KIMIA KLINIK II
disusun oleh:
ALLIFIA AFINI WULANDARI
152110113072
Dibaca absorbansinya
satu-satu
menggunakan
fotometer
Ketentuan isi tabung :
a. Tabung blanko : Aquades 20 μl + Monoreagen 1000 μl
b. Tabung sampel : Sampel 20 μl + Monoreagen 1000 μl
Rentang Referensi
- Normal : 25-86 U/L
123 U/L
- Sampel 1
- Sampel 2
122 U/L
3. Pembahasan berupa Uraian Hasil Praktikum dan Diskusi/Kajian dari Pustaka Lain
Amilase adalah suatu enzim yang disekresikan oleh pankreas dan kelenjar saliva.
Amilase di dalam tubuh manusia terbagi menjadi 2 jenis yaitu isoamilase-s dan isoamilase-p.
Keduanya dibedakan dari organ yang mensekresi, isoamilase-p disekresikan oleh pankreas
dan isoamilase-s disekresikan oleh kelenjar saliva (Putra, 2017). Amilase berfungsi sebagai
enzim hidrolase glikosida yang mengkatalis pemecahan pati menjadi gula. Amilase pada
manusia berfungsi saat terjadi proses pencernaan (Putra, 2017). Pemeriksaan alfa amilase
dapat menggunakan sampel serum dan plasma, namun juga dapat menggunakan urin
(Andriani, 2020). Kadar amilase meningkat pada gangguan fungsi pankreas atau kerusakan
pankreas seperti pankreatitis akut (Putra, 2017). Kadar amilase total merupakan tes yang
paling sering digunakan untuk mengetahui fungsi pankreas dan penyakit pankreas. Kadar
amilase yang meningkat tiga kali lebih besar dari nilai normal adalah kriteria diagnosis
gangguan atau kerusakan pankreas seperti pankreatitis dan nekrosis pancreas (Putra, 2017).
Dalam proses pengendalian mutu dilaboratorium dikenal ada tiga tahapan
penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Kesalahan pada proses
pra-analitik dapat memberikan konstribusi sekitar 61% dari total kesalahan
laboratorium,sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%.
Proses pra analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pra-analitik ekstra
laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi
persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium,
penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen. Pada proses pemeriksaan yang
melalui banyak tahapan, dapat pula memberikan kemungkinan keselahan yang terjadi
lebih besar dibandingkan proses pemeriksaan yang lebih sedikit tahapan yang dilalui
(Melati, 2021). Presisi (ketelitian) adalah kemampuan untuk memberikan hasil yang
sama pada setiap pengulangan pemeriksaan. Akurasi (ketepatan) adalah kesesuaian
antara hasil pemeriksaan dengan true value yang tidak harus selalu sama rentangnya
karena ada nilai rentang yang dapat digunakan sebagai standar. Uji ketepatan dapat
digunakan untuk mengenali adanya kesalahan sistemik.
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, D.D. and Anggraini, H., 2020. Perbedaan Kadar Alfa Amilase Urin yang
Diperiksa Segera dan Ditunda 2 Hari pada Suhu Simpan 25ºC. In Prosiding
Seminar Nasional Unimus (Vol. 3).
Melati, F.D.P., Widiany, F.L. and Inayah, I., 2021. Asupan Lemak Jenuh dengan
Kadar Kolesterol Low Density Lipoprotein pada Lansia
Hiperkolesterolemia. JURNAL NUTRISIA, 23(1), pp.44-51
Putra, A.R., 2017. Hubungan Kadar Glukosa Darah Dengan Kadar Α-Amilase Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Obesitas (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Semarang).
BAB I PENDAHULUAN
Dibaca absorbansinya
satu-satu
menggunakan
Ketentuan isi tabung : fotometer
c. Tabung blanko : Aquades 20 μl + Monoreagen 1000 μl
d. Tabung sampel : Sampel 20 μl + Monoreagen 1000 μl
Rentang Referensi
- Normal : <258 U/L
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Pembahasan berupa Uraian Hasil Praktikum dan Diskusi/Kajian dari Pustaka Lain
Alkaline phosphatase sendiri merupakan metaloenzim yang mengandung Zn sebagai
bagian integral molekul, serta memerlukan Co2+, Mg2+ dan Mn2+ sebagai aktivatornya
(Fajarwati, 2023). Alkaline phosphatase ditemukan sebagian besar di hati, tepatnya di dalam
mikrovili dari kanalikuli empedu dan pada permukaan sinusoidal dari hepatosit (Fajarwati,
2023). Alkaline phosphatase disekresi melalui saluran empedu serta kadarnya meningkat
dalam darah, apabila terjadi sumbatan saluran empedu, penyakit tulang dan hati (Fajarwati,
2023). Pemeriksaan alkaline phosphatase sering digunakan untuk menilai fungsi hepatobilier
dan kolestasis (Fajarwati, 2023). Kadar ALP tinggi jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati,
tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut.
Pemantapan mutu laboratorium kesehatan, untuk mendapatkan hasil laboratorium
yang akurat, diperlukan perhatian terhadap tahap praanalitik, analitik, dan pasca analitik
(Fajarwati, 2023). Tahap pra-analitik merupakan tahap yang sangat penting dan harus
dipertimbangkan dengan cermat. Langkah-langkah pra-analitik meliputi pengumpulan darah,
pengiriman sampel, daftar jenis tes, persiapan sampel, dan pemilihan alat (Fajarwati, 2023).
Tahap analitik meliputi kegiatan pengolahan spesimen, pelaksanaan pemeriksaan,
pengawasan penelitian dan ketepatan pemeriksaan. Tahap pasca analitik meliputi kegiatan
pencatatan hasil pemeriksaan, dan pelaporan hasil (Fajarwati, 2023). Beberapa penelitian
melaporkan variasi tingkat kesalahan yang terjadi di laboratorium, dan rata-rata kesalahan di
laboratorium terjadi pada tahap pra-analitik sebesar 46-77,1%, kesalahan tahap analitik 7-
13%, dan kesalahan tahap pasca analitik sebesar 18,5-47% (Fajarwati, 2023). Oleh karena itu
teknik pengambilan darah yang sesuai dilakukan dengan kriteria yang ketat dan standar
(Fajarwati, 2023). Kesalahan tahap pra – analitik memberikan kontribusi paling besar pada
kesalahan laboratorium. Beberapa hal yang termasuk kesalahan pra – analitik antara lain
pelaksanaan pengambilan spesimen darah (phlebotomy) yang tidak tepat, hemolisis, volume
spesimen yang kurang, tulisan tangan yang tidak bisa dibaca, salah spesimen. Selain itu,
kesalahan lain dapat terjadi yaitu adanya bekuan, adanya bekuan pada spesimen akibat
kesalahan vacutainer atau jenis antikoagulan, rasio volume spesimen antikoagulan,
antikoagulan yang tidak sesuai. Kesalahan pengambilan spesimen darah dari jalur infus juga
menjadi faktor kesalahan dalam tahap pra – analitik. Kesalahan pengambilan spesimen darah
atau phlebotomy dapat dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan (Fajarwati, 2023).
Peralatan flebotomi terdiri dari perlengkapan umum dan peralatan vena, salah satu alat yang
digunakan saat pungsi vena yaitu tourniquet (Fajarwati, 2023).
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Fajarwati, P.D. and Nuroini, F., 2023, November. Pengaruh Lama Pembendungan Terhadap
Kadar Alkaline Phosphatase (ALP). In Prosiding Seminar Nasional Unimus (Vol. 6).
Wasdili, F.A.Q., Octaviani, C.D. and Furqon, A., 2022. Hubungan Lama Kerja dengan
Aktivitas Enzim Alkaline Phosphatase (ALP) pada Petani di Daerah
Lembang. Klinikal Sains: Jurnal Analis Kesehatan, 10(2), pp.131-139.
BAB I PENDAHULUAN
Dibaca absorbansinya
satu-satu
menggunakan
fotometer
Ketentuan isi tabung :
a. Tabung blanko : Aquades 100 μl + Monoreagen 1000 μl
b. Tabung sampel : Sampel 100 μl + Monoreagen 1000 μl
Rentang Referensi Normal
- Wanita : <32 U/L
- Pria : <49 U/L
- Sampel 2 36 U/L
3. Pembahasan berupa Uraian Hasil Praktikum dan Diskusi/Kajian dari Pustaka Lain
GGT merupakan protein permukaan sel yang terdapat pada berbagai jaringan. GGT
sebagian besar diproduksi di dalam sel hepar dan hepar tempat aktivitas utamanya dengan
memamfaatkan gluthatione sebagai antioksidan intraseluler sel yang berperan penting
dalam perlindungan sel terhadap radikal bebas (Furiyani, 2019). Peningkatan GGT
menunjukkan kompensasi mekanisme anti oksidan melawan stres oksidatif terutama pada
pasien dengan hiperglikemia. GGT memainkan peran penting dalam homeostasis glutathione
intraseluler untuk mengatasi stres oksidatif. Enzim GGT dibentuk pada retikulum endoplasma
dan sel-sel epitel empedu dan kadarnya meningkat pada semua jenis penyakit hati. Enzim
GGT ini merupakan faktor penting, untuk menentukan Algoritma Indeks Lemak Hati / Fat
Liver Index (FLI), selain Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, dan kadar trigliserida.
Algoritma FLI memiliki akurasi tinggi dalam mendeteksi kondisi hati berlemak [0,84 (95% CI
0,81- 0,87)].1
Pemantapan mutu laboratorium kesehatan, untuk mendapatkan hasil laboratorium
yang akurat, diperlukan perhatian terhadap tahap praanalitik, analitik, dan pasca analitik
(Fajarwati, 2023). Tahap pra-analitik merupakan tahap yang sangat penting dan harus
dipertimbangkan dengan cermat. Langkah-langkah pra-analitik meliputi pengumpulan darah,
pengiriman sampel, daftar jenis tes, persiapan sampel, dan pemilihan alat (Fajarwati, 2023).
Tahap analitik meliputi kegiatan pengolahan spesimen, pelaksanaan pemeriksaan,
pengawasan penelitian dan ketepatan pemeriksaan. Tahap pasca analitik meliputi kegiatan
pencatatan hasil pemeriksaan, dan pelaporan hasil (Fajarwati, 2023). Beberapa penelitian
melaporkan variasi tingkat kesalahan yang terjadi di laboratorium, dan rata-rata kesalahan di
laboratorium terjadi pada tahap pra-analitik sebesar 46-77,1%, kesalahan tahap analitik 7-
13%, dan kesalahan tahap pasca analitik sebesar 18,5-47% (Fajarwati, 2023). Oleh karena itu
teknik pengambilan darah yang sesuai dilakukan dengan kriteria yang ketat dan standar
(Fajarwati, 2023). Kesalahan tahap pra – analitik memberikan kontribusi paling besar pada
kesalahan laboratorium. Beberapa hal yang termasuk kesalahan pra – analitik antara lain
pelaksanaan pengambilan spesimen darah (phlebotomy) yang tidak tepat, hemolisis, volume
spesimen yang kurang, tulisan tangan yang tidak bisa dibaca, salah spesimen. Selain itu,
kesalahan lain dapat terjadi yaitu adanya bekuan, adanya bekuan pada spesimen akibat
kesalahan vacutainer atau jenis antikoagulan, rasio volume spesimen antikoagulan,
antikoagulan yang tidak sesuai. Kesalahan pengambilan spesimen darah dari jalur infus juga
menjadi faktor kesalahan dalam tahap pra – analitik. Kesalahan pengambilan spesimen darah
atau phlebotomy dapat dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan (Fajarwati, 2023).
Peralatan flebotomi terdiri dari perlengkapan umum dan peralatan vena, salah satu alat yang
digunakan saat pungsi vena yaitu tourniquet (Fajarwati, 2023).
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Fajarwati, P.D. and Nuroini, F., 2023, November. Pengaruh Lama Pembendungan Terhadap
Kadar Alkaline Phosphatase (ALP). In Prosiding Seminar Nasional Unimus (Vol. 6).
Furiyani, F., Syafril, S. and Nst, B., 2019. Hubungan kadar serum gamma-glutamyl
transferase dengan profil lipid pada Diabetes Melitus-Tipe 2 (DM-2) terkontrol
dan tidak terkontrol di Rumah Sakit Umum Pusat Haji, Adam Malik Medan,
Indonesia. Intisari Sains Medis, 10(3).
BAB I PENDAHULUAN
Dibaca absorbansinya
satu-satu
menggunakan
fotometer
Ketentuan isi tabung :
a. Tabung blanko : Aquades 50μl + Monoreagen 1020 μl
b. Tabung sampel : Sampel 50μl + Monoreagen 1020 μl
Rentang Referensi
- Normaal : > 1.1 mg/dL
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Pembahasan berupa Uraian Hasil Praktikum dan Diskusi/Kajian dari Pustaka Lain
Biirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin
disaring dari darah oleh hati dan dikeluarkan pada cairan empedu. Sebagaian dari bilirubin
total termetabolisme, dan bagian ini disebut sebagai bilirubin langsung. Meningkatnya
dibagian ini, penyebab biasanya di luar hati. Bilirubin langsung didapatkan hasil rendah
sementara bilirubin total tinggi, hal ini menunjukkan kerusakan pada hati atau pada saluran
cairan empedu dalam hati. Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang memberi warna
pada kotoran, bila tingkatnya sangat tinggi, kulit dan mata dapat menjadi kuning, yang
mengakibatkan gejala ikterus. Bilirubin merupakan produk pemecahan sel darah merah. 7
Pemecahan pertama dari sistem RES ( reticuleondothehelial system ) yang diawali dengan
peleasan besi dan rantai peptida globolin. Bilirubin berawal dari turunan cincin porfirin yang
terbuka dan menjadi rantai lurus, dalam sistem RES, turunan tersebut dikenal sebagai
biliverdin yang kemudian dikeluarkan ke sirkulasi, didalam plasma, bilirubin diikat oleh
albumin yang dikenal sebagai bilirubin indirek (Kosasih,E.N.2008).
Pemantapan mutu laboratorium kesehatan, untuk mendapatkan hasil laboratorium
yang akurat, diperlukan perhatian terhadap tahap praanalitik, analitik, dan pasca analitik
(Fajarwati, 2023). Tahap pra-analitik merupakan tahap yang sangat penting dan harus
dipertimbangkan dengan cermat. Langkah-langkah pra-analitik meliputi pengumpulan darah,
pengiriman sampel, daftar jenis tes, persiapan sampel, dan pemilihan alat (Fajarwati, 2023).
Tahap analitik meliputi kegiatan pengolahan spesimen, pelaksanaan pemeriksaan,
pengawasan penelitian dan ketepatan pemeriksaan. Tahap pasca analitik meliputi kegiatan
pencatatan hasil pemeriksaan, dan pelaporan hasil (Fajarwati, 2023). Beberapa penelitian
melaporkan variasi tingkat kesalahan yang terjadi di laboratorium, dan rata-rata kesalahan di
laboratorium terjadi pada tahap pra-analitik sebesar 46-77,1%, kesalahan tahap analitik 7-
13%, dan kesalahan tahap pasca analitik sebesar 18,5-47% (Fajarwati, 2023). Oleh karena itu
teknik pengambilan darah yang sesuai dilakukan dengan kriteria yang ketat dan standar
(Fajarwati, 2023). Kesalahan tahap pra – analitik memberikan kontribusi paling besar pada
kesalahan laboratorium. Beberapa hal yang termasuk kesalahan pra – analitik antara lain
pelaksanaan pengambilan spesimen darah (phlebotomy) yang tidak tepat, hemolisis, volume
spesimen yang kurang, tulisan tangan yang tidak bisa dibaca, salah spesimen. Selain itu,
kesalahan lain dapat terjadi yaitu adanya bekuan, adanya bekuan pada spesimen akibat
kesalahan vacutainer atau jenis antikoagulan, rasio volume spesimen antikoagulan,
antikoagulan yang tidak sesuai. Kesalahan pengambilan spesimen darah dari jalur infus juga
menjadi faktor kesalahan dalam tahap pra – analitik. Kesalahan pengambilan spesimen darah
atau phlebotomy dapat dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan (Fajarwati, 2023).
Peralatan flebotomi terdiri dari perlengkapan umum dan peralatan vena, salah satu alat yang
digunakan saat pungsi vena yaitu tourniquet (Fajarwati, 2023).
BAB IV KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum pemeriksaan kadar bilirubin total yang telah
dilakukan, diperoleh hasil setelah perhitungan pada sampel 1 menunjukkan kadar 0.8
mg/dL dan pada sampel 2 menunjukkan kadar 0.7 mg/dL.
DAFTAR PUSTAKA
Fajarwati, P.D. and Nuroini, F., 2023, November. Pengaruh Lama Pembendungan Terhadap
Kadar Alkaline Phosphatase (ALP). In Prosiding Seminar Nasional Unimus (Vol. 6).
Pasaribu, D.A., 2020. Pemeriksaan Bilirubin Total pada Pasie Skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa Prof. Dr. Mugammad Ildrem Pemprov Sumut
BAB I PENDAHULUAN
Dibaca absorbansinya
satu-satu
menggunakan
fotometer
1.0 mg/dL
- Sampel 2
1.0 mg/dL
3. Pembahasan berupa Uraian Hasil Praktikum dan Diskusi/Kajian dari Pustaka Lain
Biirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin
disaring dari darah oleh hati dan dikeluarkan pada cairan empedu. Sebagaian dari bilirubin
total termetabolisme, dan bagian ini disebut sebagai bilirubin langsung. Meningkatnya
dibagian ini, penyebab biasanya di luar hati. Bilirubin langsung didapatkan hasil rendah
sementara bilirubin total tinggi, hal ini menunjukkan kerusakan pada hati atau pada saluran
cairan empedu dalam hati. Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang memberi warna
pada kotoran, bila tingkatnya sangat tinggi, kulit dan mata dapat menjadi kuning, yang
mengakibatkan gejala ikterus. Bilirubin merupakan produk pemecahan sel darah merah. 7
Pemecahan pertama dari sistem RES ( reticuleondothehelial system ) yang diawali dengan
peleasan besi dan rantai peptida globolin. Bilirubin berawal dari turunan cincin porfirin yang
terbuka dan menjadi rantai lurus, dalam sistem RES, turunan tersebut dikenal sebagai
biliverdin yang kemudian dikeluarkan ke sirkulasi, didalam plasma, bilirubin diikat oleh
albumin yang dikenal sebagai bilirubin indirek (Kosasih,E.N.2008). Bilirubin indirek masuk
kedalam sel setelah sampai di hepar, sedangkan yang lain tetap berada disirkulasi tubuh
melewati jantung, bilirubin yang masuk ke sel hepar dalam keadaan bebas, berikatan dengan
asam glokuronida dan disebut dengan bilirubin terkonjugasi atau yang lebih dikenal dengan
bilirubin direk. ) Setelah itu, bilirubin direk sebagian besar masuk kedalam sirkulasi empedu
dan sebagian lagi masuk kedalam sirkulasi darah. Oleh karena itu dalam sirkulasi umum
terdapat bilirubin indirek dan bilirubin direk, dalam keadaan normal, bilirubin indirek < 0,75
mg% dan bilirubin direk < 0,25 mg % dan total bilirubin tidak lebih dari 1 mg %. Bilirubin
direk yang memasuki jalur empedu akan terkumpul dalam kantong empedu dan akhirnya
akan masuk kedalam usus. Sampai dalam lumen usus, akibat flora usus, bilirubin direk
teroksidasi menjadi urobilinogen (Sutedjo,2009).
Pemantapan mutu laboratorium kesehatan, untuk mendapatkan hasil laboratorium
yang akurat, diperlukan perhatian terhadap tahap praanalitik, analitik, dan pasca analitik
(Fajarwati, 2023). Tahap pra-analitik merupakan tahap yang sangat penting dan harus
dipertimbangkan dengan cermat. Langkah-langkah pra-analitik meliputi pengumpulan darah,
pengiriman sampel, daftar jenis tes, persiapan sampel, dan pemilihan alat (Fajarwati, 2023).
Tahap analitik meliputi kegiatan pengolahan spesimen, pelaksanaan pemeriksaan,
pengawasan penelitian dan ketepatan pemeriksaan. Tahap pasca analitik meliputi kegiatan
pencatatan hasil pemeriksaan, dan pelaporan hasil (Fajarwati, 2023). Beberapa penelitian
melaporkan variasi tingkat kesalahan yang terjadi di laboratorium, dan rata-rata kesalahan di
laboratorium terjadi pada tahap pra-analitik sebesar 46-77,1%, kesalahan tahap analitik 7-
13%, dan kesalahan tahap pasca analitik sebesar 18,5-47% (Fajarwati, 2023). Oleh karena itu
teknik pengambilan darah yang sesuai dilakukan dengan kriteria yang ketat dan standar
(Fajarwati, 2023). Kesalahan tahap pra – analitik memberikan kontribusi paling besar pada
kesalahan laboratorium. Beberapa hal yang termasuk kesalahan pra – analitik antara lain
pelaksanaan pengambilan spesimen darah (phlebotomy) yang tidak tepat, hemolisis, volume
spesimen yang kurang, tulisan tangan yang tidak bisa dibaca, salah spesimen. Selain itu,
kesalahan lain dapat terjadi yaitu adanya bekuan, adanya bekuan pada spesimen akibat
kesalahan vacutainer atau jenis antikoagulan, rasio volume spesimen antikoagulan,
antikoagulan yang tidak sesuai. Kesalahan pengambilan spesimen darah dari jalur infus juga
menjadi faktor kesalahan dalam tahap pra – analitik. Kesalahan pengambilan spesimen darah
atau phlebotomy dapat dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan (Fajarwati, 2023).
Peralatan flebotomi terdiri dari perlengkapan umum dan peralatan vena, salah satu alat yang
digunakan saat pungsi vena yaitu tourniquet (Fajarwati, 2023).
BAB IV KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum pemeriksaan kadar bilirubin total yang telah
dilakukan, diperoleh hasil setelah perhitungan pada sampel 1 menunjukkan kadar 1.0
mg/dL dan pada sampel 2 menunjukkan kadar 1.0 mg/dL
DAFTAR PUSTAKA
Fajarwati, P.D. and Nuroini, F., 2023, November. Pengaruh Lama Pembendungan Terhadap
Kadar Alkaline Phosphatase (ALP). In Prosiding Seminar Nasional Unimus (Vol. 6).
Pasaribu, D.A., 2020. Pemeriksaan Bilirubin Total pada Pasie Skizofrenia di Rumah
Sakit Jiwa Prof. Dr. Mugammad Ildrem Pemprov Sumut