Anda di halaman 1dari 17

DOKUMEN PERENCANAAN PRAKTIKUM

PENENTUAN KADAR KOLESTEROL DAN KREATININ


PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

AN

Nama Anggota :
Ahmad Riduan 13141003
Btari Karlinda 13141010
Fedri Baysar 13141015
Hafiezah Yuristina 13141019
Nelly Dandan Tibe 13141030
Nurul Hikmah 13141034
Rizky D.N.S 13141036

Kelompok 1 Gelombang 2
Ekstensi 2014

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG


PROGRAM PENDIDIKAN STRATA 1
PROGRAM STUDI FARMASI
2015

13
KREATININ
PRE-ANALITIK
A. PERSIAPAN SUBJEK UNTUK PROSES SAMPLING
Dalam menyiapkan pasien untuk pemeriksaan laboratorium, harus
memperhitungkan faktor-faktor seperti aktivitas fisik pasien, diet, intake obat,
merokok dan postur tubuh pasien.
Persiapan subjek :
1. Pasien dianjurkan puasa 8-12 jam sebelum pengambilan darah. Catatan,
diperbolehkan minum air putih.
2. Pasien dalam posisi mendekati keadaan basal, yakni :
 Telah mendapat istrihat tidur yang cukup sebelum pemeriksaan.
 Tidak dalam keadaan/mendapatkan setress yang berlebih.
 Tidak/belum melakukan aktivitas berlebih, seperti berolahraga sebelum
pemeriksaan.
 Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 06.00-09.00 WIB.
3. Menginformasikan kepada petugas, obat-obatan yang sedang dikonsumsi
pasien.
4. Menhindari merokok, mengkonsumsi alkohol sebelum pemeriksaan

B. PROSES PENGAMBILAN SAMPEL


Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara
vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring),
sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
Prosedur Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum, adalah :
 Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali
pembendung (turniket), plester, tabung vakum.
 Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
 Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien
senyaman mungkin.
 Identifikasi pasien sesuai dengan data di lembar permintaan.

14
 Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila
pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
 Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan
aktifitas.
 Minta pasien mengepalkan tangan.
 Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
 Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi)
untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis
dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari
arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
 Bersihkan kulit pada baklnlgian yang akan diambil dengan kapas alkohol
70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
 Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.
Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian
posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam
tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa
tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua,
begitu seterusnya.
 Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah
yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan
untuk pemeriksaan.
 Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan
kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik
jarum sebelum turniket dibuka.

C. JENIS SAMPEL
Spesimen yang diambil hendaknya disesuaikan dengan jenis pemeriksaan
yang akan dilakukan. Spesimen yang dipergunakan dalam pemeriksaan
pada praktikum kali ini yaitu serum.

15
D. PENANGANAN SAMPEL
 Identifikasi dan registrasi spesimen
 Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius
 Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar
 Gunakan sentrifus yang terkalibrasi
 Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli
label
 Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan

E. IDENTITAS SAMPEL
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus
dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas
meliputi pengisian formulir permintaan, pemeriksaan laboratorium dan
pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok/sama. Pemberian
identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis
serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat
merugikan. Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai
tanda khusus pada label dan formulir permintaan laboratorium

F. KUALITAS SAMPEL
Plasma dan serum dalam kondisi normal nampak jernih dan berwarna
kuning pucat. Perubahan warna dapat menjadi tanda bahwa sampel tidak
layak untuk dilakukan pemeriksaan. Sebagai contoh tampilan yang tidak normal
yaitu hemolisis. Spesimen dengan hemolisis juga bisa didapatkan pada pasien
dengan anemia hemolitik, penyakit hepar atau pada reaksi transfusi, tetapi
sebagian besar sampel dengan hemolisis adalah hasil dari kesalahan dalam
pengumpulan dan penanganan spesimen. Hemolisis dapat menginterferensi
beberapa pemeriksaan laboratorium dengan peningkatan kadar ammonia,
katekolamin, creatinin kinase dan enzim lainnya, besi, magnesium, fosfat, dan
natrium.

16
G. PERSIAPAN BAHAN GLUKOSA
 Sampel (Serum)
 Alkohol 70%
 Reagent → Komposisi Reagent :
Reagen 1 Sodium Hidroksida 350 mM
Reagen 2 Asam Pikrat 10 mM

H. PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN SAMPEL DAN REAGENT


KREATININ DAN QC
a. Kebutuhan Sampel @100µL
 Enam kali pengukuran untuk sampel (6 x 100µL = 600µL)
b. Kebutuhan Reagent 1@500µL
 Enam kali pengukuran untuk sampel (6 x 500µL = 3.000µL)
 Satu kali pengukuran untuk standar (1 x 500µL = 500µL)
 Satu kali pengukuran untuk blanko (1 x 500µL = 500µL)
 Total kebutuhan reagent adalah 4.000µL
c. Kebutuhan Blanko @100µL
 Satu kali pengukuran untuk blanko (1 x 100µL = 100µl)
d. Kebutuhan Standar @100µL
 Satu kali pengukuran untuk standar (1 x 100µL = 100µL)

I. KELENGKAPAN ALAT
Peralatan yang digunakan :
1. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
2. Mikropipet
3. Penjepit tabung
4. Spektrofotometer UV-Vis
5. Stopwatch
6. Kuvet
7. Blue dan Yellow tip
8. Beaker Glass 250 mL

17
ANALITIK
A. PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM
1. Dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum pada daerah visibel
505-510 nm. (panjang gelombang (λ) max kreatinin = 510 nm).
2. Dicatat panjang gelombang maksimum yang didapat. Panjang gelombang
yang diperoleh digunakan untuk mengukur absorbansi pada proses
absorbansi pengukuran kreatinin.

B. PROSEDUR PEMERIKSAAN KREATININ


1. Disiapkan sampel berupa supernatan (serum)
2. Dipipet masing-masing sampel (serum) pada tabung 100 μL dan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi
3. Ditambahkan 500 µL reagen 1 dan 500 µL reagen 2 pada masing-masing
tabung reaksi
4. Dicampurkan dan diinkubasi selama 60 detik pada suhu 37°C
5. Setelah 60 detik kemudian diukur absorbansi pada panjang gelombang yang
telah diperoleh (absorbansi 1)
6. Kemudian tabung diinkubasi kembali pada suhu 37°C dan setelah 120 detik
diukur kembali absorbansi pada panjang gelombang yang telah diperoleh
(absorbansi 2)
7. Ditentukan nilai Δabsorbansi pada sampel dan standar

18
Tabel 1. Volume Sampel dan Reagen pada Pemeriksaaan Kreatinin
Blanko Standar Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
Jenis
(µL) (µL) (µL) (µL) (µL)
Reagen 1 500 500 500 500 500
Reagen 2 500 500 500 500 500
Aquadest 100 - - - -
Standar - 100 - - -
Sampel - - 100 100 100

C. PROSEDUR QC PEMERIKSAAN KREATININ


1. Serum yang telah diperoleh
2. Ditambahkan serum pada satu tabung dari masing-masing tabung pada tiap
kelompok (serum campuran)
3. Diambil 100 μL serum campuran
4. Dimasukkan kedalam masing-masing tabung (total 3 tabung)
5. Ditambahkan reagen 1 sebanyak 500 μL dan reagen 2 sebanyak 500 μL pada
masing-masing tabung
6. Diinkubasi pada suhu 37°C selama 60 detik
7. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm (505-510 nm)

Tabel 2. Volume Sampel dan Reagent pada QC Pemeriksaan Glukosa


Jenis Sampel 1(µL) Sampel 2 (µL) Sampel 3 (µL)
Reagen 1 500 500 500
Reagen 2 500 500 500
Sampel 100 100 100

D. TEKNIK ANALISIS
Penentuan analisis kolesterol dilakukan menggunakan spektrofotomeri visible
dengan metode end point.

19
E. LANDASAN TEORI
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan
terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk
kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam
sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate),
kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase
(creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah
secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus
dan diekskresikan dalam urin (Riswanto, 2010).
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada
massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein,
walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian
umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit
degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot (Riswanto, 2010).
Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran normal. Kreatinin telah
ditemukan untuk menjadi indikator yang cukup handal fungsi ginjal (Siamak,
2009).
Sebagai ginjal menjadi cacat dengan alasan apapun, tingkat kreatinin dalam
darah akan naik karena clearance miskin oleh ginjal. Abnormal tingkat tinggi
kreatinin sehingga memperingatkan kemungkinan malfungsi atau kegagalan
ginjal. Ini adalah alasan inilah standar tes darah secara rutin memeriksa jumlah
kreatinin dalam darah.Sebuah ukuran yang lebih tepat dari fungsi ginjal dapat
diestimasi dengan menghitung berapa banyak kreatinin dibersihkan dari tubuh
oleh Ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance (Siamak, 2009).
Seseorang dengan hanya satu ginjal mungkin memiliki tingkat normal sekitar
1,8 atau 1,9. Kreatinin tingkat yang mencapai 2.0 atau lebih pada bayi dan 10,0
atau lebih pada orang dewasa dapat menunjukkan kerusakan ginjal yang parah
dan kebutuhan untukdialisis mesin untuk menghilangkan kotoran dari darah
(Siamak, 2009).

20
Kondisi yang merusak fungsi ginjal mungkin akan menaikkan tingkat kreatinin
dalam darah. Hal ini penting untuk mengenali apakah proses menuju ke
disfungsi ginjal (gagal ginjal, azotemia) adalah lama atau baru (Siamak, 2009).

Metabolisme Kreatinin
Kreatinin adalah anhidrida dari kreatin, ia dibentuk sebagian besar dalam otot
dengan pembuangan air dari kreatinfosfat secara tak reversibel dan non
enzimatik. Kreatinin bebas terdapat dalam darah dan urin. Pembentukan
kreatinin rupanya adalah langkah permulaan yang diperlukan untuk ekskresi
sebagian besar kreatinin. (Harper, 1997)

Klirens Kreatinin (Bersihan Kreatinin)


Laju bersihan kreatinin menggambarkan volume plasma darah yang dibersihkan
dari kreatinin melalui filtrasi ginjal per menit (Ansel, 2006). Bersihan kreatinin
biasanya dinyatakan dalam mililiter per menit (Ansel, 2006). Karena kreatinin
dieliminasi dari tubuh terutama melalui filtrasi ginjal, maka menurunnya kinerja
ginjal akan menyebabkan peningkatan kreatinin serum akibat berkurangnya laju
bersihan kreatinin. Rentang kreatinin serum orang dewasa normal adalah 0,7
hingga 1,5 mg/dL, dan nilai kreatinin serum di atas 1,5 mg/dL menunjukkan
terjadinya infusiensi ginjal. Persamaan Cockcroft-Gault paling sering digunakan
untuk menghitung bersihan kreatinin karena memperhitungkan kreatinin serum
pasien, bobot badan, jenis kelamin, dan usia, seperti diperlihatkan berikut ini:
Untuk pria:
(140−𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)𝑥 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑔
CrCl (mL/menit) = 72 𝑥 𝐾𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚𝑔/𝑑𝐿

Untuk wanita:
CrCl = 0,85 x CrCl untuk pria (Ansel, 2006).

Meskipun demikian, persamaan ini dapat menjadi tidak akurat untuk pasien yang
gemuk atau yang fungsi ginjalnya menurun dengan cepat, sehingga mungkin
dibutuhkan analisis fungsi ginjal yang lebih mendalam. Pada beberapa kasus,

21
penyesuaian bersihan kreatinin pasien terhadap luas permukaan tubuh mungkin
perlu dilakukan untuk mempertimbangkan kemungkinan penggunaan variabel
ini dalam penentuan dosis obat. Untuk itu, dibutuhkan luas permukaan tubuh
pasien dalam rumus di bawah ini:
𝐵𝑆𝐴 (𝑚2 )
𝑥 𝐶𝑟𝐶𝑙 = 𝐶𝑟𝐶𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 (Ansel, 2006).
1,73 𝑚2

Bersihan kreatinin penting diketahui karena banyak obat yang dieliminasi oleh
ginjal. Jika fungsi ginjal pasien menurun, laju eliminasi obat untuk disekresikan
di urin juga akan menurun, disertai dengan peningkatan konsentrasi plasma.
Peningkatan konsentrasi obat dalam plasma yang signifikan dapat menyebabkan
obat mencapai kadar toksiknya; oleh karena itu, dosis mungkin perlu disesuaikan
dengan berkurangnya eliminasi obat (Ansel, 2006).

Cara Pengujian
Jenis sampel untuk uji kreatinin darah adalah serum atau plasma heparin.
Kumpulkan 3-5 ml sampel darah vena dalam tabung bertutup merah (plain tube)
atau tabung bertutup hijau (heparin). Lakukan sentrifugasi dan pisahkan
serum/plasma-nya. Catat jenis obat yang dikonsumsi oleh penderita yang dapt
meningkatkan kadar kreatinin serum. Tidak ada pembatasan asupan makanan
atau minuman, namun sebaiknya pada malam sebelum uji dilakukan, penderita
dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi daging merah (Riswanto, 2010).
Kadar kreatinin diukur dengan metode kolorimetri menggunakan
spektrofotometer, fotometer atau analyzer kimiawi (Riswanto, 2010).
Darah diambil dari vena, biasanya dari bagian dalam siku atau bagian belakang
tangan. Situs ini dibersihkan dengan obat pembunuh kuman
(antiseptik). Penyedia perawatan kesehatan membungkus sebuah band elastis di
sekitar lengan atas untuk menerapkan tekanan ke daerah tersebut dan membuat
bengkak vena dengan darah (National Institutes of Health, 2007).
Selanjutnya, penyedia perawatan kesehatan lembut memasukkan jarum ke
dalam vena. Darah mengumpulkan ke dalam botol kedap udara atau tabung
melekat pada jarum. Band elastis dihapus dari lengan Anda. Sekali darah telah

22
dikumpulkan, jarum akan dihapus, dan situs tusukan tertutup untuk
menghentikan pendarahan apapun (National Institutes of Health, 2007).
Pada bayi atau anak-anak muda, alat yang tajam yang disebut lanset dapat
digunakan untuk menusuk kulit dan membuatnya berdarah. Darah
mengumpulkan ke dalam tabung gelas kecil yang disebut pipet, atau ke strip
slide atau tes. pembalut mungkin ditempatkan atas wilayah tersebut jika ada
perdarahan apapun (National Institutes of Health, 2007).

Persiapan Uji
Penyedia perawatan kesehatan mungkin mengatakan kepada Anda untuk
berhenti minum obat tertentu yang dapat mempengaruhi pengujian. obat tersebut
mencakup:
 Aminoglikosida (misalnya, gentamisin)
 Cimetidine
 Obat kemoterapi berat logam (misalnya, Cisplatin)
 Ginjal merusak obat-obatan seperti sefalosporin (misalnya, cefoxitin)
 Trimethoprim (National Institutes of Health, 2007).

Pemeriksaan Kadar Kreatinin


Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan
ekskresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Kadar kreatinin darah yang
lebih besar dari normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. Nilai
kreatinin normal pada metode jaffe reaction adalah laki-laki 0,8 sampai 1,2 mg
/ dl; wanita 0,6 sampai 1,1 mg / dl. ( Sodeman, 1995 )
Pemeriksaan kreatinin darah dengan kreatinin urin bisa digunakan untuk menilai
kemampuan laju filtrasi glomerolus, yaitu dengan melakukan tes kreatinin
klirens. Selain itu tinggi rendahnya kadar kreatinin darah juga memberi
gambaran tentang berat ringannya gangguan fungsi ginjal. Hemodialisis
dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang berat yaitu jika kadar kreatinin lebih
dari 7 mg / dl serum. Namun dianjurkan bahwa sebaiknya hemodialisis

23
dilakukan sedini mungkin untuk memghambat progresifitas penyakit. (
Sodeman, 1995 )

Metode Pemeriksaan Kreatinin


Beberapa metode yang sering dipakai untuk pemeriksaan kreatinin darah yaitu :
 Jaffe reaction
Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam
pikrat membentuk senyawa kuning jingga. Menggunakan alat photometer.
 Kinetik
Dasar metode ini relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali
pembacaan. Alat yang digunakan autoanalyzer.
 Enzimatik Darah
Dasar metode ini adalah adanya substrat dalam sampel bereaksi dengan enzim
membentuk senyawa substrat menggunakan alat photometer.

Dari ketiga metode di atas, yang banyak dipakai adalah “Jaffe Reaction”, dimana
metode ini bisa menggunakan serum atau plasma yang telah dideproteinasi dan
tanpa deproteinasi. Kedua cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan,
salah satunya adalah untuk deproteinasi cukup banyak memakan waktu yaitu
sekitar 30 menit, sedangkan tanpa deproteinasi hanya memerlukan waktu yang
relatif singkat yaitu antara 2-3 menit. (Underwood, 1997)

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium


 Obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin
serum.
 Kehamilan
 Aktivitas fisik yang berlebihan
 Konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan
laboratorium (Riswanto, 2010).

24
Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Kreatinin
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah,
diantaranya adalah :
 Perubahan massa otot.
 Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam
setelah makan.
 Aktifitas fisik yang berkebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin darah.
 Obat obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin dan co-trimexazole dapat
mengganggu sekresi kreatinin sehingga meninggikan kadar kreatinin darah.
 Kenaikan sekresi tubulus dan destruksi kreatinin internal.
 Usia dan jenis kelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi daripada
orang muda, serta pada laki-laki kadar kreatinin lebih tinggi daripada
wanita.( Sukandar E, 1997 ).

Senyawa-senyawa yang dapat mengganggu pemeriksaan kadar kreatinin darah


hingga menyebabkan overestimasi nilai kreatinin sampai 20 persen adalah :
Aseton, Asam askorbat, Bilirubin, Asam urat, Asam aceto acetat, Piruvat,
Barbiturat, sefalosporin, metildopa. Senyawa-senyawa tersebut dapat member
reaksi terhadap reagen kreatinin dengan membentuk warna yang serupa
kreatinin sehingga dapat menyebabkan kadar kreatinin tinggi palsu. Akurasi atau
tidaknya hasil pemeriksaan kadar kreatinin darah juga sangat tergantung dari
ketepatan perlakuan pada pengambilan sampel, ketepatan reagen, ketepatan
waktu dan suhu inkubasi, pencatatan hasil pemeriksaan dan pelaporan hasil.
(Sodeman, 1995)

25
POST ANALITIK
A. PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG DENGAN STANDAR
KREATININ
Panjang Gelombang Maksimum : 510 nm (505-510 nm)

B. PERHITUNGAN KONSENTRASI KREATININ


Tabel . Nilai Absorbansi Sampel pada Pemeriksaan Kreatinin dengan Panjang
Gelombang nm
Nilai Absorbansi 1 Asorbansi 2 C sampel (mg/dL)
Blanko
Standar
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3

PERHITUNGAN:
𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Konsentrasi Kreatinin = 𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x C standar (mg/dL)

= Kreatinin (mg/dL)

Keteranagan : Abs = Absorbansi


C = Konsentrasi standar (2 mg/dL)

26
C. PERHITUNGAN MEAN, SD DAN KV PADA PEMERIKSAAN
KREATININ (QC)
Absorbansi Konsentrasi C Sampel
Sampel Absoransi
standar Standar (mg/dL) (mg/dL)
1
2
3
4
5 2
6
7
8
9

C Sampel
X-x (X-x)2 SD (mg/dL) KV (%)
(mg/dL)

1. Dihitung Mean (nilai rata rata) dari setiap konsentrasi dengan rumus :
X = ΣX /n
Keterangan : X = nilai rata rata
Σ = jumlah
X = nilai tiap pengamatan
n = Jumlah pengamatan

27
2. Hitung SD (Standard Deviasi)/penyimpangan dari setiap pengukuran dengan
rumus :
𝚺(𝑿−×)𝟐
SD = √ 𝐧−𝟏

3. Hitung KV (Koefisien Variasi) dari setiap pengukuran dengan rumus :

𝐒𝐃
KV = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝑿

Dari data yang diperoleh dibuat grafik pemantapan ketelitian dengan


ditentukannya batas peringatan (x+2SD) dan batas kontrolnya (x+3SD).

28
STRUKTUR ORGANISASI

29

Anda mungkin juga menyukai