Anda di halaman 1dari 25

PEMERIKSAAN CROSSMATCH

dr. IDA AYU PUTRI WIRAWATI, Sp.PK(K)

PROGRAM STUDI SPESIALIS PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH
DENPASAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena saya

dapat menyelesaikan makalah Pemeriksaan Crossmatch dengan baik. Terima

kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu. Saya menyadari bahwa

tulisan ini masih terdapat kekurangan dari segi penyusunan dan bahasa, oleh

karena itu saya mengharapkan masukan untuk dapat menyempurnakan tulisan ini.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Denpasar, Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1 Definisi Crossmatch................................................................................ 3
2.2 Tujuan Pemeriksaan Crossmatch ............................................................ 3
2.3 Jenis Pemeriksaan Crossmatch .............................................................. 4
2.4 Immediate-Spin (IS) Crossmatch ............................................................ 4
2.4.1 Prinsip Pemeriksaan ...................................................................... 5
2.4.2 Metode Pemeriksaan ..................................................................... 5
2.4.3 Alat dan Bahan .............................................................................. 5
2.4.4 Prosedur Pemeriksaan ................................................................... 6
2.4.5 Interpretasi Hasil ........................................................................... 7
2.5 Crossmatch dengan Tube Test ................................................................ 7
2.5.1 Prinsip Pemeriksaan ...................................................................... 8
2.5.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 8
2.5.3 Persiapan Pemeriksaan.................................................................. 9
2.5.4 Prosedur Pemeriksaan ................................................................... 10
2.5.5 Interpretasi Hasil ........................................................................... 12
2.6 Crossmatch dengan Column Agglutination Test..................................... 14
2.6.1 Prinsip Pemeriksaan ...................................................................... 14
2.6.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 15
2.6.3 Prosedur Pemeriksaan ................................................................... 16
2.6.4 Interpretasi Hasil ........................................................................... 17
2.7 Computer (Electronic) Crossmatch ........................................................ 18
BAB III. RINGKASAN ........................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prosedur pemeriksaan immediate spin crossmatch ........................... 6


Gambar 2.2 Prinsip pemeriksaan crossmatch metode gel .................................... 15
Gambar 2.3 Derajat aglutinasi pada pemeriksaan crossmatch metode gel ........... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Pemeriksaan uji silang serasi darah atau yang lebih dikenal dengan

crossmatch merupakan pemeriksaan utama sebelum dilakukan transfusi darah.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencocokkan antara darah pasien dengan darah

donor, sehingga darah yang diberikan benar-benar cocok dan supaya darah yang

ditransfusikan benar-benar bermanfaat bagi kesembuhan pasien.

Crossmatch merupakan reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan

darah donor yang akan ditransfusikan. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah darah donor yang akan ditransfusikan tersebut nantinya akan

dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau apakah plasma donor yang

turut ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya sehingga

menimbulkan reaksi transfusi hemolitik yang akan membahayakan pasien

(Setyati, 2010).

Pemeriksaan crossmatch dapat dilakukan secara serologik dan elektronik

atau komputerisasi. Pemeriksaan serologik dapat dibedakan menjadi immediate-

spin crossmatch dan antiglobulin crossmatch. Sedangkan antiglobulin crossmatch

sendiri dapat dilakukan dengan cara tube test ataupun dengan column

agglutination test atau yang lebih dikenal dengan gel test. Pada pemeriksaan

computer crossmatch kita menggunakan program komputer untuk melakukan

pengecekan ada tidaknya inkompatibilitas ABO dan menyeleksi unit darah yang

1
2

sesuai untuk ditrasfusikan kepada pasien. Di Negara-negara berkembang

pemeriksaan crossmatch baru bisa dilakukan secara serologik (Mulyantari, 2017).

Pemeriksaan crossmatch dengan tube test dilakukan melalui beberapa fase,

yaitu fase suhu kamar, fase suhu inkubasi 37˚C dan fase antiglobulin. Bila

skrining antibodi belum pernah dilakukan sebelumnya atau bila dalam serum

terdapat antibodi yang bermakna secara klinis maka pemeriksaan harus dilakukan

pada seluruh fase. Bila sebelumnya telah dilakukan skrining antibodi dan tidak

ditemukan antibodi, maka fase antiglobulin tidak dilakukan. Jadi hanya dilakukan

immediate spin saja untuk memastikan kompatibilitas golongan darah ABO

(Brecher, 2005).

Sejalan dengan perkembangan zaman pemeriksaan crossmatch dengan

metode tabung sudah mulai digantikan dengan metode gel. Metode gel memiliki

banyak kelebihan dibandingkan metode tabung diantaranya lebih praktis, mudah

dan cepat serta hasil reaksi stabil dan dapat disimpan (Mjafi, 2008).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Crossmatch

Berdasarkan standar dari American Association of Blood Bank (AABB),

crossmatching didefinisikan sebagai suatu pemeriksaan yang menggunakan

metode yang mampu menunjukkan inkompatibilitas sistem ABO dan adanya

antibodi yang signifikan terhadap antigen eritrosit dan juga melibatkan

pemeriksaan antiglobulin. Crossmatch merupakan suatu seri pemeriksaan yang

dilakukan pretransfusi untuk menjamin kecocokan darah yang akan ditransfusikan

kepada penerima darah (resipien) dan mendeteksi kemungkinan adanya antibodi

yang tidak diharapkan dalam serum resipien yang akan mengurangi umur hidup

atau menghancurkan eritrosit donor (Blaney and Howard, 2013).

2.2 Tujuan Pemeriksaan Crossmatch

Pemeriksaan crossmatch dilakukan untuk meyakinkan bahwa tidak ada

antibodi didalam serum pasien yang akan bereaksi dengan sel darah donor jika

transfusi dilakukan. Adapun fungsi utama crossmatch adalah ;

a. Untuk melakukan pengecekan terakhir dan meyakinkan bahwa golongan

darah ABO antara pasien dan donor sudah sesuai sehingga reaksi transfusi

dapat dicegah.

b. Untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi di dalam serum pasien yang akan

bereaksi dengan antigen pada sel darah merah donor terutama pada kondisi

3
dimana antibodi tidak terdeteksi dengan skrining antibodi karena tidak adanya

antigen yang sesuai pada panel sel skrining (Downes, 2014).

Dengan melakukan pemeriksaan crossmatch maka diharapkan dapat

mendeteksi ada tidaknya antibodi, baik antibodi komplit (IgM) maupun antibodi

inkomplit (IgG) yang terdapat dalam serum atau plasma pasien, yang dapat

menyebabkan kerusakan sel darah merah donor, sehingga dapat memberi

keyakinan akan manfaat transfusi yang maksimal untuk penderita (meningkatkan

kesempatan hidup sel darah donor dalam tubuh pasien) (Setyati, 2010).

2.3 Jenis Pemeriksaan Crossmatch

Pemeriksaan crosssmatch dapat dilakukan secara serologik dan elektronik

atau komputerisasi. Di Indonesia, pemeriksaan crossmatch baru bisa dilakukan

secara serologik. Pemeriksaan crossmatch serologik dibedakan menjadi

immediate-spin crossmatch dan antiglobulin crossmatch. Antiglobulin crossmatch

dapat dilakukan dengan metode tabung ( tube test ) atau dengan metode gel

(Column agglutination test) (Mulyantari, 2017).

2.4 Immediate-Spin (IS) Crossmatch

Immediate-spin crossmatch digunakan untuk mengeksklusi adanya

kesalahan golongan darah ABO. Namun pemeriksaan ini kurang baik dilakukan

apabila tidak ada pemeriksaan skrining antibodi yang telah lebih dahulu dilakukan

karena pemeriksaaan ini kurang adekuat untuk mendeteksi jenis IgG antibodi

yang bermakna secara klinis (Powell, 2016).

20
2.4.1 Prinsip Pemeriksaan

Prinsip dari pemeriksaan immediate-spin crossmatch adalah reaksi antara antigen

dan antibodi yang sesuai menghasilkan aglutinasi (Downes, 2014).

2.4.2 Metode Pemeriksaan

Immediate-spin crossmatch biasanya dilakukan dengan metode tabung.

2.4.3 Alat dan Bahan

Peralatan yang dibutuhkan untuk pemeriksan ini adalah (Brecher, 2005) :

a. Tabung gelas ukuran 12 x75 mm.

b. Pipet tetes.

c. Sentrifus.

d. Rak tabung reaksi.

e. Tempat limbah.

Bahan yang dibutuhkan dalam pemeriksaan ini adalah (Brecher, 2005):

a. Sampel darah donor : merupakan darah dalam antikoagulan yang diambil

dari selang kantong darah atau salah satu segmen dari selang yang

terhubung dengan kantong darah. Nomor kantung harus selalu dicatat

untuk melakukan identifikasi dengan benar.

b. Sampel darah pasien : merupakan darah pasien tanpa antikoagulan atau

darah dengan antikoagulan yang berumur kurang dari 48 jam.

c. Salin atau NaCl 0,9%.

2.4.4 Prosedur Pemeriksaan

Prosedur pemeriksaan immediate-spin crossmatch adalah sebagai berikut:

21
a. Siapkan suspensi sel darah merah donor 2-5 % yang disuspensi dalam

larutan normal salin.

b. Label tabung untuk masing-masing suspensi sel darah merah donor yang

akan di tes dengan serum pasien.

c. Tambahkan 2 tetes serum atau plasma pasien ke dalam masing-masing

tabung.

d. Tambahkan 1 tetes suspensi sel darah merah donor pada tabung sesuai

dengan label.

e. Campur isi tabung dan lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm

selama 1 menit.

f. Baca ada tidaknya hemolisis, resuspensi endapan eritrosit pada bagian

bawah tabung dan baca ada tidaknya aglutinasi.

g. Lakukan interpretasi dan catat hasil pemeriksaan (Downes, 2014;

Mulyantari, 2017).

Gambar 2.1 Prosedur pemeriksaan immediate-spin crossmatch


(Powell, 2016)

22
2.4.5 Interpretasi Hasil

Bila terjadi aglutinasi atau hemolisis hasil dinyatakan positif

(inkompatible). Namun bila tidak terjadi aglutinasi atau hemolisis hasil dinyatakan

negatif (kompatibel) (Downes, 2014).

2.5 Crossmatch dengan Tube Test

Crossmatch dengan metode tabung dapat dikerjakan untuk crossmatch

mayor maupun crossmatch minor (Mjafi, 2008).

a. Crossmatch mayor

Pada pemeriksaan crossmatch mayor, sel darah donor dicampur dengan

serum resipien. Bila dalam serum resipien terdapat antibodi terhadap sel

donor maka akan terjadi destruksi sel donor.

b. Crossmatch minor

Pada pemeriksaan crossmatch minor, serum donor dicampur dengan sel darah

resipien. Bila dalam serum donor terdapat antibodi terhadap sel resipien,

maka akan terjadi destruksi sel resipien.

Pada pemeriksaan dimana golongan darah ABO pasien dan golongan

darah ABO donor yang sesuai, maka baik mayor maupun minor tes tidak akan

bereaksi. Namun pada golongan darah ABO pasien dan golongan darah ABO

donor yang berlainan, misalnya donor golongan darah O dan pasien golongan

darah A, maka pada tes minor akan terjadi aglutinasi (Setyati, 2010).

Di negara yang sudah maju, crossmatch minor sudah tidak dikerjakan

lagi karena sampel darah donor sudah dilakukan skrining antibodi sebelumnya

untuk mendeteksi adanya antibodi ireguler. Di Indonesia, crossmatch minor masih

23
dikerjakan secara rutin hampir disemua unit Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

atau Unit Transfusi Darah (Mulyantari, 2017)

2.5.1 Prinsip Pemeriksaan

Prinsip dasar pemeriksaan pada metode tabung adalah adanya reaksi

antara antigen dan antibodi yang dilakukan dalam fase dan medium yang berbeda.

Hal ini dimaksudkan karena jenis-jenis antibodi golongan darah mempunyai

karakter yang berbeda. Antibodi seperti anti M, N, P, Lua,Lub bereaksi baik dalam

medium salin pada suhu kamar, tetapi kurang baik reaksinya dalam medium

albumin. Antibodi sistem Rhesus bereaksi baik dalam medium albumin tetapi

tidak dalam medium salin (kecuali anti E). Sedangkan anti Kell, Duffy, Kidd baru

tampak reaksinya dengan antiglobulin (Brecher, 2005). Dalam melakukan

crossmatch harus dilakukan dalam 3 fase yaitu fase suhu kamar, fase inkubasi

37˚C dan fase antiglobulin serta harus melakukan crossmatch mayor, minor dan

autokontrol (Mehdi, 2013).

2.5.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan crossmatch metode

tabung antara lain (Brecher, 2005):

a. Tabung gelas ukuran 12 x75 mm

b. Inkubator (waterbath 37 C

c. Sentrifus

d. Pipet disposible

e. Tempat limbah

f. Rak tabung reaksi

24
Bahan- bahan yang diperlukan dalam pemeriksaan metode tabung diantaranya

(Brecher, 2005):

a. Sampel darah pasien : merupakan darah pasien tanpa antikoagulan atau

darah dengan antikoagulan yang berumur kurang dari 48 jam.

b. Sampel darah donor : merupakan darah dalam antikoagulan yang diambil

dari selang kantong darah atau salah satu segmen dari selang yang

terhubung dengan kantong darah.

c. Reagensia : reagen yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan metode

tabung diantaranya :

- Salin atau NaCl 0,9%

- Bovine albumin 22%

- Coomb’s serum

- Coombs Control Cell (CCC)

2.5.3 Persiapan pemeriksaan

Ada beberapa hal yang harus disiapkan sebelum melakukan pemeriksaan meode

tabung yaitu (Mjafi, 2008) :

a. Serum resipien yang jernih bebas dari sel darah merah.

b. Suspensi sel darah merah resipien 2-5% dalam salin, setelah sel dicuci.

c. Plasma donor yang jernih bebas dari sel-sel darah.

d. Suspensi sel darah merah donor 2-5% dalam salin, setelah sel dicuci.

25
2.5.4 Prosedur Pemeriksaan

Adapun teknik dan prosedur dalam melakukan pemeriksaan crossmatch metode

tabung diantaranya:

a. Fase I : merupakan fase pada suhu kamar di dalam medium salin

- Siapkan tiga tabung untuk pemeriksaan crossmatch

- Tabung I (mayor) : masukkan 2 tetes serum pasien, kemudian

ditambahkan 1 tetes sel donor suspensi 5%

- Tabung II (minor) : masukkan 2 tetes plasma donor, kemudian

ditambahkan 1 tetes sel pasien suspensi 5%

- Tabung III (autokontrol) : masukkan 2 tetes serum pasien, kemudian

ditambahkan 1 tetes sel pasien suspensi 5%

- Campur masing – masing tabung, kemudian disentrifugasi dengan

kecepatan 3000 rpm selama 15 detik atau 1000 rpm selama 1 menit.

- Baca reaksi, amati adanya aglutinasi atau hemolisis pada tabung.

- Bila tidak ada reaksi lanjut ke fase II (Mehdi, 2013)

b. Fase II : fase inkubasi 37˚C dalam medium bovine albumin.

- Tambahkan 2 tetes bovine albumin 22% kedalam semua tabung yang

pada fase I memberikan hasil negatif.

- Inkubasi semua tabung pada suhu 37˚C selama 15 menit

- Lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik

atau 1000 rpm selama 1 menit.

- Baca reaksi, amati adanya aglutinasi atau hemolisis pada tabung.

- Bila tidak ada reaksi lanjut ke fase III (Mehdi, 2013)

26
c. Fase III : fase antiglobulin atau dikenal juga dengan fase Indirect

Antiglobulin Test (IAT) atau Anti Human Globulin (AHG) . Semua

antibodi inkomplit yang telah diikat pada sel darah merah (fase II) akan

beraglutinasi (positif) dengan baik setelah penambahan Coombs serum .

Sepertiga dari semua antibodi yang dapat menyebabkan reaksi transfusi

hanya dapat dideteksi dengan teknik antiglobulin.

- Cuci sel sebanyak 3 kali dengan menggunakan salin pada semua

tabung yang memberikan hasil negatif pada fase II.

- Buang seluruh supernatan bekas cucian.

- Tambahkan 2 tetes coomb’s serum

- Lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik

atau 1000 rpm selama 1 menit.

- Baca reaksi, amati adanya aglutinasi atau hemolisis pada tabung

- Bila tidak ada reaksi menandakan hasil kompatibel.

- Tambahkan 1 tetes coombs control cells (CCC) pada ketiga tabung

tersebut.

- Sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik atau 1000

rpm selama 1 menit.

- Baca reaksi, bila terjadi aglutinasi berarti pemeriksaan benar (Mehdi,

2013).

Coomb’s control cells (CCC) umumnya dibuat dari sel normal golongan O

Rhesus positif, dengan anti D inkomplit. Tujuan penambahan CCC adalah untuk

mengontrol coomb’s serum, apakah reagen coomb’s serum masih baik atau layak

27
digunakan serta dapat menguji semua hasil pemeriksaan,apakah hasil valid atau

invalid (Mjafi, 2008).

2.5.5 Interpretasi Hasil

Bila crossmatch mayor dan minor fase I sampai III tidak menunjukkan

reaksi aglutinasi dan atau hemolisis, hasil diinterprestasikan kompatibel (cocok),

sehingga darah dapat dikeluarkan. Bila crossmatch mayor dan minor fase I sampai

III menunjukkan adanya reaksi aglutinasi dan atau hemolisis, hasil

diinterpretasikan inkompatibel (tidak cocok) dan darah tidak dapat dikeluarkan

(Setyati, 2010).

Fase I yaitu fase suhu kamar dengan medium salin. Pada fase ini akan

dapat mendeteksi adanya antibodi yang komplit (IgM / cold antibodi) misalnya

terdapat ketidakcocokan pada penetapan golongan darah ABO. Selain itu juga

dapat mendeteksi adanya aloantibodi (antibodi komplit) seperti anti M, anti

Lewis, anti N, anti P1, anti A1 dan auto antibodi seperti anti-H, anti-I (Brecher,

2005).

Fase II yaitu fase inkubasi 37˚C di dalam medium bovin albumin. Pada

fase ini dapat mendeteksi beberapa antibodi sistem Rhesus seperti anti D, anti E,

anti c, serta antibodi inkomplit lain seperti anti-K, Fya, Fyb, Jka, S, Lea, Leb.

Adapun tujuan dari digunakannya suhu 37˚C adalah untuk memberi kesempatan

kepada antibodi untuk coated pada sel (Brecher,2005).

Fase III yaitu fase antiglobulin. Pada fase ini akan terdeteksi aglutinasi

antibodi inkomplit seperti anti D, anti E, anti C, anti Duffy, anti Kell, anti Kidd,

anti S dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan adalah suhu inkubasi 37˚C dengan

28
lama inkubasi minimal 15 menit (pada fase sebelumnya). Jika waktu dikurangi

maka antibodi inkomplit tidak akan coated dengan sempurna sehingga akan lepas

pada waktu pencucian. Cara pencucian sel untuk menghilangkan sisa globulin

yang bebas harus sempurna. Karena sisa globulin yang tertinggal akan dapat

menetralisir anti globulin serum (Coomb’s serum) (Brecher, 2005)

Untuk mencegah agar hasil crossmatch tidak memberikan hasil negatif

palsu maka ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan, diantaranya (Setyati,

2010) :

a. Salin harus bersih, jernih, tidak berwarna, tidak terkontaminasi serum.

b. Suhu inkubator harus tepat.

c. Lama inkubasi harus tepat.

d. Pencucian sel darah merah harus bersih.

e. Hasil negatif harus dikontrol dengan menggunakan CCC.

2.6 Crossmatch dengan Column Agglutination Test

Saat ini column agglutination test atau yang lebih umum dikenal sebagai

gel test telah digunakan secara luas menggantikan metode manual atau tube test.

Yves Lampiere dari Perancis menemukan metode gel dan mengembangkan

metode gel di Switzerland pada akhir tahun 1985 sebagai metode standar

sederhana yang memberikan reaksi aglutinasi dan dapat dibaca dengan mudah

Metode gel pertama kali digunakan untuk pemeriksaan rutin pada tahun 1988, saat

ini telah digunakan lebih dari 80 negara termasuk Indonesia (Setyati, 2010).

29
Metode gel memiliki banyak kelebihan dibandingkan metode tabung. Selain

menghemat waktu pemeriksaan, prosedur tes juga lebih sederhana serta

pembacaan hasil lebih mudah dilakukan. Hasil reaksi stabil dan dapat disimpan,

sampel yang diperlukan sedikit, tidak ada proses pencucian dan penambahan CCC

(Mulyantari, 2017)

2.6.1 Prinsip Pemeriksaan

Penambahan suspensi sel darah merah dan serum atau plasma dari donor

dan pasien dalam microtube yang berisi gel di dalam buffer berisi reagen (anti A,

anti B, anti D, enzim, anti Ig G, anti komplemen). Microtube selanjutnya

diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37˚C dan disentrifugasi. Tahap inkubasi

akan membei kesempatan antigen pada permukaan sel darah merah berikatan

dengan antibodi pada serum atau plasma sehingga membentuk aglutinasi. Pada

tahap sentrifugasi, sel yang beraglutinasi kuat akan tertangkap pada bagian atas

matrik gel sedangkan sel yang beraglutinasi lemah akan pindah kebagian bawah

matrik gel. Bila aglutinasi tidak terjadi , maka semua sel akan melewati pori-pori

gel dan akan mengendap didasar microtube (Mjafi, 2008).

30
Gambar 2.2 Prinsip pemeriksaan crossmatch metode gel
(Walker and Harmening, 2012)

2.6.2 Alat dan Bahan

Alat – alat yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan crossmatch

dengan metode gel antara lain (Brecher, 2005):

a. Micropipet (5µL, 25µL, 50 µL)

b. Dispenser 500µL

c. Tabung reaksi ukuran 12x75mm dengan raknya

d. Inkubator dengan suhu 37˚C yang sesuai dengan ukuran plastic card

e. Sentrifus yang sesuai dengan ukuran plastic card

Bahan – bahan yang dibutuhkan adalah (Brecher, 2008) :

a. Sampel darah pasien

b. Sampel darah donor

c. Low Ionic Strength Solution (LISS)

31
d. Plastic card yang terdiri atas 6 microtube yang mengandung gel di

dalamnya.

2.6.3 Prosedur Pemeriksaan

Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan crossmatch dengan metode gel

adalah (Mjafi, 2008):

a. Siapkan dua buah tabung ukuran 12x75 mm dan berikan label

b. Tabung pertama diisi 500µ LISS dan ditambahkan 5µL sel darah merah

donor.

c. Tabung kedua diisi 500µ LISS dan ditambahkan 5µL sel darah merah

pasien.

d. Beri label pada plastic card (identitas pasien dan nomor donor) serta

berikan tanda pada microtube mana reaksi mayor, minor dan autokontrol.

e. Suspensi sel dari tabung 1 diambil 50µL kemudian dimasukkan ke dalam

microtube dan ditambahkan serum atau plasma pasien sebanyak 25µL

(mayor).

f. Suspensi sel dari tabung 2 diambil 50µL kemudian dimasukkan ke dalam

microtube dan ditambahkan serum atau plasma donor sebanyak 25µL

(minor).

g. Suspensi sel dari tabung 2 diambil 50µL kemudian dimasukkan ke dalam

microtube dan ditambahkan serum atau plasma pasien sebanyak 25µL

(autokontrol).

32
h. Sampel dimasukkan ke dalam microtube dengan posisi miring. Suspensi

sel darah merah dan serum atau plasma dimasukkan tepat pada reaction

chamber dalam microtube.

i. Plastic card diinkubasi pada suhu 37˚C selama15 menit.

j. Plastic card disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 1000 rpm.

k. Baca dan catat hasil reaksi yang terjadi

2.6.4 Interpretasi hasil

Gambar 2.3 Derajat aglutinasi pada pemeriksaan crossmatch metode gel (Walker
and Harmering, 2012)

Keterangan gambar :

a. 4+ : Aglutinasi sel darah merah membentuk garis di atas microtube gel.

b. 3+ : Aglutinasi sel darah merah kebanyakan berada di atas setengah dari

microtube gel

c. 2+ : Aglutinasi sel darah merah terlihat disepanjang microtube gel

d. 1+ : Aglutinasi sel darah merah berada di bawah setengah dari microtube

gel

e. Negatif : Seluruh sel darah merah berada dibagian bawah microtube gel

33
f. Mixed field : Sebagian sel darah merah ada dipermukaan gel (mengalami

aglutinasi) dan sebagian mengendap pada dasar gel (tidak mengalami

aglutinasi).

2.7 Computer (Electronic) Crossmatch

Computer crossmatch merupakan metode untuk pengecekan terakhir ada

tidaknya inkompatibilitas ABO dan menyeleksi unit darah yang sesuai untuk

ditransfusikan kepada pasien dengan menggunakan komputer. Pada computer

crossmatch, data hasil pemeriksaan laboratorium pasien dan donor telah tersimpan

dalam komputer. Beberapa pendapat menyatakan bahwa computer crossmatch

sama amannya dengan immediate spin test untuk mendeteksi inkompatibilitas

ABO, bahkan lebih aman karena adanya integritas dari software komputer untuk

mendeteksi inkompatibilitas ABO antara sampel pasien dan donor. Program

komputer yang digunakan mampu memberikan peringatan apakah pasien layak

atau tidak dilakukan komputer crossmatch (Klein and Anstee,2014).

Syarat- syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan computer crossmatch

antara lain:

a. Komputer harus divalidasi pada saat akan digunakan dan harus ada

jaminan bahwa inkompatibilitas sistem ABO terdeteksi sehingga darah

yang inkompatibel tidak dapat keluar.

b. Komputer harus berisi data golongan darah ABO, Rhesus, dan hasil

pemeriksaan skrining antibodi pasien.

c. Sistem golongan darah ABO sudah ditentukan dengan sampel yang benar,

sesuai dengan identitas pasien dan juga sudah dikonfirmasi dengan data

34
sebelumnya. Data hasil pemeriksaan pasien sebelumnya mudah diakses

dan datanya valid.

d. Sistem komputer harus mencantumkan informasi donor yang meliputi

jenis produk darah, nomor donor, golongan darah ABO dan Rhesus serta

hasil pemeriksaan konfirmasi golongan darah.

e. Sistem komputer harus dilengkapi metode untuk memverifikasi ketepatan

data yang dimasukkan sebelum produk darah dikeluarkan.

f. Komputer dilengkapi dengan sistem alarm atau peringatan bila terdapat

inkompatibilitas antara donor dan pasien dan antara label unit darah dan

pemeriksaan konfirmasi (Stoe, 2011)

Keuntungan dari computer crossmatch antara lain menghemat waktu dan

biaya pemeriksaan, mengurangi kebutuhan sampel, mengurangi kontak dengan

bahan biologis, mengurangi volume sampah medis dan mengurangi beban kerja

laboratorium (Klein and Anstee,2014)

35
BAB III

RINGKASAN

Pemeriksaan crossmatch dilakukan untuk dapat mencegah terjadinya

reaksi transfusi baik reaksi transfusi baik reaksi transfusi yang bersifat

mengancam nyawa ataupun reaksi transfusi ringan atau sedang yang dapat

menggangu kenyamanan pasien. Dengan melakukan pemeriksaan crossmatch

akan dapat mendeteksi ada tidaknya antibodi, baik antibodi komplit ( IgM)

maupun antibodi inkomplit (IgG) yang terdapat dalam serum atau plasma pasien

yang memiliki arti klinis yang dapat menyebabkan kerusakan sel darah merah

donor.

Dengan melakukan pemeriksaan crossmatch dapat memastikan bahwa

transfusi darah yang diberikan sesuai atau kompatibel dan tidak menimbulkan

reaksi apapun pada pasien serta sel-sel darah merah yang diberikan dapat

mencapai masa hidup maksimal setelah diberikan kepada pasien. Sehingga pasien

akan mendapat manfaat yang maksimal dari transfusi yang dilakukan

36
DAFTAR PUSTAKA

Blaney ,K.D, Howard,P.R. 2013. Compatibility Testing. Basic&Applied Concepts


of Blood Banking and Transfusion Practices. Third Edition.United States;
Elsivier Mosby.p.188-201.

Brecher ME, 2005. AABB, Technical Manual, 15th edition. P 413-415.

Downes K A, Shulman IA. 2014. Pretransfusion testing. In: FungM, Grossman


BJ. Hillyer CD, Westhoff CM. eds. Technical manual 18th
edition.Bethesda MD: AABB. P.367-390.

Mehdi SR, 2013. Cross-matching (compatibility testing), Essentials of Blood


Banking A Handbook for Students of Blood Banking and Clinical
Residents Second Edition. New Delhi; Jaypee Brother Medical
Publisher.p.45-49.

Mjafi, 2008. Comparative study of blood crossmatching using convensional and


gel methode.

Mulyantari K, Sutirta Yasa, 2017. Laboratorium Pratransfusi up date. Udayana


University Press; 82-103

Powell V I, 2016. Blood Group Antigen and Antibodies. NYU Langone Medical
Center.

Setyati J, Soemantri A, 2010. Transfusi Darah Yang Rasional, Pelita Insani


Semarang; 115-131.

Stoe M, 2011. Pretransfusi Testing. In Quinley ED. Immunohematology Principle


& Third Edition. Philadelphia: Wiliam & Wilkins. p. 105-118

Klein HG, Anstee DJ. 2014. Blood Grouping Technique. Mollison’s Blood
Transfusionin ClinicalMedicine 12th Edition.UK; Wiley-Blackwell. p.
303-347

Walker PS, Harmening DM. 2012. Other Technologies and Automation. Blood
Groups and Serogic Testing. Modern Blood Banking & Transfusin
Practices 6th Edition. Philadelphi: F.A Davis company.p.273-285.

21

Anda mungkin juga menyukai