DISUSUN OLEH :
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Dalam proses penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan dari teman-teman, sehingga kendala-kendala
yang kami hadapi dapat teratasi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 4
3.1 Kesimpulan 16
3.2 Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
kesalahan pada tahap pra analitik sebesar 47-77% kemudian tahap analitik sebesar
7-13% dan yang ketiga tahap pasca analitik 18,5047%, dimana kesalahan terbesar
yaitu terdapat pada tahap pra analitik yang termasuk didalamnya yaitu hemolisis
(53,2%), volume specimen yang kurang (7,5%), tulisan tangan yang tidak bisa
dibaca (7,1%), kesalahan spesimen, spesimen terdapat bekuan, vacum container
yang salah atau kesalahan pada anti-koagulan, volume penggunaan
antikoagulan yang tidak sesuai, dan pengambilan spesimen pada jalur infus
memiliki besar kesalahan sebesar 1,3% samapai 6% (Syauqiah, 2018).
2
1. Apa itu pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal?
2. Apa tujuan pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal?
3. Apa manfaat dari pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu
eksternal?
4. Bagaimanakah tahapan pelaksanaan pemantapan mutu internal dan
pemantapan mutu eksternal?
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1 Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal
(PME)
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus
menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian error /penyimpangan
sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Pemantapan mutu internal
laboratorium (PMI) dilakukan untuk mengendalikan hasil pemeriksaan
laboratorium setiap hari dan untuk mengetahui penyimpangan hasil laboratorium
agar segera diperbaiki. Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi
aktivitas: tahap pra-analitik, tahap analitik dan tahap pasca-analitik.
Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara
periodic oleh pihak lain diluar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau
dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu.
Penyelanggaran kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak
Pemerintah, swasta, ataupun Internasional.
Pemantapan mutu eksternal untuk berbagai bidang pemeriksaan
diselenggarakan pada berbagai tingkatan, yaitu :
1. Tingkat nasional/ tingkat pusat : Kementerian Kesehatan
2. Tingkat regional : BBLK
3. Tingkat provinsi/wilayah : BBLK/BLK
4
Manfaat melaksanakan kegiatan pemantapan mutu internal laboratorium
antara lain:
Ada tiga tahap pemantapan mutu internal (PMI) yang dilakukan, yaitu:
b. Tahap Analitik
a) Persiapan pasien
5
Sebelum dilakukkan pengambilan spesimen harus diberikan penjelasan
kepada pasien mengenai persiapan dan tindakan yang akan dilakukan apakah
pasien tersebut memerlukan suatu persiapan khusus sehingga tidak
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
d) Penanganan spesimen
e) Pengiriman spesimen
6
Laboratorium tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka spesimen dikirim
ke laboratorium lain dan sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil.
2. Tahap Analitik
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap analitik meliputi:
a. Pemeriksaan specimen
Pemeriksaan spesimen menurut metoda dan prosedur sesuai dengan
protap masing-masing parameter.
b. Pemeliharaan dan Kalibrasi alat
Wadah specimen harus dilakukan kalibrasi dan pemeliharaan
peralatan Laboratorium secara teratur dan terjadwal. Karena salah satu
yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah peralatan
laboratorium dan wadah specimen.
c. Uji kualitas reagen
Pengujian kualitas dilakukan degan control assayed yang sudah
diketahui nilainya. Nilai pengujian harus berada pada rentang yang
ditentukan. Pemantapan mutu ini sebagai usaha untuk mendapatkan
hasil yang akurat reliable dan valid. dan juga usaha dalam
meminimalisir penyebab kesalahan.
d. Uji Ketelitian – Ketepatan
7
Dilakukan uji ketelitian dan ketepatan dikarenakan hasil laboatorium
ini digunakan sebagai penentuan diagnosis serta
pemantauan perjalanan penyakit sehingga akurasi dan presisi dalam
hasil pemeriksaan harus dapat dipertanggung jawabkan. Nilai
Presisi menunjukkan seberapa dekat suatu hasil bila dilakukan
berulang dengan sampel yang sama. Ketelitian dipengaruhi
kesalahahan acak yang tidak dapat dihindarkan.
3. Tahap Pasca Analitik
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap pasca analitik
yaitu sebelum hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien, meliputi:
a) Pencatatan hasil
Selain untuk pemantauan data juga digunakan untuk evaluasi,
macam-macam pencatatan antara lain :
- Buku registrasi pendaftaran
- Buku permintaan pemeriksaan dan hasil pemeriksaan
- Buku rujukan
- Buku ekspedisi pengambilan hasil
b) Interpretasi hasil
Sesuaikan dengan nilai rujukan di tiap parameter pemeriksaan.
c) Pelaporan Hasil
Seperti pada tahap analitik, tingkat kesalahan tahap pasca analitik
hanya sekitar 15% - 20%. Walaupun tingkat kesalahan ini lebih kecil
jika dibandingkan kesalahan pada tahap pra analitik, tetapi tetap
memegang peranan yang penting. Kesalahan penulisan
hasil pemeriksaan pasien dapat membuat klinisi salah memberikan
diagnosis terhadap pasiennya. Kesalahan dalam menginterpretasikan
dan melaporkan hasil pemeriksaan juga dapat berbahaya bagi pasien.
Ketiga tahap kegiatan laboratorium ini sama-sama penting untuk
dilaksanakan sebaik mungkin, agar mendapatkan hasil pemeriksaan
yang berkualitas tinggi, mempunyai ketelitian dan ketepatan
sehingga membantu klinisi dalam rangka menegakkan diagnosa,
pengobatan atau pemulihan kesehatan pasien yang ditanganinya.
8
4. Penyimpanan bahan kontrol oleh laboratorium peserta PME sampai
dengan tanggal pelaksanaan pemeriksaan bahan kontrol
dilaksanakan.
5. Pelaksanaan pemeriksaan bahan kontrol oleh laboratorium peserta
PME
6. Pengiriman hasil pemeriksaan bahan kontrol oleh labortaorium
peserta kepada penyelenggara PME (pusat laboratorium kesehatan).
7. Pengiriman hasil eveluasi bahan kontrol oleh laboratorium
penyelenggara PME (pusat laboratorium kesehatan).
a. Bidang Hematologi
b. Bidang Urinalisa
c. Bidang Imunoserologi
3. Tentukan mean (nilai target) dan standar deviasi (SD) dari bahan kontrol
4. Buat diagram kontrol Shewart dengan mean dan ±1SD, ±2SD dan ±3SD
sertakan bahan kontrol di setiap uji coba berikutnya dan plot hasilnya pada
diagram control.
d. Kimia Klinik
9
Pada pemeriksaan kimia klinik , bahan pemeriksaan yang digunakan
adalah serum atau plasma. Perbedaan serum dengan plasma terletak pada
pengolahan darah yang telah diambil. Untuk pembuatan serum, darah tidak
perlu dicampur dengan antikoagulan, sedangkan untuk membuat plasma
terlebih dahulu darah harus dicampur dengan antikoagulan.
e. Bidang Mikrobiologi
4. Strain Standart
Diuji bersama kultur klinis, yang dilakukan setiap minggu atau tiap 5 batch
10
Merupakan kesalahn yang disebabkan oleh limitasi metode pemeriksaan.
b. Sistematik Shift
Merupakan kesalahan yang terus menerus dengan pola yang sama
disebabkan oleh standar kalibrasi
c. Random Error
Merupakan kesalahan dengan pola yang tidak diketahui.
a. Bidang hematologi
Penyelenggara akan mengirim kepada setiap peserta 1 botol bahan
kontrol dalam bentuk darah beserta surat pengantar. Peserta harus
menyimpan bahan kontrol dalam lemari es (2º-8ºC). Pemeriksaan
dilakukan pada hari yang telah ditetapkan penyelenggara. Parameter yang
dinilai yaitu hemoglobin, hematokrit, hitung leukosit, hitungeritrosit,
hitung trombosit serta 1 gambar foto sel darah tepi (terdiri dari10 gambar)
dengan pulasan Wright untuk laporan sel darah tepi.
Penilaian peserta dilakukan dengan membandingkan hasil
pemeriksaan peserta terhadap nilai target berupa nilai rata-rata peserta.
Penilaian diberikan dalam bentuk Indeks Deviasi (ID). ID diperoleh dari
selisih hasil pemeriksaan peserta terhadap nilai target dalam satuan
Standar Deviasi (SD). ID terhadap nilai target peserta (IDp), yaitu ID
yang dalam perhitungannya menggunakan nilai target peserta dan SD
peserta. SD peserta (SDp) adalah perkalian nilai target peserta dengan
Coefficient of Variation (CV).
CV untuk kadar Hb = 3%, hitung lekosit = 10%, hitung eritrosit= 4 %,
nilai hematokrit = 4 %, dan hitung trombosit = 20%.
Xp –Tp
ID p =
SD p
Keterangan :
IDp = Indeks Deviasi terhadap nilai target peserta
Xp = Hasil pemeriksaan peserta
Tp = Nilai rata-rata peserta
11
SDp = Standar Deviasi peserta
b. Bidang imunoserologi
Bahan control untuk pemeriksaan Treponema Pallidum
Hemaglutination (TPHA) dan Venereal Desease Research Laboratory
(VDRL) terdapat di dalam satu tabung cryotube dan pemeriksaan
menggunakan metode semikuantitatif. Parameter yang diperiksa yaitu :
VDRL,TPHA, HBsAg, Anti HCV.
Tabel 2. Interpretasi hasil PME HbSAg, anti HCV, TPHA dan VDRL
c. Bidang urinalisa
Penyelenggara akan mengirim kepada setiap peserta 2 botol urin
kontrol berupa urin kontrol botol I dan botol II beserta surat
pengantar. Sedangkan dapat diunduh pada aplikasi on line PME. Peserta
dapat mengunduh buku panduan penggunaan aplikasi PME dan
pelaksanaan PME untuk dapat melakukan proses pendaftaran. Pengisian
hasil dan cetak hasil evaluasi. Peserta menyimpan urin kontrol dalam
12
lemari es (2 –8℃). Pemeriksaan dilakukan pada hari yang telah ditetapkan
penyelenggara. Pengisian hasil pemeriksaan dilakukan secara on line pada
aplikasi on line PME dalam rentang waktu yang ditentukan. Adapun
parameter yang dinilai yaitu berat jenis, pH, protein, glukosa, bilirubin,
urobilinogen, darah, keton, nitrit, leukosit, tes kehamilan. Hasil
pemeriksaan dapat langsung diisi secara online pada aplikasi on line
PME. Hasil pemeriksaan laboratorium diisi pada formulir hasil yang
tersedia dalam satuan (unit) yang diminta untuk masing-masing urin
kontrol. Dalam formulir hasil disebutkan pula metode pemeriksaan untuk
tiap parameter, alat dan nama strip yang digunakan, kode pemeriksa.
Perhatikan masa pengisian hasil karena pengisian hasil hanya dapat
dilakukan dalam rentang waktu yang telah ditentukan penyelenggara.14
Evaluasi hasil dilakukan dengan membandingkan hasil
pemeriksaan masing-masing peserta terhadap nilai target. Cara
penilaian dengan memberikan skor.
Tabel 3. Interpretasi Hasil PME Urinalisis
13
CCV maka dapat dibandingkan hasil antar negara yang menggunakan
sistem yang sama.
Tabel 4. CCV Kimia Klinik menurut WHO
VIS Kriteria
0-50 Sangat baik
51-100 Baik
14
101-200 Cukup
201-300 Kurang
301-400 Kurang sekali
- Tidak dapat diukur
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemantapan Mutu Internal merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus setiap hari oleh petugas Laboratorium
agar mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang bermutu,
memenuhi aspek ketelitian dan ketepatan sehingga dapat mengurangi
atau mencegah kesalahan-kesalahan yang terjadi di Laboratorium.
Pemantapan Mutu Eksternal sangat bermanfaat bagi Laboratorium
Kesehatan, karena dari hasil evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan
kualitas mutu dari laboratorium yang bersangkutan dalam bidang
pemeriksaan yang telah ditentukan dan PME dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
3.2 Saran
Dengan adanya tugas ini, penulis dapat lebih memahami tentang
Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal
(PME) Laboratorium Patologi Klinik.dan diharapkan juga dapat
dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu
yang telah didapatkan dan lebih baik dari sebelumnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
16