BUPATI GRESIK,
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Gresik;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Gresik;
3. Bupati adalah Bupati Gresik;
4. Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Gresik;
5. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah
pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diber oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan ;
6. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan
pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan
lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan ;
7. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya
dapat pula disediakan oleh sektor swasta ;
8. Kekayaan Daerah adalah Kekayaan yang dimiliki oleh Pemerintah
Kabupaten Gresik yang meliputi : Tanah, bangunan, tempat olahraga,
laboratorium, alat berat, kendaraan dan saluran ;
9. Tempat pelelangan adalah tempat dimana penjual dan pembeli dapat
melakukan transaksi penjualan dan pembelian dengan cara
pelelangan ;
10. Penyelenggaraan Pelelangan adalah Kegiatan untuk melaksanakan
pelelangan ditempat pelelangan mulai dari penerimaan,
penimbangan, pelelangan sampai dengan pembayaran;
11. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang
digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan,
menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta
perpindahan moda angkutan;
12. Tempat Khusus Parkir adalah tempat pelayanan penyediaan parkir
yang khusus disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Kabupaten Gresik;
13. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan
diatas rel;
6
BAB II
JENIS RETRIBUSI JASA USAHA
Pasal 2
Jenis Retribusi Jasa Usaha yang diatur dalam Peraturan Daerah ini adalah :
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
b. Retribusi Tempat Pelelangan ;
c. Retribusi Terminal;
8
BAB III
RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
Bagian Kesatu
Nama, Obyek Dan Subyek Retribusi
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 6
Bagian Ketiga
Pasal 7
Bagian Keempat
Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 8
Bagian Kelima
Tata Cara Penghitungan Retribusi
Pasal 9
Pasal 10
Bagian Keenam
Wilayah Pemungutan
Pasal 11
BAB IV
RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN
Bagian Kesatu
Nama, Obyek Dan Subyek Retribusi
Pasal 12
Pasal 13
(3) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi tempat pelelangan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola
oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
11
Pasal 14
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 15
(1) Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
menggunakan jasa tempat pelelangan dihitung dengan cara
mengalikan tarif retribusi dengan tingkat penggunaan jasa;
Bagian Ketiga
Pasal 16
Pasal 17
(2) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran II Peraturan Daerah ini.
Bagian Kelima
Pasal 18
Bagian Keenam
Wilayah Pemungutan
Pasal 19
Bagian Ketujuh
Masa Retribusi
Pasal 20
(1) Masa Retribusi merupakan jangka waktu yang lamanya sama dengan
jangka waktu penyelenggaraan pelelangan;
(2) Retribusi tempat pelelangan yang terutang terjadi pada saat
penyelenggaraan pelelangan atau sejak diterbitkan SKRD.
BAB V
RETRIBUSI TERMINAL
Bagian Kesatu
Nama, Obyek, Dan Subyek Retribusi
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 24
Bagian Ketiga
Prinsip Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi
Pasal 25
Bagian Keempat
Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 26
Bagian Kelima
Tata Cara Penghitungan Retribusi
Pasal 27
Bagian Keenam
Masa Retribusi
Pasal 28
Bagian Ketujuh
Wilayah Pemungutan
Pasal 29
BAB VI
RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR
Bagian Kesatu
Nama, Obyek Dan Subyek Retribusi
Pasal 30
Pasal 31
(1) Objek retribusi tempat khusus parkir berupa pelayanan tempat khusus
parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah
Daerah;
(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pelayanan tempat parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, BUMN, BUMD, dan
pihak swasta.
Pasal 32
Subjek retribusi tempat khusus parkir yaitu orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan parkir di tempat khusus parkir.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 33
Bagian Ketiga
Prinsip Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi
Pasal 34
Pasal 35
Bagian Kelima
Tata Cara Penghitungan Retribusi
Pasal 36
Bagian Keenam
Wilayah Pemungutan
Pasal 37
Bagian Ketujuh
Masa Retribusi
Pasal 38
(1) Masa retribusi merupakan jangka waktu tertentu yang merupakan batas
waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan fasilitas tempat khusus
parkir;
(2) Retribusi terutang terjadi dalam masa retribusi pada saat pelayanan
tempat parkir khusus dan jatuh tempo sejak SKRD atau dokumen lain
yang dipersamakan.
Pasal 39
BAB VII
RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN
Bagian Kesatu
Nama, Obyek Dan Subyek Retribusi
Pasal 40
Pasal 41
(1) Objek retribusi rumah potong hewan berupa pelayanan penyediaan fasilitas
rumah pemotongan hewan ternak yang meliputi:
a. Penyewaan kandang (karantina);
b. Pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dipotong;
c. Penyembelihan ternak secara Islam;
d. Pemakaian tempat pemotongan;
e. Pemeriksaan daging setelah dipotong; dan
f. Pemeriksaan kesehatan hewan di luar rumah potong hewan.
(2) Dikecualikan dari obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak
yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, pihak
swasta.
Pasal 42
Subjek retribusi yaitu orang pribadi atau badan yang memanfaatkan
pelayanan rumah potong hewan.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 43
Bagian Ketiga
Pasal 44
Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi
didasarkan pada tujuan untuk distribusi pangan yang baik dan aman
dengan memperhatikan mutu gizi pangan serta untuk memperoleh
keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima
oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi
pada harga pasar.
Bagian Keempat
Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 45
Pasal 46
Bagian Kelima
Tata Cara Penghitungan Retribusi
Pasal 47
Bagian Keenam
Masa Retribusi
Pasal 48
(1) Masa retribusi rumah potong hewan merupakan jangka waktu yang
lamanya sama dengan jangka waktu penyelenggaraan pelayanan
penyediaan fasilitas rumah potong hewan;
(2) Retribusi rumah potong hewan yang terutang dalam masa retribusi
terjadi pada saat penyelenggaraan pelayanan penyediaan fasilitas
rumah potong hewan atau sejak diterbitkan SKRD.
Bagian Ketujuh
Wilayah Pemungutan
Pasal 49
Pasal 50
BAB VIII
RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN
Bagian Kesatu
Nama, Obyek Dan Subyek Retribusi
Pasal 51
Pasal 52
(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pelayanan jasa kepelabuhanan yang disediakan, dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta;
(3) Pelayanan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah :
a. Pelayanan labuh;
b. Pelayanan pemanduan untuk kapal angkutan laut dalam negeri
dan luar negeri di perairan wajib pandu dan perairan 4 (empat) mil
wilayah Daerah;
c. Pealayanan dan pengawasan naik/turun dan bongkar muat
Penumpang dan barang pada angkutan penyeberangan Gresik –
Bawean
d. Pelayanan penundaan untuk kapal angkutan laut dalam negeri di
perairan wajib pandu di perairan 4 (empat) mil Pemerintah
Kabupaten Gresik ;
e. Pelayanan penundaan untuk kapal angkutan laut luar negeri di
perairan wajib pandu dan perairan 4 (empat) mil wilayah Daerah;
f. Pelayanan penundaan kapal angkutan laut dalam negeri di luar
batas perairan 4 (empat) mil wilayah Daerah dan emergency;
g. Pelayanan penundaan kapal angkutan laut luar negeri di luar
batas perairan 4 (empat) mil wilayah Daerah dan emergency; dan
h. Pelayanan kepelabuhan lainnya.
Pasal 53
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
21
Pasal 54
Bagian Ketiga
Prinsip Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi
Pasal 55
Bagian Keempat
Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 56
Bagian Kelima
Masa Retribusi
Pasal 57
Pasal 58
BAB IX
RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA
Bagian Kesatu
Nama, Obyek Dan Subyek Retribusi
Pasal 59
Dengan nama retribusi tempat rekreasi dan olah raga dipungut retribusi
sebagai pembayaran atas tempat rekreasi dan olah raga yang dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 60
(1) Objek retribusi tempat rekreasi dan olah raga berupa pemanfaatan
pelayanan tempat rekreasi dan olah raga yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
23
Pasal 61
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 62
Bagian Ketiga
Prinsip Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi
24
Pasal 63
Bagian Keempat
Struktur Dan Besarnya Tarif Retibusi
Pasal 64
Struktur besarnya tarif retribusi tempat rekreasi dan olah raga ditetapkan
sebagaimana dalam Lampiran VII Peraturan Daerah ini.
Bagian Kelima
Tata Cara Penghitungan Retribusi
Pasal 65
Bagian Keenam
Masa Retribusi Dan Saat Retribusi Terutang
Pasal 66
(1) Masa retribusi merupakan jangka waktu tertentu yang merupakan batas
waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan fasilitas tempat rekreasi
dan olah raga;
(2) Retribusi tempat rekreasi dan olah raga yang terutang dalam masa
retribusi ditetapkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
Bagian Ketujuh
Wilayah Pemungutan
Pasal 67
BAB X
RETRIBUSI PENYEBERANGAN DI AIR
Bagian Kesatu
Nama, Obyek Dan Subyek Retribusi
Pasal 68
Pasal 70
Subjek retribusi penyeberangan di air yaitu orang pribadi atau badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan penyeberangan di air.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 71
Bagian Ketiga
Prinsip Dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi
Pasal 72
Bagian Keempat
Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi
Pasal 73
Bagian Kelima
Tata Cara Penghitungan Retribusi
Pasal 74
Bagian Keenam
Wilayah Pemungutan
Pasal 75
Pasal 76
BAB XI
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Tata Cara Pemungutan
Pasal 77
Bagian Kedua
Keberatan
Pasal 78
Pasal 79
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal
surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan
yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk memberian
kepastian hukum bagi wajib retribusi, bahwa keberatan yang diajukan
harus diberi keputusan oleh Bupati.
28
Pasal 80
BAB XII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 81
BAB XIII
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 82
Pasal 83
(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk
melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
30
BAB XIV
Pasal 84
BAB XV
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 85
BAB XVI
PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 86
BAB XVII
KETENTUAN KHUSUS
Pasal 87
BAB XVIII
PENYIDIKAN
Pasal 88
BAB XIX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 89
Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga
merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3
(tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Pasal 90
(1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang karena
kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (1) dan ayat (2) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp. 4.000.000,00 (empat juta rupiah).
(2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang dengan
sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang
menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 79 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
34
pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang
kerahasiaannya dilanggar.
(4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi
seseorang atau badan selaku wajib retribusi, karena itu dijadikan
tindak pidana pengaduan.
Pasal 91
Denda sebagaimana dimaksud dalam pasal 89 dan pasal 90 ayat (1) dan
ayat (2) merupakan penerimaan Negara.
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 92
BAB XXI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 93
Pasal 94
Ditetapkan di Gresik
Pada tanggal 24 JUNI 2011
BUPATI GRESIK,