Anda di halaman 1dari 20

PEMERIKSAAN PROTEIN

1. Pemeriksaan Kadar Protein Total

 Tujuan:
1. Untuk membedakan antara kadar albumin dan globulin
2. Untuk memantau kadar protein
3. Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan terpilih yang berhubungan dengan
deficit protein.
 Pra analitik:
1) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
1. Sentrifuge
2. Tabung sentrifuge
3. Tabung serologi
4. Fotometer
5. Mikropipet 20L dan 1000L
6. Tip kuning dan biru
7. Parafilm
8. Tissue
Bahan yang digunakan:
1. Sampel (serum) atau plasma (EDTA/Heparin)
2. Pereaksi Biuret
2) Persiapan Pasien
 Tidak perlu persiapan khusus

 Hindari zat – zat yang ada hubungannya dengan peningkatan total protein
serum invivo.
 Tidak terdapat pembatasan asupan makanan ataupun minuman.

 Makanan tinggi lemak harus dihindari selama 24 jam sebelum uji dilakukan.
3) Persiapan Sampel
 Hindari hemolisis dan penggunaan tourniquet yang lama.

 Kumpulkan 3 ml darah vena dalam tabung bertutup merah.


 Identitas benar sesuai dengan data pasien

 Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.

 Diamkan tabung selama 30 menit dalam suhu kamar

 Centrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rp

 Serum/plasma yang terbentuk dimasukkan ke dalam disposible cup atau


ependorp kemudian diberi label nama pasien
 Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu
-20ºC, -70ºC atau -120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.
Metode : Biuret
Prinsip : Ikatan peptide dalam senyawa basa akan membentuk senyawa kompleks
yang berwarna ungu dengan adanya pereaksi biuret, intensitas warna yang terjadi
setara dengan kadar protein total dalam sampel dan diukur dengan menggunakan
fotometer pada panjang gelombang 546nm.

 Analitik

Cara Kerja :
Blanko Standar Sampel
Standar - 20 uL -
Serum 20 uL
Larutan Kerja 1.000 uL 1.000 uL 1.000 uL
Campur sampai homogen. Inkubasi selama 10 menit pada suhu 20-
25oC.
Ukur absorban standard an sampel terhadap blanko pada panjang
gelombang 546nm.

Prosedur:
1. Disiapkan 3 buah tabung reaksi seukuran 5 ml, masing-masing diberi label
untuk reagen Blanko (RB), Reagen Standard (STD) dan Sampel (SPL) berupa
serum darah.
2. Tabung RB diberi 1.000 μl Reagen biuret.
3. Tabung STD diberi 20μl Reagen Standard Protein dan ditambah dengan 1.000μl
Reagen Biuret, dicampur supaya homogen.
4. Tabung SPL diberi 20μl Sampel (serum) dan 1.000μl Reagen Biuret , dicampur
supaya homogen.
5. Selanjutnya masing-masing diinkubasi selama 10 menit pada temperature kamar.
6. Diukur absorbs (∆A) dari STD dan SPL terhadap RB dengan fotometer dengan
panjang gelombang 546 nm.
7. Batas linearitas alat adalah 12 g/dl. Apabila didapatkan diatas angka tersebut,
serum harus diencerkan dengan NaCl 1+1, hasil dikalikan 2.
 Pasca analitik
Membaca nilai absorbansi dari fotometer dan hitung kadar proteinnya
Rumus : Kadar Protein = Absorban sampel X Konsentrasi standar
Absorban standar
Nilai Rujukan
Dewasa : 6.0 -8.7 g/dl Bayi : 6.0 -6.7 g/dl
Anak perematur : 4.2 – 7.6 g/dl Anak : 6.2 – 8.0 g/dl
Bayi baru lahir : 4.6 – 7.4 g/dl

PEMERIKSAAN KADAR ALBUMIN (SERUM)

 Tujuan
Untuk mendeteksi kekurangan albumin
 Pra analitik:
a. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan: Bahan yang digunakan:

1. Sentrifuge, Tabung sentrifuge 1. Sampel (serum) atau plasma


2. Tabung serologi (EDTA/Heparin)
3. Fotometer 2. Pereaksi BCG
4. Mikropipet 10L dan
1000L
5. Tip kuning dan biru
6. Parafilm, Tissue
b. Persiapan Pasien
 Tidak perlu persiapan khusus

 Hindari obat-obat yang dapat mempengaruhi kadar albumin serum


invivo , kadarnya meningkat pada infus albumin.
 Tidak ada pembatasan makanan atau minuman.

 Obat tertentu dapat menyebabkan hasil negatif dan positif palsu


(lihat pengaruh obat)
c. Persiapan sampel
 Hindari hemolisis dan penggunaan tourniquet yang lama karena akan
menyebabkan hasil peningkatan palsu.
 Tampung 3-5 ml dara vena dalam tabung bertutup merah.

Metode : Brom Cresol Green (BCG)


Prinsip : Albumin dengan BCG pada suasana pH 4,2 dari buffer sitrat akan
membentuk kompleks warna Hijau-Biru. Intensitas warna yang terbentuk
sebanding dengan konsentrasi Albumin dalam sampel, yang diukur pada fotometer
dengan panjang gelombang 578nm.

 Analitik

Blanko Standar Sampel


Standar - 10L -
Serum 10L
Larutan Kerja 1.000L 1.000L 1.000L
Campur sampai homogen.
Inkubasi selama 3 menit pada suhu 20-25oC.
Ukur absorban standar & sampel terhadap blanko dengan menggunkan
program absorban atau ukur kadar albumin dengan program C/ST pada
fotometer dengan panjang gelombang 640nm.

Prosedur:
1. Disiapkan 3 buah tabung reaksi seukuran 5 ml, masing-masing diberi label
untuk reagen Blanko (RB), Reagen Standard (STD) dan Sampel (SPL) berupa
serum darah.
2. Tabung RB diberi 1.000μl Reagen biuret.
3. Tabung STD diberi 20μl Reagen Standard Protein dan ditambah dengan 1.000μl
Reagen Biuret, dicampur supaya homogen.
4. Tabung SPL diberi 20μl Sampel (serum) dan 1.000μl Reagen Biuret , dicampur
supaya homogen.
5. Selanjutnya masing-masing diinkubasi selama 10 menit pada temperature kamar.
6. Diukur absorbs (∆A) dari STD dan SPL terhadap RB dengan fotometer dengan
panjang gelombang 640 nm.

 Pasca analitik
Membaca nilai absorbansi dari fotometer dan hitung kadar albumin
Rumus : Kadar Albumin = Absorban sampel X Konsentrasi standar
Absorban standar
Nilai rujukan
Dewasa : 3.5 - 5.0 g/dl Bayi : 4.4 - 5.4 g/dl
Anak : 4.0 - 5.8 g/dl Neonatus : 2.9 - 5.4 g/dl

C. PEMERIKSAAN KADAR GLOBULIN SERUM


Prinsip:
Kadar globulin didapat dari selisih antara kadar protein total serum dengan kadar
albumin serum tersebut. Sedangkan nilai ratio albumin dengan globulin didapapt dari
perbandingan kadar albumin terhadap globulin serum tersebut.

Rumus:
Kadar globulin = Kadar protein- Kadar Albumin
Ratio = Albumin : Globulin

Interprestasi hasil
Nilai rujukan :
- Nilai normal : 2 – 3,5 g/dl
- Ratio A/G :>1g/dl
Hal-hal yang harus diperhatikan :
- Diet tinggi lemak sebelum dilakukan pemeriksaan
- Sampel darah hemolysis
- Pemipetan yang tidak tepat

Reagen
larutan Hayem (HCL);
a. Na2SO4
b. NaCI
c. HgC12
d. Aquadest
Persiapan reagen
Reagen dan standar sudah siap pakai. Tempatkan botol pada tray reagen
Specimen
Penggunaan sample serum dalam pemeriksaan, harus dilakukan pemisahan serum dari
bekuan darah paling lambat dalam waktu 2 jam setelah pengambilan sample karena
dalam waktu 2 jam kandungan zat di dalam sample masih stabil dan untuk mencegah
kesalahan hasil pemeriksaan.
Stabilitas reagen dan specimen
Sampel yang telah diambil haruslah segera diperiksa karena stabilitas sampel yang
dapat berubah Kekalan tertentu yang menyebabkan terjadinya penundaan pemeriksaan
sampel, diperlukan penyimpanan sampel yang tepat untuk menjaga stabilitas.
Penyimpanan sampel terdapat beberapa cara yaitu:
a. Sampel disimpan dalam suhu kamar
b. Sampel disimpan dalam sulai 2 -8 °C(7 hari) 15 - 25 oC( 24 jam)
c. Sampel dibekukan pada suhu 20°C, -70 atau -120 oC dan tidak boleh dibekukan
ulang
d. Sampel ditambah bahan pengawet
e. Penyimpanan sampel darah sebaiknya dalam bentuk serum
Reagen bertahan sampai batas kadaluwarsa, jika disimpan pada suhu 2-25 derajat
Celsius. Setelah dibuka. hindari kontaminasi
Panjang gelombang: (Tidak menggunakan Fotometer tetapi titrasi)
Cara kerja:
1. Masukkan 1 ml serum dalam tabung Venoject
2. Teteskan larutan Hayem dalam serum dengan pipet TD
3. Amati hingga terjadi kekeruhan pertama
4. Bandingkan kekeruhan dengan serum awal
5. Hitung berapa volume larutan hayem yang digunakan pada pipet
Perhitungan :
Perhitungan kadar globulin didasarkan pada volume larutan hayem yang digunakan
hingga terjadi kekeruhan dengan nilai normal berada diambang 1,5 ml - 2 ml
Rumus perhitungan mungkin saja berlaku jika kadar albumin dan protein total dalam
spesimen diketahui dengan menggunakan rumus :
Globulin (g/dL) = Protein total – Albumin
Dengan nilai normal berada pada ambang
Serum : 3,8 5.1 g/dL
Plasma : 38 - 51 g/Dl

D. ELEKTROFORESIS PROTEIN (SERUM)

Elektroforesis protein adalah teknik yang digunakan untuk memisahan partikel-partikel


protein dengan muatan listrik yang berbeda, dengan cara mengalirkan arus listrik
melalui campuran partikel yang diletakkan pada suatu medium penyangga. Protein yang
digunakan dalam pemeriksaan elektroforesis protein adalah protein total yang terdiri
dari albumin dan globulin.
Elektroforesis memisahkan fraksi protein antara lain:
• Albumin
• Alfa 1 globulin
• Alfa 2 globulin
• Beta globulin
• Gama globulin

Tujuan:
Uji elektroforesis protein digunakan untuk mengukur albumin dan globulin serum,
protein darah utama, dengan memisahkan protein kedalam lima fraksi yang

Prinsip:
Partikel – partikel bermuatan dalam substrat dapat mengalami pemisahan karena
partikel – partikel tersebut memiliki kecepatan gerak yang berbeda dalam muatan listrik
besar kecilnya muatan listrik ini tergantung dari banyak sedikitnya gugus amino atau
karboksil yang terikat pada masing – masing asam amino. Pada ph tertentu suatu protein
bermuatan netral. Bila pH tercapai titik netralnya disebut ph isoelektrik point. berbeda:
albumin, alpha1- globulin, alpha2 - globulin, beta - globulin, dan gamma - globulin.

▪ Pra analitik:
1. Persiapan pasien
 Tidak perlu persiapan khusus
 Hindari obat yang meningkatkan protein total serum (steroid,
androgen, digitalis, insulin, kontrasepsi oral)
 Hindari obat yang menurunkan protein total serum (laksansia,
rifampisin, dekstran, estrogen).
2. Persiapan Sampel
 Kumpulkan 5 sampai 7 ml darah vena dalam tabung merah bertutup
merah. Cegah terjadinya hemolisis.
 Hindari hemolisis dan penggunaan tourniquet yang lama karena akan
menyebabkan hasil peningkatan palsu.
3. Alat dan Bahan
 Alat
a. Elektroforesis chamber
b. Power supply
c. Mikropipet
 Bahan
a. Serum
b. Agarosa
c. Buffer TAE 1x
d. Cooamassie R250 staining solution (0,1% Coomassie Blue
R250 (w/w), 30% metanol, 5% asam asetat)
e. Destain solution 1 (30% metanol, 5% asam asetat)
f. Destain solution 2 (7% asam asetat, 5% metanol)

▪ Analitik
Metode : Elektroforesis
Teknik : Elektroferesis Gel Agarosa
Prinsip kerja : Prinsip kerja elektroforesis gel dimulai saat makromolekul yang
bermuatan listrik ditempatkan pada medium berisi tenaga listrik. Molekul - molekul
tersebut akan bermigrasi menuju kutub positif atau kutub negatif berdasarkan
muatan
yang terkandung di dalamnya. Molekul- molekul yang bermuatan negatif (anion)
akan bergerak menuju kutub positif (anoda), sedangkan molekul-molekul yang
bermuatan positif (kation) akan bergerak menuju kutub negative (katoda).
Cara Kerja:
1. Diletakkan agarosa yang telah dicetak dalam chamber.
2. Dimasukkan buffer TAE 1x pada chamber jangan sampai melebihi jembatan.
3. Tempat agarosa diletakkan
4. Dimasukkan Serum ke dalam sumur (origin) dengan berjarak 1 origin kosong
dalam agarosa dengan digunakan mikropipet ± 50 µL
5. Dihubungkan kabel dengan power supply.
Set power supply :
• Voltase 220 v
• Arus 90 A
• Waktu 60 menit
6. Dijalankan power supply
7. Setelah 60 menit, dimatikan power supply dan angkat agarosa.
8. Dimasukkan agarosa dalam larutan Coomassie R250 staining solutin dan
diamkan selama 5 menit ( gunakan hand gloves ), lalu angkat agarosa dan
masukan dalam Destain Solution 1 lalu diamkan selama 5 menit, kemudian
angkat agarosa dan masukan dan Destain Solution 2 lalu diamkan selama 5
menit.26
9. Diamati dan Identifikasi hasil Serum protein tersebut dengan densitometer
yang dihubungkan elektrophoretogram, hasil berupa kurva dan hasil
prosentase masingmasing fraksi protein.
GLUKOSA

 Pemeriksaan Pengukuran Kadar Glukosa Darah Sewaktu (GDS)


Pemeriksaan glukosa darah sewaktu adalah hasil pengukuran seketika waktu tersebut
tanpa berpuasa terlebih dahulu.

 Pra analitik
 Persiapan Pasien
1. Tidak perlu berpuasa
2. Hindari meminum obat – obatan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan.
3. Hindari membatasi diet karbohidrat
4. Hindari merokok sebelum pemeriksaan
5. Sebaiknya tidak melakukan Aktifitas yang berat sebelum uji laboratorium
dilakukan dapat menurunkan kadar gula darah.
6. Pemeriksaan sebaiknya dipagi hari.
7. Ketahui riwayat penyakit pasien.
 Persiapan Sampel
1. Darah kapiler
1. Identifikasi pasien /jam pengambilan spesimen
2. Labeling 2. Darah vena . Serum (Pada tabung
3. Teknik pengambilan darah yang benar untuk Merah/Kuning) dan Plasma (Pada Tabung

mencegah kontaminasi pada sampel misal Abu-abu berisi NaF) karena NaF mampu

lamanya pemasangan torniquet menghambat proses glikolisis spesimen dapat


stabil pada suhu 15 – 25 C selama 24 jam
4. Posisi saat pengambilan darah (sebaiknya duduk)
dan stabil selama 10 hari pada suhu 4 C.
 Analitik

Metode : POCT

Tujuan: untuk menentukan kadar glukosa pada darah sewaktu

Prinsip : Darah kapiler diserap ke dalam strip tes, kemudian mengalir ke area tes dan
bercampur dengan reagen untuk memulai proses pengukuran. Enzim Glucose
dehydrogenase dan koenzim dalam strip tes mengkonversi glukosa dalam sampel darah
menjadi glukonolakton. Reaksi tersebut menghasilkan listrik DC yang tidak berbahaya
sehingga Meter mampu mengukur gula darah.

Prosedur kerja GDS (Kapiler)

1. Test glucosa membutuhkan 5 μl darah .


2. Lalu darah yang telah diambil dipipet menggunakan mikropipet lalu didekatkan ke
mulut strip sampai terdengar bunyi “Bip”.
3. Setelah bunyi “Bip” alat mulai menghitung mundur.
4. Kemudian membaca hasil pada layar alat
Metode : Fotometer

Prosedur kerja GDS

1. Pasien diambil darah vena sebanyak 3cc


2. Masukkan darah kedalam tabung tutup merah/tabung vakum.
3. Kemudian sampel di centrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000rpm
4. Masukkan reagen glukosa sebanyak 1000 µl kedalam tabung reaksi.
5. Lalu tambahkan serum sebanyak 10 µl. Lakukan sedot semprot agar serum
tercampur dengan larutan glukosa.
6. Inkubasi selama 10 menit pada suhu kamar. Absorbansi dibaca dengan fotometer
dengan panjang gelombang 546 nm.
 Pasca Analitik
 Melakukan verifikasi pada sampel
 Memastikan kondisi pasien (riwayat penyakit, konsumsi obat,konsumsi makanan) dan
identitas pasien
 Pada tahap ini dilakukan pencatatan dan pelaporan hasil

Nilai normalnya : <180 mg/dL

 Pemeriksaan Kadar Gulukosa Darah Puasa (GDP)

Tes glukosa darah puasa adalah pengukuran tingkat glukosa darah seseorang setelah orang
tersebut tidak makan selama 8 sampai 12 jam (biasanya semalam)
 Pra analitik
 Persiapan pasien
1. Pasien dipuasakan 8– 12 jam sebelum tes. Pasien tidak boleh merokok, jika
pasien puasa lebih dari 12 jam maka pemeriksaan tidak dapat dilakukan karena
dapat menghasilkan kadar glukosa yang rendah palsu
2. Jika sampel tetap dikerjakan, mintalah persetujuan dari dokter,pasien dan
cantumkan kondisi sampel
3. Pasien tidak diperbolehkan minum apapun kecuali air putih
4. Bila minum obat sebelumnya ditanya terlebih dahulu, jika pasien mengonsumsi
obat maka catat jenis obat dan waktu meminum obatnya.

 Persiapan Sampel
1. Pengambilan sampel darah vena 3 mL sebaiknya dilakukan pada pagi hari.
2. Serum (Pada tabung Merah/Kuning). Stabil kurang dari 1 jam

 Analitik
Metode : Glukosa Oksidase Para Amino Phenazone (GOD-PAP)
Tujuan : Untuk mengetahui kadar glukosa darah seseorang dalam mg/dL
Prinsip kerja : Glukosa di oksidasi oleh enzim Glukosa Oksidase (GOD) membentuk
asam glukonat dan hydrogen peroksida. Hydrogen peroksida beraksi dengan phnenol dan
4-aminoantypirin dengan bantuan enzim peroksidase menghasilkan quinoeimin berwarna
merah. Intensitas warna sebanding dengan kadar glukosa dalam serum

Cara kerja

Campur sampai homogen Inkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25o C Baca hasil
dengan fotometer pada Panjang gelombang 546 nm, dengan program absorban atau C/ST

 Pasca Analitik
1. Melakukan verifikasi pada sample
2. Memastikan kondisi pasien (riwayat penyakit, konsumsi obat, konsumsi makanan)
dan identitas pasien
3. Pada tahap ini dilakukan pelaporan dan pencatatan hasil

Interprestasi Hasil

Normal : 70 – 110 mg/dL

 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Postprandial (GD2PP)

Pemeriksaan GD2PP dilakukan 2 jam setelah makan.

 Pra Analitik
 Pesiapan pasien
1. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dipagi hari. Pasien dipuasakan 8 – 12
jam sebelum tes, kemudian diambil darah puasa
2. Setelah pengambilan darah, pasien diberi makan ( ukurannya seperti
pola makan biasanya ) puasakan kembali 2 jam lalu ambil darah kembali
3. Pasien tidak diperbolehkan minum apapun kecuali air putih
4. Bila minum obat sebelumnya ditanya terlebih dahulu
 Persiapan sampel
1. Pengambilan sampel darah vena 3 mL sebaiknya dilakukan pada pagi hari.
2. Sampel serum ( Tabung merah/ kuning ) stabil kurang dari 1 jam

 Alat yang digunakan :


1. Fotometer
2. Mikropippete 10 µl
3. Tabung reaksi kecil
4. Tip kuning dan biru

 Bahan yang digunakan :


1. Sampel (serum)
2. Pereaksi glukosa darah (GOD-PAP)
terdiri dari :
R - 1 : buffer enzim
R – 2 : phenol
R – 3 : larutan standar

 Analitik
Metode : Glukosa Oksidase Para Amino Phenazone (GOD-PAP)
Tujuan : Untuk mengetahui kadar glukosa darah seseorang dalam mg/dL
Prinsip kerja : Glukosa di oksidasi oleh enzim Glukosa Oksidase (GOD) membentuk
asam glukonat dan hydrogen peroksida. Hydrogen peroksida beraksi dengan phnenol dan
4-aminoantypirin dengan bantuan enzim peroksidase menghasilkan quinoeimin berwarna
merah. Intensitas warna sebanding dengan kadar glukosa dalam serum

 Cara kerja

Campur sampai homogen inkubasi selama 10 menit pada suhu kamar. Baca hasil
pada panjang gelombang 546 nm

 Nilai Normal Glukosa darah 2 jam post prandial: <140 mg/dL

 Pemeriksaan OGTT (Tes Toleransi Glukosa Oral)


 Oral glucose tolerance test (OGTT) atau toleransi glukosa oral (TTGO) adalah tes
yang dilakukan sebagai standar untuk mendiagnosis diabetes sekaligus mengukur
kemampuan glukosa yang merupakan sumber energi utama pada tubuh manusia
 Tes ini masih umum dilakukan, terutama saat masa kehamilan guna mendiagnosis
adanya diabetes gestasional
 Pra analitik ttgo/ogtt (oral glucose tolerance test)
 Alat
1. Fotometer
2. Mikropipet 10 uL dan 1000 uL
3. Tabung reaksi kecil
4. Tip kuning dan tip biru
 Bahan

Serum (Pada tabung Merah/Kuning)

 Persiapan pasien
1. Terlebih dahulu pasien berpuasa selama 8-12 jam
2. Diambil darah puasa
3. Setelah diambil darah puasa, diberikan 75 gram/kg BB. Dilarutkan dalam 250
ml air
4. Selama TTGO pasien hanya boleh minum air putih, pasien tidak boleh minum
kopi, teh, merokok. Pasien tidak boleh minum obat sebelum pemeriksaan

 Analitik TTGO/OGTT (Oral Glucose Tolerance Test)

Metode : Glukosa Oksidase Para Amino Phenazone (GOD-PAP)

Prinsip kerja : Glukosa di oksidasi oleh enzim Glukosa Oksidase (GOD) membentuk
asam glukonat dan hydrogen peroksida. Hydrogen peroksida beraksi dengan phnenol dan
4-aminoantypirin dengan bantuan enzim peroksidase menghasilkan quinoeimin berwarna
merah. Intensitas warna sebanding dengan kadar glukosa dalam serum
1. Pasien diambil darah vena 3-5 ml untuk uji glukosa darah puasa.

2. Pengambilan sampel darah vena 3 mL sebaiknya dilakukan pada pagi hari

3. Setelah meminum cairan glukosa , Pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam,
pasien diambil darah untuk pemeriksaan glukosa darahnya.

4. Sampel serum ( Tabung merah/ kuning ) stabil kurang dari 1 jam.


1. Campur sampai homogen
2. Inkubasi selama 20 menit pada suhu 20-25o C
3. Ukur kadar glukosa dari masing masing sampel terhadap standar pada fotometer
dengan Panjang gelombang 546 nm, menggunakan program absorban atau C/ST

 Pasca analitik TTGO/OGTT (Oral Glucose Tolerance Test)


1. Melakukan verifikasi pada sample
2. Memastikan kondisi pasien (riwayat penyakit, konsumsi obat, konsumsi makanan)
dan identitas pasien
3. Pada tahap ini dilakukan pelaporan dan pencatatan hasil

Nilai Normal TTGO/OGTT

Puasa : 70-110 mg/dL

30 menit : 110-170 mg/dL

60 menit : 120-170 mg/dL

90 menit : 100-140 mg/dL

120 menit : 70-120 mg/dL

 Pemeriksaan HbA1c
 HbA1c mencerminkan kadar glukosa pada waktu 3 bulan terakhir (sesuai dengan
umur sel darah merah manusia kira-kira 100-120 hari), sehingga hal ini dapat
memberikan informasi seberapa tinggi kadar glukosa pada waktu 3 bulan
terakhir.
 Tujuan : untuk mengetahui seberapa baik pasien dapat mengontrol penyakitnya
dalam 2 sampai 3 bulan terakhir

 Pra analitik HbA1c


- Alat dan Bahan :
1. Alat The D-10 Dual  TM   dari Bio-Rad
2. Mikropipet 5 µl
3. Disposable gloves.
4. Darah EDTA
5. Elution buffer 1:  Bis-Tris/Phosphate buffer  2000 mL (pH 6,0),
mengandung natrium azide <0.05% sebagai pengawet.
6. Elution buffer 2:  Bis-Tris/Phosphate buffer  1000 mL (pH 6,7),
mengandung natrium azide <0.05% sebagai pengawet.
7. Larutan pencuci (Wash/Diluent Solution) berisi 1600 deionized water ,
mengandung natrium azide <0.05% sebagai pengawet.
- Persiapan Pasien
1. Persiapan pasien (Tidak ada persiapan khusus).
2. Persiapan sampel Darah EDTA sebanyak 5 µl, dapat disimpan 1 minggu
pada suhu 2-8 °C atau 4 hari pada suhu 15-30°C.
3. Hindari sampel yang ikterik, lisis dan lipemia.
 Analitik

Metode : metode HPLC menggunakan The D-10 Dual TM


- Cara Kerja
1. Campurkan 5 µl darah EDTA dengan 1,5 ml reagen hemolisis ke dalam
sampel vial dengan menggunakan auto dilutor atau cara manual. Tempatkan
darah yang telah diencerkan pada sampel tray.
2. Tekan MULAI. Pilih metode HbA1c.
3. Pipetkan 1 mL Hb primer, kalibrator yang telah dilarutkan maupun hemolisat
pasien dalam vial sampel. Tempatkan pada sampel tray sesuai urutan.
4. Alat akan memulai dengan Column Priming. Setelah selesai, alat akan
menyatakan Analysis. Pemeriksaan bahan dapat dimulai.
5. Setelah selesai tiap seri pemeriksaan, alat otomatis akan mencuci selama 5
menit.
 Nilai normal HbA1c adalah 4,0 - 6,0%
 Glycated Albumin

● Glicated albumin (GA) adalah salah satu indikator yang menunjukkan keadaan
pengendalian glukosa darah, yang menggambarkan rata-rata glukosa darah 1bulan
sebelumnya (terutama 2 minggu sebelumnya) sesuai dengan usia albumin dan digunakan
untuk menilai diabetes melitus.
● Glycated albumin (GA) adalah albumin yang berikatan dengan glukosa.
● Nilai Normal : 11-16 %
Presisi dan Akurasi
Metode : Within Run

Prinsip : Pengulangan pemeriksaan yang dilakukan pada satu sampel dalam satu seri (within run) dan
ditentukan ukuran bagaimana nilai-nilai hasil pemeriksaan secara seri dan distribusi dari hasil (SD),
juga kesesuaian antara hasil-hasil pemeriksaan (impresisi) atau penyimpangan hasil pemeriksaan
terhadap nilai rata-rata. Kemudian ditentukan kesesuai antara hasil pemeriksaan dengan nilai yang
benar (inakurasi).

Alat :

 Tabung reaksi kecil.

 Rak tabung reaksi.

 Mikropipet.

 Tip kuning.

 Tip biru.

 Fotometer

Bahan :

 Serum kontrol.

 Standar protein 5 g/dL.

 Pereaksi biuret :

NaOH 600 mmol/l


Cu(SO4)212 mmol/l
Na-K-tartrat 31,9 mmol/l
KI 30,1 mmol/l

Cara Kerja :

1. Siapkan 12 tabung reaksi kecil dan deretkan pada rak dan beri label, BL, ST, X1,X2,X3,X4,
dan X5.

2. Pipet standar protein sebanyak 20 µL dan masukkan pada tabung ST.

3. Pipet serum kontrol masing- masing 20 µL dan masukkan pada tabung X1,2,3,4, dan X5.

4. Tambahkan pada masing- masing tabung 1000 µL pereaksi Biuret.

5. Masing- masing isi tabung dikocok sampai homogen dan inkubasi pada suhu kamar selama
10 menit.

6. Ukur kadar protein dari tabung X1,2,3,4 dan X5 terhadap standar pada fotometer pada  546
nm.
7. Masukkan kadar tersebut dalam tabel dan tentukan nilai rata- rata (X), 1SD, 2SD, 3SD, dan
CV (presisi)dan d% (akurasi) serta buat grafik Levey Jenings distribusi kadar masing- masing
protein pada batasan nilai SD terhadap nilai TrueValue.

8. Amati dari grafik (2SD) tersebut adakah yang terdapat pada batas peringatan atau daerah
kontrol (3SD)

 Pasca Analitik
Interpretasi Hasil :

 Presisi dinyatakan dengan CV % CV = (SD/rata-rata)X 100%

 Presisi dinyatakan baik jika < 5 % , beberapa parameter < 10 %

Rumus :

Anda mungkin juga menyukai