Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN

SALINAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN
NOMOR 23 TAHUN 2010

TENTANG

RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMONGAN,

Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah
yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah;
b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah maka Peraturan Daerah Kabupaten
Lamongan Nomor 23 Tahun 1998 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olahraga sebagaimana telah diubah, terakhir dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Lamongan Nomor 8 Tahun 2009 yang penyusunannya
didasarkan pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
2001 tentang Retribusi Daerah, perlu untuk dilakukan penyesuaian ;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf
b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Tempat Rekreasi
dan Olahraga.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-


daerah Kabupaten di lingkungan Propinsi Jawa Timur (diumumkan dalam
Berita Negara pada tanggal 8 Agustus 1950) ;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ;
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ;
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5038) ;
2

7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049) ;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3258) ;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor
67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3658);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian
dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161) ;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006,
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855) ;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 ;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah ;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 10 Tahun 1987 tentang
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan
Tahun 1988 Nomor 1/C) ;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lamongan (Lembaran
Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2008 Nomor 04).

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMONGAN
dan
BUPATI LAMONGAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN


OLAHRAGA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Lamongan.
2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
3

3. Kepala Daerah adalah Bupati Lamongan.


4. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan,
dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
5. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang,
fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
6. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip
komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
7. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang
menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang.
8. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKB adalah Surat
Keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang, jumlah kredit Retribusi,
jumlah kekurangan pembayaran pokok Retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang
masih harus dibayar.
9. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKDLB, adalah surat
keterangan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit
lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
10. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan
tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
11. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.
12. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
13. Badan, adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun,
keperasi atau organisasi yang sejenis, Lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk
badan usaha lainnya.
14. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
tujuan kunjungan wisatawan.
15. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
16. Usaha daya tarik wisata adalah usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata alam, daya
tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata buatan/binaan manusia.

BAB II
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 2

Dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dipungut retribusi atas pelayanan tempat
rekreasi dan olahraga.

Pasal 3

(1) Objek Retribusi adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan,
dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan tempat
rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa
Timur, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 4

(1) Subjek Retribusi ádalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan tempat
4

rekreasi dan olahraga.


(2) Wajib Retribusi ádalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungut dan
pemotong retribusi.

BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5

Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga digolongkan sebagai retribusi jasa usaha.

BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6

(1) Besarnya retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat penggunaan jasa
dengan tarif retribusi.
(2) Tingkat Penggunaan jasa pelayanan tempat rekreasi dan olahraga diukur berdasarkan jenis, jangka
waktu, frekuensi, fasilitas pelayanan tempat rekreasi dan olahraga.

BAB V
PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk
memperoleh keuntungan yang layak.
(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh
apabila pelayanan retribusi dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8

Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut :


A. Tempat rekreasi
1. Waduk Gondang :
a. Tiket masuk sebesar Rp. 2.500,00 setiap kali masuk
b. Pemakaian perahu/sepeda air sebesar Rp. 5.000,00 setiap kali pakai (30 menit)
c. Pemakaian pendopo waduk gondang setiap hari :
1) Pemakaian siang hari sebesar Rp. 125.000,00 setiap kali pemakaian
2) Pemakaian untuk malam hari ditambah biaya sebesar Rp. 275.000,00
2. Sunan Drajat
Tiket masuk sebesar Rp. 1.000,00 setiap kali masuk
3. Untuk rombongan yang berjumlah 10 (sepuluh) orang ke atas diberikan keringanan sebesar
25 % (dua puluh lima persen) dari tarif yang berlaku.
4. Untuk pemakaian toilet
a. Mandi sebesar Rp. 1.500,00 setiap kali pemakaian
b. Buang air besar sebesar Rp. 1.000,00 setiap kali pemakaian
c. Buang air kecil sebesar Rp. 500,00 setiap kali pemakaian

B. Tempat olahraga
1. Lapangan tenis terbuka
a. Untuk latihan
1) Hari senin s/d jumat
a) Pukul 06.00-13.00 wib sebesar Rp. 15.000,00/lapangan
b) Pukul 13.00-18.00 wib sebesar Rp. 10.000,00/lapangan
c) Pukul 18.00-24.00 wib sebesar Rp. 60.000,00/lapangan
5

2) Hari sabtu dan minggu


a) Pukul 06.00-13.00 wib sebesar Rp. 10.000,00/jam
b) Pukul 13.00-18.00 wib sebesar Rp. 7.500,00/jam
c) Pukul 18.00-24.00 wib sebesar Rp. 15.000,00/jam
b. Untuk pertandingan
1) Lokal
a) Pukul 06.00-13.00 wib sebesar Rp. 100.000,00/lapangan
b) Pukul 13.00-18.00 wib sebesar Rp. 50.000,00/lapangan
c) Pukul 18.00-24.00 wib sebesar Rp. 200.000,00/lapangan
2) Regional
a) Pukul 06.00-13.00 wib sebesar Rp. 150.000,00/lapangan
b) Pukul 13.00-18.00 wib sebesar Rp. 100.000,00/lapangan
c) Pukul 18.00-24.00 wib sebesar Rp. 300.000,00/lapangan
3) Nasional
a) Pukul 06.00-13.00 wib sebesar Rp. 200.000,00/lapangan
b) Pukul 13.00-18.00 wib sebesar Rp. 150.000,00/lapangan
c) Pukul 18.00-24.00 wib sebesar Rp. 400.000,00/lapangan
2. Lapangan tenis tertutup
a. Untuk latihan
1) Hari senin s/d jumat
a) Pukul 06.00-13.00 wib sebesar Rp. 20.000,00/lapangan
b) Pukul 13.00-18.00 wib sebesar Rp. 15.000,00/lapangan
c) Pukul 18.00-24.00 wib sebesar Rp. 60.000,00/lapangan
2) Hari sabtu dan minggu
a) Pukul 06.00-13.00 wib sebesar Rp. 15.000,00/jam
b) Pukul 13.00-18.00 wib sebesar Rp. 10.000,00/jam
c) Pukul 18.00-24.00 wib sebesar Rp. 20.000,00/jam
b. Untuk pertandingan
1) Lokal
a) Pukul 06.00-13.00 wib sebesar Rp. 150.000,00/lapangan
b) Pukul 13.00-18.00 wib sebesar Rp. 100.000,00/lapangan
c) Pukul 18.00-24.00 wib sebesar Rp. 300.000,00/lapangan
2) Regional
a) Pukul 06.00-13.00 wib sebesar Rp. 200.000,00/lapangan
b) Pukul 13.00-18.00 wib sebesar Rp. 150.000,00/lapangan
c) Pukul 18.00-24.00 wib sebesar Rp. 400.000,00/lapangan
3) Nasional
a) Pukul 06.00-13.00 wib sebesar Rp. 250.000,00/lapangan
b) Pukul 13.00-18.00 wib sebesar Rp. 200.000,00/lapangan
c) Pukul 18.00-24.00 wib sebesar Rp. 500.000,00/lapangan
3. Stadion Surajaya untuk sekali pakai (paling lama 3 jam)
a. Latihan sebesar Rp. 25.000,00
b. Pertandingan
1) Lokal sebesar Rp. 200.000,00/lapangan
2) Regional sebesar Rp. 300.000,00/lapangan
3) Nasional sebesar Rp. 500.000,00/lapangan
c. Untuk pertunjukan komersial
1) Pertunjukan lokal sebesar Rp. 1.000.000,00
2) Pertunjukan regional sebesar Rp. 1.500.000,00
3) Pertunjukan nasional sebesar Rp. 2.500.000,00
4) Halaman sekitar stadion Rp. 500.000,00
d. Untuk resepsi/pesta untuk umum
1) Pemakaian siang hari sebesar Rp. 300.000,00
2) Pemakaian malam hari sebesar Rp. 450.000,00
e. Untuk pemakaian malam hari ditambah biaya lampu sebesar Rp. 1.250.000,00
4. Gedung olahraga dan pemuda
a. Untuk latihan
1) Pukul 06.00-12.00 wib sebesar Rp. 20.000,00/lapangan
6

2) Pukul 12.00-18.00 wib sebesar Rp. 20.000,00/lapangan


3) Pukul 18.00-24.00 wib sebesar Rp. 75.000,00/lapangan
b. Untuk pertandingan
1) Lokal
a) Pukul 06.00-12.00 wib sebesar Rp. 50.000,00/lapangan
b) Pukul 12.00-18.00 wib sebesar Rp. 50.000,00/lapangan
c) Pukul 18.00-24.00 wib sebesar Rp. 200.000,00/lapangan
2) Regional
a) Pukul 06.00-12.00 wib sebesar Rp. 75.000,00/lapangan
b) Pukul 12.00-18.00 wib sebesar Rp. 75.000,00/lapangan
c) Pukul 18.00-24.00 wib sebesar Rp. 200.000,00/lapangan
3) Nasional
a) Pukul 06.00-12.00 wib sebesar Rp. 200.000,00/lapangan
b) Pukul 12.00-18.00 wib sebesar Rp. 200.000,00/lapangan
c) Pukul 18.00-24.00 wib sebesar Rp. 300.000,00/lapangan
c. Untuk keperluan atau pertemuan yang diselenggarakan oleh BUMN, BUMD, koperasi dan
sosial atau politik
a. Pemakaian siang hari sebesar Rp. 150.000,00
b. Pemakaian malam hari sebesar Rp. 300.000,00
d. Untuk resepsi/pesta (untuk umum)
a. Pemakaian siang hari sebesar Rp. 350.000,00
b. Pemakaian malam hari sebesar Rp. 450.000,00
e. Untuk pertunjukan komersiil
a. Lokal sebesar Rp. 400.000,00
b. Regional sebesar Rp. 500.000,00
c. Nasional sebesar Rp. 600.000,00

BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah.

BAB VIII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 10

Masa retribusi terutang adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan jangka waktu
pemakaian/pemanfaatan atas pelayanan tempat rekreasi dan olahraga.

Pasal 11

Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB IX
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 12

(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon,
dan kartu langganan.
(3) Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi
yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
(4) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didahului dengan surat teguran.
(5) Tata Cara Pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
7

BAB X
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13

(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.


(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkan SKRD atau
dokumen lain dipersamakan.
(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Kepala
Daerah.

BAB XI
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 14

(1) Pelaksanaan Penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran
dengan mengeluarkan surat teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran/peringatan/surat lain yang sejenis,
wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang.
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) retribusi terutang belum dilunasi
maka diterbitkan STRD.
(4) Surat teguran dan STRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dikeluarkan oleh
Pejabat yang ditunjuk.

BAB XII
KEBERATAN
Pasal 15

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau pejabat yang
ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia dengan disertai alasan-alasan yang
jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD
diterbitkan, kecuali jika wajib retribusi dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi
karena keadaan di luar kekuasaannya.
(4) Keadaan diluar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah suatu keadaan yang
terjadi diluar kehendak atau kekuasaan wajib retribusi.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan
retribusi.

Pasal 16

(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan
diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat
Keputusan Keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi
wajib retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Kepala Daerah.
(3) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian,
menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Kepala Daerah tidak
memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 17

(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran retribusi
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan untuk paling lama
12 (dua belas) bulan.
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai
dengan diterbitkannya SKRDLB.
8

BAB XIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 18

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian
kepada Kepala Daerah.
(2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Kepala Daerah
tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian pembayaran retribusi dianggap
dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu
utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi, dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua)
bulan Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas
keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran retribusi.
(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

BAB XIV
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 19

(1) Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.
(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi.
(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi diatur dengan Peraturan Kepala
Daerah.

BAB XV
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 20

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga)
tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak
pidana dibidang retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) tertangguh jika :
a. diterbitkan Surat Teguran ; atau
b. ada pengakuan utang dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa
penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah
Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum
melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan
permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Pasal 21

(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah
kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Kepala Daerah menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
9

(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Kepala
Daerah.

BAB XVI
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 22

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja
tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah.
(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Kepala Daerah.

BAB XVII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 23

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah diberi wewenang khusus
sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang pelanggaran Peraturan
Daerah.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan
tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap
dan jelas ;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah ;
c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak
pidana dibidang retribusi daerah ;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana dibidang retribusi daerah ;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan, dan
dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut ;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
dibidang retribusi daerah ;
g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang
dibawa sebagai mana dimaksud pada huruf e ;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang retribusi
daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.

BAB XVIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 24

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibanya sehingga merugikan keuangan daerah
diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak tiga kali jumlah
retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan negara.
10

BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya
akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 26

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka :


a. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 23 Tahun 1998 tentang Retribusi Tempat Rekreasi
dan Olahraga (Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 1999 Nomor 20/B) ;
b. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 53 Tahun 2000 tentang Perubahan Peraturan
Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 23 Tahun 1998 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olahraga (Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2000 Nomor 9/B) ;
c. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 13 Tahun 2004 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 23 Tahun 1998 tentang Retribusi Tempat Rekreasi
dan Olahraga (Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2004 Nomor 12/C) ; dan
d. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 08 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 23 Tahun 1998 tentang Retribusi Tempat Rekreasi
dan Olahraga (Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2009 Nomor 03),
Dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 27

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan.

Ditetapkan di Lamongan
pada tanggal 21 Desember 2010

BUPATI LAMONGAN,
ttd,
FADELI

Diundangkan di Lamongan
pada tanggal 21 Desember 2010

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN


LAMONGAN
ttd,
NURROSO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2010 NOMOR 23

Disalin sesuai dengan aslinya


Kepala Bagian Hukum,
ttd,
A. FARIKH
11

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN
NOMOR 23 TAHUN 2010

TENTANG

RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA

I. UMUM

Bahwa retribusi daerah adalah salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Untuk itu sejalan
dengan tujuan otonomi daerah, penerimaan daerah yang berasal dari retribusi dari waktu ke waktu
harus selalu ditingkatkan. Hal ini dimaksudkan agar peranan daerah dalam memenuhi kebutuhan
daerah khususnya dalam hal penyediaan pelayanan kepada masyarakat dapat semakin meningkat.

Salah satu jenis retribusi yang dapat dipungut oleh kabupaten/kota sesuai dengan
ketentuan Pasal 127 huruf i dan Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dan harus
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup Jelas.
Pasal 2
Cukup Jelas.
Pasal 3
Cukup Jelas.
Pasal 4
Cukup Jelas.
Pasal 5
Cukup Jelas.
Pasal 6
Cukup Jelas.
Pasal 7
Cukup Jelas.
Pasal 8
huruf A
Tiket masuk dikenakan bagi anak usia 4 tahun keatas.
huruf B
Cukup Jelas.
Pasal 9
Cukup Jelas.
Pasal 10
Cukup Jelas.
Pasal 11
Cukup Jelas.
Pasal 12
Cukup Jelas.
Pasal 13
Cukup Jelas.
Pasal 14
Cukup Jelas.
Pasal 15
Cukup Jelas.
12

Pasal 16
Cukup Jelas.
Pasal 17
Cukup Jelas.
Pasal 18
Cukup Jelas.
Pasal 19
Cukup Jelas.
Pasal 20
Cukup Jelas.
Pasal 21
Cukup Jelas.
Pasal 22
Cukup Jelas.
Pasal 23
Cukup Jelas.
Pasal 24
Cukup Jelas.
Pasal 25
Cukup Jelas.
Pasal 26
Cukup Jelas.
Pasal 27
Cukup Jelas.

Anda mungkin juga menyukai