Anda di halaman 1dari 62

PERATURAN BUPATI BLITAR

NOMOR 41 TAHUN 2012


TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN
PAJAK AIR TANAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BLITAR,

Menimbang : bahwa pajak daerah merupakan salah satu


sumber pendapatan daerah yang penting
guna membiayai pelaksanaan URUSAN
pemerintahan daerah dalam melaksanakan
pelayanan kepada masyarakat serta
mewujudkan kemandirian daerah dalam
rangka menyesuaikan dengan perkembangan
perekonomian saat ini dan untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 45 dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor
2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, perlu
menyusun Pedoman Pelaksanaan
Pemungutan Pajak Air Tanah.
2

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi
Jawa Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1950 Nomor 19,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 9);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3209);
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997
tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3686);
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
75, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3851);
3

6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002


tentang Pengadilan Pajak (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4189);
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4355);
9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 32 , Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 377);
10.Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
4

Lembaran Negara Republik Indonesia


Nomor 4400);
11.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
12.Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
13.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009
5

Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5049);
14.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5049);
15.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
16.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
17.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
1983 tentang Pelaksanaan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3258);
6

18.Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun


2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
54, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3952);
19.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
20.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun
2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
21.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/ Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
20, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4609)
sebagaimana telah diubah dengan
7

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun


2008 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik
Ngara /Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4855);
22.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
23.Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
2010 tentang Tata Cara Pemberian dan
Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5161);
24.Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun
2010 tentang Jenis Pajak Daerah Yang
dipungut berdasarkan Penetapan Kepala
8

Daerah atau dibayar sendiri oleh Wajib


Pajak;
25.Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007
tentang Pengesahan, Pengundangan dan
Penyebarluasan Peraturan Perundang-
Undangan;
26.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana diubah kedua kalinya
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006;
27.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
15 Tahun 2006 tentang Jenis dan
Bentuk Produk Hukum Daerah;
28.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
16 Tahun 2006 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah;
29.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah;
30.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
170 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata
Cara Pemungutan Pajak Daerah;
9

31.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor


43 Tahun 1999 tentang Sistem dan
Prosedur Administrasi Pajak Daerah,
Retribusi Daerah dan Penerimaan
Pendapatan Lain;
32. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar
Nomor 3 Tahun 2001 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Pemeintah Kabupaten Blitar (Lembaran
Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2001
Nomor 3/C);
33.Peraturan Daerah Kabupaten Blitar
Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas
Daerah Kabupaten Blitar (Lembaran
Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2008
Nomor 3/D);
34.Peraturan Daerah Kabupaten Blitar
Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak
Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten
Blitar Tahun 2011 Nomor 2/A);

MEMUTUSKAN
10

Menetapkan : PERATURAN BUPATI BLITAR TENTANG


PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN
PAJAK AIR TANAH

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Blitar.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Blitar.
3. Bupati adalah Kepala Daerah.
4. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
5. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah
perangkat daerah pada Pemerintah Daerah selaku
Pengguna Anggaran / Pengguna Barang.
6. Dinas adalah Satuan Kerja perangkat daerah yang
tugas pokoknya membidangi perpajakan daerah.
7. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset
Daerah, yang selanjutnya disingkat DPPKAD adalah
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset
Daerah Kabupaten Blitar.
11

8. Kepala Dinas adalah kepala satuan kerja perangkat


daerah yang tugas pokoknya membidangi perpajakan
daerah.
9. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu
dibidang perpajakan daerah sesuai Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
10. Kas Umum Daerah, adalah Kas Umum Daerah
Kabupaten Blitar. Kas Daerah adalah Bank
Pemerintah yang ditunjuk oleh pemerintah Kabupaten
untuk memegang kas daerah.
11. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal
yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer,
Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama
dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi,
Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan,
Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik, atau
Organisasi lainnya, Lembaga dan bentuk badan
lainnyatermasuk kontrak investasikolektif dan bentuk
usaha tetap.
12. Badan Usaha adalah kesatuan yuridis (hukum), teknis
dan ekonomis yang bertujuan untuk mencari laba
atau keuntungan.
13. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh
12

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa


berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
14. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan
dan/atau pemanfaatan air tanah.
15. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan
tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
16. Nilai Perolehan Air (NPA) adalah nilai air tanah yang
telah diambil dan dikenai pajak pemanfaatan air
tanah, besarnya sama dengan
17. Harga Dasar Air (HAD) adalah harga air tanah per
satuan volume yang akan dikenai pajak pengambilan
dan pemanfaatan air tanah, besarnya sama dengan
harga baku air dikalikan dengan faktor nilai air.
18. Harga Air Baku (HAB) adalah harga air yang ditetapkan
berdasarkan besarnya nilai investasi dalam rangka
pengambilan air tanah, yang nilai harganya ditetapkan oleh
Bupati.
19. Faktor Nilai Air (FNA) adalah suatu bobot nilai dari
komponen sumber daya alam dan kompensasi
pemulihan, peruntukan dan pengelolaan, besarnya
ditentukan berdasarkan subjek kelompok pengguna
air serta volume pengambilannya.
13

20. Kompensasi pemulihan adalah biaya yang dipungut untuk


upaya pemulihan atas kerusakan lingkungan yang telah
maupun akan terjadi akibat pengambilan air tanah.
21. Komponen kompensasi pemulihan adalah komponen
Nilai Perolehan Air yang ditetapkan sebagai upaya
pemulihan sumber daya air.
22. Komponen Sumber Daya Alam adalah salah satu komponen
dari nilai perolehan air yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
dimana pengambilan air tanah yang dilakukan secara berkala
sesuai dengan perubahan kondisi potensi sumber daya air.
23. Zona Pengambilan Air adalah wilayah yang
menggambarkan kondisi berdasarkan
ketersediaannya.
24. Kualitas Air adalah mutu air bawah tanah yang terdiri
dari air tanah dalam, air tanah dangkal dan mata air.
25. Sumber Alternatif adalah sumber air lainnya di luar air
bawah tanah.
26. Volume Pengambilan Air Tanah adalah besarnya air
bawah tanah yang diambil per bulan dalam satuan
meter kubik.
27. Pemanfaatan Air adalah penggunaan air bawah tanah
berdasarkan jenis pemanfaatannya.
28. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang
dapat dikenakan pajak.
29. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
14

pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban


perpajakan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan perpajakan daerah.
30. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan
kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan
Peraturan Bupati paling lama 3 (tiga) bulan kalender,
yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang
terutang.
31. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1
(satu) tahun kalender, kecuali bila wajib pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan
tahun kalender.
32. Pajak yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar
pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun
Pajak, atau dalam bagian Tahun Pajak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan
Daerah.
33. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai
dari penghimpunan data objek dan subjek pajak,
penentuan besarnya pajak yang terutang sampai
kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta
pengawasan penyetorannya.
34. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya
disingkat SPTPD adalah surat yang oleh wajib pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak, objek pajak dan/atau
15

bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban


sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan perpajakan daerah.
35. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya
disingkat SSPD adalah bukti pembayaran atau
penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan
cara lain ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran
yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
36. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya
disingkat SKPD adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang
terutang.
37. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang
selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat ketetapan
yang menentukan besarnya jumlah pajak yang
terutang, jumlah kekurangan pembayaran pokok
pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang
masih harus dibayar.
38. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
Tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT
adalah surat ketetapan yang menentukan tambahan
atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
39. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang
selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat ketetapan
yang menentukan besarnya jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena jumlah pajak lebih besar
16

dari pajak yang terutang, atau tidak seharusnya


terutang.
40. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya
disingkat SKPDN adalah surat ketetapan yang
menentukan jumlah pajak yang terutang sama
besarnya dengan jumlah pajak yang dibayar, atau
pajak tidak terutang.
41. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya
disingkat STPD atau surat untuk melakukan tagihan
pajak atau sanksi administrasi berupa bunga
dan/atau denda.
42. Pembayaran Pajak adalah besarnya kewajiban yang
harus dipenuhi oleh wajib pajak sesuai dengan SPTPD,
SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD ke Kas Daerah
atau tempat lain yang ditunjuk sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditentukan.
43. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan
untuk membetulkan kesalahan teknis, kesalahan
hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan yang
terdapat dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN
atau STPD.
44. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan
atas keberatan terhadap SKPD, SKPDKB, SKPDKBT,
SKPDN atau terhadap pemotongan atau pemungutan
oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib pajak.
17

45. Putusan Banding adalah putusan badan penyelesaian


sengketa pajak atas banding terhadap surat
keputusan keberatan yang diajukan oleh wajib pajak.
46. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data
keadaan informasi yang meliputi keadaan harta,
kewajiban atau hutang, modal, penghasilan dan biaya
serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang
atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba
pada setiap tahun pajak berakhir.
47. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk
mencari, mengumpulkan dan mengolah data
keterangan lainnyadalam rangka pengawasan
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah
berdasarkan peraturan daerah.
48. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya
disingkat PPNS adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu dilingkungan Pemerintah Kabupaten Blitar
yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang
untuk melakaukan penyidikan terhadap pelanggaran
peraturan daerah Kabupaten Blitar yang memuat
ketentuan pidana.
49. Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang
selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari serta
mengumpulkan bukti itu membuat terang tindak
18

pidana dibidang pajak daerah yang terjadi serta


menentukan tersangkanya.

BAB II
DASAR PENGENAAN PAJAK
Pasal 2
(1) Dasar pengenaan pajak pemanfaatan air adalah Nilai
Perolehan Air (NPA) yang nilainya ditentukan oleh
sebagian atau seluruh faktor berikut :
a. jenis sumber air;
b. lokasi sumber air;
c. volume air yang diambil;
d. kualitas air;
e. luas areal tempat pemakaian air;
f. musim pengambilan air;
g. tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan
oleh pengambilan air dan/atau pemanfaatan air;
(2) Besarnya pajak pemanfaatan air tanah sebesar 20 %
(dua puluh persen) dari Nilai Perolehan Air (NPA).

BAB III
KELOMPOK PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR
Pasal 3
19

Kelompok pengambilan dan pemanfaatan air sebagai


berikut :
a. Kelompok Non Niaga.
1. rumah tangga;
2. instansi pemerintah (kantor, rumah sakit, perwakilan asing,
perguruan tinggi negeri);
3. instansi non pemerintah;
4. asrama badan social/rumah ibadah/panti asuhan;
5. terminal bus/stasiun kereta api; dan
6. pasar.
b. Kelompok Niaga.
1. Niaga Kecil :
a. usaha kecil yang berada dalam rumah tangga;
b. usaha kecil, hotel melati, losmen, rumah kost;
c. rumah sakit swasta, poliklinik, laboratorium;
d. praktek dokter;
e. pengacara/notaris;
f. rumah makan/catering;
g. billiard/bowling;
h. gedung pertemuan/pondok wiaata; dan
i. niaga kecil lainnya.
2. Niaga Sedang :
a. hotel bintang 1, bintang 2, dan bintang 3;
20

b. salon/panti pijat;
c. bank;
d. night club/bar/pub;
e. bioskop;supermarket;
f. persewaan jasa kantor;
g. service station, bengkel, cuci mobil/motor;
h. spbu; dan
i. niaga sedang lainnya.
3. Niaga Besar :
a. perumahan/real estate;
b. kolam renang, fitness center, gedung olah raga;
c. hotel bintang 4, bintang 5, dan apartemen; dan
d. niaga besar lainnya.
c. Kelompok Industri.
1. Industri Kecil :
a. industri rumah tangga;
b. pengrajin;
c. sanggar seni;
d. usaha konveksi;
e. industri pertambangan skala kecil;
f. industri kecil lainnya.
2. Industri Sedang :
a. pabrik es;
21

b. pabrik makanan;
c. industri kimia, obat-obatan, kosmetik, plastik;
d. pabrik mesin, elektronik, otomotif;
e. pengolahan logam;
f. pabrik tektil, garmen, kulit, sepatu;
g. pabrik keramik, gelas dan sejenisnya;
h. industri pengolahan kertas/pulp;
i. agro industri;
j. industri sedang lainnya.
3. Industri Besar.
a. industri air minum;
b. pabrik rokok;
c. industri besar lainnya.
d. Kelompok Pertanian.
1. Perkebunan;
2. Perikanan;
3. Peternakan.
e. Kelompok Perusahaan Penjual Air Non PDAM.
1. kawasan industri;
2. perusahaan pembangunan perumahan/industri;
3. penjualan air lainnya.
f. Perusahaan Daerah Air Minum.
22

g. Kelompok Perusahaan penjual air kerja sama dengan


PDAM.
h. PLTA/Perusahaan Listrik/Pertambangan.
Pasal 4
Apabila terdapat pengambilan dan pemanfaatan air di luar
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, maka
pengelompokkannyadisesuaikan dengan jenis pemanfaatan
yang paling mendekati berdasarkan hasil pengkajian dinas
teknis.

BAB IV
TATA CARA PERHITUNGAN HARGA DASAR AIR
Pasal 5
(1) Harga Dasar Air (HDA) dihitung berdasarkan
komponen Sumber Daya Alam, dan Komponen
Kompensasi Pemulihan, Peruntukan, dan Pengelolaan
Komponen Harga Air Baku.
(2) Unsur dari masing-masing komponen harga dasar air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Komponen Sumber Daya Alam, meliputi unsur-
unsur :
1. zona pengambilan air tanah;
2. kualitas air tanah;
3. keberadaan sumber air alternatif lainnya.
23

b. Komponen Kompensasi Pemulihan, meliputi unsur-


unsur :
1. pemanfaatan/peruntukan air tanah;
2. volume pengambilan air tanah;
3. harga air baku.
Pasal 6
(1) Komponen Sumber Daya Alam merupakan komponen
yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, dimana
titik pengambilan air tanah tersebut berada, seperti
zona pengambilan air, kualitas air tanah dan sumber
air alternatif.
(2) Bobot Nilai diberikan terhadap setiap unsur komponen sumber
daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
berdasarkan klasifikasi sebagai berikut :
a. berdasarkan pembagian zona pengambilan, yaitu :
1. zona A (aman);
2. zona B (rawan);
3. zona C (kritis);
4. zona D (rusak).
b. berdasarkan kualitas air setelah melalui uji
laboratorium, dibedakan menjadi :
1. kualitas A;
2. kualitas B;
3. kualitas C.
24

c. berdasarkan sumber air alternatif, yaitu :


1. PDAM;
2. air permukaan;
3. air tanah dalam;
4. tidak ada alternatif.
(3) Bobot nilai komponen sumber daya alam sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan menggunakan
tabel sebagai berikut :

FAKTOR KRITERIA NILAI


KOMPONEN INDEKS
1. Zona Aman 0,25
Pengambilan
Rawan 1
Kritis 2
Rusak 4
2. Kualitas Air A 1
Tanah
B 0,75
C 0,25
3. Sumber Air PDAM 0,5
Alternatif
Air Permukaan 0,5
Air Tanah 0,5
25

Dangkal
Tidak Ada 0,25
Alternatif
Pasal 7
Pembagian dengan berdasarkan zona pengambilan air
tanah sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2),
tercantum dalam lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 8
(1) Komponen kompensasi pemulihan merupakan
komponen yang memberikan gambaran mengenai
kontribusi dari para pengguna air dalam upaya
pemulihan/pelestarian sumber daya alam.
(2) Bobot nilai komponen kompensasi pemulihan
besarnya ditentukan oleh jenis
pemanfaatan/peruntukan air tanah dan jumlah
volume air yang diambil.
(3) Bobot nilai komponen kompensasi pemulihan untuk
masing-masing zona, peruntukan (jenis pemanfaatan)
dan kelompok volume pengambilan air, ditetapkan
secara progresif dengan menggunakan tabel sebagai
berikut :

No Peruntukan Volume Pengambilan ( M


26

0-50 51- 501- 1001-


500 1000 2500
1 2 3 4 5 6
a. Zona A (Aman)
1 Sosial/Non Niaga 1,00 1,02 1,04 1,06
2 Niaga Kecil 1,10 1,15 1,20 1,25
3 Niaga Sedang 2,00 2,05 2,10 2,15
4 Niaga Besar 3,00 3,05 3,15 3,30
5 Industri Kecil 2,00 2,06 2,12 2,18
6 Industri Sedang 3,00 3,08 3,16 3,24
7 Industri Besar 4,00 4.08 4,16 4,24
8 Pertanian 2,00 2,04 2,08 2,12
9 Perusahaan 3,00 3,06 3,12 3,18
Penjual Air Non
PDAM
10 Perusahaan 3,00 3,06 3,12 3,18
Penjual Air Kerja
sama dengan
PDAM
b. Zona B ( Rawan )
1 Sosial/Non Niaga 1,00 1,05 1,10 1,15
2 Niaga Kecil 2,00 2,10 2,20 2,30
3 Niaga Sedang 2,50 2,60 2,70 2,80
27

4 Niaga Besar 4,00 4,20 4,40 4,60


5 Industri Kecil 3,00 3,10 3,20 3,30
6 Industri Sedang 3,50 3,65 3,80 3,95
7 Industri Besar 4,50 4,70 4,90 5,10
8 Pertanian 2,00 2,10 2,20 2,30
9 Perusahaan 3,40 3,50 3,60 3,80
Penjual Air Non
PDAM
10 Perusahaan 3,40 3,50 3,60 3,80
Penjual Air Kerja
sama dengan
PDAM
c. Zona C ( Kritis )
1 Sosial/Non Niaga 1,00 1,10 1,20 1,30
2 Niaga Kecil 2,00 2,25 2,50 2,75
3 Niaga Sedang 3,00 3,20 3,40 3,60
4 Niaga Besar 5,50 5,80 6,10 6,40
5 Industri Kecil 3,60 3,80 4,00 4,20
6 Industri Sedang 5,50 5,75 6,00 6,25
7 Industri Besar 8,00 8,40 8,80 9,20

No Peruntukan Volume Pengambilan ( M


28

0-50 51- 501- 1001-


500 1000 2500
1 2 3 4 5 6
8 Pertanian 2,00 2,20 2,40 2,60
9 Perusahaan 6,00 6,30 6,60 6,90
Penjual Air Non
PDAM
10 Perusahaan 6,00 6,30 6,60 6,90
Penjual Air Kerja
sama dengan
PDAM
d. Zona D ( Rusak )
1 Sosial/Non Niaga 1,00 1,10 1,20 1,30
2 Niaga Kecil 2,00 2,25 2,50 2,75
3 Niaga Sedang 3,00 3,20 3,40 3,60
4 Niaga Besar 5,50 5,80 6,10 6,40
5 Industri Kecil 3,60 3,80 4,00 4,20
6 Industri Sedang 5,50 5,75 6,00 6,25
7 Industri Besar 8,00 8,40 8,80 9,20
8 Pertanian 2,00 2,20 2,40 2,60
9 Perusahaan 6,00 6,30 6,60 6,90
Penjual Air Non
PDAM
10 Perusahaan 6,00 6,30 6,60 6,90
29

Penjual Air Kerja


sama dengan
PDAM

Pasal 9
Bobot komponen Harga Dasar Air merupakan bobot
presentasi yang diberikan pada komponen sumber daya
alam dan komponen kompensasi pemulihan, peruntukan
dan pengelolaan, yang ditetapkan sebagai berikut :

No. KOMPONEN
1. Sumber Daya Alam
2. Kompensasi Pemulihan Peruntukan dan Pengelolaan

Pasal 10
(1) Faktor nilai merupakan hasil penjumlahan nilai indeks
komponen sumber daya alam sebagaimana dimaksud
dalam pasal 6 ayat (3) dan nilai indeks komponen
kompensasi untuk masing-masing zona, peruntukan
(jenis pemanfaatan) dan kelompok volume
pengambilan air sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
ayat (3), setelah dikalikan bobot masing-masing
komponen sebagaimana dimaksud dalam pasal 9.
(2) Faktor nilai air untuk masing-masing zona, ditetapkan
dengan menggunakan tabel sebagai berikut :
30

Volume Pengambilan ( M
No Peruntukan 0-50 51- 501- 1001-
500 1000 2500
1 2 3 4 5 6
a. Zona A (Aman)
1 Sosial/Non Niaga 1,450 1,458 1,466 1,474
2 Niaga Kecil 1,640 1,660 1,680 1,700
3 Niaga Sedang 2,00 2,02 2,04 2,06
4 Niaga Besar 3,00 3,02 3,06 3,12
5 Industri Kecil 2,15 2,17 2,19 2,21
6 Industri Sedang 2,40 2,43 2,46 2,49
7 Industri Besar 3,10 3,13 3,16 3,19
8 Pertanian 1,85 1,87 1,89 1,91
9 Perusahaan 2,70 2,72 2,74 2,76
Penjual Air Non
PDAM
10 Perusahaan 2,70 2,72 2,74 2,76
Penjual Air Kerja
sama dengan
PDAM
b. Zona B ( Rawan )
31

1 Sosial/Non Niaga 1,75 1,77 1,79 1,81


2 Niaga Kecil 2,15 2,19 2,23 2,27
3 Niaga Sedang 2,35 2,39 2,43 2,47
4 Niaga Besar 3,40 3,48 3,56 3,64
5 Industri Kecil 2,55 2,59 2,63 2,67
6 Industri Sedang 2,75 2,81 2,87 2,93
7 Industri Besar 3,60 3,68 3,76 3,84
8 Pertanian 2,15 2,19 2,23 2,27
9 Perusahaan 3,16 3,20 3,24 3,32
Penjual Air Non
PDAM
10 Perusahaan 3,16 3,20 3,24 3,32
Penjual Air Kerja
sama dengan
PDAM
c. Zona C ( Kritis )
1 Sosial/Non Niaga 2,05 2,09 2,13 2,17
2 Niaga Kecil 2,45 2,55 2,65 2,75
3 Niaga Sedang 2,85 2,93 3,01 3,09
4 Niaga Besar 5,20 5,32 5,44 5,56
5 Industri Kecil 3,09 3,17 3,25 3,33
6 Industri Sedang 3,85 3,95 4,05 4,15
7 Industri Besar 4,85 5,01 5,17 5,33
32

8 Pertanian 2,45 2,53 2,61 2,69


9 Perusahaan 4,05 4,17 4,29 4,41
Penjual Air Non
PDAM
10 Perusahaan 4,05 4,17 4,29 4,41
Penjual Air Kerja
sama dengan
PDAM

Volume Pengambilan ( M
No Peruntukan 0-50 51- 501- 1001-
500 1000 2500
1 2 3 4 5 6
d. Zona D ( Rusak )
1 Sosial/Non Niaga 2,20 2,24 2,28 2,32
2 Niaga Kecil 2,60 2,70 2,80 2,90
3 Niaga Sedang 3,00 3,08 3,16 3,24
4 Niaga Besar 5,50 5,62 5,74 5,86
5 Industri Kecil 3,24 3,32 3,40 3,48
6 Industri Sedang 4,00 4,10 4,20 4,30
7 Industri Besar 5,00 5,16 5,32 5,48
33

8 Pertanian 2,60 2,68 2,76 2,84


9 Perusahaan 4,20 4,32 4,44 4,56
Penjual Air Non
PDAM
10 Perusahaan 4,20 4,32 4,44 4,56
Penjual Air Kerja
sama dengan
PDAM

Pasal 11
(1) Harga Air Baku (HAB) merupakan faktor yang
berkaitan dengan besarnya nilai investasi yang
ditanamkan dalam rangka melakukan pengambilan air
tanah.
(2) Perhitungan Harga Air Baku (HAB) ditentukan
berdasarkan penjumlahan biaya eksploitasi air tanah
(pemboran) ditambah dengan biaya perawatan selama
5 (lima) tahun dibagi dengan volume pengambilan air
selama 5 (lima) tahun.
(3) Harga Air Baku (HAB) untuk wilayah Kabupaten
Blitar ditentukan sebesar Rp.500,00 (lima ratus
rupiah) per meter Kubik.

Pasal 12
34

(1) Pendataan pengambilan dan pemanfaatan air tanah


dilaksanakan oleh dinas terkait.
(2) Pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi :
a. lokasi titik air;
b. kualitas air setiap titik sumur;
c. informasi jaringan sumber alternatif;
d. jenis sumber air yang digunakan;
e. jenis pemanfaatan air;
f. volume pengambilan air.
(3) Untuk menentukan kualitas air sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan pengujian terhadap
contoh air di laboratorium yang ditunjuk dan
ditetapkan dinas terkait.

Pasal 13
(1) Nilai Perolehan Air dihitung terhadap setiap titik
pengambilan air dengan cara mengalikan Harga Dasar
Air dengan Volume Pengambilan Air yang ditetapkan
secara progresif.
(2) Harga Dasar Air diperoleh dari hasil perkalian antara
Harga Air Baku dengan Faktor Nilai Air.
Pasal 14
35

Harga Dasar Air sebagaimana dimaksud dalam pasal 13


ayat (2) dapat diperhitungkan melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut :
a. menentukan nilai komponen Sumber Daya Alam (SDA),
sesuai zona pengambilan air dengan cara sebagai
berikut :
1. Untuk Zona Aman ( A ) :
F (SDA_ZA) = Nilai Indeks pada Zona Pengambilana A
+ Kualitas Air pada Zona Pengambilan A + Sumber Air
Alternatif pada Zona Pengambilan A;
2. Untuk Zona Rawan ( B ) :
F (SDA_ZB) = Nilai Indeks pada Zona Pengambilan B
+ Kualitas Air pada Zona Pengambilan B + Sumber
Air Alternatif pada Zona Pengambilan B;
3. Untuk Zona Kritis ( C ) :
F (SDA_ZC) = Nilai Indeks pada Zona Pengambilan C +
Kualitas Air pada Zona Pengambilan C + Sumber Air
Alternatif pada Zona Pengambilan C;
4. Untuk Zona Rusak ( D ) :
F (SDA_ZD) = Nilai Indeks pada Zona Pengambilan D
+ Kualitas Air pada Zona Pengambilan D + Sumber
Air Alternatif pada Zona Pengambilan D;
b. menentukan nilai indeks Komponen Kompensasi
Pemulihan (KKP) untuk setiap peruntukan sesuai
dengan kriteria titik pengambilan air.
36

c. menentukan bobot Komponen Harga Dasar Air


( KHDA ) :
1. KHDA_SDA = 60 %
2. KHDA_KKP = 40 %
d. menghitung Faktor Nilai Air ( FNA ) :
Faktor Nilai Air untuk masing-masing zona pengambilan
air ditentukan dengan cara menjumlahkan Nilai
Komponen Sumber Daya Alam dan Nilai Komponen
Kompensasi Pemulihan setelah masing-masing
komponen dikalikan dengan bobot Komponen Harga
Dasar Air untuk sumber daya alam dan Kompensasi
Pemulihan :
1. FNA_ZA = (F(SDA_ZA) x KHDA_SDA) + (F(KKP_ZA) x
KHDA_KKP);
2. FNA_ZB = (F(SDA_ZB) x KHDA_SDA) + (F(KKP_ZB)
x KHDA_KKP);
3. FNA_ZC = (F(SDA_ZC) x KHDA_SDA) + (F(KKP_ZC)
x KHDA_KKP);
4. FNA_ZD = (F(SDA_ZD) x KHDA_SDA) + (F(KKP_ZD)
x KHDA_KKP);
e. menghitung Harga Dasar Air ( HAD ).
f. harga dasar air untuk masing-masing kelompok
pengambilan air ditentukan dengan cara mengalikan
Faktor Nilai Air dengan Harga Air Baku (HAB) :
1. HDA_ZA : FNA_ZA x HAB;
37

2. HDA_ZB : FNA_ZB x HAB;


3. HDA_ZC : FNA_ZC x HAB;
4. HAD_ZD : FNA_ZD x HAB;
g. untuk memperoleh nilai perolehan air, masing-masing
harga dasar air tersebut diatas dikalikan dengan
kelompok volume pengambilannya.

Pasal 15
Pengaturan zona pengambilan air tanah dan batas wilayah
administrasi ditetapkan sebagai berikut :
a. penetapan zona pengambilan air tanah ditetapkan oleh
dinas teknis;
b. batas wilayah administrasi zona pengambilan air tanah
adalah kecamatan;
c. bilamana terjadi pemekaran wilayah kecamatan, maka
yang menjadi dasar penetapan zona pengambilan air
tanah adalah kecamatan induk atau ditetapkan oleh
dinas teknis;
d. batas zona pengambilan air tanah dapat berubah
berdasarkan hasil penelitian dan kajian oleh dinas
teknis.

BAB V
PENDATAAN PENGAMBILAN DAN/ATAU PEMANFAATAN
AIR TANAH
38

Pasal 16
(1) Pendataan pengambilan dan/atau pemanfaatan air
tanah dilakukan setiap bulan.
(2) Untuk pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah
pendataan dilakukan oleh petugas Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah dan instansi
terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing.
(3) Ketidakhadiran sebagian petugas sebagaimana
tersebut pada ayaat (2) tidak menunda pelaksanaan
pendataan.

BAB VI
PENETAPAN VOLUME PENGAMBILAN DAN/ATAU
PEMANFAATAN AIR TANAH
Pasal 17
(1) Penetapan volume pengambilan dan/atau
pemanfaatan air tanah dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah
berdasarkan hasil pendataan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 ayat (2) huruf b.
(2) Dalam hal batas waktu sebagaimana dimaksud
adalam pasal 5 ayat (2) tidak terpenuhi volume
pengambilan dan/atau pemanfaatan air ditetapkan
oleh Kepala Dinas.
BAB VII
39

SURAT PEMBAYARAN TAGIHAN PAJAK DAERAH


Pasal 18
(1) Setiap pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah
oleh orang pribadi atau badan wajib mendaftar dan
mengisi formulir SPTPD.
(2) SPTPD harus diisi dengan jelas, benar daan lengkap
serta ditandatangani oleh wajib pajak atau orang yang
diberi kuasa olehnya.
(3) Apabila terjadi perubahan data, volume air yang
diambil, wajib pajak wajib melaporkan kepada Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah
dengan mengisi SPTPD.

Pasal 19
SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (10,
ayat (2) dan ayat (3) harus disampaikan kepada Kepala
Dinas, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah
berakhirnya masa pajak.

Pasal 20
Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu)
bulan kalender.

BAB VIII
KETETAPAN PAJAK
40

Pasal 21
Berdasarkan SPTPD yang telah diterima, Kepala Dinas
menetapkan Pajak Air Tanah dengan menerbitkan SKPD.

Pasal 22
(1) Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20 % (dua
puluh persen).
(2) Nilai Perolehan Air adalah hasil perkalian dari volume
air dengan Harga Dasar Air, sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
(3) Besarnya Pajak Air Tanah yang terutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dengan Nilai Perolehan Air sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2).

BAB IX
PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN
Pasal 23
(1) Wajib pajak harus membayar Pajak Air Tanah sebesar
yang tercantum dalam SKPD.
(2) Pajak Air Tanah harus dibayar selambat-lambatnya 1
(satu) bulan sejak diterbitkannya SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT, dan STPD, Surat Keputusan Pembetulan,
41

Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding


yang menyebabkan jumlah pajak terutang bertambah.
(3) Pembayaran Pajak Air Tanah dilakukan pada
Bendahara Penerimaan Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Asset Daerah atau Bank Jatim selaku
Kas Daerah Kabupaten Blitar dan dinayatakan lunas
jika telah disahkan/validasi kas register atau
cap/tanda tangan pejabat yang berwenang.
Pasal 24
(1) Dalam hal wajib pajak akan mengangsur atau
menunda pembayaran Pajak Air Tanah, harus
mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Kepala Dinas dengan menyebutkan alasan yang tepat.
(2) Permohonan untuk mengangsur atau menunda
pembayaran Pajak Air Tanah diajukan selambat-
lambatnya pada waktu penyampaian SPTPD.
(3) Tata cara permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas.
Pasal 25
Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset
Daerah dapat menerbitkan SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD
apabila :
a. terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah
tulis, dan/atau salah hitung;
b. pajak air tanah yang saat jatuh tempo pembayaran tidak
dibayar atau kurang dibayar;
42

c. wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa


bunga.

BAB X
PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN
PENETAPAN DAN
PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI
ADMINISTRASI
Pasal 26
(1) Dalam terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung
dan/atau kekeliruan dalam penerapan Peraturan
Perundang-undangan, Kepala Dinas dapat
menerbitkan Surat Keputusan Pembetulan.
(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan
ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi
administrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan
STPD harus disampaikan secara tertulis oleh wajib
pajak kepada Kepala Dinas, selambat-lambatnya 1
(satu) bulan sejak tanggal diterima SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT dan STPD denga memberikan alasan yang
jelas.
(3) Kepala Dinas paling lama 3 (tiga) bulan sejak
diterimanya surat permohonan dimaksud pada ayat
(2), harus mengeluarkan Surat Keputusan.
43

(4) Dalam hal tenggang waktu sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) Kepala Dinas tidak memberikan jawaban
dianggap dikabulkan.

BAB XI
KERINGANAN, PENGURANGAN DAN PEMBEBASAN
Pasal 27
(1) Wajib pajak dapat mengajukan permohonan
keringanan, pengurangan dan pembebasan Pajak Air
Tanah.
(2) Permohonan dimaksud pada ayat (1) harus diajukan
kepada Kepala Dinas paling lama 1 (satu) bulan sejak
tanggal diterimanya SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan
STPD.
(3) Kepala Dinas paling lama 3 (tiga) bulan sejak
diterimanya surat permohonan dimaksud pada ayat (2)
harus sudah mengeluarkan Surat Keputusan.
(4) Dalam hal tenggang waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) Kepala Dinas tidak memberikan jawaban
dianggap dikabulkan.

BAB XII
KEBERATAN
Pasal 28
44

(1) Permohonan keberatan paling lama 3 (tiga) bulan sejak


diterimanya SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD
dan disampaikan kepada Kepala Dinas secara tertulis
dengan disertai alasan yang jelas.
(2) Paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat
keberatan diterima, Kepala Dinas harus sudah
memberi Surat Keputusan atas keberatan yang
diajukan.
(3) Dalam hal tenggang waktu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) Kepala Dinas tidak memberikan
jawaban dianggap dikabulkan.

BAB XIII
PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
Pasal 29
Kepala Dinas dapat mengajukan penghapusan piutang pajak kepada
Bupati, dalam hal ini :
a. Piutang pajak tidak dapat ditagih lagi;
b. Alasan lain demi kelancaran pemungutan pajak daerah.

BAB XIV
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 30
Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
dapat diajukan oleh wajib pajak kepada Kepala Dinas.
45

BAB V
PEMERIKSAAN
Pasal 31
(1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam
rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah.
(2) Pelaksanaan pemeriksaan dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan Kepala Dinas.
(3) Pemeriksaan dilakukan dengan cara mendatangi
tempat tinggal wajib pajak atau pada tempat-tempat
lain oleh PPNS dan/atau PPNS bersama-sama POLRI.

BAB XVII
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 32
(1) Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset
Daerah selaku perangkat daerah yang melaksanakan
tugas pemungutan pajak diberikan insentif atas dasar
pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
46

(3) Pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini,
sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih
lanjut oleh Kepala Dinas.
Pasal 34
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Blitar.
Ditetapka
n di Blitar
pada
tanggal
21
Desember
2012
47

BUPATI
BLITAR,

HERRY
NOEGRO
HO
Diundangkan di Blitar
pada tanggal 21 Desember 2012
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BLITAR,

PALAL ALI SANTOSO


BERITA DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2012
NOMOR : 41/C
48

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI BLITAR


Nomor :
Tanggal :

HARGA DASAR AIR TANAH PER ZONA

ZONA A ( AMAN )
NO KELOMPOK PEMAKAI AIR 0-50 51-500 501- 1001- 2501- >5001
1000 2500 5000
1 2 3 4 5 6 7 8
I Kelompok Non Niaga
1. Rumah Tangga 725 729 733 737 741 745
2. Instansi Pemerintah (Kantor/Rumah Sakit/Konsul/Perwakilan Asing/Perguiruan 865 870 875 880 885 890
Tinggi
3. Instansi Non Pemerintah 865 870 875 880 885 890
4. Asrama Badan Sosial/Rumah Ibadah/Panti Asuhan/Terminal Bus/Stasiun 865 870 875 880 885 890
Kereta Api/Pasar
II Kelompok Niaga
II.A. Niaga Kecil
1. Usaha kecil yang berada dalam rumah tangga/rumah kost 820 830 840 850 860 870
2. Usaha kecil/hotel melati/losmen/rumah sakit 979 991 1003 1015 1027 1039
swasta/poliklinik/laboratorium
3. Praktek Dokter 979 991 1003 1015 1027 1039
4. Pengacara/Notaris 979 991 1003 1015 1027 1039
5. Rumah Makan/Katering/Billiard/Bowling/Gedung Pertemuan/Pondok 979 991 1003 1015 1027 1039
49

Wisata
6. Niaga Kecil Lainnya 979 991 1003 1015 1027 1039
II.B. Niaga Sedang
1. Hotel Bintang 1, 2, 3 1000 1010 1020 1030 1040 1050
2. Steambath/Salon 1194 1206 1218 1230 1242 1254
3. Bank 1194 1206 1218 1230 1242 1254
4. Jasa Kantor 1194 1206 1218 1230 1242 1254
5. Service Station/Bengkel/Cuci Mobil/Cuci Motor 1194 1206 1218 1230 1242 1254
6. Perdagangan/Grosir/Pertokoan/SPBU 1194 1206 1218 1230 1242 1254
7. Niaga Sedang Lainnya 1194 1206 1218 1230 1242 1254
II.C. Niaga Besar
1. Real Estate/Perumahan/Lapangan Golf/Kolam Renang/Fitness Center/GOR 1500 1510 1530 1560 1600 1650
2. Hotel Bintang 4 dan 5/Apartemen 1791 1803 1827 1863 1911 1971
3. Pelabuhan Udara/Pelabuhan Laut 1791 1803 1827 1863 1911 1971
4. Niaga Besar Lainnya 1791 1803 1827 1863 1911 1971

1 2 3 4 5 6 7 8
III Kelompok Industri
III.A. Industri Kecil
1. Industri Rumah Tangga 1075 1087 1099 1111 1123 1135
2. Pengrajin 1284 1298 1312 1326 1340 1354
3. Sanggar Seni 1284 1298 1312 1326 1340 1354
4. Usaha Konveksi 1284 1298 1312 1326 1340 1354
50

5. Industri Pertambangan Skala Kecil 1284 1298 1312 1326 1340 1354
6. Industri Kecil Lainnya 1284 1298 1312 1326 1340 1354
III.B. Industri Sedang
1. Pabrik Es 1200 1216 1232 1248 1264 1280
2. Pabrik Makanan 1433 1452 1471 1490 1509 1528
3. Industri Kimia/Obat-obatan/Kosmetik/Plastik 1433 1452 1471 1490 1509 1528
4. Pabik Mesin/Elektronik/Otomotif 1433 1452 1471 1490 1509 1528
5. Pengolahan Logam 1433 1452 1471 1490 1509 1528
6. Pabrik Tektil/Garmen/Kulit/Sepatu 1433 1452 1471 1490 1509 1528
7. Pabrik Keramik/Gelas dan sejenisnya 1433 1452 1471 1490 1509 1528
8. Industri Pengolahan Kertas/Pulp 1433 1452 1471 1490 1509 1528
9. Agro Industri 1433 1452 1471 1490 1509 1528
10. Industri sedang lainnya 1433 1452 1471 1490 1509 1528
III.C. Industri Besar
1. Industri Air Minum Dalam Kemasan ( AMDK ) 1550 1566 1582 1598 1614 1630
2. Pabrik Rokok 1851 1870 1889 1908 1927 1946
3. Industri Besar Lainnya 1851 1870 1889 1908 1927 1946
IV Kelompok Pertanian
1. Perkebunan 925 933 941 949 957 965
2. Perikanan 1104 1114 1124 1134 1144 1154
3. Peternakan 1104 1114 1124 1134 1144 1154
V Kelompok Perusahaan Penjual Air Non PDAM
1. Kawasan Industri 1350 1362 1374 1386 1398 1410
51

2. Perusahaan Pembangunan Perumahan/Industri 1612 1626 1640 1654 1668 1682


3. Penjualan Air Lainnya 1612 1626 1640 1654 1668 1682
VI Perusahaan Daerah Air Minum
VII Kelompok Perusahaan Penjual Air Kerjasama dengan PDAM 1350 1362 1374 1386 1398 1410
VIII PLTA/Perusahaan Listrik/Pertambangan

ZONA B ( RAWAN )
NO KELOMPOK PEMAKAI AIR 0-50 51-500 501- 1001- 2501- >5001
1000 2500 5000
1 2 3 4 5 6 7 8
I Kelompok Non Niaga
1. Rumah Tangga 875 885 895 905 915 925
2. Instansi Pemerintah (Kantor/Rumah Sakit/Konsul/Perwakilan Asing/Perguiruan 1045 1057 1069 1081 1093 1105
Tinggi
3. Instansi Non Pemerintah 1045 1057 1069 1081 1093 1105
4. Asrama Badan Sosial/Rumah Ibadah/Panti Asuhan/Terminal Bus/Stasiun 1045 1057 1069 1081 1093 1105
Kereta Api/Pasar
II Kelompok Niaga
II.A. Niaga Kecil
1. Usaha kecil yang berada dalam rumah tangga/rumah kost 1075 1095 1115 1135 1155 1175
2. Usaha Kecil/Hotel Melati/Losmen/Rumah Sakit 1284 1307 1330 1353 1376 1399
Swasta/Poliklinik/Laboratorium
3. Praktek Dokter 1284 1307 1330 1353 1376 1399
52

4. Pengacara/Notaris 1284 1307 1330 1353 1376 1399


5. Rumah Makan/Katering/Billiard/Bowling/Gedung Pertemuan/Pondok 1284 1307 1330 1353 1376 1399
Wisata
6. Niaga Kecil Lainnya 1284 1307 1330 1353 1376 1399
II.B. Niaga Sedang
1. Hotel Bintang 1, 2, 3 1175 1195 1215 1235 1255 1275
2. Steambath/Salon 1403 1427 1451 1475 1499 1523
3. Bank 1403 1427 1451 1475 1499 1523
4. Jasa Kantor 1403 1427 1451 1475 1499 1523
5. Service Station/Bengkel/Cuci Mobil/Cuci Motor 1403 1427 1451 1475 1499 1523
6. Perdagangan/Grosir/Pertokoan/SPBU 1403 1427 1451 1475 1499 1523
7. Niaga Sedang Lainnya 1403 1427 1451 1475 1499 1523
II.C. Niaga Besar
1. Real Estate/Perumahan/Lapangan Golf/Kolam Renang/Fitness Center/GOR 1700 1740 1780 1820 1860 1900
2. Hotel Bintang 4 dan 5/Apartemen 2030 2078 2126 2174 2222 2270
3. Pelabuhan Udara/Pelabuhan Laut 2030 2078 2126 2174 2222 2270
4. Niaga Besar Lainnya 2030 2078 2126 2174 2222 2270
III Kelompok Industri
III.A. Industri Kecil
1. Industri Rumah Tangga 1275 1295 1315 1335 1355 1375
2. Pengrajin 1522 1546 1570 1594 1618 1642
3. Sanggar Seni 1522 1546 1570 1594 1618 1642
4. Usaha Konveksi 1522 1546 1570 1594 1618 1642
53

5. Industri Pertambangan Skala Kecil 1522 1546 1570 1594 1618 1642
6. Industri Kecil Lainnya 1522 1546 1570 1594 1618 1642

1 2 3 4 5 6 7 8
III.B. Industri Sedang
1. Pabrik Es 1375 1405 1435 1465 1495 1525
2. Pabrik Makanan 1642 1678 1714 1750 1786 1822
3. Industri Kimia/Obat-obatan/Kosmetik/Plastik 1642 1678 1714 1750 1786 1822
4. Pabik Mesin/Elektronik/Otomotif 1642 1678 1714 1750 1786 1822
5. Pengolahan Logam 1642 1678 1714 1750 1786 1822
6. Pabrik Tektil/Garmen/Kulit/Sepatu 1642 1678 1714 1750 1786 1822
7. Pabrik Keramik/Gelas dan sejenisnya 1642 1678 1714 1750 1786 1822
8. Industri Pengolahan Kertas/Pulp 1642 1678 1714 1750 1786 1822
9. Agro Industri 1642 1678 1714 1750 1786 1822
10. Industri sedang lainnya 1642 1678 1714 1750 1786 1822
III.C. Industri Besar
1. Industri Air Minum Dalam Kemasan ( AMDK ) 1800 1840 1880 1920 1960 2000
2. Pabrik Rokok 2149 2197 2245 2293 2341 2389
3. Industri Besar Lainnya 2149 2197 2245 2293 2341 2389
IV Kelompok Pertanian
1. Perkebunan 1075 1095 1115 1135 1155 1175
2. Perikanan 1284 1307 1330 1353 1376 1399
3. Peternakan 1284 1307 1330 1353 1376 1399
54

V Kelompok Perusahaan Penjual Air Non PDAM


1. Kawasan Industri 1580 1600 1620 1640 1660 1680
2. Perusahaan Pembangunan Perumahan/Industri 1885 1910 1935 1960 1985 2010
3. Penjualan Air Lainnya 1885 1910 1935 1960 1985 2010
VI Perusahaan Daerah Air Minum
VII Kelompok Perusahaan Penjual Air Kerjasama dengan PDAM 1580 1605 1630 1655 1680 1705
VIII PLTA/Perusahaan Listrik/Pertambangan

ZONA C ( KRITIS )
NO KELOMPOK PEMAKAI AIR 0-50 51-500 501- 1001- 2501- >5001
1000 2500 5000
1 2 3 4 5 6 7 8
I Kelompok Non Niaga
1. Rumah Tangga 1025 1045 1065 1085 1105 1125
2. Instansi Pemerintah (Kantor/Rumah Sakit/Konsul/Perwakilan Asing/Perguiruan 1224 1248 1272 1296 1320 1344
Tinggi
3. Instansi Non Pemerintah 1224 1248 1272 1296 1320 1344
4. Asrama Badan Sosial/Rumah Ibadah/Panti Asuhan/Terminal Bus/Stasiun 1224 1248 1272 1296 1320 1344
Kereta Api/Pasar

2 3 4 5 6 7 8
II Kelompok Niaga
II.A. Niaga Kecil
1. Usaha kecil yang berada dalam rumah tangga/rumah kost 1225 1275 1325 1375 1425 1475
55

2. Usaha kecil/hotel melati/losmen/rumah sakit 1463 1523 1583 1643 1703 1763
swasta/poliklinik/laboratorium
3. Praktek Dokter 1463 1523 1583 1643 1703 1763
4. Pengacara/Notaris 1463 1523 1583 1643 1703 1763
5. Rumah Makan/Katering/Billiard/Bowling/Gedung Pertemuan/Pondok 1463 1523 1583 1643 1703 1763
Wisata
6. Niaga Kecil Lainnya 1463 1523 1583 1643 1703 1763
II.B. Niaga Sedang
1. Hotel Bintang 1, 2, 3 1425 1465 1505 1545 1585 1625
2. Steambath/Salon 1701 1749 1797 1845 1893 1941
3. Bank 1701 1749 1797 1845 1893 1941
4. Jasa Kantor 1701 1749 1797 1845 1893 1941
5. Service Station/Bengkel/Cuci Mobil/Cuci Motor 1701 1749 1797 1845 1893 1941
6. Perdagangan/Grosir/Pertokoan/SPBU 1701 1749 1797 1845 1893 1941
7. Niaga Sedang Lainnya 1701 1749 1797 1845 1893 1941
II.C. Niaga Besar
1. Real Estate/Perumahan/Lapangan Golf/Kolam Renang/Fitness Center/GOR 2600 2660 2720 2780 2840 2900
2. Hotel Bintang 4 dan 5/Apartemen 3104 3176 3248 3320 3392 3464
3. Pelabuhan Udara/Pelabuhan Laut 3104 3176 3248 3320 3392 3464
4. Niaga Besar Lainnya 3104 3176 3248 3320 3392 3464
III Kelompok Industri
III.A. Industri Kecil
1. Industri Rumah Tangga 1545 1585 1625 1665 1705 1745
2. Pengrajin 1845 1893 1941 1989 2037 2085
56

3. Sanggar Seni 1845 1893 1941 1989 2037 2085


4. Usaha Konveksi 1845 1893 1941 1989 2037 2085
5. Industri Pertambangan Skala Kecil 1845 1893 1941 1989 2037 2085
6. Industri Kecil Lainnya 1845 1893 1941 1989 2037 2085
III.B. Industri Sedang
1. Pabrik Es 1925 1975 2025 2075 2125 2175
2. Pabrik Makanan 2298 2358 2418 2478 2538 2598
3. Industri Kimia/Obat-obatan/Kosmetik/Plastik 2298 2358 2418 2478 2538 2598
4. Pabik Mesin/Elektronik/Otomotif 2298 2358 2418 2478 2538 2598
5. Pengolahan Logam 2298 2358 2418 2478 2538 2598
6. Pabrik Tektil/Garmen/Kulit/Sepatu 2298 2358 2418 2478 2538 2598

1 2 3 4 5 6 7 8
7. Pabrik Keramik/Gelas dan sejenisnya 2298 2358 2418 2478 2538 2598
8. Industri Pengolahan Kertas/Pulp 2298 2358 2418 2478 2538 2598
9. Agro Industri 2298 2358 2418 2478 2538 2598
10. Industri sedang lainnya 2298 2358 2418 2478 2538 2598
III.C. Industri Besar
1. Industri Air Minum Dalam Kemasan ( AMDK ) 2425 2505 2585 2665 2745 2825
2. Pabrik Rokok 2895 2990 3085 3180 3275 3370
3. Industri Besar Lainnya 2895 2990 3085 3180 3275 3370
IV Kelompok Pertanian
1. Perkebunan 1225 1265 1305 1345 1385 1425
57

2. Perikanan 1460 1508 1556 1604 1652 1700


3. Peternakan 1460 1508 1556 1604 1652 1700
V Kelompok Perusahaan Penjual Air Non PDAM
1. Kawasan Industri 2025 2085 2145 2205 2265 2325
2. Perusahaan Pembangunan Perumahan/Industri 2418 2488 2558 2628 2698 2768
3. Penjualan Air Lainnya 2418 2488 2558 2628 2698 2768
VI Perusahaan Daerah Air Minum
VII Kelompok Perusahaan Penjual Air Kerjasama dengan PDAM 2025 2085 2145 2205 2265 2325
VIII PLTA/Perusahaan Listrik/Pertambangan

ZONA D ( RUSAK )
NO KELOMPOK PEMAKAI AIR 0-50 51-500 501- 1001- 2501- >5001
1000 2500 5000
1 2 3 4 5 6 7 8
I Kelompok Non Niaga
1. Rumah Tangga 1100 1120 1140 1160 1180 1200
2. Instansi Pemerintah (Kantor/Rumah Sakit/Konsul/Perwakilan Asing/Perguiruan 1313 1337 1361 1385 1409 1433
Tinggi
3. Instansi Non Pemerintah 1313 1337 1361 1385 1409 1433
4. Asrama Badan Sosial/Rumah Ibadah/Panti Asuhan/Terminal Bus/Stasiun 1313 1337 1361 1385 1409 1433
Kereta Api/Pasar
II Kelompok Niaga
II.A. Niaga Kecil
1. Usaha kecil yang berada dalam rumah tangga/rumah kost 1300 1350 1400 1450 1500 1550
58

2. Usaha kecil/hotel melati/losmen/rumah sakit 1552 1612 1672 1732 1792 1852
swasta/poliklinik/laboratorium
3. Praktek Dokter 1552 1612 1672 1732 1792 1852
4. Pengacara/Notaris 1552 1612 1672 1732 1792 1852
5. Rumah Makan/Katering/Billiard/Bowling/Gedung Pertemuan/Pondok 1552 1612 1672 1732 1792 1852
Wisata

1 2 3 4 5 6 7 8
6. Niaga Kecil Lainnya 1552 1612 1672 1732 1792 1852
II.B. Niaga Sedang
1. Hotel Bintang 1, 2, 3 1500 1540 1580 1620 1660 1700
2. Steambath/Salon 1790 1838 1886 1934 1982 2030
3. Bank 1790 1838 1886 1934 1982 2030
4. Jasa Kantor 1790 1838 1886 1934 1982 2030
5. Service Station/Bengkel/Cuci Mobil/Cuci Motor 1790 1838 1886 1934 1982 2030
6. Perdagangan/Grosir/Pertokoan/SPBU 1790 1838 1886 1934 1982 2030
7. Niaga Sedang Lainnya 1790 1838 1886 1934 1982 2030
II.C. Niaga Besar
1. Real Estate/Perumahan/Lapangan Golf/Kolam Renang/Fitness Center/GOR 2750 2810 2870 2930 2990 3050
2. Hotel Bintang 4 dan 5/Apartemen 3284 3356 3428 3500 3572 3644
3. Pelabuhan Udara/Pelabuhan Laut 3284 3356 3428 3500 3572 3644
4. Niaga Besar Lainnya 3284 3356 3428 3500 3572 3644
III Kelompok Industri
59

III.A. Industri Kecil


1. Industri Rumah Tangga 1620 1660 1700 1740 1780 1820
2. Pengrajin 1934 1982 2030 2078 2126 2174
3. Sanggar Seni 1934 1982 2030 2078 2126 2174
4. Usaha Konveksi 1934 1982 2030 2078 2126 2174
5. Industri Pertambangan Skala Kecil 1934 1982 2030 2078 2126 2174
6. Industri Kecil Lainnya 1934 1982 2030 2078 2126 2174
III.B. Industri Sedang
1. Pabrik Es 2000 2050 2100 2150 2200 2250
2. Pabrik Makanan 2388 2448 2508 2568 2628 2688
3. Industri Kimia/Obat-obatan/Kosmetik/Plastik 2388 2448 2508 2568 2628 2688
4. Pabik Mesin/Elektronik/Otomotif 2388 2448 2508 2568 2628 2688
5. Pengolahan Logam 2388 2448 2508 2568 2628 2688
6. Pabrik Tektil/Garmen/Kulit/Sepatu 2388 2448 2508 2568 2628 2688
7. Pabrik Keramik/Gelas dan sejenisnya 2388 2448 2508 2568 2628 2688
8. Industri Pengolahan Kertas/Pulp 2388 2448 2508 2568 2628 2688
9. Agro Industri 2388 2448 2508 2568 2628 2688
10. Industri sedang lainnya 2388 2448 2508 2568 2628 2688
III.C. Industri Besar
1. Industri Air Minum Dalam Kemasan ( AMDK ) 2500 2580 2660 2740 2820 2900
2. Pabrik Rokok 2985 3080 3175 3270 3365 3460
3. Industri Besar Lainnya 2985 3080 3175 3270 3365 3460
60

1 2 3 4 5 6 7 8
IV Kelompok Pertanian
1. Perkebunan 1300 1340 1380 1420 1460 1500
2. Perikanan 1552 1600 1648 1696 1744 1792
3. Peternakan 1552 1600 1648 1696 1744 1792
V Kelompok Perusahaan Penjual Air Non PDAM
1. Kawasan Industri 2100 2160 2220 2280 2340 2400
2. Perusahaan Pembangunan Perumahan/Industri 2507 2579 2651 2723 2795 2867
3. Penjualan Air Lainnya 2507 2579 2651 2723 2795 2867
VI Perusahaan Daerah Air Minum
VII Kelompok Perusahaan Penjual Air Kerjasama dengan PDAM 2100 2160 2220 2280 2340 2400
VIII PLTA/Perusahaan Listrik/Pertambangan

BUPATI BLITAR,

HERRY NOEGROHO
61

LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI BLITAR


NOMOR :
TANGGAL :

KECAMATAN MENURUT ZONA PENGAMBILAN AIR TANAH


DI KABUPATEN BLITAR

NO Z O N A KECAMATAN
1 AMAN DOKO
WLINGI
TALUN
GARUM
KESAMBEN
SELOREJO
SELOPURO
KANIGORO
SUTOJAYAN
NGLEGOK
GANDUSARI
SANANKULON SEBAGIAN
SRENGAT SEBAGIAN
WONODADI SEBAGIAN
UDANAWU SEBAGIAN
PONGGOK SEBAGIAN
KADEMANGAN SEBAGIAN
2 RAWAN SANANKULON SEBAGIAN
SRENGAT SEBAGIAN
WONODADI SEBAGIAN
UDANAWU SEBAGIAN
PONGGOK SEBAGIAN
3 KRITIS BAKUNG
WATES
WONOTIRTO
PANGGUNGREJO
BINANGUN
KADEMANGAN SEBAGIAN

BUPATI BLITAR,
62

HERRY NOEGROHO

Anda mungkin juga menyukai