Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena saya
kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu. Saya menyadari bahwa
tulisan ini masih terdapat kekurangan dari segi penyusunan dan bahasa, oleh
karena itu saya mengharapkan masukan untuk dapat menyempurnakan tulisan ini.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan uji silang serasi darah atau yang lebih dikenal dengan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencocokkan antara darah pasien dengan darah
donor, sehingga darah yang diberikan benar-benar cocok dan supaya darah yang
mengetahui apakah darah donor yang akan ditransfusikan tersebut nantinya akan
dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau apakah plasma donor yang
(Setyati, 2010).
sendiri dapat dilakukan dengan cara tube test ataupun dengan column
agglutination test atau yang lebih dikenal dengan gel test. Pada pemeriksaan
pengecekan ada tidaknya inkompatibilitas ABO dan menyeleksi unit darah yang
1
2
yaitu fase suhu kamar, fase suhu inkubasi 37˚C dan fase antiglobulin. Bila
skrining antibodi belum pernah dilakukan sebelumnya atau bila dalam serum
terdapat antibodi yang bermakna secara klinis maka pemeriksaan harus dilakukan
pada seluruh fase. Bila sebelumnya telah dilakukan skrining antibodi dan tidak
ditemukan antibodi, maka fase antiglobulin tidak dilakukan. Jadi hanya dilakukan
(Brecher, 2005).
metode tabung sudah mulai digantikan dengan metode gel. Metode gel memiliki
dan cepat serta hasil reaksi stabil dan dapat disimpan (Mjafi, 2008).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang tidak diharapkan dalam serum resipien yang akan mengurangi umur hidup
antibodi didalam serum pasien yang akan bereaksi dengan sel darah donor jika
darah ABO antara pasien dan donor sudah sesuai sehingga reaksi transfusi
dapat dicegah.
b. Untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi di dalam serum pasien yang akan
bereaksi dengan antigen pada sel darah merah donor terutama pada kondisi
3
dimana antibodi tidak terdeteksi dengan skrining antibodi karena tidak adanya
mendeteksi ada tidaknya antibodi, baik antibodi komplit (IgM) maupun antibodi
inkomplit (IgG) yang terdapat dalam serum atau plasma pasien, yang dapat
kesempatan hidup sel darah donor dalam tubuh pasien) (Setyati, 2010).
dapat dilakukan dengan metode tabung ( tube test ) atau dengan metode gel
kesalahan golongan darah ABO. Namun pemeriksaan ini kurang baik dilakukan
apabila tidak ada pemeriksaan skrining antibodi yang telah lebih dahulu dilakukan
karena pemeriksaaan ini kurang adekuat untuk mendeteksi jenis IgG antibodi
20
2.4.1 Prinsip Pemeriksaan
b. Pipet tetes.
c. Sentrifus.
e. Tempat limbah.
dari selang kantong darah atau salah satu segmen dari selang yang
21
a. Siapkan suspensi sel darah merah donor 2-5 % yang disuspensi dalam
b. Label tabung untuk masing-masing suspensi sel darah merah donor yang
tabung.
d. Tambahkan 1 tetes suspensi sel darah merah donor pada tabung sesuai
dengan label.
e. Campur isi tabung dan lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm
selama 1 menit.
Mulyantari, 2017).
22
2.4.5 Interpretasi Hasil
(inkompatible). Namun bila tidak terjadi aglutinasi atau hemolisis hasil dinyatakan
a. Crossmatch mayor
serum resipien. Bila dalam serum resipien terdapat antibodi terhadap sel
b. Crossmatch minor
Pada pemeriksaan crossmatch minor, serum donor dicampur dengan sel darah
resipien. Bila dalam serum donor terdapat antibodi terhadap sel resipien,
darah ABO donor yang sesuai, maka baik mayor maupun minor tes tidak akan
bereaksi. Namun pada golongan darah ABO pasien dan golongan darah ABO
donor yang berlainan, misalnya donor golongan darah O dan pasien golongan
darah A, maka pada tes minor akan terjadi aglutinasi (Setyati, 2010).
lagi karena sampel darah donor sudah dilakukan skrining antibodi sebelumnya
23
dikerjakan secara rutin hampir disemua unit Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)
antara antigen dan antibodi yang dilakukan dalam fase dan medium yang berbeda.
karakter yang berbeda. Antibodi seperti anti M, N, P, Lua,Lub bereaksi baik dalam
medium salin pada suhu kamar, tetapi kurang baik reaksinya dalam medium
albumin. Antibodi sistem Rhesus bereaksi baik dalam medium albumin tetapi
tidak dalam medium salin (kecuali anti E). Sedangkan anti Kell, Duffy, Kidd baru
crossmatch harus dilakukan dalam 3 fase yaitu fase suhu kamar, fase inkubasi
37˚C dan fase antiglobulin serta harus melakukan crossmatch mayor, minor dan
b. Inkubator (waterbath 37 C
c. Sentrifus
d. Pipet disposible
e. Tempat limbah
24
Bahan- bahan yang diperlukan dalam pemeriksaan metode tabung diantaranya
(Brecher, 2005):
dari selang kantong darah atau salah satu segmen dari selang yang
tabung diantaranya :
- Coomb’s serum
Ada beberapa hal yang harus disiapkan sebelum melakukan pemeriksaan meode
b. Suspensi sel darah merah resipien 2-5% dalam salin, setelah sel dicuci.
d. Suspensi sel darah merah donor 2-5% dalam salin, setelah sel dicuci.
25
2.5.4 Prosedur Pemeriksaan
tabung diantaranya:
kecepatan 3000 rpm selama 15 detik atau 1000 rpm selama 1 menit.
26
c. Fase III : fase antiglobulin atau dikenal juga dengan fase Indirect
antibodi inkomplit yang telah diikat pada sel darah merah (fase II) akan
tersebut.
2013).
Coomb’s control cells (CCC) umumnya dibuat dari sel normal golongan O
Rhesus positif, dengan anti D inkomplit. Tujuan penambahan CCC adalah untuk
mengontrol coomb’s serum, apakah reagen coomb’s serum masih baik atau layak
27
digunakan serta dapat menguji semua hasil pemeriksaan,apakah hasil valid atau
Bila crossmatch mayor dan minor fase I sampai III tidak menunjukkan
sehingga darah dapat dikeluarkan. Bila crossmatch mayor dan minor fase I sampai
(Setyati, 2010).
Fase I yaitu fase suhu kamar dengan medium salin. Pada fase ini akan
dapat mendeteksi adanya antibodi yang komplit (IgM / cold antibodi) misalnya
terdapat ketidakcocokan pada penetapan golongan darah ABO. Selain itu juga
Lewis, anti N, anti P1, anti A1 dan auto antibodi seperti anti-H, anti-I (Brecher,
2005).
Fase II yaitu fase inkubasi 37˚C di dalam medium bovin albumin. Pada
fase ini dapat mendeteksi beberapa antibodi sistem Rhesus seperti anti D, anti E,
anti c, serta antibodi inkomplit lain seperti anti-K, Fya, Fyb, Jka, S, Lea, Leb.
Adapun tujuan dari digunakannya suhu 37˚C adalah untuk memberi kesempatan
Fase III yaitu fase antiglobulin. Pada fase ini akan terdeteksi aglutinasi
antibodi inkomplit seperti anti D, anti E, anti C, anti Duffy, anti Kell, anti Kidd,
anti S dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan adalah suhu inkubasi 37˚C dengan
28
lama inkubasi minimal 15 menit (pada fase sebelumnya). Jika waktu dikurangi
maka antibodi inkomplit tidak akan coated dengan sempurna sehingga akan lepas
pada waktu pencucian. Cara pencucian sel untuk menghilangkan sisa globulin
yang bebas harus sempurna. Karena sisa globulin yang tertinggal akan dapat
palsu maka ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan, diantaranya (Setyati,
2010) :
Saat ini column agglutination test atau yang lebih umum dikenal sebagai
gel test telah digunakan secara luas menggantikan metode manual atau tube test.
metode gel di Switzerland pada akhir tahun 1985 sebagai metode standar
sederhana yang memberikan reaksi aglutinasi dan dapat dibaca dengan mudah
Metode gel pertama kali digunakan untuk pemeriksaan rutin pada tahun 1988, saat
ini telah digunakan lebih dari 80 negara termasuk Indonesia (Setyati, 2010).
29
Metode gel memiliki banyak kelebihan dibandingkan metode tabung. Selain
pembacaan hasil lebih mudah dilakukan. Hasil reaksi stabil dan dapat disimpan,
sampel yang diperlukan sedikit, tidak ada proses pencucian dan penambahan CCC
(Mulyantari, 2017)
Penambahan suspensi sel darah merah dan serum atau plasma dari donor
dan pasien dalam microtube yang berisi gel di dalam buffer berisi reagen (anti A,
diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37˚C dan disentrifugasi. Tahap inkubasi
akan membei kesempatan antigen pada permukaan sel darah merah berikatan
dengan antibodi pada serum atau plasma sehingga membentuk aglutinasi. Pada
tahap sentrifugasi, sel yang beraglutinasi kuat akan tertangkap pada bagian atas
matrik gel sedangkan sel yang beraglutinasi lemah akan pindah kebagian bawah
matrik gel. Bila aglutinasi tidak terjadi , maka semua sel akan melewati pori-pori
30
Gambar 2.2 Prinsip pemeriksaan crossmatch metode gel
(Walker and Harmening, 2012)
b. Dispenser 500µL
d. Inkubator dengan suhu 37˚C yang sesuai dengan ukuran plastic card
31
d. Plastic card yang terdiri atas 6 microtube yang mengandung gel di
dalamnya.
b. Tabung pertama diisi 500µ LISS dan ditambahkan 5µL sel darah merah
donor.
c. Tabung kedua diisi 500µ LISS dan ditambahkan 5µL sel darah merah
pasien.
d. Beri label pada plastic card (identitas pasien dan nomor donor) serta
berikan tanda pada microtube mana reaksi mayor, minor dan autokontrol.
(mayor).
(minor).
(autokontrol).
32
h. Sampel dimasukkan ke dalam microtube dengan posisi miring. Suspensi
sel darah merah dan serum atau plasma dimasukkan tepat pada reaction
Gambar 2.3 Derajat aglutinasi pada pemeriksaan crossmatch metode gel (Walker
and Harmering, 2012)
Keterangan gambar :
microtube gel
gel
e. Negatif : Seluruh sel darah merah berada dibagian bawah microtube gel
33
f. Mixed field : Sebagian sel darah merah ada dipermukaan gel (mengalami
aglutinasi).
tidaknya inkompatibilitas ABO dan menyeleksi unit darah yang sesuai untuk
crossmatch, data hasil pemeriksaan laboratorium pasien dan donor telah tersimpan
ABO, bahkan lebih aman karena adanya integritas dari software komputer untuk
antara lain:
a. Komputer harus divalidasi pada saat akan digunakan dan harus ada
b. Komputer harus berisi data golongan darah ABO, Rhesus, dan hasil
c. Sistem golongan darah ABO sudah ditentukan dengan sampel yang benar,
sesuai dengan identitas pasien dan juga sudah dikonfirmasi dengan data
34
sebelumnya. Data hasil pemeriksaan pasien sebelumnya mudah diakses
jenis produk darah, nomor donor, golongan darah ABO dan Rhesus serta
inkompatibilitas antara donor dan pasien dan antara label unit darah dan
bahan biologis, mengurangi volume sampah medis dan mengurangi beban kerja
35
BAB III
RINGKASAN
reaksi transfusi baik reaksi transfusi baik reaksi transfusi yang bersifat
mengancam nyawa ataupun reaksi transfusi ringan atau sedang yang dapat
akan dapat mendeteksi ada tidaknya antibodi, baik antibodi komplit ( IgM)
maupun antibodi inkomplit (IgG) yang terdapat dalam serum atau plasma pasien
yang memiliki arti klinis yang dapat menyebabkan kerusakan sel darah merah
donor.
transfusi darah yang diberikan sesuai atau kompatibel dan tidak menimbulkan
reaksi apapun pada pasien serta sel-sel darah merah yang diberikan dapat
mencapai masa hidup maksimal setelah diberikan kepada pasien. Sehingga pasien
36
DAFTAR PUSTAKA
Powell V I, 2016. Blood Group Antigen and Antibodies. NYU Langone Medical
Center.
Klein HG, Anstee DJ. 2014. Blood Grouping Technique. Mollison’s Blood
Transfusionin ClinicalMedicine 12th Edition.UK; Wiley-Blackwell. p.
303-347
Walker PS, Harmening DM. 2012. Other Technologies and Automation. Blood
Groups and Serogic Testing. Modern Blood Banking & Transfusin
Practices 6th Edition. Philadelphi: F.A Davis company.p.273-285.
21