Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SITOHISTOTEKNOLOGI II

“QC DAN PENGARSIPAN PADA LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI”

Dosen Pembimbing:
Burhannudin, M.Sc
Purwanto, S.Si

Disusun Oleh:
KELOMPOK 11
Irene Puspita Sari P3.73.34.2.19.020
Kharisma Dwi R. K P3.73.34.2.19.021
Nurfirda Ramadani P3.73.34.2.19.030
Tyas Tridianti P3.73.34.2.19.042

D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang
berjudul “QC dan Pengarsipan Pada Laboratorium Patologi Anatomi”. Penyusunan
makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Sitohistoteknologi, berisikan tentang hal-hal yang berkaitan mengenai quality control dan
pengarsipan pada laboratorium patologi anatomi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesemprunaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca dalam hal ini
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 28 Agustus 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2
2.1 Pengendalian Mutu...................................................................................................2
2.1.1 Definisi.....................................................................................................................2
2.1.2 Pemantauan Mutu Internal Histopatologi.............................................................3
2.1.3 Pemantapan Mutu Internal Sitopatologi...............................................................6
2.1.4 Pemantapan Mutu Eksternal..................................................................................6
2.2 Pengarsipan pada Laboratorium Patologi Anatomi..............................................8
2.2.1 Pengertian................................................................................................................8
2.2.2 Tujuan.......................................................................................................................8
2.2.3 Tabel Penyimpanan................................................................................................8
2.2.4 Penyimpanan Slide Mikroskopik..........................................................................9
2.2.5 Penyimpanan Blok Parafin..................................................................................10
2.2.6 Penyimpanan Formulir Asli Permintaan............................................................10
2.2.7 Penyimpanan Formulir Duplikat Hasil...............................................................10
BAB III PENUTUP................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laboratorium patologik anatomik merupakan bagian dari laboratorium klink khusus


yang menangani spesimen berupa jaringan dari biopsi dan proses lainnya yang
menghasilkan bentukan tertentu atau spesimen berupa cairan dan apusan yang
mengandung komponan sel. Secara garis besar laboratorium patologik anatomik dibagi
menjadi dua yaitu laboratorium sitologi yang menangani sampel berupa sel dan
laboratorium histologi yang menerima spesimen berupa jaringan tubuh didapat dari
biopsi atau cairan yang mengandung banyak sel sehingga diperlakukan sebagai suatu
kumpulan sel membentuk seperti jaringan.
Bagaimana suatu Laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh
beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa alat-alat
laboratorium yang canggih, dengan staf propesional yang terampil belum tentu dapat
beroperasi dengan baik, jika tidak didukung oleha danya manajemen Laboratorium yang
baik. Oleh karena itu perlu dilakukkan Quality control yang mencakup kegiatan PMI,
PME,Assessment atau penilaian, audit hingga akreditasi terhadap petugas laboratorium.
pengujian alat pemerikaan dalam laboratorium sampai kepuasaan pelanggan. QC sangat
penting dilakukan dalam pemantauan dan evaluasi efektivitas sistem manajemen mutu
laboratorium. Hasil akhir QC adalah menemukan akar permasalahan dan melakukan
perbaikan penanggulangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pengendalian mutu internal dan eksternal?
2. Bagaimana kontrol kualitas pewarnaan?
3. Bagaimana pengendalian terhadap sampel dan sisa sampel?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengendalian mutu internal dan eksternal
2. Untuk mengetahui kontrol kualitas pewarnaan
3. Untuk mengetahui pengendalian terhadap sampel dan sisa sampel

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengendalian Mutu


2.1.1 Definisi
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah semua
kegiatanyang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan laboratorium (Depkes, 1997). Kegiatan ini terdiri atas empat
komponen penting, yaitu : pemantapan mutu internal (PMI), pemantapan mutu
eksternal (PME), verifikasi, validasi, audit, pendidikan dan pelatihan.
A. Pemantapan Mutu Internal (PMI)
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus-
menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat serta mendeteksi
adanya kesalahan dan memperbaikinya.
Cakupan objek pemantapan mutu internal di Laboratorium Patologi Anatomi
meliputi aktivitas :
1. Tahap pra-analitik
a. Fiksasi
b. Pengirim spesimen
c. Identifikasi sampel
d. Data klinik yang adekuat
2. Tahap analitik
a. Intra- operative frozen section
b. final diagnosa
c. kualitas potongan histologi
d. spesimen hilang selama prosessing
e. blok dan slide labelling
f. IHK, TAT & frekuensi pengulangannya Turn around time (TAT)
3. Tahap pasca-analitik
a. kesalahan penulisan
b. kesalahan verifikasi

2
c. kesalahan pengiriman hasil
d. laporan tidak lengkap
B. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan
secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk
memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang
pemeriksaan tertentu. Wajib dilakukan setiap satu tahun sekali melalui Badan
Penjamin Mutu Pelayanan Patologi Anatomi Indonesian (BPMPPI) di bawah
naungan Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Anatomi.
Memiliki tujuan meningkatkan mutu pengolahan spesimen menjadi
blok parafin dan slide dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin sesuai standart
sehingga gambaran morfologi jelas dan mudah dibaca dan dapat dilanjutkan
untuk pemeriksaan teknologi canggih lainnya, seperti imunohistokimia dan
teknologi DNA.

2.1.2 Pemantauan Mutu Internal Histopatologi


A. Prosedur
1. Dilakukan pembuatan slide unstained (jaringan yang digunakan yaitu
appendik) yang akan digunakan sebagai control mutu internal.
2. Slide diwarnai dengan Hematoksilin Eosin (HE).
3. Sediaan diberi label QC (quality control) dan tanggal.
4. Sediaan diperiksa di bawah mikroskop, dinilai berdasarkan kualitas
warna, kontras lipatan, dan ketebalan potongan jaringan.
5. Sediaan yang sudah sesuai dengan mutu dapat dijadikan standart
penilaian untuk sediaan rutin yang akan diwarnai pada hari yang sama.
6. Jika hasil pulasana slide belum mencapai mutu yang diharapkan, akan
dilakukan perubahan-perubahan sampai diperoleh hasil yang diharapkan.

B. Hasil standart mutu yang diharapkan


1. Slide dan kaca penutup bersih, bening, tanpa bercak-bercak buram.
2. Media mounting tidak berlebihan.
3. Seluruh jaringan tertutup kaca penutup.
4. Tidak dijumpai gelembung udara atau lipatan.

3
5. Jaringan tidak pecah-pecah atau retak-retak.
6. Orientasi jaringan benar (untuk organ berongga).
7. Potongan tipis, menampilkan sel yang saling menutupi atau bertumpuk.
8. Potongan dengan ketebalan merata.
9. Tidak ada kontaminasi jaringan lain.
10. Pulasan inti dan sitoplasma jelas kontrasnya.
11. Tidak dijumpai butir-butir udara atau cairan di atas jaingan (dehidrasi
pasca pulasan sempurna).

C. Kontrol kualitas pewarnaan


Membuat sediaan jaringan yang berkualitas sangat diperlukan untuk
memperoleh hasil yang meyakinkan dan akurat. Namun sayangnya, jaringan
terkadang mengalami kerusakan saat proses fiksasi, pematangan jaringan,
pemotongan jaringan maupun pewarnaan. Seorang Teknisi Laboratorium
Patologi Anatomi harus bisa meminimalisir kerusakan pada jaringan dan
memperbaiki jika terjadi kerusakan. Hal tersebut dapat dicapai dengan
melakukan kontrol kualitas pada suatu proses pembuatan sediaan jaringan.
Beberapa pedoman umum yang dapat dipakai untuk menilai kualitas H&E
adalah sebagai berikut:
1. Nukleus: zat warna dapat mewarnai nukleus menjadi biru dan dapat
menunjukkan membran nukleus, nukleoli, kromatin, dan nukleus yang
vakuolar dan hiperkromatis.
2. Sitoplasma dan subtansi dasar lainnya: dapat mewarnai dan membedakan
sitoplasma, kolagen, otot, eritrosit, sel darah merah dan mucin dengan
nuansa warna kemerahan.
3. Pada potongan usus, usus buntu dan paru-paru: dapat mewarnai mucin pada
sel epitel, apakah berwarna biru atau terang tergantung pada pH dari
Hematoxylin. Menurunkan pH biasanya dapat dilakukan dengan
menambahkan asam asetat, hal ini secara signifikan dapat mengurangi warna
mucin.
4. Pewarnaan Hematoxylin yang terlalu teroksidasi akan menimbulkan warna
coklat pada elemen-elemen tertentu pada jaringan.

4
Teknisi Laboratorium Patologi Anatomi harus bisa membedakan antara serat
otot dan kolagen, otot akan berwarna merah lebih tua dari kolagen. Sel darah
merah harus berwarna merah terang. Penilaian nukleus akan tergantung pada
jenis sel pada jaringan yang diwarnai. Adapun beberapa pedoman kontrol
kualitas harian pewarnaan H&E dapat dilakukan pada organ usus besar (kolon),
kulit dan ginjal.

1. Kolon: dapat membedakan serat otot dan kolagen. Pewarnaan mucin yang
tidak tepat, jika mucin terwarnai biru maka langkah yang dapat dilakukan
adalah menurunkan pH Hematoxylin. Pewarnaan yang jelas terhadap nukleus
sel epitel vesikuler.

Gambar 2.1.2. 1 sediaan kolon yang diwarnai H&E memperlihatkan mucin yang
berwarna biru. Untuk menghilangkan warna biru pada mucin dapat dilakukan
dengan cara menurunkan pH pada Hematoxylin

2. Kulit: dapat menunjukan butiran keratohialin yang berwarna biru, dapat


membedakan keratin dari kolagen dan saraf, memperlihatkan batas papiler
pada dermis.

5
Gambar 2.1.2. 2 sediaan kulit yang diwarnai H&E. gambar kiri menunjukkan pH
Eosin terlalu tinggi, gambar kanan menunjukkan Eosin yang sesuai dapat
membedakan serat kolagen dan jaringan saraf.

3. Ginjal: mengidentifikasi membranbasal dan tubulus kontortus. Ginjal


mempunyai keragaman sel yang luas dari mulai sel yang mempunyai
kromatin padat (glomerulus) hingga sel yang mempunyai kromatin seperti
debu (sel kuboid di tubulus pengumpul).

Gambar 2.1.2. 3 sediaan ginjal yang diwarnai H&E. Sel dengan kromatin padat
terdapat pada glomerulus. Sel dengan kromatin halus terdapat pada tubulus

2.1.3 Pemantapan Mutu Internal Sitopatologi


A. Prosedur
Menggunakan slide specimen pasien pada hari tersebut dan
dilaksanakan pada saat melakukan proses pewarnaan Papanicolaou setelah

6
perendaman dalam larutan hematoksilin (evaluasi intensitas hematoksilin
dengan menggunakan mikroskop).
B. Hasil standart mutu yang diharapkan
1. Apusan cukup tipis.
2. Fiksasi adekuat, tidak ada sel yang degenerative akibat terlambat fiksasi.
3. Pewarnaan inti tidak terlalu pekat.
4. Kontras baik, metakhroharsia pada giemsa baik.
5. Dehidrasi baik.
6. Tertutup oleh satu kaca penutup.
7. Mounting tidak berlebihan, namun menutupi seluruh permukaan sel.

2.1.4 Pemantapan Mutu Eksternal


Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara
periodic oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau
dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu.
Wajib dilakukan setiap satu tahun sekali melalui Badan Penjamin Mutu
Pelayanan Patologi Anatomi Indonesia (BPMPPI) di bawah naungan
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Anatomi.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu pengolahan specimen menjadi
blok parafin dan slide dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin sesuai standart
sehingga gambaran morfologik jelas dan mudah dibaca dan dapat dilanjutkan
untuk pemeriksaan teknologi canggih lainnya, seperti immunohistokimia dan
teknologi DNA.
A. Mekanisme Kerja
1. Penilaian dilakukan secara survey.
2. Laboratorium peserta mengirimkan contoh blok parafin dan slide dengan
pewarnaan Hematoksilin-Eosin dari blok tersebut.
3. Laboratorium mengisi dan menyertakan lembaran protokol pengolahan
jaringan yang dilakukan untuk membuat contoh blok parafin yang
dikirim.
4. Contoh jaringan yang dikirim adalah: jaringan otot polos (leiomyoma),
kelenjar getah bening, dan kulit/usus (organ berongga).
5. Parameter penilaian.

7
B. Standart mutu pemotongan blok parafin dan pewarnaan Hematoksilin-Eosin
Parameter penilaian :
1. Fiksasi
a. Jaringan terfiksasi sempurna.
b. Tidak tampak lisis.
2. Pengolahan sampai menjadi blok parafin
a. Tidak tampak bercak-bercak putih dalam blok.
b. Tidak tampak terfragmentasi/kerapuhan.
c. Tidak dijumpai efek termal/kering.
d. Orientasi jaringan pada embedding, menampilkan semua lapisan
secara lengkap.
3. Pemotongan blok parafin
a. Tipis, sel tidak bertumpuk (ketebalan 1 sel maskimal 5 mikron).
b. Ketebalan merata.
c. Tanpa lipatan.
d. Tidak ada goresan (venetian blind phenomeron – mata pisau yang
tidak tajam).
e. Tidak ada kontaminan jaringan lain.
4. Pulasan dan mounting
a. Kontras warna hematoksilin dan eosin cukup jelas
b. Sediaan jernih/bersih, dehidrasi pasca eosin sempurna.
c. Tidak ada sel udara pada mounting.
d. Seluruh jaringan tertutup oleh kaca penutup.
e. Tidak ada bercak/sidik jari/mounting pada media slide terutama di
atas kaca penutup.

2.2 Pengarsipan pada Laboratorium Patologi Anatomi


2.2.1 Pengertian
Pengarsipan patologi anatomi adalah melakukan penyimpanan secara
sistematik semua dokumen baik berupa formular permintaan, jawaban
pemeriksaan, slide mikroskopik, blok parafin sampai sisa jaringan basah, beserta
pengelolaan waktu simpan, kondisi penyimpanan sampai pemusnahan.

8
2.2.2 Tujuan
Menyediakan informasi mengenai seluruh data pemeriksaan patologi
anatomi yang dapat diakses dengan mudah untuk berbagai kepentingan beserta
pengolaannya.

2.2.3 Tabel Penyimpanan


No Jenis Arsip Kondisi Penyimpanan Waktu Penyimpanan
HISTOPATOLOGI
1. Spesimen basah Suhu ruang 4 minggu setelah laporan
hasil akhir
2. Blok parafin 24oC dengan kelembaban 10 tahun
rendah dan bebas hawa
3, Slide mikroskop 24oC dengan kelembaban 10 tahun
rendah dan bebas hawa
4. Arsip laporan kertas Suhu rendah dengan 10 tahun
dan elektronik kelembaban rendah dan
bebas hawa
5. Jaringan basah Suhu ruang 4 minggu
SITOPATOLOGI
1. Spesimen Suhu 2oC – 8oC 1 minggu setelah laporan
basah/cairan hasil akhir
2. Slide mikroskop 24oC dengan kelembaban Ginekologi: 5 tahun
rendah Non Ginekologi: 10
tahun
3. Sel blok 24oC dengan kelembaban 10 tahun
rendah
4. Arsip laporan kertas 24oC dengan kelembaban 10 tahun
dan elektronik rendah

9
2.2.4 Penyimpanan Slide Mikroskopik
A. Tujuan
Menyimpan slide dengan sistem tertentu agar mudah ditemukan dan
dipergunakan kembali jika diperlukan.

B. Prosedur
a. Mengambil dan mengumpulkan slide-slide yang sudah di diagnosa oleh
dokter SpPA.
b. Melakukan pengecekan slide-slide sesuai dengan yang tertera dalam
formulir.
c. Apabila ditemukan ketidak sesuaian jumlah slide, petugas
menginformasikan kepada dokter yang mendiagnosa agar dapat segera
dilengkapi dan diserahkan ke Unit Arsip segera mungkin.
d. Menyusun slide-slide sesuai nomor urut pemeriksaan PA.
e. Mencatat nomor slide ke dalam buku log arsip.
f. Mengeringkan slide sebelum dimasukkan ke lemari arsip slide.
g. Memasukkan slide ke dalam lemari arsip slide dimulai dari nomor urut
kecil di bagian depan, menyusul nomor urut besar.
h. Menyimpan slide di Ruang Arsip selama 10 tahun, setelah itu slide akan
dikeluarkan dan dimusnahkan.

2.2.5 Penyimpanan Blok Parafin


A. Tujuan
Menyimpan parafin blok untuk kebutuhan pelayanan, penelitian dan
pendidikan.

B. Prosedur
a. Mengambil dan mengumpulkan blok parafin yang sudah selesai
pemrosesan oleh teknisi dan telah dilakukan pelapisan ulang parafin.
b. Menghitung jumlah blok dari masing-masing nomor blok sesuai dengan
keterangan formulir makroskopik.
c. Memasukkan dan menyusun blok sesuai nomor urut.
d. Mencatatkan nomor-nomor blok ke dalam buku log arsip.

10
e. Menyimpan blok ke dalam lemari arsip blok parafin.
f. Memasukkan slide ke dalam lemari arsip slide dimulai dari nomor urut
kecil di bagian depan, menyusul nomor urut besar.
g. Menyimpan blok parafin di ruang arsip selama 10 tahun setelah itu
parafin blok akan dikeluarkan dan dimusnahkan.

2.2.6 Penyimpanan Formulir Asli Permintaan


A. Tujuan
Menyimpan formulir asli dalam satu sistem agar mudah ditemukan dan
dipergunakan kembali jika diperlukan.

B. Prosedur
a. Mengumpulkan formulir permintaan asli yang sudah selesai dilakukan
diagnosis oleh dokter SpPA.
b. Mengecek serta mencocokkan formulir asli dengan slide terkait.
c. Mencatat nomor formulir pada buku log arsip.
d. Menyusun formulir ke dalam map ordner sesuai nomor urut.
e. Meletakkan map ordner pada lemari arsip sesuai nomor urut.
f. Menyimpan formulir hingga 10 tahun setelah itu akan dimusnahkan.

2.2.7 Penyimpanan Formulir Duplikat Hasil


A. Tujuan
Menyimpan formulir duplikat jawaban atau hasil pemeriksaan dalam
satu sistem agar mudah ditemukan dan dipergunakan kembali jika
diperlukan.

B. Prosedur
a. Mengumpulkan formulir duplikat hasil pemeriksaan yang dijawab oleh
dokter SpPA.
b. Mencatat nomor formulir pada buku log arsip.
c. Menyimpan formulir ke dalam map ordner yang sama dengan formulir
asli sesuai nomor urut.
d. Meletakkan map ordner pada lemari arsip sesuai nomor urut.

11
e. Melakukan penyimpanan data (back up) secara rutin setiap bulannya.
f. Menyimpan CD back up di ruang komputer arsip dan di tempat lain di
luar lingkungan rumah sakit.
g. Menyimpan harddisk eksternal back up di lemari yang ada di ruang
komputer arsip.
h. Menyimpan formulir duplikat hingga 10 tahun di ruang arsip setelah itu
akan dimusnahkan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perlu dilakukkannya Quality control yang mencakup kegiatan PMI, PME,Assessment
atau penilaian, audit hingga akreditasi terhadap suatu laboratorium. QC sangat penting
dilakukan dalam pemantauan dan evaluasi efektivitas sistem manajemen mutu
laboratorium. Hasil akhir QC adalah menemukan akar permasalahan dan melakukan
perbaikan penanggulangan.
Selain quality control, pengarsipan pada sebuah laboratorium juga perlu dilakukan
mulai dari formular permintaan, jawaban pemeriksaan, slide mikroskopik, blok parafin
sampai sisa jaringan basah, beserta pengelolaan waktu simpan, kondisi penyimpanan
sampai pemusnahan. Hal ini berguna untuk berbagai kepentingan seperti kebutuhan
pelayanan, penelitian, dan juga pendidikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Novita. 2020. “Kendali Mutu Sitohistoteknologi”.


https://id.scribd.com/document/368977161/Kendali-Mutu- Sitohistoteknologi.

Astika, Susi dan Dian Nurmansyah. 2018. “Makalah Manajemen Laboratorium Quality
Control”. https://www.academia.edu/36376139/MAKALAH_MANAJEME
N_LABORATORIUM_QUALITY_CONTROL

https://id.scribd.com/document/537003223/Makalah-MK-SITOHISTOTEKNOLOGI-
KELOMPOK-2-2
https://www.academia.edu/36376139/
MAKALAH_MANAJEMEN_LABORATORIUM_QUALITY_CONTROL

14

Anda mungkin juga menyukai