakan   pemeriksaan / praktikum   di  laboratorium,   
dengan    tujuan melindungi pekerja / praktikan  dan  orang  sekitarnya  dari
resiko  terkena  gangguan kesehatan yang  ditimbulkan  laboratorium. 
Laboratorium Mikrobiologi adalah laboratorium yang kegiatannya berhubungan
dengan mikroorganisme, khususnya mikroorganisme penyebab infeksi.
Ada sebuah kasus yang pernah dialami rekan praktikum kami , waktu itu
dengan tidak sengaja tangannya terkena tumpahan sampel bakteri Salmonella
pada waktu praktikum bakteriologi, lalu dia segera membersihkan tangannya
dengan cara dicuci dengan sabun cuci tangan. Selang beberapa hari dia
didiagnosis menderita penyakit typus.

  
BAB II
PEMBAHASAN
A. Laboratorium Mikrobiologi
Secara lebih umum laboratorium diartikan sebagai suatu tempat
dilakukannya percobaan dan penelitian (Depdikbud, 1994 : 7). Dimana
memiliki makna luas, karena tidak membatasi laboratorium sebagai suatu
ruangan, artinya kebun, lapangan, ruang terbukapun dapat menjadi
laboratorium.
Laboratorium mikrobiologi adalah laboratorium yang didesain
secara khusus untuk keperluan praktikum atau eksperimen  yang
berhubungan dengan mikrobiologi. Mikrobiologi merupakan cabang ilmu
dari biologi yang khusus mempelajari jasad-jasad renik. Mikrobiologi
berasal dari bahasa Yunani (micros;kecil, bios;hidup, dan
logos;pengetahuan. Mahluk-mahluk hidup yang kecil-kecil tersebut
disebut juga dengan mikrooprganisme, mikrobia, mikroba, atau jasad
renik. Di tempat ini disediakan segala alat-alat/instrument dan
reagent/bahan-bahan kimia yang mendukung dalam analisis dan
identifikasi mikroorganisme.

B. Kesehatan dan Keselatan Kerja di Laboratorim Mikrobiologi


1. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu melakukan
praktikum di laboratorium bakteriologi, yaitu:
a. Melindungi petugas/ Praktikan:
 Hindari penyebaran percikan bahan infeksi dari spesimen (mis
: saat penanaman /pembakaran dengan sengkelit.
 Tempatkan spesimen pada wadah yang tahan bocor
 Dekontaminasi permukaan meja dengan dekontaminan yang
sesuai
 Cuci tangan pada saat yang tepat dengan sabun/desinfektan,
jangan menyentuh mulut, hidung dan mata saat bekerja
  Jangan makan/minum/merokok saat bekerja
 Gunakan jas praktikum saat bekerja
 Hindari luka/tertusuk pada saat bekerja (lakukan segala
sesuatu dengan hati-hati)
b. Melakukan sterilisasi yang cukup sebelum mencuci
alat/membuang sisa spesimen
c. Menyediakan tempat tersendiri untuk peralatan yang digunakan
dan telah terkontaminasi dengan bakteri
d. Menyediakan tempat untuk sampah terkontaminasi dan tidak
terkontaminasi
e. Gunakan sarung tangan dengan tepat
2. Tata cara penggunaan alat-alat di laboratorium, yaitu:
a. Cara menggunakan pipet dan alat bantu pipet
 Hindari memipet dengan mulut, gunakan alat bantu,
masukkan sumbat kapas untuk mengurangi kontaminasi.
 Jangan mencampur bahan infeksi dengan menghisap/meniup
pipet
 Jangan mengeluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa
 Gunakan kapas yang telah diberi disinfektan bila ada tetesan
spesimen yang jatuh di meja, kemudian kapas di buang di
tempat khusus untuk diautoclave
 Rendam pipet habis pakai di disinfektan 18-24 jam
b. Cara menggunakan jarum suntik (kecelakaan penggunaan jarum
suntik penyebab umum infeksi yang terjadi di laboratorium dan
fasilitas kesehatan lain)
 Hindari gerakan cepat dan tergesa-gesa saat memegang jarum
suntik
 Gunakan sarung tangan
 Buang kelebihan udara, cairan, gelembung secara vertikal ke
kapas yang telah ada desinfektan
 Jangan membengkokkan atau memindahkan jarum dengan
tangan
 Buang jarum suntik pada tempat khusus sebelum steril
3. Cara pembukaan wadah
Pembukaan wadah botol atau cawan petri dan tabung biakan,
memiliki potensi terinfeksi, karena tak terlihat dapat menimbulkan
aerosol atau kontaminasi pada kulit atau daerah kerja. Pembukaan
wadah di tempat kerja sering dilakukan, bila tidak hati-hati, bahan
terinfeksi yang ada dalam wadah dapat menularkan secara langsung
atau jatuh ke tempat kerja. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan
untuk menghindari resiko terinfeksi adalah sebagai berikut :
 Buka tutup wadah di tempat kerja dengan hati-hati agar isi dalam
wadah tidak terpencar ke luar.
 Gunakan jas lab. dan sarung tangan.
 Hindari aerosol.
 Spesimen yang bocor atau pecah hanya dibuka di dalam Safety
Cabinet.
4. Penerimaan spesimen di Laboratorium
 Laboratorium mempunyai loket khusus penerimaan spesimen. Jika
jumlah spesimen tidak banyak, maka tempat pemeriksaan
spesimen dapat dilakukan pada meja khusus dalam areal
laboratorium.
 Spesimen harus di tempatkan dalam wadah yang tertutup rapat
untuk mencegah tumpahnya/bocornya spesimen.
 Wadah harus dapat didisinfeksi atau diautoklaf.
 Wadah terbuat dari bahan tidak mudah pecah/bocor.
 Wadah diberi label tentang identitas spesimen.
 Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau
plastik yang dapat didisinfeksi atau diautoklaf ulang.
 Baki harus didisinfeksi / diautoklaf secara teratur setiap hari.
 Jika mungkin, wadah diletakkan di atas baki dalam posisi berdiri.
5. Petugas pembawa spesimen dalam Laboratorium
 Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada bagian
depan saat membawa spesimen.
 Membawa spesimen di atas kaki
 Mencuci tangan dengan disinfektan jika terkena
tumpahan/percikan dari spesimen.
 Jika spesimen bocor / tumpah di atas baki, dekontaminasi baki dan
sisa spesimen diautoklaf.
 Lapor pada petugas/panitia keamanan kerja laboratorium jika
terluka saat bekerja.
6. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh
Tindakan di bawah ini dibuat untuk melindungi petugas
laboratrorium terhadap infeksi yang ditularkan melalui darah seperti
Virus hepatitis B, HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan lain-lain.
a. Mengambil, melabel dan membawa spesimen
 Gunakan sarung tangan
 Hanya petugas lab yang boleh melakukan pengambilan darah.
 Setelah pengambilan darah, lepaskan jarum dari sempritnya
dengan alat khusus yang sekaligus merupakan wadah
penyimpanan jarum habis pakai. Pindahkan darah ke dalam
tabung spesimen dengan hari-hati dan tutup rapat mulut
tabung spesimen. Jarum suntik habis pakai sebaiknya dibakar
dalam alat insinerasi. Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia,
jarum suntik dan sempritnya diautoklaf dalam kantong yang
terpisah.
 Tabung spesimen dan formulir permintaan harus diberi label
BAHAYA INFEKSI.
 Masukkan tabung ke dalam kantung plastik untuk dibawa ke
laboratorium. Formulir permintaan dibawa secara terpisah.
b. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel
 Buka tabung spesimen dalam kabinet keamanan biologis
Kelas I dan Kelas II.
 Gunakan sarung tangan
 Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung setelah
dibungkus kain kasa.

c. Kaca dan benda tajam


 Jika mungkin, gunakan alat terbuat dari plastik sebagai
pengganti kaca/gelas. Bahan kaca/gelas dapat dipakai jika
terbuat dari borosilikat.
 Sedapat mungkin, hindari penggunaan alat suntik selain untuk
mengambil darah.
d. Sediaan darah pada kaca objek
 Pegang kaca objek dengan forsep.
e. Peralatan otomatis
 Sebaiknya gunakan alat yang tertutup (enclosed type)
 Cairan yang keluar dari alat/effalut harus dikumpulkan dalam
tabung/wadah tertutup atau dibuang ke dalam sistem
pembuangan limbah.
 Jika memungkinkan, alirkan hipoklorit atau glutaraldehid ke
dalam alat disinfektan hanya pada keadaan tertentu.
f. Melakukan sentrifus
 Gunakan tabung sentrifus yang mempunyai tutup
 Gunakan selongsong/rotor yang dilengkapi penutup.
g. Jaringan
 Fiksasi jaringan dengan formalin. Spesimen berukuran kecil,
seperti dari biopsi jarum, dapat difiksasi dan didekontaminasi
dalam waktu kurang lebih 2 jam, tetapi spesimen berukuran
besar membutuhkan waktu beberapa hari.
 Setelah melakukan potong beku (frozensection), alat
(cryotome) haru didekontaminasi.
7. Kecelakaan di Laboratorium
Di laboratorium mikrobiologi, infeksi bakteri merupakan resiko
yang sering terjadi sebagai penyebab penularan utama pada petugas
pemeriksa laboratorium.
Oleh sebab itu perlu diupayakan tindakan pencegahan dengan
urutan prioritas sebagai berikut :
a. Perlindungan petugas pemeriksa
 Batasi kontaminasi
 Dekontaminasi pegawai
 Dekontaminasi areal yang berhubungan
b. Dekontaminasi kulit
Detergen tidak boleh digunakan, perawatan harus dilakukan
dengan tidak merusak kulit.
c. Dekontaminasi mata
Dilakukan dengan perawatan air untuk mencegah
penyebaran kontaminasi dari satu area ke area lainnya.
d. Dekontaminasi pakaian
Pakaian yang terkontaminasi harus dipindahkan secepatnya
dan diletakkan pada wadah tertentu. Harus dipindahkan dari lokasi
tumpahan sampai kontaminasi dapat termonitor.
e. Dekontaminasi daerah kerja
Daerah yang terkena tumpahan termasuk wadah yang rusak
dengan disinfektan. Diamkan 10 menit. Bersihkan dengan tissue
atau lap dengan menggunakan sarung tangan. Dianjurkan
disinfektan yang digunakan adalah Hypochlorite. Bila terjadi
kecelakaan diruang kerja laboratorium, batasi orang yang masuk
di daerah tersebut sampai dilakukan monitor terhadap kontaminasi
oleh petugas. Kotak peralatan P3K yang lengkap harus tersedia di
laboratorium dan diletakkan di tempat yang diketahui oleh semua
staf laboratorium. Sebaiknya kotak peralatan tersebut disertai
dengan petunjuk lengkap tentang pertolongan pada kecelakaan,
terpotong/tersengat, luka bakar, keracunan, shock/collapse serta
terbaca oleh semua staff.
Cara penangan  limbah di laboratorium mikrobiologi
dilakukan dengan cara disterilisasi. Hampir semua tindakan yang
dilakukan dalam diagnosa mikrobilogi, sterilisasi sangat
diutamakan baik alat-alat yang dipakai maupun medianya. Bila
penanaman spesimen dalam media, petri, ose maupun media yang
digunakan tidak steril, maka sangat tidak mungkin untuk
membedakan apakah kuman yang berhasil diisolasi tersebut
berasal dari penderita atau merupakan hasil kontaminasi dari alat-
alat atau media yang digunakan.
Suatu alat atau bahan dikatakan steril bila alat/bahan
tersebut bebas dari mikroba baik dalam bentuk vegetatif maupun
sopra. Tindakan untuk membebaskan alat atau media dari jasad
renik disebut sterilisasi. Ada beberapa cara sterilisasi, untuk
pemilihannya tergantung dari bahan/alat yang akan disterilkan.
Secara garis besar sterilisasi dapat dibagi sebagai berikut :
pemanasan, filtrasi, penyinaran dengan sinar gelombang pendek,
kimia.
1. Sterilisasi dengan Pemanasan
a. Dengan pemanasan kering
 Pembakaran, Alat yang digunakan adalah lampu
spiritus/bunsen. Pembakaran dapat dilakukan dengan
cara :
- Memijarkan
Pembakaran dengan cara ini hanya cocok
untuk alat-alat logam (ose, pinset, dll), yang
dibiarkan sampai memijar. Dengan cara ini
seluruh mikroorganisme, termasuk spora, dapat
dibasmi.
- Menyalakan
Dapat diartikan suatu pelintasan alat gelas
(ujung pinset, bibir tabung, mulut erlenmeyer,
dll) melalui nyala api. Cara ini merupakan hal
darurat dan tidak memberikan jaminan bahwa
mikroorganisme yang melekat pada alat dengan
pasti terbunuh.
Cara mensterilkan ohse :
Ose disterilkan dengan cara dibakar pada nyala api lampu spiritus
atau lampu gas. Pada waktu memanaskan ose, dimulai dari pangkal kawat
dan setelah terlihat merah berpijar secara pelan-pelan pemansan
dilanjutkan ke ujung ose. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
terloncatnya kuman akibat pemanasan langsung dan terlalu cepat pada
mata ose. Nyala api pada sterilisator mempunyai perbedaan dalam derajat
panas, yang perlu diperhatikan :
- jangan memegang mata ose dengan tangan sebelum ose disterilkan
- jangan meletakkan ose di atas meja, tetapi letakkan pada tempat yang
disediakan setelah disterilkan.
Dengan udara panas (hot air oven)
Cara ini menggunakan udara yang dipanaskan dan kering, serta
berlangsung dalam sterilisator udara panas (oven). Pemanasan dengan
udara panas dugunakan untuk sterilisasi alat-alat laboratorium dari gelas
misalnya : petri, tabung gelas, botol pipet dll, juga untuk bahan-bahan
minyak dan powder misalnya talk. Bahan dari karet, kain, kapas dan kasa
tidak dapat ditserilkan dengan cara ini.
Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan dan
dibungkus dengan kertas tahan panas, kemudian dimasukkan dalam oven
dan dipanaskan pada temperatur antara 150 - 170ºC, selama kurang lebih
90 – 120 menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa di antara bahan
yang disterilisasi harus terdapat jarak yang cukup, untuk menjamin agar
pergerakan udara tidak terhambat.
2. Dengan pemanasan basah
- Dengan merebus
Digunakan untuk mensterilkan alat-alat seperti gunting,
pinset, skalpel, jarum, spuit injeksi dan sebagainya dengan cara
direbus dalam suasana mendidih selama 30-60 menit.
- Dengan uap air panas
Digunakan terutama untuk mensterilkan media-media yang
akan mengalami kerusakan bila dikerjakan dengan sterilisasi uap
air panas dengan tekanan (autoklav) ataupun untuk alat-alat
tertentu. Cara ini dijalankan dengan pemanasan 100ºC selama 1
jam. Perlu diingat bahwa dengan cara ini spora belum dimatikan,
dan ada beberapa media yang tidak tahan pada panas tersebut
(misalnya media Loewenstein, Urea Broth). Media tersebut
disterilkan dengan cara sterilisasi bertingkat ataupun filtrasi. Alat
yang digunakan adalah sterilisator, autoklav, dimana tekanan
dalam autoklav dijaga tetap 1 atmosfer (klep pengatur tekanan
dalam keadaan terbuka).
- Dengan uap air bertekanan (Autoklav)
Dengan cara pengatur tekanan dalam autoklav, maka dapat
dicapai panas yang diinginkan. Cara ini dipakai untuk sterilisasi
media yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Sterilisasi biasanya
dijalankan dengan menggunakan panas 120ºC selama 10 – 70
menit tergantung kebutuhan. Hal yang perlu diperhatikan bila
mengerjakan sterilisasi dengan menggunakan autoklav :
o harus ditunggu selama bekerja
o hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav
(perubahann temperatur dan tekanan secara mendadak dapat
menyebabkan cairan yang disterilkan meletus dan gelas-gelas
dapat pecah).
Pada sterilisasi dengan pemanasan kering, bakteri akan
mengalami proses oksidasi putih telur, sedang dengan sterilisasi
panas basah, akan mengakibatkan terjadinya koagulasi putih telur
bakteri. Dalam keadaan lembab jauh lebih cepat menerima panas
daripada keadaan kering sehingga sterilisasi basah lebih cepat
dibanding oksidasi).
- Pasteurisasi
Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman
beralkohol. Panas yang digunakan 61,7ºC selama 30 menit.

3. Sterilisasi dengan Filtrasi


Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan mengalirkan cairan
atau gas pada saringan berpori kecil sehingga dapat menahan
mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Kegunaan:
 untuk sterilisasi media yang tidak tahan terhadap pemanasan,
misalnya Urea Broth ataupun untuk sterilisasi vaksin, serum, enzim,
vitamin.
 Meminimalkan kuman udara masuk untuk ruangan kerja secara
aseptis
Virus seperti mikroorganisme tanpa dinding sel (mikroplasma)
umumnya tidak dapat ditahan oleh filter.
4. Sterilisasi dengan Penyinaran (radiasi)
Sterilisasi dengan cara ini diperlukan jika sterilisasi panas maupun
dinding tidak dapat dilakukan. Beberapa macam radiasi mengakibatkan
letal terhadap sel-sel jasad renik dan mikroorganisme lain. Jenis radiasi
termasuk bagian dari spkterum elektromagnetik, misalnya : sinar
ultraviolet, sinar gamma, sinar x dan juga sinar katoda elektro kecepatan
tinggi. Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang 15-390 nm.
Lampu sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 260 – 270 nm,
dimana sinar dengan panjang gelombang sekitar 265 nm mempunyai
daya bakterisid yang tinggi. Lampu ultraviolet digunakan untuk
mensterilkan ruangan, misalnya di kamar bedah, ruang pengisian obat
dalam ampul dan flakon di industri farmasi, juga bisa digunakan
diperusahaan makanan untuk mencegah pencemaran permukaan.
Sinar x mempunyai daya penetrasi lebih besar dibanding dengan
sinar ultraviolet. Sinar gamma mempunyai daya penetrasi lebih besar
dibandingkan dengan sinar x dan digunakan untuk mensterilkan material
yang tebal, misalnya bungkusan alat-alat kedokteran atau paket
makanan. Sinar katoda biasa dipakai menghapus hama pada suhu kamar
terhadap barang-barang yang telah dibungkus.
5.  Cara Kimia (Khemis)
Merupakan cara sterilisasi dengan bahan kimia. Beberapa istilah
yang perlu difahami:
Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat membunuh sel-sel
vegetatif dan jasad renik. Biasanya digunakan untuk obyek yang tidak
hidup, karena akan merusak jaringan. Prosesnya disebut desinfeksi.
 Antiseptik adalah suatu bahan atau zat yang dapat mencegah,
melawan maupun membunuh pertumbuhan dan kegiatan jasat renik.
Biasanya digunakan untuk tubuh. Prosesnya disebut antiseptis.
 Biosidal adalah suatu zat yang aksinya dipakai unhtuk membunuh
mikroorganisme, misal : bakterisid, virosid, sporosid.
 Biostatik adalah zat yang aksinya untuk mencegah/menghambat
pertumbuhan organisme, misal : bakteriostatik, fungistatik.
 Ada beberapa zat yang bersifat anti mikroba.
 Fenol dan derivatnya
Zat kimia ini bekerja dengan cara mempresipitasikan protein secara
aktif atau merusak selaput sel dengan penurunan tegangan permukaan.
Fenol cepat bekerja sebagai desinfektan maupun antiseptik tergantung
konsentrasinya. Daya antimikroba fenol akan berkurang pada suasana
alkali, suhu rendah, dan adanya sabun.
 Alkohol
Alkohol beraksi dengan mendenaturasi protein dengan jalan
dehidrasi dan melarutkan lemak sehingga membran sel rusak dan enzim-
enzim akan diinaktifkan oleh alkohol. Etil alkohol (etanol) 50-70%
mempunyai sifat bakterisid untuk bentuk vegetatif. Metanol daya
bakterisidnya kurang dibandingkan etanol, dan beracun terhadap mata.
 Halogen beserta gugusannya
Halogen beserta gugusannya ini mematikan mikroorganisme
dengan cara mengoksidadi protein sehingga merusak membran dan
menginaktifkan enzim-enzim. Misalnya :
 Yodium dipakai untuk mendesinfeksi kulit sebelum dilakukan
pembedahan
 Hipoklorit digunakan untuk sanitasi alat-alat rumah tangga. Yang
umum dipakai adalah kalsium dipoklorit dan sodium hipoklorit.
 Logam berat dan gugusannya
Logam berat dapat memprestasikan enzim-enzim atau protein
esensial lain dalam sel sehingga dapat berfungsi sebagai anti mikroba.
Contoh :
 Merkurokrom, merthiolat sebagai antiseptik.
 Perak nitrat sebagai tetes mata guna mencegah penyakit mata pada
bayi (Neonatol gonococcal ophthalmitic).
 Deterjen
Dengan gugus hipofilik dan hidrofilik, deterjen akan merusak
membran sitoplasma.
 Aldehid
Aldehid mendesinfeksi dengan cara mendenaturasi protein. Contoh
: formalin (formaldehid)
 Gas sterilisator
Digunakan untuk bahan/alat yang tidak dapat disterilkan dengan
panas tinggi atau dengan zat kimia cair. Pada proses ini material
disterilkan dengan gas pada suhu kamar. Gas yang dipakai adalah ethilen
oksida.
Kebaikannya   : ethilen oksida mempunyai daya sterilisasi yang
besar dan daya penetrasinya besar
Kejelekannya  : ethilen oksida bersifat toksis dan mudah meledak.
C. Tujuan dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja(K3) adalah:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di
semua lapangan pekerjaan ke tingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik,
mental maupun kesehatan sosial.
2. Mencegah  timbulnya  gangguan  kesehatan  masyarakat  pekerja  yang 
diakibatkan  oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan  perlindungan  bagi  pekerja  dalam  pekerjaannya  dari 
kemungkinan  bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Berikut ini adalah langkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO 2005 yakni 7
langkah yang di kembangkan menjadi 10 langkah:
1. Basuh tangan dengan air mengalir
2. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan
3. Gosok punggung tangan dan sela – sela jari tangan kiri dan tangan kanan,
begitu pula sebaliknya.
4. Gosok kedua telapak dan sela – sela jari tangan
5. Jari – jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
7. Gosokkan dengan memutar ujung jari – jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya
8. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
9. Bilas kedua tangan dengan air.
10. Keringkan dengan lap tangan atau tissue
11. Jangan lupa menutup kran dengan tangan di alasi tissue atau lap
tangan.Nah sekarang tangan anda sudah bersih dan aman.
Catatan ; Bila tidak ada wastafel atau kran air, kita bisa menggunakan air
yang di tuangkan dengan gayung. Idealnya memang menggunakan sabun cair,
tetapi bisa digunakan sabun batangan.

BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas maka dapat dikatakan bahwa kesehatan dan


keselamatan kerja harus diterapkan di laboratorium bakteriologi. Mengingat
bahaya yang dapat ditimbulkan seseorang yang bekerja di laboratorium
bakterologi harus mengenakan alat pelindung diri yang lengkap untuk
meminimalkan terjadinya infeksi noksokomial. Seorang yang bekerja di
laboratorium bakteriologi harus bisa menangani limbah yang ada di laboratorium
bakteriologi dengan benar, sehingga tidak mencemari lingkungan ataupun
membahayakan kesehatan manusia. Dengan kata lain setiap orang harus dapat
menjaga kesehatan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai