Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA KLINIK II

disusun oleh:
ALLIFIA AFINI WULANDARI
152110113072

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
BAB I PENDAHULUAN

1. Judul Praktikum : Penentuan Kadar Amilase


2. Tujuan Praktikum : Untuk menentukan kadar amilase dalam serum, plasma dan urin.
3. Dasar Teori : Substrat (4,6-etylene-p-nitropenyl-a-D-maltoeptaooside) akan
diuraikan ole enzim alfa amilase dimana asilnya berupa oligosakarida akan diidrolisa ole alfa
glukosidase mengasilkan glukosa dan pinitropenol sebanding dengan aktiitas alfa amilase
dalam sampel.

BAB II METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat Praktikum : Senin, 25 September 2023 di Laboratorium Hematologi


Universitas Airlangga
2. Alat dan Reagen
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain enam tabung reaksi,
mikropipet beserta tip, rak tabung dan fotometer. Sedangkan reagen yang digunakan
anatara lain aquades, reagen 1 dengan komposisi Good’s buffer pH 7.15 0,1 mmol/L,
NaCl 62.5 mmol/L, MgCl 12.5 mmol/L dan alfa glukosidase >=2 U/L. Reagen 2
dengan komposisi Good’s buffer pH 7.15 0,1 mmol/L dan EPS 8.5 mmol/L. Setelah
preparasi sampel selesai, dilanjutkan dengan mengukur absorbansi menggunakan
fotometer.
3. Bahan Pemeriksaan
Bahan pemeriksaan atau sampel yang digunakan dalam praktikum penentuan
kadar amilase adalah serum.
4. Cara Kerja
 Tahap Pembuatan Monoreagen R1 : R2 = 4 : 1

Disiapkan 2 tabung Diisikan masing-


dan diberi identitas masing tabung
untuk diisi dengan R1 800μl +
monoreagen R2 200 μl

 Tahap Persiapan Pengukuran Kadar Amilase

Diisikan masing- Diinkubasi pada


Disiapkan 3 tabung waterbath dengan
masing tabung sesuai
untuk sampel suhu 37°C selama 2
dengan ketentuan
menit

Dibaca absorbansinya
satu-satu
menggunakan
fotometer
 Ketentuan isi tabung :
a. Tabung blanko : Aquades 20 μl + Monoreagen 1000 μl
b. Tabung sampel : Sampel 20 μl + Monoreagen 1000 μl
 Rentang Referensi
- Normal : 25-86 U/L

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan


Hasil praktikum pemeriksaan kadar amilase yang dilakukan menunjukkan
hasil pada sampel satu adalah 123 U/L dan pada sampel dua adalah 122 U/L. Dari
praktikum yang dilakukan menunjukkan hasil presisi yang baik, sedangkan untuk
akurasi nilai yang didapat di atas batas normal. Hasil tidak normal bisa dipengaruhi
oleh pemipetan, sampel serum yang sudah lama disimpan.
2. Hasil berupa Tabel atau Gambar

Gambar Interpretasi Hasil

123 U/L

- Sampel 1

- Sampel 2

122 U/L

3. Pembahasan berupa Uraian Hasil Praktikum dan Diskusi/Kajian dari Pustaka Lain
Amilase adalah suatu enzim yang disekresikan oleh pankreas dan kelenjar saliva.
Amilase di dalam tubuh manusia terbagi menjadi 2 jenis yaitu isoamilase-s dan isoamilase-p.
Keduanya dibedakan dari organ yang mensekresi, isoamilase-p disekresikan oleh pankreas
dan isoamilase-s disekresikan oleh kelenjar saliva (Putra, 2017). Amilase berfungsi sebagai
enzim hidrolase glikosida yang mengkatalis pemecahan pati menjadi gula. Amilase pada
manusia berfungsi saat terjadi proses pencernaan (Putra, 2017). Pemeriksaan alfa amilase
dapat menggunakan sampel serum dan plasma, namun juga dapat menggunakan urin
(Andriani, 2020). Kadar amilase meningkat pada gangguan fungsi pankreas atau kerusakan
pankreas seperti pankreatitis akut (Putra, 2017). Kadar amilase total merupakan tes yang
paling sering digunakan untuk mengetahui fungsi pankreas dan penyakit pankreas. Kadar
amilase yang meningkat tiga kali lebih besar dari nilai normal adalah kriteria diagnosis
gangguan atau kerusakan pankreas seperti pankreatitis dan nekrosis pancreas (Putra, 2017).
Dalam proses pengendalian mutu dilaboratorium dikenal ada tiga tahapan
penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Kesalahan pada proses
pra-analitik dapat memberikan konstribusi sekitar 61% dari total kesalahan
laboratorium,sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%.
Proses pra analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pra-analitik ekstra
laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi
persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium,
penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen. Pada proses pemeriksaan yang
melalui banyak tahapan, dapat pula memberikan kemungkinan keselahan yang terjadi
lebih besar dibandingkan proses pemeriksaan yang lebih sedikit tahapan yang dilalui
(Melati, 2021). Presisi (ketelitian) adalah kemampuan untuk memberikan hasil yang
sama pada setiap pengulangan pemeriksaan. Akurasi (ketepatan) adalah kesesuaian
antara hasil pemeriksaan dengan true value yang tidak harus selalu sama rentangnya
karena ada nilai rentang yang dapat digunakan sebagai standar. Uji ketepatan dapat
digunakan untuk mengenali adanya kesalahan sistemik.

BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum pemeriksaan kadar amilase yang telah dilakukan,


diperoleh hasil setelah perhitungan pada sampel 1 menunjukkan kadar 123 U/d dan
pada sampel 2 menunjukkan kadar 122 U/L.

DAFTAR PUSTAKA
Andriani, D.D. and Anggraini, H., 2020. Perbedaan Kadar Alfa Amilase Urin yang
Diperiksa Segera dan Ditunda 2 Hari pada Suhu Simpan 25ºC. In Prosiding
Seminar Nasional Unimus (Vol. 3).

Melati, F.D.P., Widiany, F.L. and Inayah, I., 2021. Asupan Lemak Jenuh dengan
Kadar Kolesterol Low Density Lipoprotein pada Lansia
Hiperkolesterolemia. JURNAL NUTRISIA, 23(1), pp.44-51
Putra, A.R., 2017. Hubungan Kadar Glukosa Darah Dengan Kadar Α-Amilase Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Obesitas (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Semarang).
BAB I PENDAHULUAN

1. Judul Praktikum : Penentuan Kadar Alkaline Phosphatase (ALP)


2. Tujuan Praktikum : Untuk menentukan kadar amilase dalam serum atau plasma pada
sistem fotometer
3. Dasar Teori : p-Nitrophenylphosphate ditambah dengan H2O diubah menjadi
phospate dan p-Nitrophenol dengan bantuan enzim ALP

BAB II METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat Praktikum : Selasa, 26 September 2023 di Laboratorium Hematologi


Universitas Airlangga
2. Alat dan Reagen
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain enam tabung reaksi,
mikropipet beserta tip, rak tabung dan fotometer. Sedangkan reagen yang digunakan
anatara lain aquades, reagen 1 dengan komposisi Good’s buffer pH 7.15 0,1 mmol/L,
NaCl 62.5 mmol/L, MgCl 12.5 mmol/L dan alfa glukosidase >=2 U/L. Reagen 2
dengan komposisi Good’s buffer pH 7.15 0,1 mmol/L dan EPS 8.5 mmol/L. Setelah
preparasi sampel selesai, dilanjutkan dengan mengukur absorbansi menggunakan
fotometer.
3. Bahan Pemeriksaan
Bahan pemeriksaan atau sampel yang digunakan dalam praktikum penentuan
kadar ALP adalah serum.
4. Cara Kerja
 Tahap Pembuatan Monoreagen R1 : R2 = 4 : 1

Disiapkan 2 tabung Diisikan masing-


dan diberi identitas masing tabung
untuk diisi dengan R1 800μl +
monoreagen R2 200 μl

 Tahap Persiapan Pengukuran Kadar ALP

Diisikan masing- Diinkubasi pada


Disiapkan 3 tabung waterbath dengan
masing tabung sesuai
untuk sampel suhu 37°C selama 2
dengan ketentuan
menit

Dibaca absorbansinya
satu-satu
menggunakan
 Ketentuan isi tabung : fotometer
c. Tabung blanko : Aquades 20 μl + Monoreagen 1000 μl
d. Tabung sampel : Sampel 20 μl + Monoreagen 1000 μl
 Rentang Referensi
- Normal : <258 U/L
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan


Hasil praktikum pemeriksaan kadar ALP yang dilakukan menunjukkan hasil
pada sampel satu adalah 107 U/L dan pada sampel dua adalah 110 U/L. Dari praktikum
yang dilakukan menunjukkan hasil presisi yang baik, sedangkan untuk akurasi nilai
yang didapat normal.
2. Hasil berupa Tabel atau Gambar

Gambar Interpretasi Hasil


- Sampel 1 107 U/L

- Sampel 2 110 U/L

3. Pembahasan berupa Uraian Hasil Praktikum dan Diskusi/Kajian dari Pustaka Lain
Alkaline phosphatase sendiri merupakan metaloenzim yang mengandung Zn sebagai
bagian integral molekul, serta memerlukan Co2+, Mg2+ dan Mn2+ sebagai aktivatornya
(Fajarwati, 2023). Alkaline phosphatase ditemukan sebagian besar di hati, tepatnya di dalam
mikrovili dari kanalikuli empedu dan pada permukaan sinusoidal dari hepatosit (Fajarwati,
2023). Alkaline phosphatase disekresi melalui saluran empedu serta kadarnya meningkat
dalam darah, apabila terjadi sumbatan saluran empedu, penyakit tulang dan hati (Fajarwati,
2023). Pemeriksaan alkaline phosphatase sering digunakan untuk menilai fungsi hepatobilier
dan kolestasis (Fajarwati, 2023). Kadar ALP tinggi jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati,
tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut.
Pemantapan mutu laboratorium kesehatan, untuk mendapatkan hasil laboratorium
yang akurat, diperlukan perhatian terhadap tahap praanalitik, analitik, dan pasca analitik
(Fajarwati, 2023). Tahap pra-analitik merupakan tahap yang sangat penting dan harus
dipertimbangkan dengan cermat. Langkah-langkah pra-analitik meliputi pengumpulan darah,
pengiriman sampel, daftar jenis tes, persiapan sampel, dan pemilihan alat (Fajarwati, 2023).
Tahap analitik meliputi kegiatan pengolahan spesimen, pelaksanaan pemeriksaan,
pengawasan penelitian dan ketepatan pemeriksaan. Tahap pasca analitik meliputi kegiatan
pencatatan hasil pemeriksaan, dan pelaporan hasil (Fajarwati, 2023). Beberapa penelitian
melaporkan variasi tingkat kesalahan yang terjadi di laboratorium, dan rata-rata kesalahan di
laboratorium terjadi pada tahap pra-analitik sebesar 46-77,1%, kesalahan tahap analitik 7-
13%, dan kesalahan tahap pasca analitik sebesar 18,5-47% (Fajarwati, 2023). Oleh karena itu
teknik pengambilan darah yang sesuai dilakukan dengan kriteria yang ketat dan standar
(Fajarwati, 2023). Kesalahan tahap pra – analitik memberikan kontribusi paling besar pada
kesalahan laboratorium. Beberapa hal yang termasuk kesalahan pra – analitik antara lain
pelaksanaan pengambilan spesimen darah (phlebotomy) yang tidak tepat, hemolisis, volume
spesimen yang kurang, tulisan tangan yang tidak bisa dibaca, salah spesimen. Selain itu,
kesalahan lain dapat terjadi yaitu adanya bekuan, adanya bekuan pada spesimen akibat
kesalahan vacutainer atau jenis antikoagulan, rasio volume spesimen antikoagulan,
antikoagulan yang tidak sesuai. Kesalahan pengambilan spesimen darah dari jalur infus juga
menjadi faktor kesalahan dalam tahap pra – analitik. Kesalahan pengambilan spesimen darah
atau phlebotomy dapat dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan (Fajarwati, 2023).
Peralatan flebotomi terdiri dari perlengkapan umum dan peralatan vena, salah satu alat yang
digunakan saat pungsi vena yaitu tourniquet (Fajarwati, 2023).

BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum pemeriksaan kadar ALP yang telah dilakukan,


diperoleh hasil setelah perhitungan pada sampel 1 menunjukkan kadar 107 U/d dan
pada sampel 2 menunjukkan kadar 110 U/L.

DAFTAR PUSTAKA
Fajarwati, P.D. and Nuroini, F., 2023, November. Pengaruh Lama Pembendungan Terhadap
Kadar Alkaline Phosphatase (ALP). In Prosiding Seminar Nasional Unimus (Vol. 6).

Wasdili, F.A.Q., Octaviani, C.D. and Furqon, A., 2022. Hubungan Lama Kerja dengan
Aktivitas Enzim Alkaline Phosphatase (ALP) pada Petani di Daerah
Lembang. Klinikal Sains: Jurnal Analis Kesehatan, 10(2), pp.131-139.
BAB I PENDAHULUAN

1. Judul Praktikum : Penentuan Kadar Gamma-GT


2. Tujuan Praktikum : : Untuk menentukan gamma glutamil-transferase secara in vitro
pada sampel serum atau plasma dengan fotometer
3. Dasar Teori : Gamma-GT mengkatalisis transfer asam glutamat ke reseptor
seperti glisilglisin. Proses ini melep.

BAB II METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat Praktikum : Senin, 02 Oktober 2023 di Laboratorium Hematologi


Universitas Airlangga
2. Alat dan Reagen
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain enam tabung reaksi,
mikropipet beserta tip, rak tabung dan fotometer. Sedangkan reagen yang digunakan
anatara lain aquades, reagen 1 dengan komposisi Tris pH 8.0 100 mmol/L dan
Glisilslisin 100 mmol/L. Reagen 2 dengan komposisi L-gamma-glutamil-3-karboksi-
4-nitroanilida 4 mmol/L. Setelah preparasi sampel selesai, dilanjutkan dengan
mengukur absorbansi menggunakan fotometer.
3. Bahan Pemeriksaan
Bahan pemeriksaan atau sampel yang digunakan dalam praktikum penentuan
kadar gamma-gt adalah serum.
4. Cara Kerja
 Tahap Pembuatan Monoreagen R1 : R2 = 4 : 1

Disiapkan 2 tabung Diisikan masing-


dan diberi identitas masing tabung
untuk diisi dengan R1 800μl +
monoreagen R2 200 μl

 Tahap Persiapan Pengukuran Kadar Gamma-GT

Disiapkan 3 tabung Diisikan masing- Diinkubasi pada


untuk blanko dan masing tabung sesuai waterbath dengan
sampel dengan ketentuan suhu 37°C selama 1
menit

Dibaca absorbansinya
satu-satu
menggunakan
fotometer
 Ketentuan isi tabung :
a. Tabung blanko : Aquades 100 μl + Monoreagen 1000 μl
b. Tabung sampel : Sampel 100 μl + Monoreagen 1000 μl
 Rentang Referensi Normal
- Wanita : <32 U/L
- Pria : <49 U/L

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan


Hasil praktikum pemeriksaan kadar gamma-gt yang dilakukan menunjukkan
hasil pada sampel satu adalah 37 U/L dan pada sampel dua adalah 110 U/L. Dari
praktikum yang dilakukan menunjukkan hasil presisi yang baik, sedangkan untuk
akurasi nilai yang didapat normal.
2. Hasil berupa Tabel atau Gambar

Gambar Interpretasi Hasil


- Sampel 1 37 U/L

- Sampel 2 36 U/L

3. Pembahasan berupa Uraian Hasil Praktikum dan Diskusi/Kajian dari Pustaka Lain
GGT merupakan protein permukaan sel yang terdapat pada berbagai jaringan. GGT
sebagian besar diproduksi di dalam sel hepar dan hepar tempat aktivitas utamanya dengan
memamfaatkan gluthatione sebagai antioksidan intraseluler sel yang berperan penting
dalam perlindungan sel terhadap radikal bebas (Furiyani, 2019). Peningkatan GGT
menunjukkan kompensasi mekanisme anti oksidan melawan stres oksidatif terutama pada
pasien dengan hiperglikemia. GGT memainkan peran penting dalam homeostasis glutathione
intraseluler untuk mengatasi stres oksidatif. Enzim GGT dibentuk pada retikulum endoplasma
dan sel-sel epitel empedu dan kadarnya meningkat pada semua jenis penyakit hati. Enzim
GGT ini merupakan faktor penting, untuk menentukan Algoritma Indeks Lemak Hati / Fat
Liver Index (FLI), selain Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, dan kadar trigliserida.
Algoritma FLI memiliki akurasi tinggi dalam mendeteksi kondisi hati berlemak [0,84 (95% CI
0,81- 0,87)].1
Pemantapan mutu laboratorium kesehatan, untuk mendapatkan hasil laboratorium
yang akurat, diperlukan perhatian terhadap tahap praanalitik, analitik, dan pasca analitik
(Fajarwati, 2023). Tahap pra-analitik merupakan tahap yang sangat penting dan harus
dipertimbangkan dengan cermat. Langkah-langkah pra-analitik meliputi pengumpulan darah,
pengiriman sampel, daftar jenis tes, persiapan sampel, dan pemilihan alat (Fajarwati, 2023).
Tahap analitik meliputi kegiatan pengolahan spesimen, pelaksanaan pemeriksaan,
pengawasan penelitian dan ketepatan pemeriksaan. Tahap pasca analitik meliputi kegiatan
pencatatan hasil pemeriksaan, dan pelaporan hasil (Fajarwati, 2023). Beberapa penelitian
melaporkan variasi tingkat kesalahan yang terjadi di laboratorium, dan rata-rata kesalahan di
laboratorium terjadi pada tahap pra-analitik sebesar 46-77,1%, kesalahan tahap analitik 7-
13%, dan kesalahan tahap pasca analitik sebesar 18,5-47% (Fajarwati, 2023). Oleh karena itu
teknik pengambilan darah yang sesuai dilakukan dengan kriteria yang ketat dan standar
(Fajarwati, 2023). Kesalahan tahap pra – analitik memberikan kontribusi paling besar pada
kesalahan laboratorium. Beberapa hal yang termasuk kesalahan pra – analitik antara lain
pelaksanaan pengambilan spesimen darah (phlebotomy) yang tidak tepat, hemolisis, volume
spesimen yang kurang, tulisan tangan yang tidak bisa dibaca, salah spesimen. Selain itu,
kesalahan lain dapat terjadi yaitu adanya bekuan, adanya bekuan pada spesimen akibat
kesalahan vacutainer atau jenis antikoagulan, rasio volume spesimen antikoagulan,
antikoagulan yang tidak sesuai. Kesalahan pengambilan spesimen darah dari jalur infus juga
menjadi faktor kesalahan dalam tahap pra – analitik. Kesalahan pengambilan spesimen darah
atau phlebotomy dapat dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan (Fajarwati, 2023).
Peralatan flebotomi terdiri dari perlengkapan umum dan peralatan vena, salah satu alat yang
digunakan saat pungsi vena yaitu tourniquet (Fajarwati, 2023).

BAB IV KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum pemeriksaan kadar Gamma-GT yang telah dilakukan,


diperoleh hasil setelah perhitungan pada sampel 1 menunjukkan kadar 37 U/L dan
pada sampel 2 menunjukkan kadar 36 U/L.

DAFTAR PUSTAKA
Fajarwati, P.D. and Nuroini, F., 2023, November. Pengaruh Lama Pembendungan Terhadap
Kadar Alkaline Phosphatase (ALP). In Prosiding Seminar Nasional Unimus (Vol. 6).

Furiyani, F., Syafril, S. and Nst, B., 2019. Hubungan kadar serum gamma-glutamyl
transferase dengan profil lipid pada Diabetes Melitus-Tipe 2 (DM-2) terkontrol
dan tidak terkontrol di Rumah Sakit Umum Pusat Haji, Adam Malik Medan,
Indonesia. Intisari Sains Medis, 10(3).
BAB I PENDAHULUAN

1. Judul Praktikum : Penentuan Kadar Bilirubin Total


2. Tujuan Praktikum : Untuk menentukan kadar bilirubin total dalam serum atau plasma
3. Dasar Teori : Asam sulfanilat bereaksi dengan sodium nitrit menghasilkan asam
sulfanilat terdiazotasi dengan keberadaan TAB membentuk azobilirubin.

BAB II METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat Praktikum : Selasa, 03 Oktober 2023 di Laboratorium Hematologi


Universitas Airlangga
2. Alat dan Reagen
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain enam tabung reaksi,
mikropipet beserta tip, rak tabung dan fotometer. Sedangkan reagen yang digunakan
anatara lain aquades, reagen bilirubin direct, reagen bilirubin activator dan
monoreagen yang terdiri dari 1000 μl R1 dan 20 μl R2.
3. Bahan Pemeriksaan
Bahan pemeriksaan atau sampel yang digunakan dalam praktikum penentuan
kadar bilirubin total adalah serum.
4. Cara Kerja
 Tahap Pembuatan Monoreagen

Disiapkan 3 tabung Diisikan masing-


dan diberi identitas masing tabung
untuk diisi dengan R1 1000μl +
monoreagen R2 20μl

 Tahap Persiapan Pengukuran Kadar Bilirubin Total

Disiapkan 3 tabung Diisikan masing- Diinkubasi pada


untuk blanko dan masing tabung sesuai waterbath dengan
sampel dengan ketentuan suhu 37°C selama 1
menit

Dibaca absorbansinya
satu-satu
menggunakan
fotometer
 Ketentuan isi tabung :
a. Tabung blanko : Aquades 50μl + Monoreagen 1020 μl
b. Tabung sampel : Sampel 50μl + Monoreagen 1020 μl
 Rentang Referensi
- Normaal : > 1.1 mg/dL
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan


Hasil praktikum pemeriksaan kadar bilirubin total yang dilakukan
menunjukkan hasil pada sampel satu adalah 0.8 mg/dL dan pada sampel dua adalah 0.7
mg/dL. Dari praktikum yang dilakukan menunjukkan hasil presisi yang baik,
sedangkan untuk akurasi nilai yang didapat di bawah batas normal.
2. Hasil berupa Tabel atau Gambar

Gambar Interpretasi Hasil


- Sampel 1 0.8 mg/dL

- Sampel 2 0.7 mg/dL

3. Pembahasan berupa Uraian Hasil Praktikum dan Diskusi/Kajian dari Pustaka Lain
Biirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin
disaring dari darah oleh hati dan dikeluarkan pada cairan empedu. Sebagaian dari bilirubin
total termetabolisme, dan bagian ini disebut sebagai bilirubin langsung. Meningkatnya
dibagian ini, penyebab biasanya di luar hati. Bilirubin langsung didapatkan hasil rendah
sementara bilirubin total tinggi, hal ini menunjukkan kerusakan pada hati atau pada saluran
cairan empedu dalam hati. Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang memberi warna
pada kotoran, bila tingkatnya sangat tinggi, kulit dan mata dapat menjadi kuning, yang
mengakibatkan gejala ikterus. Bilirubin merupakan produk pemecahan sel darah merah. 7
Pemecahan pertama dari sistem RES ( reticuleondothehelial system ) yang diawali dengan
peleasan besi dan rantai peptida globolin. Bilirubin berawal dari turunan cincin porfirin yang
terbuka dan menjadi rantai lurus, dalam sistem RES, turunan tersebut dikenal sebagai
biliverdin yang kemudian dikeluarkan ke sirkulasi, didalam plasma, bilirubin diikat oleh
albumin yang dikenal sebagai bilirubin indirek (Kosasih,E.N.2008).
Pemantapan mutu laboratorium kesehatan, untuk mendapatkan hasil laboratorium
yang akurat, diperlukan perhatian terhadap tahap praanalitik, analitik, dan pasca analitik
(Fajarwati, 2023). Tahap pra-analitik merupakan tahap yang sangat penting dan harus
dipertimbangkan dengan cermat. Langkah-langkah pra-analitik meliputi pengumpulan darah,
pengiriman sampel, daftar jenis tes, persiapan sampel, dan pemilihan alat (Fajarwati, 2023).
Tahap analitik meliputi kegiatan pengolahan spesimen, pelaksanaan pemeriksaan,
pengawasan penelitian dan ketepatan pemeriksaan. Tahap pasca analitik meliputi kegiatan
pencatatan hasil pemeriksaan, dan pelaporan hasil (Fajarwati, 2023). Beberapa penelitian
melaporkan variasi tingkat kesalahan yang terjadi di laboratorium, dan rata-rata kesalahan di
laboratorium terjadi pada tahap pra-analitik sebesar 46-77,1%, kesalahan tahap analitik 7-
13%, dan kesalahan tahap pasca analitik sebesar 18,5-47% (Fajarwati, 2023). Oleh karena itu
teknik pengambilan darah yang sesuai dilakukan dengan kriteria yang ketat dan standar
(Fajarwati, 2023). Kesalahan tahap pra – analitik memberikan kontribusi paling besar pada
kesalahan laboratorium. Beberapa hal yang termasuk kesalahan pra – analitik antara lain
pelaksanaan pengambilan spesimen darah (phlebotomy) yang tidak tepat, hemolisis, volume
spesimen yang kurang, tulisan tangan yang tidak bisa dibaca, salah spesimen. Selain itu,
kesalahan lain dapat terjadi yaitu adanya bekuan, adanya bekuan pada spesimen akibat
kesalahan vacutainer atau jenis antikoagulan, rasio volume spesimen antikoagulan,
antikoagulan yang tidak sesuai. Kesalahan pengambilan spesimen darah dari jalur infus juga
menjadi faktor kesalahan dalam tahap pra – analitik. Kesalahan pengambilan spesimen darah
atau phlebotomy dapat dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan (Fajarwati, 2023).
Peralatan flebotomi terdiri dari perlengkapan umum dan peralatan vena, salah satu alat yang
digunakan saat pungsi vena yaitu tourniquet (Fajarwati, 2023).

BAB IV KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum pemeriksaan kadar bilirubin total yang telah
dilakukan, diperoleh hasil setelah perhitungan pada sampel 1 menunjukkan kadar 0.8
mg/dL dan pada sampel 2 menunjukkan kadar 0.7 mg/dL.

DAFTAR PUSTAKA
Fajarwati, P.D. and Nuroini, F., 2023, November. Pengaruh Lama Pembendungan Terhadap
Kadar Alkaline Phosphatase (ALP). In Prosiding Seminar Nasional Unimus (Vol. 6).

Pasaribu, D.A., 2020. Pemeriksaan Bilirubin Total pada Pasie Skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Prof. Dr. Mugammad Ildrem Pemprov Sumut
BAB I PENDAHULUAN

1. Judul Praktikum : Penentuan Kadar Bilirubin Direct


2. Tujuan Praktikum : Untuk menentukan kadar bilirubin pada suatu plasma atau serum
3. Dasar Teori : Bilirubin bereaksi dg garam sulfur geagonium dalam reagen
menghasilkan produk warna hasil dari azobilirubin.

BAB II METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat Praktikum : Senin, 02 Oktober 2023 di Laboratorium Hematologi


Universitas Airlangga
2. Alat dan Reagen
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain enam tabung reaksi,
mikropipet beserta tip, rak tabung dan fotometer. Sedangkan reagen yang digunakan
anatara lain aquades, reagen bilirubin direct, reagen bilirubin activator dan
monoreagen yang terdiri dari 1000 μl R1 dan 10 μl R2.
3. Bahan Pemeriksaan
Bahan pemeriksaan atau sampel yang digunakan dalam praktikum penentuan
kadar bilirubin direct adalah serum.
4. Cara Kerja
 Tahap Pembuatan Monoreagen

Disiapkan 3 tabung Diisikan masing-


dan diberi identitas masing tabung
untuk diisi dengan R1 1000μl +
monoreagen R2 10μl

 Tahap Persiapan Pengukuran Kadar Bilirubin Direct

Disiapkan 3 tabung Diisikan masing- Diinkubasi pada


untuk blanko dan masing tabung sesuai waterbath dengan
sampel dengan ketentuan suhu 37°C selama 1
menit

Dibaca absorbansinya
satu-satu
menggunakan
fotometer

 Ketentuan isi tabung :


c. Tabung blanko : Aquades 50μl + Monoreagen 1010 μl
d. Tabung sampel : Sampel 50μl + Monoreagen 1010 μl
 Rentang Referensi
- Normaal : > 1.1 mg/dL
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan


Hasil praktikum pemeriksaan kadar bilirubin direct yang dilakukan
menunjukkan hasil pada sampel satu adalah 1.0 mg/dL dan pada sampel dua adalah 1.0
mg/dL. Dari praktikum yang dilakukan menunjukkan hasil presisi yang baik,
sedangkan untuk akurasi nilai yang didapat normal.
2. Hasil berupa Tabel atau Gambar

Gambar Interpretasi Hasil


- Sampel 1

1.0 mg/dL

- Sampel 2

1.0 mg/dL

3. Pembahasan berupa Uraian Hasil Praktikum dan Diskusi/Kajian dari Pustaka Lain
Biirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin
disaring dari darah oleh hati dan dikeluarkan pada cairan empedu. Sebagaian dari bilirubin
total termetabolisme, dan bagian ini disebut sebagai bilirubin langsung. Meningkatnya
dibagian ini, penyebab biasanya di luar hati. Bilirubin langsung didapatkan hasil rendah
sementara bilirubin total tinggi, hal ini menunjukkan kerusakan pada hati atau pada saluran
cairan empedu dalam hati. Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang memberi warna
pada kotoran, bila tingkatnya sangat tinggi, kulit dan mata dapat menjadi kuning, yang
mengakibatkan gejala ikterus. Bilirubin merupakan produk pemecahan sel darah merah. 7
Pemecahan pertama dari sistem RES ( reticuleondothehelial system ) yang diawali dengan
peleasan besi dan rantai peptida globolin. Bilirubin berawal dari turunan cincin porfirin yang
terbuka dan menjadi rantai lurus, dalam sistem RES, turunan tersebut dikenal sebagai
biliverdin yang kemudian dikeluarkan ke sirkulasi, didalam plasma, bilirubin diikat oleh
albumin yang dikenal sebagai bilirubin indirek (Kosasih,E.N.2008). Bilirubin indirek masuk
kedalam sel setelah sampai di hepar, sedangkan yang lain tetap berada disirkulasi tubuh
melewati jantung, bilirubin yang masuk ke sel hepar dalam keadaan bebas, berikatan dengan
asam glokuronida dan disebut dengan bilirubin terkonjugasi atau yang lebih dikenal dengan
bilirubin direk. ) Setelah itu, bilirubin direk sebagian besar masuk kedalam sirkulasi empedu
dan sebagian lagi masuk kedalam sirkulasi darah. Oleh karena itu dalam sirkulasi umum
terdapat bilirubin indirek dan bilirubin direk, dalam keadaan normal, bilirubin indirek < 0,75
mg% dan bilirubin direk < 0,25 mg % dan total bilirubin tidak lebih dari 1 mg %. Bilirubin
direk yang memasuki jalur empedu akan terkumpul dalam kantong empedu dan akhirnya
akan masuk kedalam usus. Sampai dalam lumen usus, akibat flora usus, bilirubin direk
teroksidasi menjadi urobilinogen (Sutedjo,2009).
Pemantapan mutu laboratorium kesehatan, untuk mendapatkan hasil laboratorium
yang akurat, diperlukan perhatian terhadap tahap praanalitik, analitik, dan pasca analitik
(Fajarwati, 2023). Tahap pra-analitik merupakan tahap yang sangat penting dan harus
dipertimbangkan dengan cermat. Langkah-langkah pra-analitik meliputi pengumpulan darah,
pengiriman sampel, daftar jenis tes, persiapan sampel, dan pemilihan alat (Fajarwati, 2023).
Tahap analitik meliputi kegiatan pengolahan spesimen, pelaksanaan pemeriksaan,
pengawasan penelitian dan ketepatan pemeriksaan. Tahap pasca analitik meliputi kegiatan
pencatatan hasil pemeriksaan, dan pelaporan hasil (Fajarwati, 2023). Beberapa penelitian
melaporkan variasi tingkat kesalahan yang terjadi di laboratorium, dan rata-rata kesalahan di
laboratorium terjadi pada tahap pra-analitik sebesar 46-77,1%, kesalahan tahap analitik 7-
13%, dan kesalahan tahap pasca analitik sebesar 18,5-47% (Fajarwati, 2023). Oleh karena itu
teknik pengambilan darah yang sesuai dilakukan dengan kriteria yang ketat dan standar
(Fajarwati, 2023). Kesalahan tahap pra – analitik memberikan kontribusi paling besar pada
kesalahan laboratorium. Beberapa hal yang termasuk kesalahan pra – analitik antara lain
pelaksanaan pengambilan spesimen darah (phlebotomy) yang tidak tepat, hemolisis, volume
spesimen yang kurang, tulisan tangan yang tidak bisa dibaca, salah spesimen. Selain itu,
kesalahan lain dapat terjadi yaitu adanya bekuan, adanya bekuan pada spesimen akibat
kesalahan vacutainer atau jenis antikoagulan, rasio volume spesimen antikoagulan,
antikoagulan yang tidak sesuai. Kesalahan pengambilan spesimen darah dari jalur infus juga
menjadi faktor kesalahan dalam tahap pra – analitik. Kesalahan pengambilan spesimen darah
atau phlebotomy dapat dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan (Fajarwati, 2023).
Peralatan flebotomi terdiri dari perlengkapan umum dan peralatan vena, salah satu alat yang
digunakan saat pungsi vena yaitu tourniquet (Fajarwati, 2023).

BAB IV KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum pemeriksaan kadar bilirubin total yang telah
dilakukan, diperoleh hasil setelah perhitungan pada sampel 1 menunjukkan kadar 1.0
mg/dL dan pada sampel 2 menunjukkan kadar 1.0 mg/dL

DAFTAR PUSTAKA
Fajarwati, P.D. and Nuroini, F., 2023, November. Pengaruh Lama Pembendungan Terhadap
Kadar Alkaline Phosphatase (ALP). In Prosiding Seminar Nasional Unimus (Vol. 6).

Pasaribu, D.A., 2020. Pemeriksaan Bilirubin Total pada Pasie Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Prof. Dr. Mugammad Ildrem Pemprov Sumut

Anda mungkin juga menyukai