EX-D
DAFTAR GAMBAR
Natrium
Gambar 2.4 Kurva Levey Jennings dari Nilai Bahan Kontrol Untuk Pemeriksaan
Kalium
Gambar 2.5 Kurva Levey Jennings dari Nilai Bahan Kontrol Untuk Pemeriksaan
Calsium
Gambar 3.1 Bagian-Bagian Alat Pengukur Kadar Elektrolit dengan Metode Flame
Emision Spectrophotometry
Gambar 3.2 Bagian-Bagian Alat Pengukur Kadar Elektrolit dengan Metode ISE
Potensiometer
ii
iii
BAB II
A. Ilustrasi Prosedur
Instalasi laboratorium yang berada di Rumah Sakit Umum Daerah
Karanganyar memberikan berbagaimacam pelayanan pemeriksaan, salah
satunya pemeriksaan kimia darah. Pemeriksaan kimia darah meliputi :
pemeriksaan glukosa darah puasa, glukosa darah sewaktu, glukosa darah 2
jam Post Prandial, protein total, kolesterol total, High Density Lipoprotein
(HDL), Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida, albumin, globulin,
bilirubin direk, bilirubin indirek, bilirubin total, Serum
GlutamicOxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum GlutamicPyruvic
Transaminase (SGPT), ureum, kreatinin, asam urat dan elektrolit.
Elektrolit adalah senyawa didalam larutan yang terpisah menjadi
partikel yang bermuatan (ion) positif dan negatif, ion bermuatan positif
disebut kation dan ion bermuatan negatif disebut anion. Keseimbangan
keduanya disebut elektronetralitas, dalam keadaan normal kadar kation
dan anion ini sama besar sehingga potensi listrik cairan tubuh bersifat
netral (Yaswir & Ira, 2012).
9
cepat. Pemeriksaan Kalium dilakukan dengan Metode ISE menggunakan
sampel serum untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan elektrolit
dalam tubuh.
B. Uraian Prosedur
10
heparin, Lithium heparin. Heparin merupakan antikoagulan yang
normal dalam tubuh. Plasma dengan antikoagulan heparin sering kali
digunakan untuk beberapa tes kimia seperti elektrolit, namun di
laboratorium, heparin jarang digunakan dalam pemeriksaan-
pemeriksaan di laboratorium karena mahal harganya. Jenis heparin
yang paling banyak digunakan adalah Lithium heparin karena
antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion
dalam darah. Jangan menggunakan antikoagulan EDTA (Ethylene
diaminete traacetic acid) karena tabung EDTA mengandung kalium yg
bisa menyebabkan tinggi palsu.
c. Penanganan sampel
Setelah darah diambil segera diperiksa, selanjutnya melakukan
pemusingan terhadap darah yang akan diperiksa dengan kecepatan
pemusingan adalah 5000rpm selama 15 menit. Pisahkan serum dari sel
darah, kemudian pipet 150-500 uL sampel/serum (bebas dari
gelembung) masukan pada cup sample.
d. Persiapan Alat
11
6) Alat JOKOH EX-D akan melakukan auto calibration, pastikan
kalibrasi berjalan dengan baik
7) Setelah kalibrasi berjalan dengan baik, alat JOKOH EX-D akan
meminta dilakukan pencucian
e. PencucianAlat
Pencucian dilakukan sehari dua kali yaitu sebelum dan sesudah
pemakaian alat.
1) Pada cup sampel encerkan “Cleaning Solution ForElectrolyte” 5x
(4 tetes cleaner + 400uL aquades)
2) Naikkan Nozzle lever (jarum aspirasi),
3) Pada menu utama , arahkan kursor ke no 3. Flush lalutekan IN,
4) Pilih 1.everyday, tekan IN,akan muncul pesan *wash everyday* 5
time diluted w.sol
5) Masukkan cup cleaner pada Nozzel (jarum aspirasi) lalu tekan IN.
Proses cleaning dimulai
6) Setelah selesai proses cleaning, alat akan melakukan, wash
calibration dan kembali ke menu utama.
f. Quality Control Electrolyte Analyzer “JOKOH EX-D”
Dilakukan control sebelum dilakukan pemriksaan. Control pada
Electrolyte Analyzer “JOKOH EX-D” ada 3 macam, yaitu :
1. Control rendah
2. Control tinggi
3. Control normal
12
Setelah dilakukan control maka dianalisis hasil control tersebut. Dilakukan
evaluasi jika terdapat hasil Control rendah atau tinggi dengan cara mengulangi
kalibrasi. Hasil dari Quality Control Lot 23843 ED 03 2020:
1. Na : 134 – 151
2. K : 4,02 – 4,82
3. Cl : 104 – 125
2. Faktor analitik
Pada dasarnya prinsip pengukuran alat yang menggunakan metode ISE
untuk menghitung kadar ion sampel dengan membandingkan kadar ion yang
tidak diketahui nilainya dengan kadar ion yang diketahui nilainya. Membran
ion selektif pada alat mengalami reaksi dengan elektrolit sampel, akan
memisahkan dua larutan yang berbeda nilainya. Membran selektif ion sebagai
elemen pengenal (sensor) merupakan penukar ion, bereaksi terhadap perubahan
listrik ion sehingga menyebabkan perubahan potensial membran. Perubahan
potensial membran ini diukur, dihitung menggunakan persamaan Nerst,
hasilnya kemudian dihubungkan dengan amplifier dan ditampilkan oleh alat
(Yaswir dan Ira , 2012). Prosedur pemeriksaan kalium dengan metode ISE
menggunakan alat Electrolyte Analyze “JOKOH EX-D” di instalasi
laboratorium RSUD Karanganyar adalah sebagaiberikut:
a. Pengerjaan Sampel Rutin :
1) Naikan Nozzle lever,
2) Angkat penutup sampel loader,
3) Masukan bahan pemeriksaan (serum) pada cup sample (volume
>150 uL),
4) Letakkan cup sample yang telah berisi serum pada sample loader,
5) Turunkan posisi Nozzle lever,
6) Pada menu utama JOKOH EX-D pilih no 1.SET ID/MEAS.
Kemudian isikan IDsampel, ENTER (pengisian no ID sampel
berdasarkan letak cup sample / no cup pada sample loader),
7) Setelah no ID diisikan tekan ESC untuk kembali kemenu awal,
8) Tekan MEAS,
13
9) Alat melakukan pemeriksaan (lampu indikator menyala hijau),
10) Hasil pemeriksaan akan terprint secara otomatis jika pemeriksaan
telah selesai,
11) Ulangi prosedur di atas untuk melakukan pemeriksaan sampel
selanjutnya
b. Pengerjaan Sampel Cito
Metode pemeriksaan ini digunakan untuk sampel cito dan juga
digunakan untuk singlerun (satu persatu) sampel cup :
1. Masukan bahan pemeriksaan pada cup sample (volume >150 ul),
2. Tekan tombol INT (lampu indikator bewarna merah),
3. Naikan Nozzle lever,
4. Pada layar akan muncul pesan dan nozzle lever akan keluar,
5. Masukkan probe sampel ke dalam cup sample yangtelah berisi
serum,
6. Isikan ID kemudian tekan tombol MEAS,
7. Alat melakukan pemeriksaan (lampu indikator akannyala hijau),
8. Hasil pemeriksaan akan muncul secara otomatis jika pemeriksaan
telah selesai
3. Faktor post analitik
Faktor post analitik merupakan tahap akhir dari pemeriksaan mulai
dari mencatat hasil pemeriksaan, melakukan validasi hasil, memberikan
interpretasi hasil sampai pengeluaran hasil dan pelaporan. Melaporkan
hasil dari pemeriksaan harus sesuai hasil yang keluar dari alat tanpa ada
rekayasa dan apabila ada kejanggalan dengan hasil yang didapatkan
bisa dilakukan pemeriksaan ulang.
14
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan elektrolit terbagi dalam faktor
keseimbangan tubuh dan elektrolit, faktor pra-analitik, analitik dan pasca analitik.
1. Persiapan pasien
2. Pengambilan sampel
hasil yang tidak akurat. Nilai kalium dapat meningkat apabila pasien
15
memindahkan variasi intr individu. Pengambilan sampel darah vena
3. Penundaan sampel
pengerutan sel darah merah sehingga serum terperas keluar proses ini
16
1) Wadah penampung
gelas dan di pastikan tidak bocor dan rembes. Ukuran wadah sesuai
tutup berulir, bersih, dan kering. Sehingga tidak ada pengaruh sifat
deterjen.
B. Faktor Analitik
penting, keadaan fisik reagen perlu diamati terlebih dahulu mengenai kemasan
reagen yang baik didalam lemari pendingin (2-8°C) atau sesuai dengan
anjuran dari petunjuk tertulis yang ada pada kemasan atau didalam kit reagen
Tegal, 2012).
17
C. Faktor Pasca Analitik
rangkaian pemeriksan akan menjadi tidak memiliki arti sama sekali apabila
percepatan dan pelaporan hasil tidak sesuai dengan hasil merupakan sebuah
yang diperiksa (Depkes RI, 2008). Spesimen serum jika ditunda 150 menit
pengerutan sel darah merah sehingga serum terperas keluar pada proses ini
akan mengubah kadar elektrolit darah (Na, K, Cl) dapat berdampak pada hasil
yang tidak akurat. Penanganan sampel secara cepat dan tepat dapat
memberikan hasil yang tepat, akurat dan dapat mengurangi resiko hemolisis.
lainnya jauh lebih baik untuk diperiksa dan lebih tahan lama apabila disimpan
(Riskawati, 2011).
D. Quality Control
tujuan untuk memastikan bahwa sistem mutu berjalan dengan benar serta
18
Laboratorium dapat menentukan jumlah, jenis, dan frekuensi
perubahan yang terjadi pada alat, reagen, kalibrator, dan prosedur kerja.
Hasil QC Natrium
124.3
123.3
122.3
121.3
120.3
119.3
118.3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Gambar 2.3 Kurva Levey Jennings dari Nilai Bahan Kontrol Untuk
Pemeriksaan Natrium
19
Pada grafik hasil QC Natrium diatas, menunjukkan bahwa hasil
grafik kontrol terdapat aturan 22s dimana pada aturan ini mendeteksi
nilai kontrol pada satu level berturut-turut diluar batas 2SD, yaitu pada
Hasil QC Kalium
3.9
3.85
3.8
3.75
3.7
3.65
3.6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Gambar 2.4 Kurva Levey Jennings dari Nilai Bahan Kontrol Untuk
Pemeriksaan Kalium
grafik kontrol terdapat aturan 22s dan aturan 41s dimana terdapat empat
nilai kontrol pada satu level berturut-turut diluar batas 2SD. Dan terdapat
empat nilai kontrol yang berturut-turut keluar dari batas 1SD yang sama.
20
Hasil QC Calsium
92.9
92.4
91.9
91.4
90.9
90.4
89.9
89.4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Gambar 2.5 Kurva Levey Jennings dari Nilai Bahan Kontrol Untuk
Pemeriksaan Calsium
grafik kontrol terdapat aturan 41s dimana terdapat tiga nilai kontrol yang
berikut: (1) Instrumen yang tidak stabil; (2) Variasi suhu; (3) Variasi
21
pencampuran dan waktu inkubasi; dan (5) Variasi operator / analis.
pemeriksaan selalu lebih besar atau selalu lebih kecil dari nilai seharusnya.
Blangko sampel dan blangko reagen kurang tepat (kurva kalibrasi tidak
liniear); (3) Mutu reagen kalibrasi kurang baik; (4) Alat bantu (pipet) yang
kurang akurat; (5) Panjang gelombang yang dipakai; dan (6) Salah cara.
1. Akurasi ( Ketepatan )
22
dalam satuan persen. Semakin kecil bias, semakin tinggi akurasi
2. Presisi ( Ketelitian )
pemeriksaan.
yang berulang-ulang pada suatu zat dari bahan yang sama. Sinonim
(Musyaffa, 2010).
23
Dapat memberikan jaminan bahwa hasil pemeriksaan
laboratorium itu tepat dan teliti maka perlu dilakukan suatu upaya
3. Grafik Levey-Jennings
satu kutub, selalu lebih tinggi atau selalu lebih rendah. Terdapat dua 20
dibuat grafik yang disebut dengan grafik kontrol. Grafik kontrol yang
24
Gambar 2.7 Contoh Grafik Levey-Jennings
tersebut dapat digunakan pada penggunaan satu level kontrol, dua level
1) Aturan12s
2) Aturan 13s
25
3) Aturan 22s
4) Aturan R4s
5) Aturan 41s
1SD yang sama (selalu keluar dari +1SD atau -1SD). Kita
6) Aturan 10X
berada pada satu sisi yang sama terhadap rerata. Aturan ini
26
7) Aturan 2of32s
8) Aturan 31s
pelayanan pasien.
9) Aturan 6X
normal
27
A. Validasi
1. Pengertian
pemeriksaan.
2. Tahapan Validasi
1) Variabel fisiologis
Variabel Fisiologis :
b) Jenis kelamin
28
c) Puasa
spesimen
b) Labeling
torniquet
f) Efek diurnal
g) Olahraga
i) Terapi
1) Kondisi Alat
2) Kalibrasi Alat
3) Kalibrasi Pemeriksaan
4) Hasil kontrol
29
d) Adanya trend/kecenderungan hasil kontrol
kondisi klinis pasien. Pada tahap ini selain dilakukan validasi oleh
pengulangan
30
i) Hasil yang tidak berkorelasi dengan test pendukung
lainnya
contamination
prosedur manual
(linieritas) instrument
memerlukan titer
31
b) Hasil yang meragukan
klinis
jarang dilakukan.
32
Adanya ketidaksesuaian hasil dengan kondisi
klinis
33
BAB III
ANALISIS PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada didalam larutan.
Ion dibagi menjadi dua yaitu ion anion yang bermuatan negatif dan ion
nilai kadar anion dan kation seimbang, sehingga serum bersifat netral.
Cairan ektrasel kation utama Na+ dan anion utama Cl- dan HCO3-,
sedangkan pada cairan intrasel kation utama K+, karena sebagian besar
(Siregar P, 2010).
1. Deskripsi Alat
34
35
a. Usia
berikut.
10 tahun 20 kg 2000-2500
14 tahun 45 kg 2200-2700
Dewasa 54 kg 2200-2700
b. Keadaan lingkungan
c. Aktivitas
2. Prinsip Kerja
1) Natrium (Na)
lebih tinggi setiap hari (2-3 mEq/kg berat badan per hari).
bakar.
Intersisial intraseluler
K+ (mmol/L) 4 4 155
2) Kalium (K)
(Fischbach, 2009).
ginjal.
3) Klorida (Cl)
3. Metode Pemeriksaan
sebagai berikut:
(Kristianingrum, 2004).
macam yaitu ISE direk dan ISE indirek. ISE direk memeriksa
diencerkan.
ion yang tidak diketahui nilainya dengan kadar ion yang diketahui
2006).
46
B. Analisis SWOT
1. Strenght (Kekuatan)
2. Weakness (Kelemahan)
3. Opportunity (Peluang)
4. Threat (Ancaman)
C. PEMBAHASAN
Pemeriksaan Elektrolit yang dilakukan di RSUD Karanganyar
menggunakan alat Electrolyte Analyzer JOKOH EX-D meliputi
natrium (Na+ ), kalium (K+), dan klorida (Cl-), menggunakan sampel
serum. Pemeriksaan elektrolit tidak ada persiapan secara khusus pada
pasien, hanya saja sampel darah yang digunakan tidak boleh ada
gelembung dan lisis. Alat ini hanya membutuhkan sampel sebanyak
150 uL. Alat JOKOH EX-D akan melakukan autocalibration, Setelah
kalibrasi berjalan dengan baik, alat akan meminta dilakukan
pencucian. Pencucian dilakukan seharidua kali yaitu sebelum
dansesudah pemakaian alat.
Nilai rujukan kalium serum pada:
1. Serum bayi : 3,6-5,8 mmol/L
2. Serum anak : 3,5-5,5 mmo/L
3. Serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L
4. Urine anak : 17-57 mmol/24 jam
5. Urine dewasa : 40-80 mmol/24 jam
6. Cairan lambung : 10 mmol/L
Prinsip dasar pengukuran alat menggunakan metode ISE
pengukurannya adalah interaksi pergerakan ion-ion bebas dalam
sampel. Setiap elektroda mempunyai membran ion selektif. Dimana
elektroda referense mempunyai konsentrasi larutan yang diketahui
nilainya dan stabil. Sedangkan elektroda indikator mempunyai
konsentrasi larutan yang tidak diketahui nilainya. Membran ion
selektif akan memisahkan sampel yang tidak diketahui konsentrasinya
dengan larutan elektroda yang diketahui konsentrasi larutannya. Bila
suatu membran tipis memisahkan dualarutan yang berbeda aktivitas
ionnya, maka akan terjadi perbedaan potensial antara kedua sisi
membran. Potensial yang terjadi akan diteruskan ke amplifier. Proses
selanjutnya, elektroda reference (acuan) dihubungkan dengan ground.
Hasil potensial masing-masing elektroda diketahui dan dihitung
51
PENUTUP
1. Simpulan
benar agar tidak terjadi kerusakan sampel seperti hemolisis, karena dalam
52
53
yang baik untuk penentuan elektrolit. Pastikan saat pertama kali alat
Assa, Y.A & Tiho, M. 2015. Kadar Kalium Serum Pada Latihan Fisik
Ratulangi, Manado
2013
3. 3. 711-715.
54
Wirawan, R. (2012) „Faal pankreas‟. Jakarta: Bio Medika.
55