Anda di halaman 1dari 62

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR

NOMOR 10 TAHUN 2011

TENTANG
RETRIBUSI JASA UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI SUMBA TIMUR,

Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang
penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan daerah dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan
mewujudkan kemandirian daerah;
b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, maka beberapa Peraturan Daerah yang mengatur
mengenai Retribusi Jasa Umum di Kabupaten Sumba Timur perlu disesuaikan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Umum;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah


Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor
122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3881)
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);

1
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674);
8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4587);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4737);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian dan
Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
18. Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Sumba Timur (Lembaran
Daerah Kabupaten Sumba Timur Tahun 2008 Nomor 151, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 161);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pokok-
Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sumba
Timur Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumba
Timur Nomor 181);

2
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR
dan
BUPATI SUMBA TIMUR

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Sumba Timur.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sumba Timur.
3. Bupati adalah Bupati Sumba Timur.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Timur.
5. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD, adalah Perangkat Daerah pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur.
7. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang selanjutnya disebut Dinas
PPKAD adalah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sumba
Timur.
8. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan Uang daerah yang ditentukan oleh Bupati
untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh
pengeluaran daerah.
9. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah Pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas Jasa atau pemberian Izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
10. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan.
11. Jasa adalah kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan
barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan.
12. Subyek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/
menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.
13. Obyek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau badan.
14. Wajib Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi jasa umum.
15. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi
wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dari Pemerintah Daerah.

3
16. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut SSRD adalah bukti pembayaran
atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan mengunakan formulir atau telah
dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh
Bupati.
17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut SKRD adalah surat ketetapan
retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.
18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disebut SKRDLB adalah
surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi kerena
jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak
terhutang.
19. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
20. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara Obyektif dan profesional berdasarkan suatu
standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah
dan retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan daerah dan retribusi daerah.
21. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan
usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
22. Retribusi Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas
pelayanan perizinan dan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah, Puskesmas,
Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu, Pondok Bersalin Desa (Polindes) dan Sarana
Pelayanan Kesehatan lainnya tidak termasuk pelayanan pendaftaran.
23. Pelayanan Kesehatan adalah jasa pelayanan kesehatan dalam bentuk rawat jalan maupun
rawat inap kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh unit sarana pelayanan kesehatan
Pemerintah Daerah dengan dipungut biaya.
24. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yang selanjutnya disebut Retribusi adalah
pembayaran atau jasa pelayanan persampahan/kebersihan yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
25. Tempat Pembuangan Sementara yang selanjutnya disebut TPS, adalah tempat penampungan
sampah yang berasal dari lingkungan Kelurahan sebelum diangkut ke TPA.
26. Tempat Pembuangan Akhir yang selanjutnya disebut TPA, adalah tempat untuk
penampungan, mengelola dan memusnahkan sampah.
27. Sampah adalah limbah yang berbentuk padat atau setengah padat yang berasal dari kegiatan
orang pribadi atau badan yang terdiri dari bahan organik dan anorganik tetapi tidak termasuk
buangan biologis/kotoran manusia dan bahan beracun dan berbahaya.
28. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk, Akta Catatan Sipil, Surat
Keterangan Kependudukan dan Surat Keterangan Catatan Sipil yang selanjutnya disebut
Retribusi, adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pengadaan Kartu
Tanda Penduduk, Akta Catatan Sipil, Surat Keterangan Kependudukan dan Surat Keterangan
Catatan Sipil yang disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan Hukum Publik/Privat.

4
29. Pendaftaran Penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan
peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan serta
penerbitan dokumen penduduk berupa identitas, kartu atau surat keterangan kependudukan.
30. Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami oleh seseorang pada
register catatan sipil oleh unit kerja yang mengelola pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil.
31. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat yang selanjutnya disebut Retribusi
adalah pembayaran atas pelayanan penguburan/pemakaman, pembakaran/pengabuan
mayat, sewa tempat pemakaman/Penyemanyaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang
dimiliki atau dikelola Pemerintah Daerah.
32. Pemakaman dan pengabuan mayat adalah penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan
pengurukan, pembakaran/pengabuan mayat, dan sewa tempat pemakaman atau
pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
33. Pengabuan/kremasi adalah pembakaran jenazah seseorang yang telah meninggal dunia dan
atau kerangka jenazah.
34. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah
pembayaran atas penggunaan tempat parkir ditepi jalan umum yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah.
35. Kendaraan adalah kendaraan baik bermotor maupun tidak bermotor yang menggunakan
tempat parkir di tepi jalan umum.
36. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara.
37. Tempat Parkir adalah tempat yang berada di tepi jalan umum tertentu dan telah ditetapkan
oleh Bupati sebagai tempat parkir kendaraan.
38. Retribusi Pelayanan Pasar, adalah pungutan sebagai Pembayaran atas penggunaan pemakaian
dan pemanfaatan kios, los atau toko di kawasan Pasar dan tempat pedagangan umum yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah.
39. Kios adalah bagian bangunan pasar yang dibangun dan disediakan oleh Pemerintah Daerah
yang bersifat permanen, semi permanen dan tertutup sehingga dapat digunakan sebagai
tempat menyimpan dan memasarkan barang dagangan, dimana setiap petak kios dibatasi
dengan dinding tembok atau bahan bangunan lainnya dan dilengkapi dengan pintu.
40. Los adalah bagunan pasar yang dibangun dan disediakan oleh Pemerintah Daerah yang
bersifat permanen, semi permanen dan tertutup sehingga hanya dapat digunakan untuk
memasarkan barang dagangan, dimana setiap los terdiri dari beberapa petak dan masing-
masing petak diberi tanda batas yang mudah dilihat dan dimengerti oleh semua pihak yang
berkepentingan.
41. Lapangan Pasar adalah bagian bangunan pasar yang dibuat dan disediakan oleh Pemerintah
Daerah yang bersifat terbuka tanpa atap, dinding dan hanya dipergunakan untuk memasarkan
barang dagangan secara insedentil.
42. Tempat Dasaran adalah bangunan berupa kios, los maupun lapangan terbuka yang
merupakan bagian dari Pasar.
43. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran
atas pelayanan pengujian oleh Pemerintah Daerah terhadap kendaraan bermotor yang
dimiliki dan/atau dipergunakan oleh orang pribadi atau Badan.
44. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada
pada kendaraan itu.
45. Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji dan/atau
memeriksa bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan
khusus yang dilakukan secara berkala dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis
dan laik jalan.

5
46. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran yang selanjutnya disebut Retribusi adalah
pembayaran atas pelayanan pemeriksaan oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat
pemadam kebakaran yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh orang pribadi atau Badan.
47. Alat pemadam Kebakaran adalah alat-alat teknis yang dipergunakan untuk mencegah dan
memadamkan kebakaran.
48. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan
daerah atas pelayanan pemberian data dalam bentuk peta yang diberikan Pemerintah Daerah
kepada orang pribadi atau Badan.
49. Peta foto adalah peta yang pembuatannya berasal dari pemotretan atau pencitraan satelit.
50. Peta dasar adalah peta yang pembuatannya merupakan pengolahan lebih lanjut dari peta
hasil pemotretan atau pencitraan satelit dan olah lapangan.
51. Peta tematik adalah peta yang menggambarkan data dengan tema khusus yang berkaitan
dengan detail topografi tertentu yang pembuatannya dapat berdasarkan peta dasar.
52. Peta teknis adalah peta yang menggambarkan kondisi teknis pemanfaatan ruang tertentu.
53. Retribusi Penyedotan Kakus yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas
pelayanan penyedotan kakus/jamban, transportasi dan pembuangan di Tempat pembuangan
Akhir (TPA) tinja yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang dikelola oleh
pihak swasta.
54. Retribusi Pengolahan Limbah Cair yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas
penggunaan fasilitas pengolahan limbah cair yang dimiliki atau disediakan oleh Pemerintah
Daerah yang bertujuan sebagai sarana untuk mengalirkan air limbah.
55. Retribusi Tera atau Tera Ulang yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas
pelayanan Tera/Tera Ulang dan Kalibrasi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya
serta Pengujian Barang Dalam Keadaan Terbungkus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
56. Menera adalah hal menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera batal yang beriaku, atau
memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tanda batal yang
berlaku, dilakukan oleh Pegawai-pegawai yang berhak melakukannya berdasarkan pengujian
yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar, timbang dan periengkapannya yang belum dipakai.
57. Tera ulang adalah hal menandai berkala dengan tanda tera sah atau tanda tera batal yang
berlaku atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tanda
batal yang berlaku, dilakukan oleh Pegawai-pegawai yang berhak melakukannya berdasarkan
pengujian yang dijalankan atas alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang telah
ditera.
58. Alat Ukur adalah alat yang dipergunakan atau dipakai bagi pengukuran kuantitas dan/atau
kualitas.
59. Alat Takar adalah alat yang diperuntukkan atau dipakai bagi pengukuran kuantitas atau
penakaran.
60. Alat Timbang adalah alat yang diperuntukkan atau dipakai untuk ukuran masa atau
penimbangan.
61. Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya selanjutnya disebut alat-alat UTTP.
62. Barang Dalam Keadaan Terbungkus yang selanjutnya disebut BDKT adalah barang yang
ditempatkan dalam bungkusan atau kemasan tertutup yang untuk mempergunakannya harus
merusak pembungkusnya atau segel pembungkusnya.
63. Retribusi Pelayanan Pendidikan yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas
pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah.

6
64. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi yang selanjutnya disebut Retribusi adalah
pembayaran atas pelayanan terhadap pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi
dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum.
65. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran pengiriman dan/atau penerimaan penerimaan dari
setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui
sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik yang lainnya.
66. Penyelenggaraan Telekomunikasi adalah kegiatan penyediaan dan pelayanan telekomunikasi
sehingga memungkinkan terselenggarakannya komunikasi.
67. Menara Telekomunikasi adalah bangunan yang berfungsi sebagai penunjang jaringan
telekomunikasi yang desain dan bentuk konstruksinya disesuaikan dengan keperluan jaringan
telekomunikasi.
68. Menara Bersama Telekomunikasi adalah menara telekomunikasi yang digunakan secara
bersama oleh beberapa penyedia layanan telekomunikasi (operator) untuk menempatkan dan
mengoperasikan peralatan telekomunikasi berbasis radio (Base Transceiver Station)
berdasarkan cellular planning yang diselaraskan dengan rencana Induk Menara Bersama
telekomunikasi.
69. Menara Telekomunikasi Khusus adalah menara telekomunikasi yang berfungsi sebagai
penunjang jaringan telekomunikasi khusus.
70. Menara Telekomunikasi kamuflase adalah menara telekomunikasi yang desain dan bentuknya
diselaraskan dengan lingkungan dimana menara tersebut berada.
71. Izin Mendirikan Bangunan Menara yang selanjutnya disebut IMB Menara, adalah izin
mendirikan bangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
72. Izin Gangguan (HO) Menara adalah Izin usaha yang diberikan kepada badan usaha di wilayah
daerah yang usahanya berpotensi menimbulkan bahaya, kerugian/gangguan.
73. Izin Operasional adalah izin yang memberi hak dan kewajiban kepada pemohon untuk
mengoperasionalkan menara bersama telekomunikasi dalam wilayah Daerah.
74. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi daerah adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah
dan retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II
JENIS RETRIBUSI JASA UMUM

Pasal 2
(1) Jenis Retribusi Jasa Umum Terdiri atas :
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil;
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
f. Retribusi Pelayanan Pasar;
g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
m. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

7
(2) Jenis Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat tidak dipungut apabila potensinya
kurang memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan daerah yang ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.

BAB III
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subyek, Wajib dan Golongan Retribusi

Pasal 3
(1) Dengan nama retribusi pelayanan kesehatan dipungut retribusi atas pelayanan kesehatan oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Pelayanan Kesehatan meliputi :
a. pelayanan kesehatan di RSUD;
b. pelayanan kesehatan di Puskesmas/Balai Pengobatan/Pustu/Polindes;
c. pelayanan kesehatan di Puskesmas keliling; dan/atau
d. pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan lainnya.
(3) Dikecualikan dari Obyek Retribusi pelayanan kesehatan adalah :
a. pelayanan pendaftaran;
b. pelayanan kesehatan yang bersifat bakti sosial;
c. pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah, BUMN, BUMD dan pihak
swasta; dan/atau
d. pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan lainnya yang bersifat sosial.

Pasal 4
(1) Subyek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah orang pribadi atau badan yang
mengunakan/menikmati Pelayanan Kesehatan dari Pemerintah Daerah.
(2) Wajib Retribusi Pemakaian Pelayanan Kesehatan adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pelayanan Kesehatan.
(3) Retribusi pelayanan kesehatan digolongkan sebagai retribusi jasa umum.

Bagian Kedua
Tingkat Pengunaan Jasa, Masa dan Prinsip Retribusi

Pasal 5
(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis Pelayanan yang diberikan.
(2) Masa retribusi adalah jangka waktu 1 (satu) bulan Kalender.

Pasal 6
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi dimaksudkan untuk menutup
sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kesehatan dengan mempertimbangkan
kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan aspek pelayanan publik.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk biaya prasarana, biaya operasional dan
pemeliharaan.

Bagian Ketiga
Besaran Tarif Retribusi

Pasal 7
Besarnya tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan di tetapkan sebagai berikut :
a. Tarif Retrubsi Pelayanan Kesehatan di RSUD Umbu Rara Meha Waingapu :
1. Rawat Jalan
a. Pelayanan Poliklinik Umum dan Anak :
8
Jenis Jenis Pelayanan Tarif (Rp) Keterangan
Kunjungan
Rawat Jalan 1. Pemeriksaan :
1. Dokter/Dokter Gigi 5.000 Diluar harga barang
(dengan rujukan) Farmasi berdasarkan
7.500 Permenkes
(tanpa rujukan) 66/Menkes/SK/II/1997
tentang Pola Tarif Bab
V Pasal 5.

2. Spesialis 7.500 Diluar pemeriksaan


(dengan rujukan) penunjang diagnostik
10.000
(tanpa rujukan)

2. Pengujian Kesehatan :
a. Kesehatan
Pelajar/Mahasiswa 5.000

b. Masyarakat Umum 10.000 30% dari tarif untuk


jasa pelayanan
c. Oleh DPT/Tim Penguji
Kesehatan 20.000

d. Surat Keterangan 10.000


lainnya

3. Biaya Kartu Kunjungan 5.000 Untuk pembuatan


kartu baru

b. Pelayanan Medik Gigi dan Mulut :

Bahan dan Jasa Jasa Jumlah


Alat Rumah Pelayanan (Rp)
Macam Tindakan
(Rp) Sakit (Rp)
(Rp)
I. Sederhana :
a. Tumpatan Sementara 5.000 3.000 2.000 10.000
b. Perawatan abses 7.000 3.000 2.500 12.500
c. Tindakan pasca bedah 5.000 2.000 1.000 8.000
d. Tumpatan Analgam 1 bidang 10.000 5.000 4.000 19.000
e. Tumpatan komposit silikat 10.000 6.000 4.000 20.000
f. Extraksi gigi dengan CE 7.500 5.000 2.500 15.000
g. Extraksi gigi tanpa penyulit 12.500 5.000 6.000 23.500
dengan lokal anestesi
h. Scalling/pembersihan 7.500 3.500 2.500 13.500
kalkulus
i. Gingival curettase 7.500 3.500 2.500 13.500

II. Sedang :
Tumpatan amalgam 2 bdg 12.500 5.000 5.000 22.500
Tumpatan komposit/silikat 2 12.500 5.000 5.000 22.500

9
Extarksi gigi dengan penyulit 15.000 7.000 8.000 30.000
Scalling, root palnning, 10.000 4.000 4.000 18.000
Exterpasi epulis 25.000 7.500 7.500 40.000
Operculectctony 10.000 5.000 5.000 20.000
Alveolectony 30.000 10.000 10.000 50.000
Enucleasi Kisat/Marsupilasi 20.000 10.000 10.000 40.000
Adontectoni ringan 25.000 8.000 8.000 41.000
Fixasi sederhana 20.000 7.500 7.500 35.000

III. Besar :
Adontectony berat (operasi gigi 60.000 25.000 25.000 110.000
tertanam)

IV. Khusus :
a. Protesa lepasan sebagian 60.000 15.000 25.000 100.000
plat + gigi pertama
b. Tiap tambah 1 gigi 25.000 10.000 10.000 45.000
berikutnya
c. Protesa lepasan penuh per 300.000 100.000 200.000 600.000
rahang
d. Mahkota sacket 200.000 50.000 100.000 350.000
porselen/Bridge per unit
e. Mahkota sacket aerylic 75.000 30.000 45.000 150.000
f. Alat ortho lepasan 75.000 25.000 50.000 150.000
g. Alat ortho cekat 700.000 400.000 200.000 1.300.000

c. Poli kebidanan dan Kandungan (ditangani Bidan) :


Bahan dan Jasa Jasa Jumlah
Alat Rumah Pelayanan (Rp)
Jenis Tindakan
(Rp) Sakit (Rp)
(Rp)
1. Pemasangan IUD 15.000 10.000 5.000 30.000
2. Pemasangan Susuk 15.000 10.000 5.000 30.000
3. Anstepen 5.000 2.500 2.500 10.000
4. Kontrol IUD/Penyulit 7.500 5.000 2.500 15.000
5. Aff Susuk 15.000 10.000 5.000 30.000
6. Immunisasi 6.000 3.000 1.000 10.000
7. Suntik KB 10.000 4.000 1.000 15.000
8. PIL 3.000 1.000 1.000 5.000

d. Poli Bedah :
Bahan dan Jasa Jasa Jumlah
Alat Rumah Pelayanan (Rp)
Jenis Tindakan
(Rp) Sakit (Rp)
(Rp)
1. Kecil (luka ringan, tindik, dll) 5.000 2.500 2.500 10.000
2. Sedang (luka besar, pasang
7.500 2.500 5.000 15.000
Kateter, Incisi, aff heckting, dll)
3. Besar (eksterpasi, dll) 65.000 15.000 20.000 100.000

10
e. Poli Mata :
Bahan dan Jasa Jasa Jumlah
Alat Rumah Pelayanan (Rp)
Jenis Tindakan
(Rp) Sakit (Rp)
(Rp)

Pemeriksaan mata 5.000 2.500 2.500 10.000

2. Instalasi Rawat Darurat (IRD)


Bahan dan Jasa Jasa Total
Macam Tindakan Alat Sarana Pelayanan (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1. Kunjungan Rawat Darurat 7.500 5.000 5.000 17.500
2. Dengan Tindakan :
- Kecil (1-5 jahitan) 20.000 5.000 10.000 35.000
- Sedang (6-10 jahitan) 30.000 5.000 15.000 50.000
- Besar (> 10 jahitan) 60.000 20.000 20.000 100.000

3. Tarif Rawat Inap


Kelas Akomodasi / Hari Jasa Pelayanan (visite) Jumlah
(Rp) Dr. Umum / Dr. Umum /
Dr. Spesialis (Rp) Dr. Spesialis (Rp)
a. Kelas III 20.000 10.000/15.000 30.000/35.000
b. kelas II 45.000 20.000/25.000 65.000/70.000
c. kelas I 70.000 25.000/30.000 95.000/100.000
d. Utama 100.000 30.000/40.000 130.000/140.000
e. VIP/ICU 130.000 40.000/50.000 170.000/180.000

4. Radiologi
Bahan dan Jasa Rumah Jasa Jumlah
Jenis Tindakan Alat Sakit Pelayanan (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1. Sederhana
- Film Gigi 20.000 15.000 5.000 40.000
- Film ukuran kecil 30.000 15.000 5.000 50.000
- Film ukuran besar 35.000 17.500 7.500 60.000
2. Sedang
- Tomogran,
- Fluoroscopy, dll 45.000 15.000 15.000 75.000
- USG 50.000 15.000 15.000 80.000
3. Canggih
- Intra Venous Pyelografi 500.000 45.000 30.000 575.000
- Desophagus Mag 275.000 45.000 30.000 350.000
- Duodenum (OMD) Barium Intake 325.000 45.000 30.000 400.000
- Colon In Loop 375.000 45.000 30.000 450.000
- Foto Follow Trough 375.000 45.000 30.000 450.000
- Uretro Cystografi 375.000 45.000 30.000 450.000
- Chole Cystografi 375.000 45.000 30.000 450.000
- HSG 375.000 45.000 .30.000 450.000

11
5. Pelayanan Elektromedik
Bahan dan Jasa Jasa Jumlah
Alat Rumah Pelayanan (Rp)
Jenis Tindakan
(Rp) Sakit (Rp)
(Rp)

EKG (Elektro Kardiologi) 25.000 10.000 15.000 50.000

6. Tindakan Invasif dan Non Invasif (Non Operatif)


Bahan dan Jasa Jasa Jumlah
Alat Rumah Pelayanan (Rp)
Jenis Pelayanan
(Rp) Sakit (Rp)
(Rp)
1. Kecil 5.000 3.500 1.500 10.000
(Pasang Kateter/NGT)

2. Sedang 10.000 3.000 2.000 15.000


(Rawat luka bakar)

3. Besar 20.000 5.000 5.000 30.000


(Pasang Endotracheal Cup)

4. Tindakan Khusus 25.000 15.000 10.000 50.000


(Punctie Pleura, Punctie Abdomen,
Punctie Kandung Kemih)
7. Operasi
Bahan dan Jasa Jasa Jumlah
Alat Rumah Pelayanan (Rp)
Jenis Pelayanan
(Rp) Sakit (Rp)
(Rp)
1. Kecil 175.000 100.000 150.000 425.000
2. Sedang 300.000 125.000 400.000 825.000
3. Besar 425.000 175.000 500.000 1.100.000
4. Canggih/Khusus 750.000 300.000 900.000 1.950.000
8. Persalinan
a. Persalinan Normal :
Jasa Pelayanan Total (Rp)
Bahan Jasa
Jenis Bidan Dr. Dr. Bidan Dr. Dr.
dan Alat Saran
Tindakan (Rp) Umum Spesialis (Rp) Umum Spesialis
(Rp) a (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Persali-
nan 125.000 50.000 100.000 150.000 300.000 275.000 325.000 425.000
Normal
b. Persalinan Pervaginam dengan Tindakan (Penyulit)
Jasa Dokter Jasa Total (Rp)
Jasa
Bahan dan Sp.OG Pelayanan
Jenis Tindakan Sarana
Alat (Rp) (Rp) Dokter
(Rp)
Sp.OG (Rp)

Persalinan
Pervaginam
175.000 125.000 400.000 150.000 850.000
dengan Tindakan
(Penyulit)

12
9. Pencucian Pakaian
Tarif pencucian pakaian pasien ditetapkan per potong sebagai berikut :
Bahan dan Alat Jasa Sarana Jasa Pelayanan (Rp) Jumlah (Rp)
(Rp) (Rp)

2.000 1.000 1.000 4.000

10. Kendaraan Ambulance


Bahan dan Jasa Jasa Jumlah
Jarak Alat Sarana Pelayanan (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)

- 0 – 10 km 55.000 15.000 10.000 80.000


- kelebihan setiap km ditambah 3.000 1.000 1.000 5.000

11. Kendaraan Jenazah


Bahan dan Jasa Jasa Jumlah
Jarak Alat Sarana Pelayanan (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)

- 0 – 10 km 80.000 30.000 15.000 125.000


- kelebihan setiap km ditambah 4.000 2.500 1.000 7.500

12. Kamar Jenazah dan Perawatan Jenazah


Bahan dan Jasa Jasa Jumlah
Jenis Pelayanan Alat Sarana Pelayanan (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)

- Penitipan mayat (per hari) 20.000 15.000 15.000 60.000


- Pengawetan (dengan formalin) 65.000 35.000 50.000 150.000

13. Pelayanan Medico Legal


Bahan dan Jasa Jasa Jumlah
Jenis Pelayanan Alat Sarana Pelayanan (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
Pembuatan Visum Et Repertum :
a. Pemeriksaan luar jenazah 50.000 20.000 50.000 120.000
b. Autopsi 125.000 75.000 300.000 500.000
c. Orang hidup (di IRD) 40.000 20.000 50.000 110.000
14. Pemeriksaan Laboratorium
(Berlaku untuk semua Kelas Perawatan)
No Jenis Pelayanan Bahan Jasa Jasa Jumlah
dan Alat Sarana Pelayanan (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1. a. Pemeriksaan urine lengkap 12.000 4.000 4.000 20.000
b. Pemeriksaan faeses lengkap 7.500 4.500 3.000 15.000
c. Pemeriksaan even test 19.500 3.000 2.500 25.000
d. Pemeriksaan darah lengkap 10.000 5.500 4.500 20.000
sederhana :
- TT 7.000 1.500 1.500 10.000
- HB 4.000 1.500 1.500 7.000
- LL 7.000 1.500 1.500 10.000
- LED 5.000 1.500 1.500 8.000
- HD 5.000 1.500 1.500 8.000

13
- CTBT 7.000 1.500 1.500 10.000
- PSU 7.000 1.500 1.500 10.000
- Trombosit 5.000 1.500 1.500 8.000
2. Transfusi Darah :
a. Darah silang 17.500 4.500 3.000 25.000
b. Golongan darah 10.000 3.000 2.000 15.000
3. Pemeriksaan Darah sedang :
a. Darah filarias 6.000 2.000 2.000 10.000
b. Widal test 35.000 2.500 2.500 40.000
4. Pemeriksaan Kimia Darah :
a. Gula darah :
1. Nuchter 30.000 3.000 2.000 35.000
2. 2 jam post prandial 30.000 3.000 2.000 35.000
b. Cholesterol 35.000 3.000 2.000 40.000
c. Trigliserida 35.000 3.000 2.000 40.000
d. HDL 45.000 3.000 2.000 50.000
e. SGOT 40.000 3.000 2.000 45.000
f. SGPT 40.000 3.000 2.000 45.000
g. Bilirubin direct 35.000 3.000 2.000 40.000
h. Bilirubin in total 45.000 3.000 2.000 50.000
i. Ureum 40.000 3.000 2.000 45.000
j. Creatinin 40.000 3.000 2.000 45.000
k. Alkali Phospatase 40.000 3.000 2.000 45.000
l. Acid Phospatase 40.000 3.000 2.000 45.000
m. Protein 35.000 3.000 2.000 40.000
n. Uric Acid 60.000 3.000 2.000 65.000
o. Kalium 40.000 3.000 2.000 45.000
p. Amilase 40.000 3.000 2.000 45.000
q. Creatinin Klarens (CK) 35.000 3.000 2.000 40.000
r. Gama (GT) 35.000 3.000 2.000 40.000
5. Pemeriksaan Dahak :
a. BTA 8.500 2.500 4.000 15.000
6. Pemeriksaan Secret :
a. Vagina, uretrha, tenggorokan 6.000 4.000 2.500 12.500
b. Pap smear 32.000 4.000 4.000 40.000
c. Gram 8.000 3.000 4.000 15.000
7. Pemeriksaan Cairan Otak/Spinal :
a. None Pandi 6.000 2.500 1.500 10.000
b. Microscopics 6.000 2.500 1.500 10.000
c. Glukose 6.000 2.500 1.500 10.000
d. Kadar protein 6.000 2.500 1.500 10.000
8. Pemeriksaan lain-lain :
a. Analisa sperma 30.000 6.000 4.000 40.000
b. Cross matching 17.000 4.000 4.000 25.000
c. VDRL 44.000 3.000 3.000 50.000
d. Ambil darah di rumah ditambah -- -- 10.000 10.000
e. HbsAg 33.000 4.000 3.000 40.000
f. HIV 1,2 44.000 3.000 3.000 50.000
g. HCV 44.000 3.000 3.000 50.000
9. Zat adiktif/narkoba :
a. Humadrug methamplufamin 39.000 3.000 3.000 45.000
b. Humadrug Opiate 39.000 3.000 3.000 45.000
c. Narkoba Humadrug 39.000 3.000 3.000 45.000
10. UTDRS 229.500 19.500 21.000 270.000

14
11. Kantong darah 50.000 50.000
12. Golda 10.000 2.000 2.000 14.000
13. HB 2.500 2.000 1.500 6.000
14. HIV 40.000 3.000 3.000 46.000
15. VDRL 40.000 2.000 2.000 44.000
16. HbSAg 30.000 3.000 3.000 36.000
17. Darah Silang 15.000 2.000 3.000 20.000
18. HCV 40.000 3.000 3.000 46.000
19. Pengadaan 2.000 3.500 2.500 8.000
15. Pelayanan Instalasi Farmasi
Bahan dan Alat Jasa Sarana Jasa Pelayanan Jumlah
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

100 % 25 %/30% 5 %/10% 130 %/140%

16. Anastesi, Instrumen dan Asisten


Jenis Pelayanan Jasa Jasa Jasa Penata Jasa Dokter Total
operasi Asistensi Instrumen Anestesi Anastesi
(Pembiusan)
Kecil 17.500 17.500 25.000 100.000 160.000
Sedang 45.000 45.000 60.000 150.000 300.000
Besar 60.000 60.000 90.000 240.000 450.000
Canggih/Khusus 90.000 90.000 135.000 335.000 650.000
17. Tindakan Keperawatan
Jenis Pelayanan Jasa Sarana Jasa Tindakan Jumlah
Pemasangan Infus 7.500 2.500 10.000
Penyuntikan IV,IM,SC,IC 7.500 2.500 10.000
Perawatan Bayi baru lahir 10.000 5.000 15.000
Pemasangan DC 10.000 5.000 15.000

18. Pelayanan Fisioterapi


Berlaku untuk semua Kelas Perawatan
No Jenis Pelayanan Bahan dan Jasa Sarana Jasa Jumlah Total
Alat (Rp) (Rp) Pelayanan (Rp)
(Rp)
1. -TERAPI LATIHAN 20.000 5.000 5.000 30.000
a. Latihan LGS/Lingkup Gerak
Sendi (Exercisie Berat)
b. Latihan (Exercisie Berat)
-Pernafasan/Breathing 15.000 5.000 5.000 25.000
Exercise
c.Mobilisasi (Ringan)
d.Transfer (Ringan)
2. TERAPI MANIPULASI
- Massage 15.000 5.000 5.000 25.000
3. TERAPI MODALITAS
a. Ultrasound (Alat terapi 15.000 5.000 5.000 25.000
dengan Gelombang suara
b. Diathermy (Pemanasan) 5.000 2.000 3.000 10.000
c.Parafin Bath (Lilin Parafin) 10.000 5.000 5.000 20.000
d.TENS (Trans Electrical 20.000 5.000 5.000 30.000
Nerve Stimulation)
e.Traksi Table 10.000 5.000 5.000 20.000

15
f.Sepeda Statistik 7.500 2.500 2.500 12.500
g.Treadmill 10.000 5.000 5.000 20.000
h.Paralel Bar 5.000 2.500 2.500 10.000

b. Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan di Puskesmas, Pustu, Puskesmas Keliling, Polindes dan
Sarana Kesehatan Lainnya ditetapkan sebagai berikut :

NO JENIS PELAYANAN PERUBAHAN TARIF PERTIMBANGAN


1 2 4 5
1 RAWAT JALAN
Kunjungan Rawat Jalan 5000 Tidak membebani
yang miskin, biaya
pelayanan lebih
mahal.

Rujukan Spesial 6000

2 RAWAT INAP
- Biaya akomodasi (Makan-minum
petugas jaga) 7.000/hari
- Biaya Makan Pasien. 30.000/hari
- Jasa Dokter 10.000/hari
- Jasa Perawat 8.000/hari

3 VISUM ET REPERTUM
a. Untuk orang hidup (per Orang) - Bahan dan Alat:
10.000
- Jasa Pelayanan : 10.000
- Jumlah : 20.000

b. Untuk Orang Mati (per jenasah) - Bahan dan Alat:


1) Pemeriksaan Luar 10.000
- Jasa Pelayanan : 50.000
- Jumlah : 60.000

2) Bedah Mayat
4 PELAYANAN AMBULANCE
- BBM 2000 / km
- Jasa Pelayanan <6 Jam 40.000
- Jasa Pelayanan >6 Jam 80.000
Jumlah : 122.000
5 SURAT KETERANGAN
a. Pelajar/Mahasiswa 2.500
b. Calon Pegawai 2.500
c. Keterangan Kelahiran/ Kematian
d. Keterangan Sakit 2.500
5.000

6 JASA PEMERIKSAAN LABORATORIUM


(DI LUAR JAM KERJA)
a. Darah Rutin
Golongan Darah 2.000
Tetes Tebal 2,000
Hb 2,000
Laju Endap Darah (LED) 1,000

b. Urine Rutin
1. Albumin 1,000
2. Sedimen 1,000
3. Billirubin 1,000
4. Uroblin 1,000
5. Tes Kehamilan 1,000
6. Gula Urine 1,000

16
c. Tinja 5,000
d. Dahak 3,000
e. Filaria 2,000
f. Mycobakterium Leprae 3,000
g. Gula Darah 1,000
h. Jamur 1,000
i. Pap Smear 10,000
j. Pemeriksaan kualitas air 75,000
(Bakteriologi)
7 JASA TINDAKAN MEDIK (DI LUAR JAM
KERJA)
a. Tindakan Medik Ringan
1. Debridemen Luka 5,000
2. Jahit Luka 7,500
3. Insisi Abses 7,500
4. Sirkumsisi/Sunat 50,000
5. Tindik Daun Telinga 2,000
6. Pemasangan dan Pencabutan IUD 10,000
7. Pemasangan dan Pencabutan Implant 20,000
8. Insisi Hordeolum 5,000
9. Vasektomi 50,000
10. Pertolongan Persalinan Normal 100,000
11. Fisioterapi 10,000
b. Tindakan Medik Sedang
Keretage (Abortus) 100,000
c. Tindakan Medik Gigi
1. Pembersihan Karang Gigi 7,500
2. Pencabutan untuk setiap gigi 7,500
tak tertanam
3. Pencabutan untuk setiap gigi 10,000
tertanam
4. Insisi Abses Gigi 7,500
5. Tumpatan untuk setiap gigi 5,000
6. Pemasangan mahkota gigi 50,000
untuk setiap gigi.

BAB IV
RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN

Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subyek, Wajib dan Golongan Retribusi

Pasal 8
(1) Dengan nama retribusi pelayanan persampahan/kebersihan dipungut retribusi atas pelayanan
persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah Pelayanan Persampahan/
Kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, meliputi :
a. pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan sementara;
b. pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan sementara ke lokasi
pembuangan/pembuangan akhir sampah; dan
c. penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah.
(3) Dikecualikan dari Obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pelayanan
kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, sosial, dan tempat yang dapat digunakan oleh
masyarakat umum dan dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 9
(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati
pelayanan persampahan/kebersihan dari Pemerintah Daerah.
(2) Wajib Retribusi Pelayanan Persampahan/kebersihan adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi.
17
(3) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan digolongkan sebagai retribusi jasa umum.

Bagian Kedua
Tingkat Pengunaan Jasa, Masa dan Prinsip Retribusi

Pasal 10
(1) Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan diukur berdasarkan
pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Jenis sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sampah organik dan non organik.
(3) Dalam hal volume sampah sulit diukur, maka volume sampah dimaksud dapat ditaksir dengan
berbagai pendekatan, antara lain berdasarkan bangunan rumah tangga, perdagangan dan
industri.
(4) Masa Retribusi adalah jangka waktu selama 1 (satu) bulan kalender pelayanan
Persampahan/Kebersihan diberikan oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 11
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi, yaitu untuk
menutup biaya penyelenggaraan pelayanan dengan mempertimbangkan kemampuan
masyarakat dan aspek keadilan.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pengumpulan, pengangkutan dan
pengelolaan sampah dan/atau pemusnahan sampah yang termasuk sewa/beli lokasi tempat
pembuangan akhir.
Bagian Ketiga
Besaran Tarif Retribusi

Pasal 12
Besarnya tarif digolongkan berdasarkan pelayanan yang diberikan, sebagai berikut :
No. Tempat Pengambilan Tarif (Rp)
1. Taman-taman rekreasi 15.000/bulan
2. Rumah tinggal : 2.000/bulan
3. Hotel :
4. - Melati Satu 20.000/bulan
- Melati Dua 30.000/bulan
- Melati Tiga 40.000/bulan
- Hotel Berbintang 100.000/bulan
Restoran 20.000/bulan
5. Rumah Makan/Depot Makan 15.000/bulan
6. Warung Makan 10.000/bulan
7. Rombong 3.000/bulan
8. Industri :
- Besar 25.000/bulan
- Menengah 15.000/bulan
- Kecil 10.000/bulan
9. Pertokoan :
- Besar 25.000/bulan
- Menengah 15.000/bulan
- Kecil 10.000/bulan
10. Kios 5.000/bulan
11. Pedagang kaki lima 500/hari
13. Pedagang yang menggunakan pelataran dalam pasar :
- Secara tetap 10.000/bulan
- Secara tidak tetap 500/hari
14. Pedagang yang menggunakan pelataran luar pasar 500/hari
15. Perusahaan BUMN, Kantor Swasta 25.000/bulan
16. Perusahaan BUMD 25.000/bulan
18
17. Kantor Instansi Pemerintah 10.000/bulan
18. RUKO (Rumah Toko) 20.000/bulan
19. Apotek 20.000/bulan
20. Salon Kecantikan 15.000/bulan
21. Warung yang menyatu dengan Rumah Tinggal 10.000/bulan
22. Café 25.000/bulan
23. Tempat Karaoke 25.000/bulan
24. Rumah Sakit 25.000/bulan
25. Gudang 25.000/bulan
26. Rumah Usaha Kos
- usaha kos dengan 1-5 kamar 5.000/kamar/bulan
- usaha kos dengan 6-10 kamar 7.000/kamar/bulan
-usaha kos dengan 11 kamar ke atas 15.000/kamar/bulan

BAB V
RETRIBUSI PENGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK
DAN AKTA CATATAN SIPIL

Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subyek, Wajib dan Golongan Retribusi

Pasal 13
(1) Dengan nama retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil
dipungut retribusi atas pelayanan cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil
meliputi pencetakan perangkat administrasi pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.
(3) Perangkat administrasi pendaftaran penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. Kartu Keluarga;
b. Kartu Tanda Penduduk;
c. Surat Keterangan Pindah; dan
d. Surat Keterangan Pindah Datang.
(4) Perangkat administrasi pencatatan sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Akta Kematian;
b. Akta Perkawinan;
c. Akta Perceraian;
d. Akta Pengesahan dan Pengakuan Anak;dan
e. Akta Ganti nama bagi WNA.
(5) Perubahan Akta Catatan Sipil karena terjadinya peristiwa penting, yaitu :
a. Pengakuan Anak;
b. Pengesahan Anak;
c. Perubahan Nama;

Pasal 14

(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi yang mendapatkan pelayanan cetak Kartu Tanda
Penduduk dan Akta Catatan Sipil dari Pemerintah Daerah.
(2) Wajib Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil adalah
orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi
diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong
retribusi.
(3) Retribusi Penggatian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil digolongkan
sebagai retribusi Jasa Umum.

19
Bagian Kedua
Tingkat Penggunaan Jasa dan Masa Retribusi

Pasal 15
(1) Tingkat penggunaan jasa pelayanan Kependudukan dan Catatan Sipil dihitung berdasarkan
jumlah dan jenis kartu dan dokumen catatan sipil yang dicetak atau diterbitkan oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Masa Retribusi adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender.

Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besaran Tarif

Pasal 16
(1) Prinsip dan sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besaran Tarif Retribusi adalah untuk
meningkatkan pelayanan dan penggantian biaya cetak KK, KTP dan/atau Akta Catatan Sipil.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk biaya investasi sarana dan prasarana,
operasional dan pemeliharaan.

Bagian Keempat
Struktur dan Besaran Tarif

Pasal 17
(1) Struktur dan besarnya tarif dihitung berdasarkan pelayanan yang diberikan.
(2) Besaran tarif Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil adalah sebagai
berikut :
a. Penggantian Biaya Cetak KK Rp. 10.000
b. Penggantian Biaya Cetak KTP Rp. 20.000
c. SKTS Rp. 10.000
d. SKTT bagi orang Asing Tinggal Terbatas Rp. 100.000
e. Surat Keterangan Pindah Rp. 10.000
f. Penggantian Biaya Cetak Akta Catatan Sipil :
1. Akta Kelahiran Rp. 15.000
2. Akta Kematian Rp. 5.000
3. Akta Perkawinan Rp. 100.000
4. Akta Perceraian Rp. 300.000
5. Akta Pengakuan Anak Rp. 50.000
g. Penggantian Perubahan Akta Catatan Sipil karena terjadinya peristiwa penting lainnya :
1. Pengangkatan Anak Rp. 50.000
2. Pengesahan Anak Rp. 50.000
3. Perubahan Nama Rp. 50.000
4. Perubahan Kewarganegaraan Rp. 250.000
5. Peristiwa Penting lainnya :
- Akta Ijin Kawin Rp. 15.000
- Surat Keterangan Belum Kawin Rp. 10.000
(3) Besarnya tarif retribusi karena melampaui batas waktu melapor :
a. Pelaporan Kelahiran
1. pelaporan kelahiran 61 hari s/d 1 tahun Rp. 100.000
2. pelaporan kelahiran 1 tahun ke atas Rp. 150.000
b. Pelaporan Lahir Mati 31 hari ke atas sejak lahir mati Rp. 15.000
c. Pelaporan Kematian 31 hari ke atas sejak kematian Rp. 25.000
d. Pelaporan Pencatatan Pengangkatan Anak 31 hari ke atas
sejak penetapan Pengadilan Rp. 75.000
e. Pelaporan Pencatatan Pengakuan Anak 31 hari ke atas sejak surat
pengakuan Ayah biologis yang disetujui Ibu kandungnya Rp. 75.000

20
f. Pelaporan Pencatatan Pengesahan Anak 31 hari ke atas sejak Ayah
dan Ibu anak yang bersangkutan melakukan perkawinan dan
mendapat akta perkawinan Rp. 75.000
g. Pelaporan Pencatatan Perubahan Nama 31 hari ke atas sejak
diterimanya penetapan Pengadilan Rp. 75.000
h. Pelaporan Pencatatan Perubahan Status Kewarganegaraan 61 hari
ke atas sejak berita acara pengucapan sumpah/janji oleh pejabat Rp. 1.000.000
i. Pelaporan Pencatatan Peristiwa Penting Lainnya 31 hari ke atas
sejak diterimanya salinan penetapan Pengadilan Rp. 75.000
j. Pelaporan Perubahan Susunan Keluarga dalam KK 31 hari ke atas
sejak terjadinya perubahan Rp. 25.000
k. Pelaporan perpanjangan masa berlaku KTP 31 hari ke atas sejak
masa berlaku KTP berakhir Rp. 20.000
l. Pelaporan Pencatatan Perkawinan 61 hari ke atas sejak terjadinya
perkawinan Rp.200.000
m. Pelaporan pembatalan perkawinan 91 hari ke atas sejak terjadinya
putusan Pengadilan Rp.200.000
n. Pelaporan Perceraian 61 hari ke atas sejak putusan Pengadilan Rp.300.000
o. Pelaporan Pembatalan Perceraian 61 hari ke atas sejak putusan
Pengadilan Rp.200.000

Bagian Kelima
Pengecualian Pengenaan Retribusi

Pasal 18
Pengecualian pengenaan Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta
Catatan Sipil adalah :
1. Akta Kelahiran bagi anak usia 0 – 60 hari;
2. KTP seumur hidup bagi penduduk berusia 60 tahun ke atas; dan
3. KTP bagi penduduk korban bencana;dan
4. Perubahan Alamat karena pemekaran wilayah.

BAB VI
RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT

Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subyek, Wajib dan Golongan Retribusi

Pasal 19
(1) Dengan nama retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat dipungut retribusi atas
pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat adalah Pelayanan yang
meliputi:
a. Pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan pengurukan, pembakaran/
pengabuan mayat.
b. Sewa tempat penyemayaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau
dikelola Pemerintah Daerah.
(3) Dikecualikan dari pemungutan retribusi terhadap orang miskin yang dibuktikan dengan surat
keterangan miskin dari Lurah setempat atau Pejabat lain yang berwenang untuk itu diketahui
oleh Camat setempat.

Pasal 20
(1) Subyek Retribusi adalah setiap orang pribadi atau badan yang memperoleh Pelayanan berupa
tempat Pemakaman dan Pengabuan mayat yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.

21
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang berkewajiban untuk membayar
retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi.
(3) Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat digolongkan sebagai retribusi Jasa
Umum.
Bagian Kedua
Tingkat Pengunaan Jasa, Masa dan Prinsip Retribusi

Pasal 21
(1) Tingkat Penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis dan jumlah Pelayanan.
(2) Masa Retribusi adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender.

Pasal 22
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi dimaksud untuk menutup biaya
pelayanan pemakaman atau pengabuan mayat/jenazah dengan mempertimbangkan
kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penggunaan tanah, biaya
operasional dan pemeliharaan.
Bagian Ketiga
Besaran Tarif Retribusi

Pasal 23
Besarnya tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis pelayanan, ditetapkan sebagai berikut:
a. Tarif Pelayanan Pemakaman :
No Jenis Tarif
1 Pemakaman Dewasa Rp. 1.500.000,-/Jenasah
2 Pemakaman Anak-anak Rp. 1.000.000,-/Jenasah
3 Pembongkaran makam dan menutup kembali Rp. 1.000.000,-/Jenasah
4 Mengubur kembali jenazah yang telah dibongkar Rp. 500.000,-/Jenasah
mayatnya
b. Tarif pelayanan pengabuan mayat :
No Jenis Tarif
1 Pengabuan terbuka Rp. 200.000,-/jenazah
2 Pengabuan Rp. 300.000,-/jenazah
c. Tarif pelayanan persemayaman mayat
NO Jenis Tarif
Pelayanan Persemayaman mayat Rp. 20.000/hari

BAB VII
RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subyek,Wajib dan Golongan Retribusi

Pasal 24

(1) Dengan nama retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum dipungut retribusi pelayanan
parkir di tepi jalan umum yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah Penyediaan Pelayanan parkir di
tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

22
Pasal 25

(1) Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tempat parkir di tepi
jalan umum.
(2) Wajib Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Parkir di Tepi Jalan
Umum.
(3) Retribusi Pelayanan Parkir di tepi Jalan Umum digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

Bagian Kedua
Tingkat Pengguna Jasa, Masa dan Prinsip Retribusi

Pasal 26

(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis kendaraan yang menggunakan tempat
parkir dan frekuensi penggunaan tempat parkir.
(2) Masa Retribusi adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender.

Pasal 27

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan parkir di tepi
jalan umum didasarkan atas tujuan untuk mengendalikan permintaan dan penggunaan jasa
pelayanan dalam rangka memperlancar lalu lintas jalan dengan tetap memperhatikan biaya
penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

Bagian Ketiga
Besaran Tarif Retribusi

Pasal 28

Besarnya tarif Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum ditetapkan sebagai berikut :
Tingkat Kepadatan Parkir Jenis Kendaraan Bermotor Tarif (Rp)
Rendah a. Sedan, Jeep, Minibus, Pickup dan
sejenisnya 1000/sekali parkir
b. Bus, Truk dan sejenisnya 2000/sekali parkir
c. Sepeda Motor 500/sekali parkir
d. Kendaraan di atas 6 Roda 3.000/sekali parkir
Tinggi e. Sedan, Jeep, Minibus, Pickup dan
sejenisnya 1.500/sekali parkir
f. Bus, Truk dan sejenisnya 2.500/sekali parkir
g. Sepeda Motor 1.000/sekali parkir
h. Kendaraan di atas 6 Roda 3.500/sekali parkir

BAB VIII
RETRIBUSI PELAYANAN PASAR
Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subyek, Wajib dan Golongan Retribusi

Pasal 29

(1) Dengan nama retribusi Pelayanan Pasar dipungut retribusi atas pelayanan pasar yang dikelolah
oleh Pemerintah Daerah.

23
(2) Obyek Retribusi Pelayanan Pasar adalah Penyediaan fasilitas pasar berupa pelataran, los, kios
yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.
(3) Dikecualikan dari Obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pelayanan
fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 30

(1) Subyek Retribusi Pelayanan Pasar adalah orang pribadi atau Badan yang berdagang/berusaha
pada tempat/bangunan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Wajib Retribusi Pelayanan Pasar adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi,
termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pelayanan Pasar.
(3) Retribusi Pelayanan Pasar digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

Bagian Kedua
Tingkat Pengunaan Jasa, Masa dan Prinsip Retribusi

Pasal 31
(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan atas jenis dan luas tempat yang digunakan
sebagai fasilitas pasar.
(2) Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya Surat Ketetapan Retribusi Daerah
(SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Masa retribusi adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender.

Pasal 32

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi didasarkan pada kebijakan Daerah dengan
memperhatikan biaya penyediaan fasilitas pasar, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.
Bagian Ketiga
Wewenang Pengurusan dan Pembinaan Pasar

Pasal 33

(1) Pengurusan dan pembinaan pasar-pasar di wilayah Daerah dilaksanakan oleh Bupati melalui
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.
(2) Pembangunan, pemindahan atau penghapusan Pasar dilaksanakan oleh Bupati setelah
mendapat persetujuan DPRD.
Bagian Keempat
Pemakaian Tempat Usaha

Pasal 34
Setiap pedagang yang berjualan di Pasar harus memiliki izin hak pakai tempat dasaran.

Pasal 35
(1) Syarat-syarat untuk mendapatkan izin hak pakai tempat dasaran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 adalah sebagai berikut :
a. Hak pakai tempat dasaran harus mendapat izin dari Bupati melalui DPPKAD;
b. Hak izin pakai tempat dasaran harus dipergunakan sendiri oleh pemegang izin;
c. Pemindahan hak pakai tempat dasaran, baik berupa jual beli dan atau hibah maupun
disewakan untuk sementara harus dengan izin Bupati melalui DPPKAD; dan
d. Izin hak pakai tempat dasaran berlaku selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang
kembali setelah dilakukan pendaftaran ulang tiap tahun.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi padagang yang berjualan
secara musiman/lesehan di lapangan pasar.

24
Pasal 36
(1) Hak izin pakai tempat dasaran tidak berlaku lagi apabila :
a. Pemegang izin hak pakai tempat dasaran tidak melakukan daftar ulang izin hak pakai;
b. Pemegang izin melanggar ketentuan Pasal 36 ayat (1) huruf c;
c. Izin hak pakai tempat dasaran telah habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang lagi;
dan
d. Bangunan pasar akan dihapus/dipindahkan dan atau akan digunakan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan umum.
(2) Tata cara permohonan izin hak pakai tempat dasaran akan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.

Bagian Kelima
Kewajiban dan Larangan

Pasal 37
(1) Para pemakai Pasar diwajibkan :
a. memelihara kebersihan, kerapihan, keamanan tempat usaha dan dagangan serta
inventarisnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
b. menempatkan dan mengatur barang dagangannya secara teratur, rapi dan tidak
mengganggu lalu lintas orang didalam pasar;
c. memenuhi kewajiban membayar Retribusi Pasar sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
dan
d. menyediakan alat pemadam kebakaran, kecuali bagi pedagang musiman dan lesehan yang
berjualan di lapangan pasar.
(2) Para pemegang Hak Izin Pakai dilarang :
a. merombak, menambah dan atau merubah bangunan tempat usaha, kecuali atas izin
Bupati;
b. memperluas tempat usaha yang telah ditetapkan;
c. menjualbelikan dan memindahtangankan hak pakai tempat usaha tanpa izin Bupati;
d. menjadikan tempat usaha sebagai sarana menimbun barang dagangan atau gudang; dan
e. menggunakan tempat usaha untuk kegiatan lain selain fungsi Pasar.

Bagian Keenam
Besaran Tarif Retribusi

Pasal 38

Besarnya tarif Retribusi Pelayanan Pasar ditetapkan sebagai berikut :


A. Dalam Kota Waingapu :
1. Kios yang berhadapan dengan jalan Rp. 125.000/bulan
2. Kios permanen dalam Pasar Rp. 75.000/bulan
3. Kios Semi Permanen Rp. 35.000/bulan
4. Los Pasar tiap 1 m2 Rp. 2.000/hari
5. Lapangan Pasar tiap 1 m2 Rp. 1.000/hari
B. Diluar Kota Waingapu :
1. Kios yang berhadapan dengan jalan Rp. 75.000/bulan
2. Kios permanen dalam Pasar Rp. 35.000/bulan
3. Kios Semi Permanen Rp. 25.000/bulan
4. Los Pasar tiap 1 m2 Rp. 1.000/hari
5. Lapangan Pasar tiap 1 m2 Rp. 500/hari

25
BAB IX
RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subyek, Wajib dan Golongan Retribusi

Pasal 39

(1) Dengan nama retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dipungut retribusi atas pelayanan
pengujian kendaraan bermotor yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah berupa pengujian kendaraan bermotor yaitu mobil penumpang umum,
bus, mobil barang, kendaraan khusus, kereta gandengan dan kereta tempelan dalam rangka
pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan.
(3) Dikecualikan dari Obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah pelayanan
pengujian kendaraan bermotor Dinas berupa sepeda motor atau kendaraan bermotor Dinas
jenis mobil penumpang (jee, station, sedan dan sejenisnya).

Pasal 40

(1) Subyek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah pemilik kendaraan yang
mendapatkan pelayanan pengujian kendaraan bermotor wajib uji di dalam wilayah Daerah.
(2) Wajib Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi.
(3) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

Bagian Kedua
Tingkat Penggunaan Jasa, Masa dan Prinsip Retribusi

Pasal 41
(1) Tingkat penggunaan jasa ditentukan berdasarkan pemeriksaan terhadap jenis, berat total
kendaraan, jangka waktu pemeriksaan dan frekuensi penggunaan peralatan pengujian
kendaraan bermotor.
(2) Masa Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah setiap 6 (enam) bulan sekali dan atau
pada saat mengajukan permohonan perubahan bentuk dan/atau numpang uji dan atau
mutasi uji.

Pasal 42
Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besaran tarif didasarkan pada kebijakan daerah
dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

Bagian ketiga
Besaran Tarif Retribusi

Pasal 43
(1) Besarnya tarif digolongkan berdasarkan jenis pelayanan, ditetapkan sebagai berikut :
a. Pengujian berkala pertama kali dan/atau pengujian berkala perubahan bentuk :
No. Jenis Kendaraan Tarif (Rp)
1. Mobil bus, mobil barang, traktor head dan 120.000/kendaraan
kendaraan khusus
2. Kereta gandengan dan/atau kereta tempelan 100.000/kendaraan

3. Mobil penumpang umum 90.000/kendaraan

26
b. Pengujian berkala kedua atau berikutnya ditetapkan sebagai berikut :
No. Jenis Kendaraan Tarif (Rp)
1. Mobil bus, mobil barang, traktor head dan 100.000/kendaraan
kendaraan khusus
2. Kereta gandengan dan/atau kereta tempelan 90.000/kendaraan

3. Mobil penumpang umum 80.000/kendaraan

(2) Kendaraan wajib uji yang akan dimutasikan ke daerah lain dan telah habis masa berlaku tanda
bukti lulus uji, wajib melakukan pengujian berkala terlebih dahulu dan dikenakan Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir b.
(3) Kendaraan numpang uji dari luar daerah dikenakan Retribusi sebagaimana deimaksud pada
ayat (1) butir b.
(4) Biaya penggantian bukti lulus uji yang rusak sebesar Rp. 10.000 untuk setiap buku uji dan/atau
sepasang tanda uji.
(5) Biaya penggantian tanda bukti lulus uji yang hilang sebesar Rp. 15.000 untuk setiap buku uji
dan/atau sepasang tanda uji dengan melampirkan keterangan kehilangan dari Kepolisian
Republik Indonesia setempat.
(6) Biaya pengujian kendaraan yang dilaporkan rusak, pengadaan baru dan atau penghapusan
kendaraan sebagai berikut :
No. Jenis Kendaraan Tarif (Rp)
1. Kendaraan Roda 6 (enam) atau lebih 60.000/kendaraan

2. Kendaraan Roda 4 (empat) 40.000/kendaraan

3. Kendaraan Roda 2 (dua) 20.000/kendaraan


(7) Biaya Mutasi Wajib Uji Kendaraan keluar daerah Sumba Timur 100.000/kendaraan

BAB X
RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subyek, Wajib dan Golongan Retribusi

Pasal 44

(1) Dengan nama retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran dipungut retribusi atas
pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan
kebakaran dan alat penyelamatan jiwa oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah pelayanan pemeriksaan
dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat
penyelamatan jiwa oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-alat pemadam kebakaran, alat
penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan
oleh masyarakat.

Pasal 45

(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan pemeriksaan
dan pengujian alat-alat pemadam kebakaran.
(2) Wajib Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah orang pribadi atau badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi.
(3) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

27
Bagian Kedua
Tingkat Pengunaan Jasa, Masa dan Prinsip Retribusi

Pasal 46
(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan frekuensi dan jumlah alat pemadam kebakaran
yang diperiksa atau diuji.
(2) Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun.

Pasal 47
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi dimaksudkan untuk memastikan
kelayakan alat pemadam kebakaran dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat,
aspek keadilan dan aspek pelayanan public.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk biaya prasarana, biaya operasional dan
pemeliharaan.
Bagian Ketiga
Besaran Tarif Retribusi
Pasal 48

(1) Besarnya tarif ditetapkan dengan mempertimbangkan biaya penyelenggaraan pengujian dan
jenis alat pemadam kebakaran.
(2) Biaya penyelenggaraan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas belanja
operasi, biaya pemeliharaan, dan belanja modal yang berkaitan dengan pelayanan pengujian
alat pemadam kebakaran.
(3) Belanja operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi :
a. biaya pemeriksaan dan pengecekan;
b. biaya pengadaan racun api;
c. biaya pengadaan segel;
d. biaya transportasi;
e. biaya label (tanda uji);
f. stiker (tingkat ancaman); dan
g. pembayaran bunga pinjaman.
(4) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi :
a. tanah dan bangunan;
b. pengadaan alat uji; dan
c. pengembalian pokok pinjaman.
(5) Belanja modal untuk pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dihitung
berdasarkan nilai sewa untuk 1 (satu) tahun anggaran.
(6) Belanja modal untuk pengadaan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dan
peralatan uji sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b dihitung berdasarkan
pembebanan tahunan nilai bangunan dan peralatan tersebut.

(7) Besaran tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut :


a. Sarana Proteksi Kebakaran, Sarana Penyelamatan Jiwa dan Ancaman Bahaya Kebakaran :
1. Hidran Kebakaran.............................……………………………… Rp. 10.000,-/titik/tahun
2. Pemercik/Spinkler............................................................. Rp. 1.000,-/titik/tahun
3. Alarm Kebakaran :
a) Otomatis....................................................................... Rp. 2.500,-/titik/tahun
b) Manual ......................................................................... Rp. 5.000,-/titik/tahun
b. Alat Pemadam Api Ringan :
1. Jenis Air Bertekanan :
a) Isi s/d 9 liter………..................................................... Rp. 7.500,-/tahun
b) Isi lebih dari 9 liter…………..…………………………………… Rp. 15.000,-/tahun
2. Jenis Busa Kimia ( Chemical ) :
a) Isi s/d 9 liter………………............................................. Rp. 7.500,-/tahun
b) Isi lebih dari 9 liter……………………………………………….. Rp. 15.000,-/tahun
28
3. Jenis Busa Mekanik :
a) Isi s/d 9 liter………………............................................. Rp. 7.500,-/tahun
b) Isi lebih dari 9 liter……………..................................... Rp. 15.000,-/tahun
4. Jenis Tepung Kimia Kering ( Dry Chemical Powder ) :
a) Isi s/d 6 Kg…………….................................................. Rp. 7.500,-/tahun
b) Isi lebih dari 6 Kg……….………………………………………… Rp.15.000,-/tahun
5. Jenis Carbondioxida ( CO2 ) :
a) Isi s/d 6 Kg…………………............................................ Rp. 7.500,-/tahun
b) Isi lebih dari 6 Kg……………........................................ Rp. 15.000,-/tahun
c. Bangunan yang menyimpan bahaya kebakaran :
1. Tanda ancaman bahaya ringan.................................... Rp. 10.000,-/meter
2. Tanda ancaman bahaya sedang................................... Rp. 15.000,-/meter
3. Tanda ancaman bahaya tinggi..................................... Rp. 20.000,-/meter
d. Pemakaian Mobil Pemadam Kebakaran :
1. Bantuan Khusus penjagaan yang bersifat Komersial oleh swasta selama 24 (dua
puluh empat ) jam atau kurang Rp. 250.000,-/unit
2. Bantuan Khusus penjagaan untuk swasta Non Komersial dan atau yang
diselenggarakan oleh instansi Pemerintah Daerah yang komersial selama 24 (dua
puluh empat ) jam atau kurang Rp. 250.000,-/unit
(8) Biaya pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tidak termasuk biaya bahan racun api
dan/atau bahan lain yang dibutuhkan.

BAB XI
RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA

Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subyek,Wajib dan Golongan Retribusi

Pasal 49
(1) Dengan nama retribusi Penggantian biaya cetak peta dipungut retribusi atas pelayanan
penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah penyediaan peta yang dibuat oleh
Pemerintah Daerah.

Pasal 50
(1) Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh layanan data dalam
bentuk peta.
(2) Wajib Retribusi Peta adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi,
termasuk pemungut atau pemotong retribusi.

Bagian Kedua
Tingkat Pengunaan Jasa, Masa dan Prinsip

Pasal 51
(1) Tingkat penggunaan jasa untuk pelayanan cetak peta diukur berdasarkan ukuran dan jenis
peta.
(2) Masa Retribusi adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender.

Pasal 52
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi penggantian biaya cetak peta didasarkan
pada kebijakan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan komponen biaya retribusi.
(2) Komponen biaya retribusi meliputi:
a. jenis peta;
29
b. bentuk peta;
c. ukuran peta; dan
d. pemeliharaan.

Bagian Ketiga
Besaran Tarif Retribusi

Pasal 53
Besaran tarif digolongkan berdasarkan jenis pelayanan pergantian biaya cetak peta, ditetapkan
sebagai berikut :

Baiay Cetak (Ukuran)


No Jenis
A0 A1 A2 A3
1 Peta Foto Rp. 300.000 Rp. 200.000 Rp. 100.000 Rp. 50.000
2 Peta Dasar Rp. 200.000 Rp. 150.000 Rp. 75.000 Rp. 75.000
3 Peta Tematik Rp. 200.000 Rp. 150.000 Rp. 100.000 Rp. 75.000
4 Peta Teknis Rp. 200.000 Rp. 150.000 Rp. 100.000 Rp. 75.000

BAB XII
RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS

Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subyek, Wajib dan Golongan Retribusi

Pasal 54

(1) Dengan nama Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus dipungut retribusi atas
pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus/jamban oleh
Pemerintah Daerah dan pembuangan tinja di TPA Tinja, yang meliputi :
a. Penyedotan kakus dari sumber ke TPA Tinja;
b. Penyediaan lokasi pembuangan pengolahan lumpur Tinja di TPA Tinja.
(3) Dikecualikan dari Obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan
Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 55

(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memeperoleh pelayanan penyediaan
dan/atau penyedotan kakus dan pembuangan tinja di TPA Tinja.
(2) Wajib Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus adalah orang pribadi atau badan
yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk
melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Penyediaan
dan/atau Penyedotan Kakus.
(3) Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

Bagian Kedua
Tingkat Pengunaan Jasa dan Prinsip Retribusi

Pasal 56
Tingkat Penggunaan Jasa diukur berdasarkan volume tinja yang disedot dan atau yang dibuang di
TPA Tinja.

30
Pasal 57
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya Tarif Retribusi dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas dengan
mempertimbangkan kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan aspek pelayanan public.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk biaya prasarana, biaya operasional dan
pemeliharaan.

Bagian Ketiga
Besaran Tarif retribusi

Pasal 58
Besarnya Tarif terhadap pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus dan pembuangannya
adalah sebagai berikut :
a. Jasa penyedotan sebesar Rp. 50.000,- /M3;
b. Jasa pembuangan sebesar Rp. 10.000,- /M3.

BAB XIII
RETRIBUSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subyek, Wajib dan Golongan Retribusi

Pasal 59
(1) Dengan nama Retribusi Pengolahan Limbah Cair dipungut retribusi atas pelayanan
pengelolaan limbah cair oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Pengolahan Limbah Cair adalah pelayanan pengolahan limbah cair rumah
tangga, perkantoran, dan industri yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola secara khusus
Pemerintah Daerah dalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair.
(3) Dikecualikan dari obyek retribusi adalah pelayanan pengolahan limbah cair yang disediakan,
dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, pihak swasta, dan pembuangan
limbah cair secara langsung ke sungai, drainase, dan/atau sarana pembuangan lainnya.

Pasal 60
(1) Subyek Retribusi Pengolahan Limbah Cair adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan pelayanan pengolahan limbah cair yang dimiliki atau yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Wajib Retribusi Pengolahan Limbah Cair adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi.
(3) Retribusi Pengolahan Limbah Cair digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

Bagian Kedua
Tingkat Pengunaan Jasa, Masa dan Prinsip Retribusi

Pasal 61

(1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis dan volume limbah cair yang diolah.
(2) Masa Retribusi adalah jangka waktu selama 1(satu) bulan kalender.

Pasal 62

Prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi adalah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa
pelayanaan pengolahan limbah cair, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

31
Bagian Ketiga
Besaran Tarif Retribusi

Pasal 63

(1) Besarnya tarif retribusi atas pengolahan limbah cair ditetapkan sebagai berikut :

Klasifikasi Volume Limbah Cair (M3)


No Golongan Pelanggan
0-15 (Rp) 16-30 (Rp) 31-50 (Rp) >50 (Rp)
1 Rumah Tangga 16.000 33.000 75.000 150.000
2 Kios/Toko dalam Pasar 20.000 40.000 80.000 160.000
3 Toko di tepi jalan/diluar Pasar 25.000 50.000 100.000 200.000
4 Kantor-kantor Swasta 30.000 60.000 120.000 240.000
5 Wisma/Penginapan 50.000 100.000 200.000 400.000
6 Restoran 50.000 100.000 200.000 400.000
7 Rumah Makan 25.000 50.000 100.000 200.000
8 Kedai Kopi 20.000 40.000 80.000 160.000
9 Hotel :
a. Bintang 1 200.000 400.000 800.000 1.600.000
b. Bintang 2 300.000 600.000 1.200.000 2.400.000
c. Bintang 3 500.000 1.000.000 2.000.000 4.000.000
d. Bintang 4 750.000 1.500.000 3.000.000 6.000.000
e. Bintang 5 1.000.000 2.000.000 4.000.000 8.000.000

(2) Besarnya tarif retribusi pembuangan limbah cair yang sudah melewati baku mutu, ditetapkan
dalam rupiah tiap M3 limbah yang dibuang adalah :
No Volume Klasifikasi Volume Limbah Tarif Retribusi (Rp)
1 Volume Limbah < 150 m3/bulan 100/m3
2 Volume Limbah > 150 m3/bulan 105/m3
3 Volume Limbah > 500 m3/bulan 200/m3
4 Volume Limbah < 750 m3/bulan 250/m3

BAB XIV
RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Subyek, Wajib dan Golongan Retribusi

Pasal 64
(1) Dengan bnama retribusi pelayanan tera/tera ulang dipungut retribusi atas pelayanan alat-
alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya serta pengujian barang dalam keadaan
terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Obyek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah Pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar,
timbang, dan perlengkapannya, serta pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang
diwajibkan sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 65
(1) Subyek Retribusi adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan atau
memperoleh pelayanan tera/tera ulang.

32
(2) Wajib Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pelayanan Tera/Tera
Ulang.
Bagian Kedua
Tingkat Pengunaan Jasa, Masa dan Prinsip Retribusi

Pasal 66
(1) Tingkat penggunaan jasa ditentukan berdasarkan tingkat kesulitan, karakteristik, jenis,
kapasitas dan peralatan yang digunakan.
(2) Masa berlaku Retribusi adalah jangka waktu 1 (satu) tahun.

Pasal 67
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif dimaksudkan untuk menutup sebagian
atau seluruh biaya penyediaan jasa dengan mempertimbangkan , Kemampuan masyarakat
dan aspek keadilan dan efektifitas pengendalian pelayanan publik.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk biaya prasarana, biaya operasional dan
pemeliharaan.
Bagian Ketiga
Besaran Tarif Retribusi

Pasal 68
Besarnya tarif retribusi pelayanan tera adalah sebagai berikut :

No Jenis UTTP dan BDKT Satuan Tarif


A ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN
PERLENGKAPANNYA (UUTP) :
1. Ukuran Panjang :
a. Sampai dengan 2 m :
1) Meter dengan pegangan buah 2.000,-
2) Meter meja dari bahan logam buah 3.500,-
3) Meter saku baja buah 2.000,-
4) Salib ukur buah 7.000,-
5) Gauge block buah 8.500,-
6) Micrometer buah 10.000,-
7) Jangka sorong buah 10.000,-

b. Lebih dari 2 m sampai dengan 10 m :


1) Tongkat duga buah 8.500,-
2) Meter saku baja buah 4.000,-
3) Bahan ukur kundang, Depth tape buah 8.500,-
4) Alat ukur tinggi orang buah 8.500,-
5) Komparator buah 35.000,-

c. Lebih dari 10 m, biaya pada huruf b angka ini


ditambah untuk setiap 10m atau bagiannya, atas :
1) Bahan ukur kundang, Depth tape buah 8.500,-
2) Komparator buah 50.000,-
2 Ukuran Panjang dengan Alat Hitung (Counter Mater) buah 20.000,-
33
3 Alat Ukur Permukaan Cairan (Level Gauge) :
a. Mekanik buah 125.000,-
b. Elektronik buah 235.000,-
4 Takaran (Basah/Kering) :
a. Sampai dengan 2 ltr buah 2.500,-
b. Lebih dari 2 ltr sampai 5 ltr buah 5.000,-
c. Lebih dari 5 ltr buah 10.000,-
5 Tangki Ukur Tetap :
a. Bentuk Silinder Tegak :
1) Sampai dengan 500 kl buah 300.000,-
2) Lebih dari 500 kl, dihitung sbb :
b) 500 kl pertama buah 300.000,-
c) Selebihnya dari 500 kl sampai dengan 1.000 buah 1.000,-
kL, setiap kL
d) Selebihnya dari 1.000 kl sampai dengan 2.000 buah 500,-
kL, setiap kL
e) Selebihnya dari 2.000 kl sampai dengan 10.000 buah 150,-
kL, setiap kL
f) Selebihnya dari 10.000 kl sampai dengan buah 100,-
20.000 kL. Setiap kL
g) Selebihnya dari 20.000 kL, setiap kL buah 75,-
b. Bentuk Silinder Datar :
1) Sampai dengan 500 kL
2) Lebih dari 500 kl, dihitung sbb : buah 400.000,-
a) 500 kL pertama buah 400.000,-
b) Selebihnya dari 500 kL sampai dengan 1.000 buah 600,-
kL, setiap kL.
c) Selebihnya dari 1.000 kL sampai dengan 2.000 buah 300,-
kL, setiap kL
d) Selebihnya dari 2.000 kL sampai dengan buah 175,-
10.000 kL, setiap kL
e) Selebihnya dari 10.000 kL sampai dengan buah 150,-
20.000 kL, setiap kL
f) Selebihnya dari 20.000 kL. buah 100,-

c. Bentuk Bola dan Speroidal :


1) Sampai dengan 500 kL buah 600.000,-
2) Lebih dari 500 kL, dihitung sbb :
a) 500 kL pertama buah 600.000,-
b) Selebihnya dari 500 kL sampai dengan 1.000 buah 600,-
kL, setiap kL.
6 Tangki Ukur Gerak :
a. Tangki ukur Mobil dan tangki ukur Wagon :
1) Kapasitas sampai dengan 5 kL buah 75.000,-

34
2) Lebih dari 5 kL, dihitung sbb :
(4) 5 kL pertama buah 75.000,-
(5) Selebihnya dari 5 kL, setiap kL. buah 8.500,-

b. Tangki ukur Tongkang, Tangki ukur Pindah, Tangki


ukur Apung dan Kapal :
1) Kapasitas sampai dengan 50 kL buah 500.000,-
2) Lebih dari 50 kL, dihitung sbb :
a) 50 kL pertama buah 500.000,-
b) Selebihnya dari 50 kL sampai dengan 75 kL, buah 5.000,-
setiap kL
c) Selebihnya dari 75 kL sampai dengan 100 kL, buah 2.500,-
setiap kL
d) Selebihnya dari 100 kL sampai dengan 250 buah 1.500,-
kL, setiap kL
e) Selebihnya dari 250 kL sampai dengan 500 buah 1.000,-
kL, setiap kL
f) Selebihnya dari 500 kL sampai dengan 1.000 buah 750,-
kL, setiap kL
g) Selebihnya dari 1.000 kL, setiap kL. buah 500,-
7 Alat Ukur dari Gelas :
a. Labu ukur, buret dan pipet buah 25.000,-
b. Gelas ukur buah 15.000,-
8 Bejana Ukur :
a. Sampai dengan 50 L. buah 30.000,-
b. Lebih dari 50 L sampai dengan 200 L. buah 40.000,-
c. Lebih dari 200 L sampai dengan 500 L. buah 60.000,-
d. Lebih dari 500 L sampai dengan 1.000 L. buah 85.000,-
e. Lebih dari 1.000 L, biaya pada huruf d angka ini buah 25.000,-
ditambah tiap 1.000 L.
Bagian-bagian dari 1.000 L dihitung 1.000 L
9 Meter Taksi buah 20.000,-

10 Thermometer buah 15.000,-

11 Densimeter buah 15.000,-

12 Viskometer buah 15.000,-

13 Alat Ukur Luas buah 15.000,-

14 Alat Ukur Sudut buah 15.000,-

35
15 Alat Ukur Cairan Minyak :
a. Meter bahan bakar minyak :
a.1 Meter Induk :
1) Sampai dengan 25 m3h buah 150.000,-
2) Lebih dari 25 m3h dihitung sbb :
a. 25 m3h pertama buah 150.000,-
b. Selebihnya dari 25 m3h sampai dengan buah 7.000,-
100 m3h, setiap m3/h
c. Selebihnya dari 100 m3h sampai dengan buah 4.000,-
500 m3h, setiap m3/h
d. Selebihnya dari 500 m3h, setiap m3/h buah 2.000,-
Bagian-bagian dari m3h dihitung 1 m3/h

a.2 Meter Kerja :


Untuk setiap jenis media uji :
1) Sampai dengan 15 m3h buah 50.000,-
2) Lebih dari 15 m3h dihitung sbb :
a) 15 m3h pertama buah 50.000,-
b) Selebihnya dari 15 m3h sampai dengan buah 1.000,-
100 m3h, setiap m3/h
c) Selebihnya dari 100 m3h sampai dengan buah 750,-
500 m3h, setiap m3/h
d) Selebihnya dari 500 m3/h, setiap m3/h buah 500,-
Bagian-bagian dari m3h dihitung 1 m3/h

a.3 Pompa Ukur :


Untuk setiap badan ukur buah 40.000,-

16 Alat Ukur Gas :


a. Meter Induk :
1) Sampai dengan 100 m3/h buah 100.000,-
2) Lebih dari 100 m3/h dihitung sbb :
a) 100 m3/h pertama buah 100.000,-
b) Selebihnya dari 100 m3/h sampai buah 400,-
dengan 500 m3/h, setiap m3/h
c) Selebihnya dari 500 m3/h sampai buah 150,-
dengan 1.000 m3/h, setiap m3/h
d) Selebihnya dari 1.000 m3/h sampai buah 75,-
dengan 2.000 m3/h, setiap m3/h
e) Selebihnya dari 2.000 m3/h, setiap m3/h buah 40,-
Bagian-bagian dari m3/h dihitung 1
m3/h

36
b. Meter Kerja :
1) Sampai dengan 50 m3/h buah 20.000,-
2) Lebih dari 50 m3/h, dihitung sbb :
a) 50 m3/h pertama buah 20.000,-
b) Selebihnya dari 50 m3/h sampai dengan buah 50,-
500 m3/h, setiap m3/h
c) Selebihnya dari 500 m3/h sampai buah 30,-
dengan 1.000 m3/h, setiap m3/h
d) Selebihnya dari 1.000 m3/h sampai buah 20,-
dengan 2.000 m3/h
e) Selebihnya dari 2.000 m3/h, setiap m3/h buah 15,-
Bagian-bagian dari m3h dihitung 1 m3/h
c. Meter Gas Office dan sejenisnya (merupakan buah 400.000,-
satu system/unit alat ukur)
d. Perlengkapan meter gas office (jika diuji buah 75.000,-
tersendiri)
e. Pompa ukur Bahan Bakar Gas (BBG) Elpiji buah 100.000,-

17 Meter Air
a. Meter Induk :
1) Sampai dengan 15 m3/h buah 50.000,-
2) Lebih dari 15 m3/h sampai dengan 100 m3/h buah 100.000,-
3) Lebih dari 100 m3/h buah 100.000,-
b. Meter Kerja :
1) Sampai dengan 3 m3/h buah 1.000,-

2) Lebih dari 3 m3/h sampai dengan 10 m3/h buah 5.000,-


3) Lebih dari 10 m3/h sampai dengan 100 m3/h buah 7.000,-
4) Lebih dari 100 m3/h buah 5.000,-
18 Meter Cairan Minum Selain Air
a) Meter Induk :
1) Sampai dengan 15 m3/h buah 100.000,-
2) Lebih dari 15 m3/h sampai dengan 100 buah 145.000,-
m3/h
3) Lebih dari 100 m3/h buah 172.500,-
b) Meter Kerja :
1) Sampai dengan 15 m3/h buah 10.000,-
2) Lebih dari 15 m3/h sampai dengan 100 buah 13.750,-
m3/h
3) Lebih dari 100 m3/h buah 50.000,-
19 Pembatas Arus Air buah 7.500,-
20 Alat Kompensasi Suhu (ATC)/ Tekanan (ATG)/ buah 75.000,-
Kompensasi Lainnya

37
21 Meter Prover
a. Sampai dengan 2.000 L buah 275.000,-
b. Lebih dari 2.000 L sampai dengan 10.000 L buah 350.000,-
c. Lebih dari 10.000 L buah 500.000,-
Meter Prover yang mempunyai 2 (dua) seksi atau lebih,
maka setiap seksi dihitung sebagai satu alat ukur.
22 Meter Arus Massa
Meter Kerja :
Untuk setiap jenis media uji :
1) Sampai dengan 15 kg/min buah 50.000,-
2) Lebih dari 15 kg/min dihitung sbb :
a) 15 kg/min pertama buah 50.000,-
b) Selebihnya dari 15 kg/min sampai dengan buah 2.000,-
100 kg/min, setiap kg/min
c) Selebihnya dari 100 kg/min sampai dengan buah 1.000,-
500 kg/min, setiap kg/min
d) Selebihnya dari 500 kg/min sampai dengan buah 500,-
1.000 kg/min, setiap kg/min
e) Selebihnya dari 1.000 kg/min, setiap kg/min buah 100,-
Bagian-bagian dari kg/min dihitung 1 kg/min
23 Alat Ukur Pengisi (Filling Machine)
Untuk setiap jenis media :
1. Sampai dengan 4 alat pengisi buah 50.000,-
2. Selebihnya dari 4 alat pengisi, setiap alat pengisi buah 10.000,-
24 Meter Listrik : Meter kWh/meter energy listrik lainnya
a. Meter Induk :
1) 3 (tiga) phasa buah 95.000,-
2) 1 (satu) phasa buah 30.000,-
b. Meter Kerja Kelas 2 :
1) 3 (tiga) phasa
2) 1 (satu) phasa buah 7.500,-
buah 3.000,-
c. Meter Kerja Kelas 1, kelas 0,5 :
1) 3 (tiga) phasa
2) 1 (satu) phasa buah 12.500,-
buah 3.500,-
25 Stop Watch buah 6.000,-
26 Meter Parkir buah 15.000,-
27 Anak Timbangan
a. Ketelitian sedang dan biasa (kelas M2 dan M3) :
1) Sampai dengan 1 kg buah 750,-
2) Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg buah 1.500,-
3) Lebih dari 5 kg sampai dengan 50 kg buah 2.500,-

38
b. Ketelitian halus (kelas F2 dan M1) :
1) Sampai dengan 1 kg buah 2.500,-
2) Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg buah 5.000,-
3) Lebih dari 5 kg sampai dengan 50 kg buah 12.500,-

c. Ketelitian khusus (kelas E2 dan F1) :


1) Sampai dengan 1 kg buah 15.000,-
2) Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg buah 20.000,-
3) Lebih dari 5 kg sampai dengan 50 kg buah 35.000,-
28 Timbangan
a. Sampai dengan 3.000 kg
1) Ketelitian sedang dan biasa (kelas III dan IV)
a) Sampai dengan 25 kg buah 6.000,-
b) > 25 kg sampai dengan 50 kg buah 8.500,-
c) > 50 kg sampai dengan 150 kg buah 12.000,-
d) > 150 kg sampai dengan 500 kg buah 15.000,-
e) > 500 kg sampai dengan 1.000 kg buah 30.000,-
f) > 1.000 kg sampai dengan 3.000 kg buah 75.000,-
2) Ketelitian halus ( kelas II)
a) Sampai dengan 1 kg buah 40.000,-
b) > 1 kg sampai dengan 25 kg buah 50.000,-
c) > 25 kg sampai dengan 100 kg buah 75.000,-
d) > 100 kg sampai dengan 1.000 kg buah 125.000,-
e) > 1.000 kg sampai dengan 3.000 kg buah 175.000,-
3) Ketelitian khusus (Kelas I) buah 250.000,-

b. Lebih dari 3.000 kg :


1) Ketelitian sedang dan biasa, setiap ton buah 10.000,-
2) Ketelitian khusus dan halus, setiap ton buah 15.000,-

c. Timbangan ban berjalan :


1) Sampai dengan 100 ton/h buah 400.000,-
2) > 100 ton/h sampai dengan 500 ton/h buah 750.000,-
3) > 500 ton/h buah 1.000.000,-

d. Timbangan dengan dua skala (multirange) 2


atau lebih, dan dengan sebuah alat penunjuk
yang penunjukkannya dapat deprogram untuk
penggunaan setiap skala timbang, biaya
pengujian, peneraan atau penera ulangnya
dihitung sesuai dengan jumlah lantai timbangan
dan kapasitas masing-masing serta menurut
tarif pada angka 29 huruf a, huruf b dan huruf c.
29 a. Dead Weight Testing Machine :

39
1) Sampai dengan 100 kg/cm2 buah 12.500,-
2) Lebih dari 100 kg/cm2 sampai dengan 1.000 buah 25.000,-
kg/cm2
3) Lebih dari 1.000 kg/cm2 buah 35.000,-

b. 1) Alat Ukur Tekanan Darah buah 15.000,-


2) Manometer Minyak
a) Sampai dengan 100 kg/cm2 buah 17.500,-
b) Lebih dari 100 kg/cm2 sampai dengan buah 25.000,-
1.000 kg/cm3
c) Lebih dari 1.000 kg/cm2 buah 30.000,-
3) Pressure Calibrator buah 55.000,
4) Pressure Recorder
a) Sampai dengan 100 kg/cm2 buah 17.500,-
b) > 100 kg/cm2 sampai dengan 1.000 buah 30.000,-
kg/cm2 buah 45.000,-
c) > 1.000 kg/cm2
30 Pencap Kartu (Printer Recorder) Otomatis buah 15.000,-
31 Meter Kadar Air, dihitung berdasarkan komoditi :
a. Untuk biji-bijian tidak mengandung minyak, setiap buah 20.000,-
komoditi
b. Untuk biji-bijian mengandung minyak, kapas dan buah 25.000,-
tekstil, setiap komoditi
c. Untuk kayu dan komoditi lain, setiap komoditi buah 27.500,-

32 Selain UTTP tersebut pada angka 1 sampai dengan 31, buah 10.000,-
atau benda/barang bukan UTTP yang atas permintaan
untuk diukur, ditakar, ditimbang, setiap jam dan bagian
dari jam dihitung 1 jam.
B RETRIBUSI BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS
1 Makanan, Semen, Air Minum
a. Sampai dengan 1 kg buah 50,-
b. > 1 kg sampai dengan 5 kg buah 80,-
c. > 5 kg sampai dengan 20 kg buah 125,-
d. > 20 kg sampai dengan 50 kg buah 175,-
e. > 50 kg sampai dengan 100 kg buah 900,-
f. > 100 kg buah 2.000,-
2 Minuman
a. Sampai dengan 1 L buah 50,-
b. > 1 L sampai dengan 5 L buah 80,-
c. > 5 L sampai dengan 20 L buah 175,-
d. > 20 L buah 325,-
3 Selain Makanan dan Minuman
a. Sampai dengan 1 kg buah 150,-

40
b. > 1 kg sampai dengan 5 kg buah 375,-
c. > 5 kg sampai dengan 20 kg buah 450,-
d. > 20 kg sampai dengan 50 kg buah 600,-
e. > 50 kg sampai dengan 100 kg buah 1.200,-
f. > 100 kg buah 1.500,-

BAB XV
RETRIBUSI PELAYANAN PENDIDIKAN

Bagian Kesatu
Nama, Obyek , Subyek, Wajib dan Golongan Retribusi

Pasal 69
(1) Dengan nama retribusi pelayanan pendidikan dipungut retribusi atas pelayanan pelayanan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah.
(2) Obyek Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah.
(3) Dikecualikan dari Obyek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah :
a. pelayanan pendidikan dasar dan menegah yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Daerah;
b. pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah;
c. pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh BUMN, BUMD; dan
d. pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak swasta.

Pasal 70
(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan pelayanan pendidikan
dan pelatihan teknis dari Pemerintah Daerah.
(2) Wajib Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi.
Bagian Kedua
Tingkat Pengunaan Jasa, Masa dan Prinsip Retribusi

Pasal 71
(1) Tingkat penggunaan jasa ditentukan berdasarkan jenis pendidikan dan/atau pelatihan serta
jangka waktu pendidikan dan/atau pelatihan.
(2) Masa Retribusi adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender.

Pasal 72
(1) Prinsip dan sasaran yang dianut dalam penetapan besarnya tarif Retribusi dimaksudkan untuk
menutup sebagian atau seluruh biaya pendidikan dan/atau pelatihan dengan
mempertimbangkan kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan aspek pelayanan publik.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk biaya prasarana, biaya operasional dan
pemeliharaan.

Bagian Ketiga
Besaran Tarif Retribusi

Pasal 73
Besarnya tarif retribusi pelayanan pendidikan adalah Rp. 500/orang/hari untuk pendidikan yang
tidak menggunakan bahan praktek dan Rp. 1000/0rang/hari untuk pendidikan yang menggunakan
bahan praktek.

41
BAB XVI
RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

Bagian Kesatu
KETENTUAN PEMBANGUNAN MENARA

Paragraf 1
Rencana Induk Menara Bersama Telekomunikasi

Pasal 74

(1) Pembangunan dan pengoperasian Menara bersama telekomunikasi di seluruh wilayah


daerah wajib mengacu kepada Rencana Induk Menara Telekomunikasi Terpadu di daerah
dan pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
(2) Rencana Induk Menara Telekomunikasi Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berfungsi untuk mengarahkan, menjaga dan menjamin agar pembangunan dan
pengoperasian menara telekomunikasi di daerah dapat terlaksana secara tertata dengan
baik, berorentasi masa depan, terintegrasi dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi semua pihak serta dalam rangka:
a. menjaga estitika kawasan daerah tetap indah, bersih dan lestari serta tetap terpelihara
sebagai daerah tujuan wisata;
b. mendukung kehidupan sosial, budaya, politik dan ekonomi serta kegiatan pemerintahan;
c. menghindari pembangunan menara telekomunikasi yang tidak terkendali;
d. menentukan lokasi-lokasi menara telekomunikasi yang tertata;
e. standarisasi bentuk, kualitas dan keamanan menara telekomunikasi;
f. meminimalisir gejolak sosial;
g. meningkatkan citra wilayah;
h. keselarasan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW);
i. memudahkan pengawasan dan pengendalian;
j. mengantisipasi menara telekomunikasi ilegal sehingga menjamin legalitas setiap menara
telekomunikasi (berizin);
k. kepastian peruntukan dan efesiensi lahan;
l. memenuhi kebutuhan lalu lintas telekomunikasi seluler secara optimal;
m. menghindari wilayah yang tidak terjangkau (blank spot area );
n. acuan konsep yang dapat digunakan oleh seluruh operator, baik GSM (global system for
mobile communication) maupun CDMA (code division multiple access) serta dapat
digunakan untuk layanan nir kabel, LAN dan lain-lain;
o. mendorong efisiensi ndan efektifitas biaya telekomunikasi dan biaya investasi akibat
adanya kerja sama antar operator; dan
p. mendorong persaingan yang lebih sehat antar operator.

Pagaraf 2
Pembagian Zona

Pasal 75

(1) Penetapan zona pembangunan dan pengoperasian menara bersama telekomunikasi


disesuaikan dengan kaidah penataan ruang, keamanan dan ketertiban lingkungan, estetika
dan kebutuhan kegiatan usaha yang zonanya telah ditetapkan berdasarkan rencana induk
menara telekomunikasi terpadu yang berlaku di wilayah Daerah.
(2) Zona menara bersama telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.

42
Paragraf 3
Pembangunan Menara dan Penempatan Titik Lokasi

Pasal 76
(1) Pembangunan menara dalam zona dibatasi minimal 3 (tiga) menara dengan radius 400
(empat ratus) meter.
(2) Penyelenggara telekomunikasi wajib memanfaatkan terlebih dahulu menara telekomunikasi
existing.
(3) Jarak penyebaran titik lokasi pembangunan antar menara disesuaikan dengan estetika dan
titik koordinat.
(4) Pergeseran titik lokasi yang dikarenakan kondisi alam,bangunan atau sebab lainnya adalah
dalam radius maksimum 200 (dua ratus) meter dari titik yang telah ditentukan.

Paragraf 4
Pembangunan dan Pengoperasian Menara Bersama Telekomunikasi

Pasal 77
(1) Demi efesiensi dan efektifitas penggunaan ruang,maka menara telekomunikasi harus
digunakan secara bersama dalam bentuk Menara Bersama Telekomunikasi dengan tetap
memperhatikan kesinambungan pertumbuhan industri telekomunikasi.
(2) Ketentuan penggunaan menara bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
untuk :
a. menara yang digunakan untuk keperluan jaringan utama; dan/atau
b. menara yang dibangun pada daerah daerah yang belum mendapatkan layanan
telekomunikasi atau daerah-daerah yang tidak layak secara ekonomis.

Pasal 78

Pembangunan menara Bersama telekomunilkasi dapat dilaksanakan oleh :


a. badan usaha milik negara;
b. badan usaha milik daerah; dan
c. badan usaha swasta nasional.
d. Pemerintah Daerah

Pasal 79
(1) Pemasangan antena pemancar telekomunikasi harus dilakukan pada Menara Bersama
Telekomunikasi.
(2) Pembangunan menara telekomunikasi diatas bangunan/gedung, papan iklan/reklame,
ketentuan perizinannya disamakan dengan pembangunan menara diatas tanah.

Pasal 80
(1) Bidang usaha jasa konstruksi untuk pembangunan Menara Bersama Telekomunikasi sebagai
bentuk bangunan dengan fungsi khusus merupakan bidang usaha yang tertutup untuk
penanaman modal asing.
(2) Penyedia menara, Pengelola Menara atau Kontraktor Menara yang bergerak di bidang usaha
jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah badan usaha Indonesia yang
seluruh modalnya atau kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pelaku usaha dalam negeri serta
memiliki izin usaha jasa konstruksi.
(3) Penyelenggara Telekomunikasi yang menaranya dikelola pihak ketiga harus menjamin bahwa
pihak ketiga tersebut memenuhi kriteria sebagai Pengelola menara dan /atau penyedia
menara sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Penyelenggara Telekomunikasi yang pembangunan menaranya dilakukan oleh pihak Ketiga
harus menjamin bahwa pihak ketiga tersebut memenuhi kriteria Kontraktor Menara
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

43
Pasal 81
Pembangunan menara Bersama Telekomunikasi harus sesuai dengan standar baku tertentu untuk
menjamin keamanan lingkungan dengan memperhitungkan faktor-faktor yang menentukan
kekuatan dan kestabilan konstruksi menara telekomunikasi, antara lain :
a. tempat/space penempatan antena dan perangkat telekomunikasi untuk penggunaan
bersama;
b. ketinggian menara telekomunikasi;
c. struktur menara telekomunikasi;
d. rangka struktur menara telekomunikasi;
e. pondasi menara telekomunikasi;
f. kekuatan angin; dan
g. gempa bumi.

Pasal 82
(1) Menara Bersama Telekomunikasi harus dilengkapi dengan sarana pendukung dan identitas
hukum yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Sarana pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, antara lain :
a. pertanahan (grounding)
b. penangkal petir;
c. catu daya;
d. lampu halangan penerbangan (Aviation Obstruction Light);
e. marka halangan penerbangan (Aviation Obstruction Marking); dan
f. pagar pengamanan.
(3) Identitas hukum terhadap Menara Bersama Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) antara lain :
a. nama pemilik Menara Bersama Telekomunikasi;
b. penyedia Jasa kontruksi;
c. lokasi menara Bersama Telekomunikasi;
d. tinggi menara Bersama Telekomunikasi dan titik koordinat;
e. tahun pembuatan / pemasangan Menara Bersama Telekomunikasi;
f. luas area Menara Bersama telekomunikasi;
g. kapasitas listrik terpasang;
h. beban maksimal Menara Bersama Telekomunikasi;
i. data Telco operator yang menyewa (tenant) di tower tersebut;
j. nomor dan tanggal IMB; dan
k. nomor dan tanggal Izin Gangguan.

Paragraf 5
Pembangunan dan Pengoperasian Menara Telekomunikasi Khusus
Pasal 83

Untuk kepentingan pembangunan dan pengoperasian menara telekomunikasi khusus yang


memerlukan kriteria khusus seperti untuk keperluan meteorologi dan geofisika, radio siaran,
navigasi, penerbangan, pencarian dan pertolongan kecelakaan, amatir radio, TV, komunikasi antar
penduduk dan penyelenggaraan telekomunikasi khusus instansi pemerintah tertentu atau swasta
serta keperluan transmisi jaringan telekomunikasi utama (backbone) dikecualikan dari ketentuan
Peraturan Daerah ini.
Paragraf 6
Ketentuan Pembangunan Menara di Kawasan Tertentu

Pasal 84

(1) Pembangunan menara telekomunikasi di kawasan tertentu harus memenuhi ketentuan


perundang undangan yang berlaku untuk kawasan dimaksud.
44
(2) Kawasan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kawasan yang sifat dan
peruntukannya memiliki karakteristik tertentu, antara lain :
a. kawasan bandar udara/pelabuhan;
b. kawasan pengawasan militer;
c. kawasan cagar budaya;
d. kawasan pariwisata;
e. kawasan hutan lindung;
f. kawasan yang karena fungsinya memiliki atau memerlukan tingkat keamanan dan
kerahasiaan yang tinggi; dan
g. kawasan pengendalian ketat lainnya.
(3) Izin penyelenggaraan menara di kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
setelah mendapatkan persetujuan dari Instansi pengelolanya

Paragraf 7
Pembangunan dan Pengoperasian Menara Tambahan Penghubung
dan Menara Kamuflase

Pasal 85
Pembangunan dan pengoperasian menara telekomunikasi tambahan penghubung diizinkan apabila
fungsinya hanya untuk meningkatkan kehandalan cakupan (coverage) dan kemampuan trafik
frekuensi telekomunikasi
Pasal 86

Pembangunan Menara Bersama Telekomunikasi yang berada di kawasan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 85, apabila dimungkinkan menurut hasil kajian secara teknis dari Pemerintah Daerah
maka bentuk dan desain menara wajib berwujud Menara Telekomunikasi Kamuflase yang
bangunan pendukungnya bercirikan arsitektur Daerah sehingga selaras dengan estetika lingkungan
dan/atau kawasan setempat yang juga merupakan bagian dari Menara Bersama Telekomunikasi.

Bagian Kedua
Penggunaan Menara Bersama
Pasal 87

Penyedia Menara Bersama Telekomunikasi atau Pengelola Menara Bersama Telekomunikasi, harus
memberikan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi kepada para penyelenggara
telekomunikasi lain untuk menggunakan menara bersama telekomunikasi secara bersama-sama
sesuai kemampuan teknis menara bersama telekomunikasi.

Pasal 88
Calon pengguna Menara Bersama telekomunikasi dalam mengajukan surat permohonan untuk ikut
menggunakan Menara Bersama Telekomunikasi harus memuat keterangan sekurang-kurangnya
antara lain :
a. nama penyelenggara telekomunikasi dan pertanggungjawaban ;
b. izin penyelenggaraan telekomunikasi;
c. maksud dan tujuan penggunaan menara yang diminta dan spesifikasi teknis perangkat yang
digunakan; dan
d. kebutuhan akan ketinggian arah, jumlah atau beban menara.

Pasal 89

(1) Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi oleh Penyelenggara Telekomunikasi dilarang


menimbulkan interferensi yang merugikan.
(2) Dalam hal terjadi interferensi yang merugikan, Penyelenggara Telekomunikasi yang
menggunakan Menara Bersama Telekomunikasi harus saling berkoordinasi.

45
(3) Dalam hal koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menghasilkan kesepakatan,
penyelenggara Telekomunikasi yang menggunakan Menara Bersama Telekomunikasi
dan/atau Penyedia Menara dapat meminta kepada Direktur Jenderal untuk melakukan
mediasi.

Bagian Ketiga
Prinsip-Prinsip Penggunaan Menara Bersama
Pasal 90

(1) Penyedia Menara Bersama telekomunikasi atau Pengelola Menara Bersama telekomunikasi
diwajibkan untuk :
a. memperhatikan ketentuan hukum tentang larangan praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat;
b. menyampaikan informasi mengenai ketersediaan kapasitas menaranya kepada calon
pengguna Menara Bersama Telekomunikasi secara transparan;dan
c. menggunakan sistem antrian dengan mendahulukan calon pengguna Menara Bersama
Telekomunikasi yang lebih dahulu menyampaikan permintaan penggunaan Menara
Bersama Telekomunikasi dengan tetap memperhatikan kelayakan dan kemampuan.
(2) Apabila dalam satu wilayah menara bersama terdapat lebih dari 1 (satu) perusahaan yang
berminat untuk membangun menara bersama, maka pendaftar pertama dengan persyaratan
lengkap dan benar yang akan diberikan izin terlebih dahulu.

Pasal 91
Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi antara Penyelenggaraan Telekomunikasi, antar
Penyedia Menara dengan Penyelenggara Telekomunikasi, atau antar Pengelola Menara dengan
Penyelenggara Telekomunikasi, harus dituangkan dalam perjanjian tertulis dan dicatatkan kepada
Pemerintah Daerah melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait.

Pasal 92
(1) Dalam rangka kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan program menara bersama
telekomunikasi, Bupati membentuk TP3MT.
(2) TP3MT sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) bertugas :
a. melakukan kajian teknis terhadap desain, penataan, dan pembangunan;
b. meneliti kelayakan konstruksi dan rencana anggaran Biaya (RAB);
c. melakukan perhitungan besarnya retribusi;
d. melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan;
e. memberikan rekomendasi pemberian izin;
f. memberikan rekomendasi pencabutan izin;
g. memberikan rekomendasi pembongkaran bangunan menara; dan
h. melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan pemberian izin menara bersama
telekomunikasi.
(3) TP3MT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur Instansi terkait dan ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.

Bagian Keempat
Ketentuan Perizinan

Paragraf 1
Perizinan

Pasal 93

(1) Setiap pembangunan dan pengoperasian Menara Bersama Telekomunikasi wajib memiliki :
a. Rekomendasi pengusahaan menara bersama telekomunikasi
b. IMB Menara;
46
c. Izin Gangguan (HO) Menara; dan
d. Izin Operasional Menara Bersama Telekomunikasi.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah mendapatkan rekomendasi dari
TP3MT.
(3) Ketentuan mengenai mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 94

(1) Setiap penyelenggaraan kegiatan pembangunan dan pengoperasian Menara Bersama


Telekomunikasi wajib mengajukan permohonan rekomendasi Pengusahaan menara Bersama
telekomunikasi kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud ayat (1) sebagai langkah awal untuk mengurus
perizinan berikutnya.
(3) Rekomendasi sebagaimana dimaksud ayat (1) berlaku paling lama 6 (enam) bulan dan tidak
dapat dipindah tangankan.
(4) Apabila terdapat alasan yang dapat dipertanggungjawabkan maka rekomendasi dapat
diperpanjang untuk 6 (enam) bulan berikutnya.

Pasal 95

(1) IMB menara bersama telekomunikasi dikeluarkan oleh Instansi yang berwenang.
(2) Memperhatikan ketentuan tentang penataan ruang di daerah Kabupaten Sumba Timur,
keselamatan operasi penerbangan pesawat udara, serta hasi kajian teknis terhadap desain
penataan, pembangunan dan pengoperasian Menara Bersama telekomunikasi dan
didasarkan pada Rencana Induk Menara Telekomunikasi Terpadu.
(3) Selain mendirikan sebagaimana diatur pada ayat (2) pemberian IMB Menara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) IMB menara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku tanpa batas waktu sepanjang tidak
ada perubahan struktur atau perubahan kontruksi menara.

Paragraf 2
Izin Operasional Menara Bersama Telekomunikasi

Pasal 96

(1) Izin operasional menara bersama Telekomunikasi dikeluarkan oleh SKPD yang berwenang.
(2) Izin Operasional Menara Bersama Telekomunikasi dilakukan daftar ulang setiap 5 (lima)
tahun sekali.
(3) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk setiap menara dilampiri
persyaratan sebagai berikut:
a. rekomendasi ketinggian dari instansi yang berwenang;
b. surat kuasa yang sah dari perusahaan apabila diurus oleh pihak lain;
c. bukti kepemilikan tanah dan atau surat kerelaan atau perjanjian penggunaan/
pemanfaatan/sewa tanah atau lahan;
d. surat pernyataan persetuan minimal ¾ dari jumlah kepala keluarga sekitar dalam radius
1 (satu) kali tinggi menara yang diketahui oleh kepala desa/Lurah, dan camat setempat
setelah dilakukan sosialisasi obyektif tentang menara kepada masyarakat sekitar;
e. surat pernyataan sanggup mengganti kepada warga masyarakat apabila terjadi
kerugian/kerusakan yang diakibatkan oleh keberadaan menara telekomunikasi yang
dibangun dan dioperasikan;
f. Penyelenggara telekomunikasi atau penyedia menara yang telah membangun menara
harus mengansuransikan lingkungan menara untuk mengantisipasi jika terjadi suatu
kecelakaan jiwa maupun kerusakan material akibat bangunan tower dimaksud
dibuktikan dengan polis asuransi;
47
g. surat kesanggupan membongkar Menara Bersama Telekomunikasi apabila sudah tidak
dimanfaatkan kembali atau habis masa perizinannya atau keberadaannya bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
h. Gambar teknis, meliputi:
1. peta lokasi
2. peta situasi lokasi
3. site plan;
4. denah bangunan 1:100;
5. tampak, potongan, rencana pondasi 1:100;
6. perhitungan struktur/konstruksi;
7. uji penyelidikan tanah;
8. grounding (penangkal petir);
9. titik koordinat (dari GPS).
i. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dari
Instansi yang berwenang;
j. surat pernyataan kesanggupan untuk memakai menara bersama telekomunikasi; dan
k. surat kontak kerjasama paling sedikit 3 (tiga) operator untuk pemohon izin baru dan
paling sedikit 2 (dua) operator untuk menara existing.

Pasal 97

(1) Izin operasional dikeluarkan paling lama 14 (empat belas) hari sejak diterimanya surat
permohonan izin secara lengkap dan benar.
(2) Izin operasional Menara Bersama Telekomunikasi tidak dapat dipindah tangankan kepada
pihak lain.
(3) Izin operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan berdasarkan rekomendasi dari
TP3MT/Instansi teknis terkait.

Paragraf 3
Hak dan Kewajiban Penyelenggaraan Menara

Pasal 98
Setiap penyelenggara menara bersama telekomunikasi telah memiliki izin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 berhak menggunakan menara telekomunikasi sesuai dengan kesepakatan sebagai
menara bersama telekomunikasi dan izin yang telah diperoleh dengan kewajiban sebagai berikut :
a. melaksanakan kegiatan sesuai dengan perizinan yang diberikan;
b. melaksanakan ketentuan teknis, keamanan dan keselamatan serta kelestarian fungsi
lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. melaksanakan pemeliharaan dan pengawasan intern; dan
d. bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari pelaksanaan izin yang telah diberikan.

Paragraf 4
Sewa Menara

Pasal 99
(1) Penyedia Menara Bersama Telekomunikasi atau Pengelola Menara Bersama Telekomunikasi
berhak memungut biaya penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi kepada
Penyelenggara Telekomunikasi yang menggunakan menaranya.
(2) Biaya penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Penyedia Menara Bersama Telekomunikasi atau pengelola Menara Bersama
telekomunikasi dengan harga yang wajar, berdasarkan perhitungan biaya investasi, operasi,
pengembalian modal dan keuntungan.

48
Bagian Kelima
Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

Paragraf 1
Nama, Obyek, Subyek, Wajib dan Golongan Retribusi

Pasal 100
(1) Dengan nama retribusi pengendalian menara telekomunikasi dipungut retribusi atas
pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi.
(2) Obyek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah pemanfaatan ruang untuk
menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan
kepentingan umum.
(3) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan Pengendalian
Menara Telekomunikasi.

Pasal 101
(1) Wajib Retribusi Tempat adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk
pemungut atau pemotong Retribusi.
(2) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

Paragraf 2
Tingkat Pengunaan Jasa, Masa dan Prinsip Retribusi

Pasal 102

(1) Tingkat penggunaan jasa adalah jumlah jasa yang dijadikan dasar alokasi beban biaya yang
dipikul Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan pelayanan jasa pengendalian menara
telekomunikasi.
(2) Masa Retribusi adalah jangka waktu 1 (satu) tahun.

Pasal 103

(1) Prinsip dan sasaran penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi dimaksudkan untuk
menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaran pelayanan perizinan menara
telekomunikasi dengan mempertimbangkan aspek pengendalian tata ruang, mengoptimalkan
fungsi menara dan prinsip keadilan.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk biaya prasarana, biaya operasional dan
pemeliharaan.

Paragraf 3
Besaran Tarif Retribusi

Pasal 104
(1) Struktur tarif retribusi digolongkan berdasarkan ketinggian menara, posisi ketinggian
operator pada suatu menara dan jenis penggunaan menara telekomunikasi.
(2) Besaran tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut : 2% (dua persen) dikalikan dengan nilai jual
Obyek Pajak Bumi dan Bangunan menara telkomunikasi.

BAB XVII
WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 105
Retribusi Jasa Umum dipungut di wilayah Daerah.

49
BAB XVIII
TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI

Pasal 106
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa karcis,
kupon dan kartu langganan.

BAB XIX
TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 107

(1) Pembayaran Retribusi dilakukan di Kas Umum Daerah atau ditempat lain yang ditunjuk sesuai
dengan yang ditentukan dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan
Retribusi Daerah harus disetor ke Kas Umum Daerah paling lambat 1 x 24 Jam atau dalam
waktu yang ditentukan oleh Bupati.

Pasal 108

(1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas.


(2) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberi izin kepada wajib retribusi untuk
mengangsur retribusi terutang dalam jangka waktu tertentu dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(3) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat mengizinkan wajib retribusi untuk menunda
pembayaran retribusi sampai batas waktu yang ditentukan dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
(4) Tata cara pembayaran, penentuan tempat pembayaran, angsuran dan penundaan
pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 109
(1) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 109 diberikan tanda bukti
pembayaran.
(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.
(3) Bentuk, isi, kualitas ukuran buku dan tanda bukti pembayaran ditetapkan oleh Bupati.

BAB XX
TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI

Pasal 110
(1) Penagihan retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar dilakukan dengan menggunakan
STRD.
(2) Penagihan Retribusi terutang didahului dengan Surat Teguran.
(3) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh
tempo pembayaran.
(4) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang
sejenis, wajib retribusi harus membayar retribusinya yang terutang.
(5) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.
(6) Tata cara penagihan dan penerbitan surat teguran diatur dengan Peraturan Bupati.

50
Pasal 111
Bentuk-bentuk formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan retribusi sebagaimana
dimaksud pada pasal 110 ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

BAB XXI
TATA CARA PERUBAHAN TARIF
Pasal 112

(1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Peninjauan kembali Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
(3) Penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.

BAB XXII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 113

Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administratif berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang
terutang yang tidak atau kurang dibayar.

BAB XXIII
TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN

Pasal 114
(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat
yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan jelas disertai alasan-
alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD
diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu
tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan
yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan
penagihan Retribusi.

Pasal 115
(1) Dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, Bupati
harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat
Keputusan Keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian hukum
bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Bupati.
(3) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian,
menolak atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak
memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 116
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran
Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan
untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.

51
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai
diterbitkannya SKRDLB.

BAB XXIV
TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 117
(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan, dan pembebasan retribusi.
(2) Pengurangan, keringanan, dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi.
(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.

BAB XXV
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 118
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan
pengembalian kepada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak
memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Retribusi dianggap
dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan terlebih dahulu utang Retribusi.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan,
Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan
pembayaran kelebihan pembayaran Retribusi.
(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XXVI
KEDALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 119
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung
sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di
bidang retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun tidak
langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi
dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Penggakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran
dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

52
Pasal 120

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan
sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan penghapusan Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan
Bupati.
BAB XXVII
PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN

Pasal 121
(1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban retribusi daerah dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan.
(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib :
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan Obyek Retribusi yang terutang;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu
dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Retribusi diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.

BAB XXVIII
INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 122
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberikan insentif atas dasar
pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Bupati.

BAB XXIX
KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 123

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
Khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di
lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana
Retribusi Daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan
tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

53
d. memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang
Retribusi Daerah;
e. melakukan Penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan,
dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
di bidang Retribusi Daerah;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda,
dan/atau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
BAB XXX
KETENTUAN PIDANA

Pasal 124

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan
daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak
3 kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan Negara.

BAB XXXI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 125

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :


a. Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 3 Tahun 2006 tentang Retribusi Pelayanan
Kesehatan (Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Timur Tahun 2006 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 118);
b. Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 13 Tahun 1998 tentang Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan (Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Timur Tahun 1998 Nomor 03,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 03) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perubahan
Pertama Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 13 Tahun 1998 tentang Retribusi
Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
c. Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 18 Tahun 2006 tentang Retribusi
Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil (Lembaran Daerah Kabupaten Sumba
Timur Tahun 2006 Nomor 28, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor
133);
d. Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 11 Tahun 1998 tentang Retribusi Pelayanan
Parkir di Tepi Jalan Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Timur Tahun 1998 Nomor 01,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 01);
e. Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 12 Tahun 1998 tentang Retribusi Pelayanan
Pasar (Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Timur Tahun 1998 Nomor 02, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 02);dan

54
f. Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 37 Tahun 2000 tentang Retribusi Pengujian
Kendaraan Bermotor (Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Timur Tahun 2000 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Timur Nomor 45);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 126

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Timur.

Ditetapkan di Waingapu
pada tanggal 7 Nopember 2011

BUPATI SUMBA TIMUR,

GIDION MBILIJORA
Diundangkan di Waingapu
pada tanggal 7 Nopember 2011

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SUMBA TIMUR,

UMBU HAMAKONDA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2011 NOMOR 215

55
PENJELASAN
ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR


NOMOR 10 TAHUN 2011

TENTANG
RETRIBUSI JASA UMUM

I. UMUM

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, maka semua Peraturan Daerah yang mengatur retribusi daerah harus
menyesuaikan dengan undang-undang tersebut. Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa
Umum ini akan menjadi pedoman dalam upaya penanganan dan pengelolaan retribusi daerah
guna meningkatkan penerimaan daerah. Retribusi daerah mempunyai peranan penting untuk
mendorong pembangunan daerah, meningkatkan pendapatan daerah dalam rangka mencapai
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Selain itu dengan Peraturan Daerah ini diharapkan ada
peningkatan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban retribusi.
Pengenaan Retribusi Jasa Umum agar dapat memenuhi asas-asas keadilan, kepastian
hukum, legalitas dan sistem administrasi perpajakan yang memudahkan Wajib Retribusi dalam
membayar retribusi jasa umum, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah
Kabupaten Sumba Timur tentang Retribusi Jasa Umum.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
56
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.

57
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.

58
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.

59
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Cukup jelas.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.

60
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Cukup jelas.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
Pasal 108
Cukup jelas.
Pasal 109
Cukup jelas.
Pasal 110
Cukup jelas.
Pasal 111
Cukup jelas.
Pasal 112
Cukup jelas.
Pasal 113
Cukup jelas.
Pasal 114
Cukup jelas.
Pasal 115
Cukup jelas.
Pasal 116
Cukup jelas.
Pasal 117
Cukup jelas.
Pasal 118
Cukup jelas.
Pasal 119
Cukup jelas.
Pasal 120
Cukup jelas.

61
Pasal 121
Cukup jelas.
Pasal 122
Cukup jelas.
Pasal 123
Cukup jelas.
Pasal 124
Cukup jelas.
Pasal 125
Cukup jelas.
Pasal 126
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 406

62

Anda mungkin juga menyukai