Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH VIROLOGI

“Pemeriksaan Hepatitis Secara Serologi


Metode Tes Aglutinasi (Anti - Hbs)”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3
1. Ahmad Ihsan Septiawandy (PO.71.34.2.20.001)
2. Arifatul Fauza (PO.71.34.2.20.005)
3. Dalyani Pratiwi Ramdini (PO.71.34.2.20.038)
4. Liana Alfiyyah (PO.71.34.2.20.12)
5. Maulaya Hakimmah (PO.71.34.2.20.013)
6. Rachma Dhini Swarsa (PO.71.34.2.20.021)
7. Tri Rahma Okta Ramadhan (PO.71.34.2.20.027)

DOSEN PEMBIMBING :
Drs. Refai, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATURIUM MEDIS
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pemeriksaan Hepatitis Secara Serologi Metode Tes Aglutinasi (Anti - Hbs)”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang pemeriksaan Hepatitis secara
serologi metode tes aglutinasi (Anti - Hbs) dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Palembang, 11 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5

1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................5

2.1 Pengertian Hepatitis B.................................................................................................................5

2.2 Epidemiologi Hepatitis B.............................................................................................................6

2.3 Komposisi dan Struktur Virus.....................................................................................................6

2.4 Cara Penularan Virus Hepatitis B................................................................................................7

2.5 Diagnosis Hepatitis B..................................................................................................................7

2.6 Penanda Serologi Hepatitis B......................................................................................................8

2.7 Pengertian Hepatitis Anti Hbs....................................................................................................10

2.8 Test anti-HBs.............................................................................................................................10

2.9 Prinsip Hepatitis Anti Hbs.........................................................................................................12

2.10 Alat Kerja................................................................................................................................12

2.11 Reagen Kerja...........................................................................................................................12

2.12 Prosedur Kerja.........................................................................................................................12

2.13 Interpretasi Hasil......................................................................................................................13

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan................................................................................................................................13

3.2 Saran..........................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit hepar yang disebabkan HBV dapat bersifat akut maupun kronik. Ketika
seseorang pertama kali terkena HBV, marker serologi yang pertama naik adalah antigen
permukaan virus hepatitis B (Hepatitis B surface antigen/HBsAg). HBsAg akan tampak pada
serum dalam 1–10 minggu. Jika bertahan lebih dari 6 bulan, maka menandakan terjadinya
infeksi hepatitis B kronik. Anti-HBs akan muncul secara natural sebagai reaksi kekebalan
tubuh terhadap HBsAg. Ketika AntiHBs sudah muncul pada seseorang yang terinfeksi
Hepatitis B, ia dianggap memiliki imunitas jangka panjang terhadap Hepatitis B. Pada orang
yang mendapatkan imunitas dari vaksinasi hepatitis B, anti-HBs merupakan satu-satunya
penanda serologi yang dapat terdeteksi di serum. Jika pernah memiliki riwayat infeksi HBV,
maka akan ditemukan bersamaan dengan imunoglobulin (IgG) anti-HBc. Penyakit hepar
yang disebabkan HBV dapat bersifat akut maupun kronik. Ketika seseorang pertama kali
terkena HBV, marker serologi yang pertama naik adalah antigen permukaan virus hepatitis B
(Hepatitis B surface antigen/HBsAg). HBsAg akan tampak pada serum dalam 1–10 minggu.
Jika bertahan lebih dari 6 bulan, maka menandakan terjadinya infeksi hepatitis B kronik.
Anti-HBs akan muncul secara natural sebagai reaksi kekebalan tubuh terhadap
HBsAg. Ketika AntiHBs sudah muncul pada seseorang yang terinfeksi Hepatitis B, ia
dianggap memiliki imunitas jangka panjang terhadap Hepatitis B. Pada orang yang
mendapatkan imunitas dari vaksinasi hepatitis B, anti-HBs merupakan satu-satunya penanda
serologi yang dapat terdeteksi di serum. Jika pernah memiliki riwayat infeksi HBV, maka
akan ditemukan bersamaan dengan imunoglobulin (IgG) anti-HBc. Antigen-antibodi. Control
Line (garis kontrol) merupakan tempat diikatkannya antibody poliklonal yang dapat
menangkap kompleks antigenantibodi yang tidak terikat pada detection line atau antibody
konjugat bebas. Dan Absorber berfungsi sebagai penyerap. Untuk mengetahui adanya infeksi
Virus Hepatitis B pada tubuh dapat dilakukan beberapa serangkaian pemeriksaan. Salah satu
pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnose Hepatitis B yakni pemeriksaan
serologis Pemeriksaan serologis adalah pemeriksaan yang menggunakan prinsip antigen-
antibodi. Salah satu pemeriksaan serologis yang digunakan untuk menegakkan diagnose
infeksi hepatitis B yaitu pemeriksaan Anti HBs.
Tujuan utama dari tes anti HBs adalah memastikan diagnosis awal dari penyakit
hepatitis B. Pemeriksaan ini juga membantu dokter melihat apakah sistem kekebalan tubuh
menghasilkan antibodi untuk melawan virus hepatitis. Antibodi tersebut dihasilkan secara
alami oleh tubuh setelah dirangsang dengan mendapatkan vaksin. Vaksin hepatitis B terbuat
dari virus HBV yang sudah dinonaktifkan. Bila masuk ke dalam tubuh, sistem imun akan
mengenalinya sebagai zat asing dan membentuk antibodi untuk melawannya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Apa pengertian Hepatitis Anti Hbs?
2. Bagaimana prinsip Hepatitis Anti Hbs?
3. Apa Diagnosis Hepatitis B?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :


1. Agar kita dapat mengetahui defenisi pengertian hepatitis Anti Hbs
2. Untuk mengetahui prinsip Hepatitis Anti hbs
3. Agar mengetahui diagnosis Hepatitis B
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hepatitis B

Hepatitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, memiliki hubungan yang
sangat erat dengan gangguan fungsi hati, dapat juga digunakan sebagai tes screening
peradangan pada hati (liver), berlanjut pada sirosis hati dan rusaknya fungsi hati. Penularan
hepatitis dapat melalui kontak darah atau mukosa penderita, berhubungan seksual, bergantian
pemakaian jarum suntik atau makanan minuman yang terkontaminasi virus hepatitis.
(Kemenkes. 2012).
Hepatitis B merupakan penyakit hati yang penyebab utamanya adalah “Virus
Hepatitis B” (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan
peradangan hati akut atau menahun pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis
hati atau kanker. Infeksi VHB merupakan suaatu proses dinamis dengan interaksi virus,
hepatosit dan sistem imun manusia. Keracunan obat, dan paparan berbagai macam zat kimia
seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat lain yang
digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis dengan cara
tertelan, terhirup atau diserap melalui mukosa kulit. (Sulaiman A, 2012).

2.2 Epidemiologi Hepatitis B

Hepatitis virus merupakan fenomena gunung es, dimana penderita yang tercatat atau
yang datang ke layanan kesehatan lebih sedikit dari jumlah sesungguhnya. Mengingat
penyakit ini adalah penyakit kronis yang menahun, dimana pada saat orang tersebut telah
terinfeksi, kondisi masih sehat dan belum menunjukkan gejala dan tanda yang khas, tetapi
penularan terus berjalan.
Indonesia merupaka negara dengan endemisitas tinggi hepatitis B, terbesar kedua di
negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. Berdasarkan hasil riset Kesehatan
Dasar (Rikesdas), studi dan uji saring darah donor PMI maka diperkirakan di antara 100
orang Indonesia, 10 diantaranya telah terinfeksi hepatitis B atau C. Sehingga saat ini
diperkirakan terdapat 28 juta penduduk Indonesia yang terinfeksi hepatitis B dan C, 14 juta
diantaranya berpotensi untuk menjadi kronis, dan dari yang kronis tersebut 1,4 juta orang
berpotensi untuk menderita kankaer hati. Besaran masalah tersebut tentunya akan berdampak
sangat besar terhadap masalah kesehatan masyarakat, produktifitas, umur harapan hidup, dan
dampak sosial ekonomi lainnya.
2.3 Komposisi dan Struktur Virus

HBV merupakan keluarga Hepadnaviridae dan terdiri dari lapisan pembungkus atau
biasanya disebut envelope, lapisan inti, genom DNA, dan viral polimerase. HBV memiliki
bentuk melingkar dari sebagian DNA untai ganda yang merupakan virion dengan infektivitas,
dapat divisualisasikan di bawah mikroskop elektron.

Gambar 3. Struktur virion Hepatitis B

Gambaran mikroskopik elektron HBsAg menampilkan tiga bentuk morfologi yang


terdiri dari partikel membulat dengan diameter 22 nm. Partikel kecil ini dibentuk oleh HBsAg
sebagai bentuk tubular dan filamen yang menyusun, dimana memiliki diameter kurang lebih
200 nm. Permukaan luar atau selubung, mengandung HBsAg, mengelilingi inti nukleokapsid
yang mengandung HBcAg yang berukuran 27 nm.
Lapisan terluar HBV adalah protein yang disebut protein hepatitis B permukaan
(HBs), yang selanjutnya dibagi menjadi protein HBs kecil, menengah, dan besar (masing-
masing protein SHB, MHB, dan LHB), dan lapisan dalam adalah protein inti, yang disebut
sebagai protein inti hepatitis B di mana tertutup oleh virus polimerase dan genom HBV.
Partikel spherical memiliki protein kecil (SHB) yang tidak menular terdapat dalam serum;
dengan panajang 17-25 nm. Partikel filamentous (atau berbentuk tabung), dengan diameter
20 nm dan panjang variabel, dan terdiri dari SHB, MHB, dan protein LHB. Bentuk partikel
HBV tampaknya ditentukan oleh proporsi protein LHBs. Ketiga bentuk dapat dideteksi dalam
serum dengan uji komersial dan secara kolektif disebut sebagai HBsAg.
2.4 Cara Penularan Virus Hepatitis B

Cara utama penularan VHB adalah melalui parenteral dan menembus membran
mukosa, terutama berhubungan seksual. Penanda HBsAg telah diidentifikasi pada hampir
setiap cairan tubuh dari orang yang terinfeksi yaitu saliva, air mata, cairan seminal, cairan
serebrospinal, asites, dan air susu ibu. Beberapa cairan tubuh ini (terutama semen dan saliva)
telah diketahui infeksius.

2.5 Diagnosis Hepatitis B

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan


penunjang. Dari anamnesis umumnya tanpa keluhan, perlu digali riwayat transmisi seperti
pernah transfusi, seks bebas, dan riwayat sakit kuning sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik
bisa didapatkan hepatomegali. Fase ikterik pada hepatitis virus akut dimulai biasanya pada
sepuluh hari dari gejala awal dengan tanda urin gelap, diikuti kekuningan pada membran
mukosa, konjungtiva, sklera, dan kulit. Sekitar 4-12 minggu setelahnya, kekuningan
menghilang dan perbaikan penyakit dengan pembangunan antibodi protektif yang natural
(anti-HBs) pada 95% dewasa.
Diagnosis ditegakkan dari serum antigen dan / atau antibodi spesifik. Tiga sistem
antigen-antibodi klinis yang bermanfaat untuk identifikasi untuk hepatitis B:
- antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) dan antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs)
- antibodi (anti-HBc IgM dan anti-HBc IgG) untuk antigen inti hepatitis B ( HBcAg)
- antigen hepatitis B e (HBeAg) dan antibodi terhadap HBeAg (anti-HBe).
Tes khusus untuk partikel virus lengkap atau virion yang mengandung DNA dan
DNA polimerase, dan untuk HBsAg dan HCV RNA dalam hati dan serum hanya tersedia di
laboratorium penelitian.
Pada hepatitis B kronik, terdapat tiga fase replikasi virus yang terjadi selama infeksi
VHB, yaitu:
1. Fase replikasi tinggi. Pada tahap ini HBaAg, HBeAg, dan DNA virus dapat terdeteksi
di serum. Kadar aminotransferase meningkat, dan aktivitas inflamasi nyata secara
histologis. Resiko untuk terjadi sirosis tinggi.
2. Fase replikasi rendah. Tahap ini mulai hilangnya HBeAg, menurun atau hilangnya
konsentrasi HBV DNA, dan mulai tampak anti-Hbe. Secara histologis tampak
penurunan aktivitas inflamasi yang jelas. Pemeriksaan serologi mengalami
serokonversi seperti HBV DNA dan HBeAg mulai tergantikan oleh antibodi.
3. Fase nonreplikasi. Penanda replikasi virus tidak ada dan inflamasi berkurang.

2.6 Penanda Serologi Hepatitis B

Antigen Antibodi
HBsAg anti-HBs
Antigen permukaan hepatitis B adalah Antibodi spesifik untuk antigen permukaan
indikator awal dari infeksi akut dan juga hepatitis B. Muncul 1 sampai 4 bulan
indicator infeksi kronis jika kehadirannya setelah onset gejala dan selanjutnya
terus berlanjut untuk lebih dari 6 bulan. Ini menunjukkan pemulihan terhadap HBV.
bermanfaat untuk diagnosis infeksi HBV Anti-HBs dapat menetralkan HBV dan
dan untuk skrining darah. memberikan perlindungan terhadap infeksi
Antibodi spesifiknya adalah anti-HBs HBV.
Menunjukkan orang yang telah memperoleh
kekebalan melalui vaksinasi.
HBcAg anti-HBc
Antigen inti hepatitis B yang berasal dari Antibodi spesifik terhadap antigen inti
envelope protein yang menutupi DNA virus, hepatitis B. Antibodi terhadap HBc adalah
dan tidak terdeteksi dalam aliran darah. IgM dan IgG. Mereka tidak menetralisir
Ketika peptida HBcAg diekspresikan pada virus. IgM mengidentifikasi suatu
permukaan hepatosit, mereka menginduksi infeksi akut. Tidak adanya HBsAg dan anti-
suatu respon imun untuk membunuh sel Hbs menunjukkan infeksi baru-baru ini. IgG
yang terinfeksi. tanpa IgM menunjukkan infeksi kronis dan
HBcAg adalah penanda virus yang sangat sembuh. Test anti-HBc mengidentifikasi
infeksius dan paling akurat untuk orang yang terinfeksi sebelumnya, termasuk
menandakan replikasi virus. carrier HBV, tetapi tidak dapat
Antibodi spesifiknya adalah anti-HBc membedakan carrier dan non-carrier.
HBeAg anti-HBe
Antigen hepatitis B e muncul selama 3-6 Antibodi spesifik terhadap antigen hepatitis
minggu yang menunjukkan infeksi aktif B e. Selama fase infeksi akut, serokonversi
yang akut, dan sangat infeksius. dari antigen e ke antibodi e merupakan
Menetapnya penanda virologi ini setelah 10 prognostik untuk resolusi infeksi.
minggu menunjukkan perkembangan Kehadirannya dalam darah pasien bersama
menjadi infeksi kronis dan sangat infeksius. dengan anti-HBc dan dengan tidak adanya
HBeAg tidak dimasukkan ke dalam virions, HBsAg dan anti-HBs menunjukkan
tetapi disekresikan ke dalam serum. Strain penularan yang rendah dan dalam
mutans HBV ada yang mereplikasi tanpa pemulihan.
menghasilkan HBeAg.
Antibodi spesifiknya adalah anti-Hbe.
HBxAg anti-HBe
Antigen hepatitis B x terdeteksi dalam darah Antibodi spesifik terhadap antigen hepatitis
dengan HBeAg positif pada pasien hepatitis B x. Muncul ketika penanda virologi
akut dan kronis. HBxAg adalah aktivator lainnya menjadi tidak terdeteksi.
transkripsional. Tidak mengikat DNA.
Antibodi spesifiknya adalah anti-HBx.

2.7 Pengertian Hepatitis Anti Hbs

Anti-HBs merupakan antibodi yang muncul setelah infeksi akut menyemuh (HBsAg
menghilang), anti-HBs biasanya merupakan penanda terakhir dalam pemulihan dan
diperkirakan menunjukkan hilangnya virus dari dalam tubuh penderita. anti-HBs diyakini
bertahan seumur hidup, meskipun pada sekitar 5% hingga 10% kasus, anti-HBs pada
akhirnya menghilang.
Uji anti-HBs juga digunakan untuk memantau pemulihan orang yang terinfeksi
hepatitis B. Kehadiran anti-HBs setelah infeksi HBV akut dan hilangnya antigen permukaan
virus hepatitis B (HBsAg) dapat menjadi indikator yang berguna untuk resolusi penyakit.
Deteksi anti-HBs pada individu yang bergejala dapat mengindikasikan paparan HBV
sebelumnya. Jika dibandingkan dengan HBsAg, tes anti HBs adalah bagian dari rangkaian tes
darah diagnosis hepatitis B. Anti HBs memiliki kepanjangan hepatitis B surface antibody
(HBsAb). Tes HBsAb merupakan pemeriksaan lanjutan setelah tes HBsAG dilakukan. Hal
ini bertujuan untuk mengamati bagaimana sistem kekebalan tubuh bekerja melawan virus
HBV.

2.8 Test anti-HBs

Uji anti-HBs juga digunakan untuk memantau pemulihan orang yang terinfeksi
hepatitis B. Kehadiran anti-HBs setelah infeksi HBV akut dan hilangnya antigen permukaan
virus hepatitis B (HBsAg) dapat menjadi indikator yang berguna untuk resolusi penyakit.
Deteksi anti-HBs pada individu yang bergejala dapat mengindikasikan paparan HBV
sebelumnya.
1. Sampel dan mikropartikel paramagnetik dilapisi HBsAg (rHBsAg) rekombinan
digabungkan. anti-HBs yang ada dalam sampel berikatan dengan partikel mikro
berlapis rHBsAg
2. Setelah dicuci, konjugasi rHBsAg berlabel acridinium ditambahkan untuk membuat
campuran reaksi
3. Setelah pencucian lainnya, larutan pre-tigger dan trigger ditambahkan ke campuran
reaksi

4. Reaksi chemiluminescent yang dihasilkan diukur sebagai unit cahaya relatif (RLU).
Ada hubungan langsung antara jumlah anti-HBs dalam sampel dan RLU yang
terdeteksi oleh optik ARCHITECT iSystem.

Konsentrasi anti-HBs dalam spesimen ditentukan menggunakan kurva kalibrasi


anti-HBs ARCHITECT yang dihasilkan sebelumnya.
Perhitungan pada The ARCHITECT anti-HBs assay menggunakan metode 4
parameter logistic pada curva fit (4PLC) untuk menghasilkan kurva kalibrasi.
Untuk interpretasi hasil yang berdasarkan rekomendasi WHO yaitu :
 Positif : konsentrasi anti-HBs dengan nilai > 10 mIU/mL
 Negatif : konsentrasi anti-HBs < 10 mIU / mL
Uji anti-HBs memiliki interval pengukuran, dimana interval pengukuran
didefinisikan sebagai kisaran nilai dalam mIU/mL yang memenuhi batas kinerja yang dapat
diterima untuk ketidaktepatan dan bias untuk sampel yang tidak diencerkan, kisarannya
adalah 2,50 mIU / mL.
Uji anti-HBs memiliki keterbatasan prosedur, yaitu :
 Jika hasil anti-HBs tidak konsisten dengan bukti klinis pengujian tambahan
disarankan untuk mengkonfirmasi hasilnya.
 Untuk tujuan diagnostik, hasil harus digunakan bersama dengan riwayat pasien dan
penanda hepatitis lainnya untuk diagnostik infeksi akut, chronis, dan pemulihan.
 Nilai kuantitatif yang diperoleh dengan menggunakan uji alternatif (misalnya, EIA
atai RIA) mungkin tidak setara dan tidak dapat digunakan secara bergantian. Sebagai
dasar yang baru, menggunakan uji anti-HBs ARCHITECT, harus ditetapkan saat
memantau vaksin.
Keadaan yang menyebabkan hasil false positif pada pemeriksaan anti-HBs adalah
Pasien yang menerima transfusi darah atau terapi imunoglobulin 3 sampai 6 bulan
sebelumnya. Sedangkan keadaan yang menyebabkan hasil false negative pada pemeriksaan
anti-HBs adalah window periode dan sampel lisis.
Uji anti-HBs memiliki sensitivitas 87.40% dan spesifisitas sebesar 98.07%.

2.9 Prinsip Hepatitis Anti Hbs

Prinsip pemeriksaan The ARCHITECT anti-HBs assay adalah


chemiluminescent microparticle immunoassay (CMIA) untuk penentuan kuantitatif
antibodi terhadap antigen permukaan hepatitis B dalam serum dan plasma darah. Tes
anti-HBs sering digunakan untuk memantau keberhasilan vaksinasi hepatitis B.
Kehadiran anti-HBs telah terbukti penting dalam perlindungan terhadap infeksi HBV.
Banyak penelitian telah menunjukkan efektivitas vaksin hepatitis B untuk merangsang
sistem kekebalan untuk menghasilkan anti-HBs dan untuk mencegah infeksi HBV.

2.10 Alat Kerja

 paper slide
 tangkai oengaduk
 rotator
 yellow tip
 mikropipet
 cup serum
 rak cup serum
 kotak sampah
 tempat limbah
 tisu

2.11 Reagen Kerja

Kiet Reagen anti HBs Ag :


1. Reagen latex anti HBs Ag
2. Reagen control positif anti HBs Ag
3. Reagen control positif anti HBs Ag
2.12 Prosedur Kerja

1. siapkan paper slide yang bersih dan baru


2. pipet masing masing
Control positif Control negatif sampel
Reagen control positif anti HBs Ag 1 tetes - -
Reagen control positif anti HBs Ag - 1 tetes -

Serum - - 50 ml
Reagen latex anti HBs Ag 1 tetes 1 tetes 1 tetes

3. setelahnya aduk dengan menggunakan tangkai pengaduk membentuk lingkaran


4. letakkan dan digoyang diatas rotator 200 rpm selama 5 menit dan dibaca hasilnya

2.13 Interpretasi Hasil

 positif : terjadi aglutinasi


 negatif : tidak terjadi aglutinasi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anti-HBs merupakan antibodi yang muncul setelah infeksi akut menyemuh (HBsAg
menghilang), anti-HBs biasanya merupakan penanda terakhir dalam pemulihan orang yang
terinfeksi hepatitis B dan diperkirakan menunjukkan hilangnya virus dari dalam tubuh
penderita. Anti HBs atau disebut juga hepatitis B surface antibody (HBsAb) merupakan
pemeriksaan lanjutan setelah tes HBsAG dilakukan. Deteksi anti-HBs pada individu yang
bergejala dapat mengindikasikan paparan HBV sebelumnya. Jika dibandingkan dengan
HBsAg, tes anti HBs adalah bagian dari rangkaian tes darah diagnosis hepatitis B.

3.2 Saran

Demikian makalah yang kami buat semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami
sadar masih terdapat banyak kurangan dan kesalahan pada makalah yang kami buat ini oleh
karena itu kami berharap kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
yang telah kami buat ini

DAFTAR PUSTAKA

 Anonim. 2022. Modul Praktikum Virologi. Palembang: Poltekkes Kemenkes


Palembang
 https://www.academia.edu/40258848/
Pemeriksaan_HBsAg_dan_anti_HBs_pada_Hepatitis_B
 Radji, Maksum 2015. Imunologi dan Virologi Cetakan kedua (Edisi Revisi). PT. ISFI
Penerbitan : Jakarta.
 Gandasoebrata, R, 2007. Penuntun Laboratorium Klinik cetakan ke 10.Jakarta : Dian
Rakyat

Anda mungkin juga menyukai