Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PEMANTAPAN MUTU INTERNAL (PMI) DAN

PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL (PME) DI


LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK

DISUSUN OLEH :

SYADZA SOLEHA 1913353049

ALINTA SEPTIANDA 1913353043

AZZAHRA ARBELIA REIUS 1913353050

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

PRODI SARJANA TERAPAN

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan


kemudahan, kelancaran, serta berkat ridho-Nya, kami dapat menyusun dan
menyelesaikan tugas makalah ini dengan maksimal dan tepat waktu.

Makalah dengan judul “Pemantapan Mutu Internal (PMI) Dan


Pemantapan Mutu Eksternal (PME) Di Laboratorium Patologi Klinik” ini
dapat selesai dengan waktu yang telah ditentukan, kami juga mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Fitri Apiati, S,ST.

Dalam proses penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan dari teman-teman, sehingga kendala-kendala
yang kami hadapi dapat teratasi.

Dalam menyusun makalah ini juga kami menyadari masih banyaknya


kekurangan, sehingga kami juga sangat membutuhkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna dapat lebih menyempurnakan lagi penyusunan makalah
dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi yang
membacanya dan khususnya bagi kami, terimakasih atas perhatiannya.

Bandar Lampung, 05 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Pembahasan 3

BAB II PEMBAHASAN 4

2.1 Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu Eksternal 4

2.2 Tujuan Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu Eksternal 4

2.3 Manfaat Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu Eksternal 5

2.4 Tahapan Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu Eksternal 5

2.5 Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Diberbagai Bidang 9

2.6 Pemantapan Mutu Eksternal Laboratorium Diberbagai Bidang 11

BAB III PENUTUP 16

3.1 Kesimpulan 16

3.2 Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laboratorium klinik merupakan sarana kesehatan yang melaksanakan proses


pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan atau spesimen dari manusia
yang bertujuan untuk menentukan jenis penyakit, mengetahui kondisi kesehatan
atau faktor yang dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan perorangan dan
masyarakat. Pengukuran dan pemeriksaan dilaboratorium tersebut akan
menghasilkan data ilmiah yang penting dalam menghadapi masalah yang
diidentifikasi melalui proses pemeriksaan klinis yang merupakan bagian esensial
dari data pokok seorang pasien (Wahyuningsih, 2017).

Laboratorium klinik berperan memberikan kontribusi dalam proses


penegakan diagnosis penyakit dengan memberikan informasi objektif dari status
kesehatan seorang penderita dimana produk yang dihasilkan berupa analisis dan
hasil pemeriksaan terhadap sampel penderita sebagai informasi medis yang
objektif (Budiono, 2017). Data hasil uji bisa dikatakan mempunyai mutu yang
tinggi apabila data dari hasil uji tersebut dapat memuaskan pelanggan dengan
tetap mempertimbangkan aspek teknik sehingga dapat mencapai ketepatan dan
ketelitian yang tinggi (Makhfudlotin, 2016). Pelayanan laboratorium kesehatan
yang berada di Indonesia pada saat ini diselenggarakan oleh berbagai jenis
laboratorium dalam berbagai jenjang pelayanan, mencakup laboratorium
puskesmas, laboratorium rumah sakit pemerintah dan swasta, balai laboratorium
kesehatan dan laboratorium kesehatan swasta (Karyaty & Rosdarni, 2018).

Pentingnya fungsi hasil pemeriksaan yang dikeluarkan dari laboratorium


menuntut hasil pemeriksaan laboratorium yang harus selalu terjamin mutunya.
Beberapa kesalahan yang muncul dan menyebabkan ketidak akuratan hasil dibagi
kedalam tiga kelompok yang pertama yaitu

1
kesalahan pada tahap pra analitik sebesar 47-77% kemudian tahap analitik sebesar
7-13% dan yang ketiga tahap pasca analitik 18,5047%, dimana kesalahan terbesar
yaitu terdapat pada tahap pra analitik yang termasuk didalamnya yaitu hemolisis
(53,2%), volume specimen yang kurang (7,5%), tulisan tangan yang tidak bisa
dibaca (7,1%), kesalahan spesimen, spesimen terdapat bekuan, vacum container
yang salah atau kesalahan pada anti-koagulan, volume penggunaan
antikoagulan yang tidak sesuai, dan pengambilan spesimen pada jalur infus
memiliki besar kesalahan sebesar 1,3% samapai 6% (Syauqiah, 2018).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


411/Menkes/Per/2010/Tentang Laboratorium Klinik pasal 6a berisi Laboratorium
klinik mempunyai kewajiban Pemantapan Mutu melaksanakan Pemantapan Mutu
Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal (PME).

Pemantapan mutu laboratorium merupakan seluruh kegiatan yang


ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan
laboratorium.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka kami


menyusun makalah dengan judul “Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan
Pemantapan Mutu Eksternal (PME) di Laboratorium Patologi Klinik”.

1.2 Rumusan Masalah

2
1. Apa itu pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal?
2. Apa tujuan pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal?
3. Apa manfaat dari pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu
eksternal?
4. Bagaimanakah tahapan pelaksanaan pemantapan mutu internal dan
pemantapan mutu eksternal?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Mendeskripsikan pengertian pemantapan mutu internal dan pemantapan
mutu eksternal
2. Mendeskripsikan tujuan pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu
eksternal
3. Mendeskripsikan manfaat dari pemantapan mutu internal dan pemantapan
mutu eksternal.

BAB II
PEMBAHASAN

3
2.1 Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal
(PME)
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus
menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian error /penyimpangan
sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Pemantapan mutu internal
laboratorium (PMI) dilakukan untuk mengendalikan hasil pemeriksaan
laboratorium setiap hari dan untuk mengetahui penyimpangan hasil laboratorium
agar segera diperbaiki. Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi
aktivitas: tahap pra-analitik, tahap analitik dan tahap pasca-analitik.
Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara
periodic oleh pihak lain diluar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau
dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu.
Penyelanggaran kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak
Pemerintah, swasta, ataupun Internasional.
Pemantapan mutu eksternal untuk berbagai bidang pemeriksaan
diselenggarakan pada berbagai tingkatan, yaitu :
1. Tingkat nasional/ tingkat pusat : Kementerian Kesehatan
2. Tingkat regional : BBLK
3. Tingkat provinsi/wilayah : BBLK/BLK

2.2 Tujuan Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu Eksternal


Pemantapan Mutu Internal mempunyai suatu tujuan antara lain :
a. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis,
b. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah
tidak terjadi dan perbaikan penyimpangan dapat dilakukan segera,
c. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien,
pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai
dengan pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar,
d. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya,
e. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer).

2.3 Manfaat Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu


Eksternal

4
Manfaat melaksanakan kegiatan pemantapan mutu internal laboratorium
antara lain:

a.Mutu presisi maupun akurasi hasil laboratorium akan meningkat,


b. Meningkatkan kepercaayan diri ketika melakukan pemeriksaan, Mutu
akurasi dan presisi akan meningkat dan kepercayaan dokter terhadap hasil
juga meningkat,
c.Merupakan sutau metode pengawasan (kontrol) yang efektif,
d. Untuk pembuktian apabila apabila terdapat hasil yang meragukan,
e.Meminimalisir kesalahan pada hasil.

Manfaat melaksanakan kegiatan pemantapan mutu eksternal laboratorium


antara lain :
a. Personil laboratorium akan mengetahui akurasi setiap metode pemeriksaan
laboratorium yang dikerjakan (perbandingan dengan nilai target).
b. Personil laboratorium dapat membandingkan mutu laboratoriumnya
dengan mutu laboratorium lain. Variasi hasil pemeriksaan antara satu
laboratorium dengan laboratorium lain menjadi semakin kecil.
c. Mengetahui macam alat, reagen atau metode yang mutunya baik (presisi
dan akurasinya baik

2.4 Tahap-tahap Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan


Mutu Eksternal (PME)

Ada tiga tahap pemantapan mutu internal (PMI) yang dilakukan, yaitu:

a. Tahap Pra analitik

b. Tahap Analitik

c. Tahap Pasca analitik

1. Tahap Pra Analitik

Kegiatan tahap pra analitik adalah serangkaian kegiatan laboratorium


sebelum pemeriksaan spesimen, yang meliputi:

a) Persiapan pasien

5
Sebelum dilakukkan pengambilan spesimen harus diberikan penjelasan
kepada pasien mengenai persiapan dan tindakan yang akan dilakukan apakah
pasien tersebut memerlukan suatu persiapan khusus sehingga tidak
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.

b) Pemberian identitas spesimen

Spesimen yang akan dilakukan pemeriksaan harus diberi identitas agar


tidak tertukar dengan spesimen lain. Adapaun identitas yang harus ada di
dalam spesimen antara lain :

 Nama dan nomor pasien


 Tanggal dan jam pengambilan spesimen
 Jenis spesimen
 Tempat tanggal lahir
 Alamat
c) Pengambilan dan penampungan spesimen

Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar sesuai dengan


standard operating procedure (SOP) yang ada. Seluruh sampel harus masuk ke
dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang menempel pada bagian luar
tabung untuk menghindari bahaya infeksi. Wadah harus dapat ditutup rapat dan
diletakkan dalam posisi berdiri untuk mencegah spesimen tumpah.

d) Penanganan spesimen

Pengelolaan spesimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi


penyimpanan spesimen sudah tepat, penanganan spesimen sudah benar untuk
pemeriksaan-pemeriksaan khusus, kondisi pengiriman spesimen sudah benar.

e) Pengiriman spesimen

Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian


pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika suatu

6
Laboratorium tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka spesimen dikirim
ke laboratorium lain dan sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil.

f) Pengolahan dan penyiapan spesimen

Kegiatan ini dilaksanakan agar spesimen benar-benar representatif


sesuai dengan keadaan pasien, tidak terjadi kekeliruan jenis spesimen, dan
mencegah tertukarnya spesimen spesimen pasien satu sama lainnya

Tujuan pengendalian tahap pra analitik yaitu untuk menjamin bahwa


specimen-spesimen yang diterima benar dan dari pasien yang benar pula serta
memenuhi syarat yang telah ditentukan. Kesalahan yang terjadi pada tahap pra
analitik adalah yang terbesar, yaitu dapat mencapai 60% - 70%. Hal ini dapat
disebabkan dari spesimen yang diterima laboratorium tidak memenuhi syarat
yang ditentukan. Spesimen dari pasien dapat diibaratkan seperti bahan baku
yang akan diolah. Jika bahan baku tidak baik, tidak memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan, maka akan didapatkan hasil/ output pemeriksaan yang salah.
Sehingga penting sekali untuk mempersiapkan pasien sebelum melakukan
pengambilan spesimen. Spesimen yang tidak memenuhi syarat sebaiknya ditolak
dan dilakukan pengulangan pengambilan specimen agar tidak merugikan
laboratorium.

2. Tahap Analitik
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap analitik meliputi:
a. Pemeriksaan specimen
Pemeriksaan spesimen menurut metoda dan prosedur sesuai dengan
protap masing-masing parameter.
b. Pemeliharaan dan Kalibrasi alat
Wadah specimen harus dilakukan kalibrasi dan pemeliharaan
peralatan Laboratorium secara teratur dan terjadwal. Karena salah satu
yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah peralatan
laboratorium dan wadah specimen.
c. Uji kualitas reagen
Pengujian kualitas dilakukan degan control assayed yang sudah
diketahui nilainya. Nilai pengujian harus berada pada rentang yang
ditentukan. Pemantapan mutu ini sebagai usaha untuk mendapatkan
hasil yang akurat reliable dan valid. dan juga usaha dalam
meminimalisir penyebab kesalahan.
d. Uji Ketelitian – Ketepatan

7
Dilakukan uji ketelitian dan ketepatan dikarenakan hasil laboatorium
ini digunakan sebagai penentuan diagnosis serta
pemantauan perjalanan penyakit sehingga akurasi dan presisi dalam
hasil pemeriksaan harus dapat dipertanggung jawabkan. Nilai
Presisi menunjukkan seberapa dekat suatu hasil bila dilakukan
berulang dengan sampel yang sama. Ketelitian dipengaruhi
kesalahahan acak yang tidak dapat dihindarkan.
3. Tahap Pasca Analitik
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap pasca analitik
yaitu sebelum hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien, meliputi:
a) Pencatatan hasil
Selain untuk pemantauan data juga digunakan untuk evaluasi,
macam-macam pencatatan antara lain :
- Buku registrasi pendaftaran
- Buku permintaan pemeriksaan dan hasil pemeriksaan
- Buku rujukan
- Buku ekspedisi pengambilan hasil
b) Interpretasi hasil
Sesuaikan dengan nilai rujukan di tiap parameter pemeriksaan.
c) Pelaporan Hasil
Seperti pada tahap analitik, tingkat kesalahan tahap pasca analitik
hanya sekitar 15% - 20%. Walaupun tingkat kesalahan ini lebih kecil
jika dibandingkan kesalahan pada tahap pra analitik, tetapi tetap
memegang peranan yang penting. Kesalahan penulisan
hasil pemeriksaan pasien dapat membuat klinisi salah memberikan
diagnosis terhadap pasiennya. Kesalahan dalam menginterpretasikan
dan melaporkan hasil pemeriksaan juga dapat berbahaya bagi pasien.
Ketiga tahap kegiatan laboratorium ini sama-sama penting untuk
dilaksanakan sebaik mungkin, agar mendapatkan hasil pemeriksaan
yang berkualitas tinggi, mempunyai ketelitian dan ketepatan
sehingga membantu klinisi dalam rangka menegakkan diagnosa,
pengobatan atau pemulihan kesehatan pasien yang ditanganinya.

Tahap-tahap Pemantapan Mutu Eksternal (PME) adalah sebagai berikut:


1. Pendaftaran laboratorium peserta PME.
2. Pengiriman bahan kontrol oleh pusat laboratorium kesehatan
3. Penerimaan bahan kontrol oleh laboratorium peserta

8
4. Penyimpanan bahan kontrol oleh laboratorium peserta PME sampai
dengan tanggal pelaksanaan pemeriksaan bahan kontrol
dilaksanakan.
5. Pelaksanaan pemeriksaan bahan kontrol oleh laboratorium peserta
PME
6. Pengiriman hasil pemeriksaan bahan kontrol oleh labortaorium
peserta kepada penyelenggara PME (pusat laboratorium kesehatan).
7. Pengiriman hasil eveluasi bahan kontrol oleh laboratorium
penyelenggara PME (pusat laboratorium kesehatan).

2.5 Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Diberbagai Bidang

a. Bidang Hematologi

Pemantapan mutu bidang hematologi dilakukan secara mandiri oleh


laboratorium klinik dengan memonitor prosedur tes-tes hematologi yang
merupakan indikator kinerja laboratorium. Prosedur kontrol kualitas
internal hematologi serupa dengan kontrol kualitas internal pada
umumnya yang melibatkan penggunaan material kontrol dan pengukuran
berulang pada spesimen rutin. Analisis tersebut dilakukan bersamaan
dengan sampel pasien.

b. Bidang Urinalisa

Pengendalian mutu internal bidang urinalisa meliputi pemeriksaan


makroskopis, kimia, dan mikroskopis urin. Tujuan dari
melakukan pengendalian mutu ini adalah untuk mengetahui apakah
proses analisis yang dilakukan telah sesuai dengan ketentuan yang ada,
jika melihat dari metode, alat analisis, dan reagensia yang digunakan.
Dengan dilakukannya pemantapan mutu pada bidang urinalisa maka hasil
yang dikeluarkan akan lebih bermutu.

c. Bidang Imunoserologi

Prosedur umum PMI imunoserologi dilakukan sebagai berikut:

1. Pemilihan bahan kontrol yang sesuai

2. Uji bahan kontrol dalam 20 pengujian dicoba terpisah

3. Tentukan mean (nilai target) dan standar deviasi (SD) dari bahan kontrol

4. Buat diagram kontrol Shewart dengan mean dan ±1SD, ±2SD dan ±3SD
sertakan bahan kontrol di setiap uji coba berikutnya dan plot hasilnya pada
diagram control.

d. Kimia Klinik

9
Pada pemeriksaan kimia klinik , bahan pemeriksaan yang digunakan
adalah serum atau plasma. Perbedaan serum dengan plasma terletak pada
pengolahan darah yang telah diambil. Untuk pembuatan serum, darah tidak
perlu dicampur dengan antikoagulan, sedangkan untuk membuat plasma
terlebih dahulu darah harus dicampur dengan antikoagulan.

Interpretasi hasil pemantapan mutu biasanya dianalisis menggunakan


aturan “Westgard Multirule System” yang merupakan cara untu
mengambil keputusan/kesimpulan dari hasil pelaksanaan PMI. “Westgard
Multirule System” dapat mendeteksi adanya kesalahan dengan ketentuan
yang sangat sensitif untuk kesalah acak maupun kesalahan sistematik

e. Bidang Mikrobiologi

Pemantapan mutu yang harus dilakukan dalam laboratorium mikrobiologi


antara lain :

1. Pemantapan mutu media

Semua program yang dilakukan pada pemantapan mutu media bertujuan


untuk meyakinkan bahwa media yang digunakan dapat mendukung
pertumbuhan organisme pada specimen, menghambat organisme
komersial serta dapat menunjukan respon biokimiawi yang khas dan stabil.

2. Pemantapan mutu cat

Dengan dilakukannya pemantapan mutu cat, dapat melihat kemampuannya


dalam membedakan organisme yag positif dan negatif. Hal ini dilakukan
tiap minggu dan juga ketika menggunakan cat baru atau membuat /
mencampur cat baru.

3. Uji Sensitivitas Antibiotik

Presisi dan akurasi harus dikontrol dengan menggunakan strains yang


sudah diketahui sensitivitasnya terhadap obat anti mikroba.

4. Strain Standart

Diuji bersama kultur klinis, yang dilakukan setiap minggu atau tiap 5 batch

5. Pemantapan Mutu Alat

Pemantapan mutu pada alat dilakukan pada autoclave, incubator, pH


meter, centrifuge, pipet , timer serta alat – alat yang memerlikan
pemantauan mutu harian yaitu refigrator , freezers dan waterbath.

f. Jenis Kesalahan Pada Pemantapan Mutu Internal

a. Inheren Random Error

10
Merupakan kesalahn yang disebabkan oleh limitasi metode pemeriksaan.

b. Sistematik Shift
Merupakan kesalahan yang terus menerus dengan pola yang sama
disebabkan oleh standar kalibrasi

c. Random Error
Merupakan kesalahan dengan pola yang tidak diketahui.

2.6 Pemantapan Mutu Eksternal Laboratorium Diberbagai Bidang

a. Bidang hematologi
Penyelenggara akan mengirim kepada setiap peserta 1 botol bahan
kontrol dalam bentuk darah beserta surat pengantar. Peserta harus
menyimpan bahan kontrol dalam lemari es (2º-8ºC). Pemeriksaan
dilakukan pada hari yang telah ditetapkan penyelenggara. Parameter yang
dinilai yaitu hemoglobin, hematokrit, hitung leukosit, hitungeritrosit,
hitung trombosit serta 1 gambar foto sel darah tepi (terdiri dari10 gambar)
dengan pulasan Wright untuk laporan sel darah tepi.
Penilaian peserta dilakukan dengan membandingkan hasil
pemeriksaan peserta terhadap nilai target berupa nilai rata-rata peserta.
Penilaian diberikan dalam bentuk Indeks Deviasi (ID). ID diperoleh dari
selisih hasil pemeriksaan peserta terhadap nilai target dalam satuan
Standar Deviasi (SD). ID terhadap nilai target peserta (IDp), yaitu ID
yang dalam perhitungannya menggunakan nilai target peserta dan SD
peserta. SD peserta (SDp) adalah perkalian nilai target peserta dengan
Coefficient of Variation (CV).
CV untuk kadar Hb = 3%, hitung lekosit = 10%, hitung eritrosit= 4 %,
nilai hematokrit = 4 %, dan hitung trombosit = 20%.

Xp –Tp
ID p =

SD p

Keterangan :
IDp = Indeks Deviasi terhadap nilai target peserta
Xp = Hasil pemeriksaan peserta
Tp = Nilai rata-rata peserta

11
SDp = Standar Deviasi peserta

Tabel 1. Indeks Deviasi Bidang Hematologi

Indeks Deviasi (ID) Kriteria


0,00-0,50 Baik sekali
0,51-1,00 Baik
1,01-2,00 Cukup
2,01-3,00 Perlu perhatian
>3,00 Sangat perlu perhatian
- Tidak dapat diukur

b. Bidang imunoserologi
Bahan control untuk pemeriksaan Treponema Pallidum
Hemaglutination (TPHA) dan Venereal Desease Research Laboratory
(VDRL) terdapat di dalam satu tabung cryotube dan pemeriksaan
menggunakan metode semikuantitatif. Parameter yang diperiksa yaitu :
VDRL,TPHA, HBsAg, Anti HCV.
Tabel 2. Interpretasi hasil PME HbSAg, anti HCV, TPHA dan VDRL

Kategori Nilai Keterangan


Baik Hasil pemeriksaan sesuai dengan nilai rujukan
Tidak Baik Hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan nilai
rujukan
Tidak dapat dinilai Hasil laporan pemeriksaan menyimpang dari
ketentuan atau tidak melakukan pemeriksaan.

c. Bidang urinalisa
Penyelenggara akan mengirim kepada setiap peserta 2 botol urin
kontrol berupa urin kontrol botol I dan botol II beserta surat
pengantar. Sedangkan dapat diunduh pada aplikasi on line PME. Peserta
dapat mengunduh buku panduan penggunaan aplikasi PME dan
pelaksanaan PME untuk dapat melakukan proses pendaftaran. Pengisian
hasil dan cetak hasil evaluasi. Peserta menyimpan urin kontrol dalam

12
lemari es (2 –8℃). Pemeriksaan dilakukan pada hari yang telah ditetapkan
penyelenggara. Pengisian hasil pemeriksaan dilakukan secara on line pada
aplikasi on line PME dalam rentang waktu yang ditentukan. Adapun
parameter yang dinilai yaitu berat jenis, pH, protein, glukosa, bilirubin,
urobilinogen, darah, keton, nitrit, leukosit, tes kehamilan. Hasil
pemeriksaan dapat langsung diisi secara online pada aplikasi on line
PME. Hasil pemeriksaan laboratorium diisi pada formulir hasil yang
tersedia dalam satuan (unit) yang diminta untuk masing-masing urin
kontrol. Dalam formulir hasil disebutkan pula metode pemeriksaan untuk
tiap parameter, alat dan nama strip yang digunakan, kode pemeriksa.
Perhatikan masa pengisian hasil karena pengisian hasil hanya dapat
dilakukan dalam rentang waktu yang telah ditentukan penyelenggara.14
Evaluasi hasil dilakukan dengan membandingkan hasil
pemeriksaan masing-masing peserta terhadap nilai target. Cara
penilaian dengan memberikan skor.
Tabel 3. Interpretasi Hasil PME Urinalisis

Nilai rata-rata kriteria


0-1,00 Buruk
1,00-2,00 Kurang
2.01-3,00 Cukup
>3,00 Baik

d. Bidang kimia klinik


Bahan Pemeriksaan terdiri dari 2 botol bahan kontrol kimia.
Peserta menyimpan serum kontrol dalam lemari es (2 –8℃). Pemeriksaan
dilakukan pada waktu yang telah ditetapkan penyelenggara. Parameter
yang dinilai yaitu: bilirubin, GGT, GOT, GPT, kolesterol, trigliserida,
glukosa, natrium, kreatinin, kalsium, kalium, protein total, albumin,
klorida, albumin, alkali fosfatase, ureum, CK, CKMB, asam urat.
Penilaian peserta dilakukan menggunakan sistem Indeks Varians
(Variance Index, VI). Pada sistem penilaian VI digunakan Chosen
Coefficient of Variation (CCV) sebagai pengganti Standard
Deviation (SD). Dengan penilaian VI dapat diketahui penyimpangan
hasil pemeriksaan terhadap nilai target. Selain itu dengan digunakannya

13
CCV maka dapat dibandingkan hasil antar negara yang menggunakan
sistem yang sama.
Tabel 4. CCV Kimia Klinik menurut WHO

PARAMETER CCV (%)


Bilirubin 19,2
Kolesterol 7,6
Kreatinin 8,9
Glukosa 7,7
Protein total 3,9
Ureum 5,7
Asam Urat 7,7
Trigliserida 7,6
SGOT 12,5
SGPT 17,3
Kalsium 4,0
Albumin 7,5
Fosfatase alkali 12,4
Gamma GT 7,8
Natrium 1,6
Kalium 2,9
Klorida 2,2
CK 11,4
CKMB 9,9

CCV merupakan skala atau satuan yang menjadi patokan untuk


menentukan sejauh mana hasil pemeriksaan menyimpang dari hasil yang
diharapkan. Pada saat ini Program Pemantapan Mutu WHO (International
External Quality Assessment Scheme, IEQAS ) menggunakan sistem yang
sama dan telah menetapkan CCV masing- masing parameter seperti dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 5. Penilaian Hasil PME Kmia Klinik

VIS Kriteria
0-50 Sangat baik
51-100 Baik

14
101-200 Cukup
201-300 Kurang
301-400 Kurang sekali
- Tidak dapat diukur

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemantapan Mutu Internal merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus setiap hari oleh petugas Laboratorium
agar mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang bermutu,
memenuhi aspek ketelitian dan ketepatan sehingga dapat mengurangi
atau mencegah kesalahan-kesalahan yang terjadi di Laboratorium.
Pemantapan Mutu Eksternal sangat bermanfaat bagi Laboratorium
Kesehatan, karena dari hasil evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan
kualitas mutu dari laboratorium yang bersangkutan dalam bidang
pemeriksaan yang telah ditentukan dan PME dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
3.2 Saran
Dengan adanya tugas ini, penulis dapat lebih memahami tentang
Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal
(PME) Laboratorium Patologi Klinik.dan diharapkan juga dapat
dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu
yang telah didapatkan dan lebih baik dari sebelumnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan No.43 Tahun 2013. 2013. Tentang Cara


Penyelenggaraan Laboratorium Yang Baik.

Budi Mulyono. 2010. Quality Assurance di Laboratorium Klinik. Pemantapan


Mutu Internal Laboratorium.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Program Nasional PME Kimia
Klinik.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Program Nasional PME Imunologi.

Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Program Nasional
PME Urinalisa.

16

Anda mungkin juga menyukai