Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TRANFUSI DARAH

“CROSSMATCH”

DOSEN PENGAMPU

Yanti Rahayu,S.ST

DISUSUN OLEH

Nama : Nadira Sabina Mumtaz

Nim : 2105028

DIV TEKHNOLOGY LABORATORIUM MEDIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA

PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai secara tepat waktu.Makalah ini
kami berijudul “Cross Match”.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan transfuse


darah dari dosen pengampu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi teman-teman mahasiswa lainnya
sebagai para pembaca.Khususnya dalam hal manfaat pelaksanaan bimbingan kelompok
sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar para mahasiswa.

Kami selaku penulis merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah
yang kami beri judul “Cross Match”. Dalam makalah ini kami mencoba untuk menjelaskan
tentang segala sesuatu yang harus diketahui seorang sarjana Teknologi Laboratorium
Medik mengenai crossmatch. Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih
belum sepenuhnya sempurna. Maka dari itu kami terbuka terhadap kritik dan saran
yang bisa membangun kemampuan kami, agar pada tugas berikut nya bisa menulis
makalah dengan lebih baik lagi.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan para
pembaca.

Padang, 4 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Tujuan Masalah ........................................................................................................... 2
1.3. Rumusan masalah ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1. Pengertian crossmatch ................................................................................................. 3
2.2. Macam dari reaksi silang............................................................................................. 3
2.3. Fungsi uji crossmatch .................................................................................................. 3
2.4. Prinsip uji crossmatch ................................................................................................. 4
2.5. Pemeriksaan Crossmatch ............................................................................................. 4
2.6. Permasalahan dalam pemeriksaan crossmatch ............................................................ 6
2.7. Penanganan hasil incompatible ................................................................................... 6
2.8. Interpretasi hasil .......................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 9
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelayanan transfusi darah merupakan upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan


darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan
komersial. Darah dilarang diperjual belikan dengan dalih apapun. Pelayanan transfusi darah
sebagai salah satu upaya kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan sangat membutuhkan ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup,
aman, mudah diakses dan terjangkau oleh masyarakat (Permenkes No.91 Tahun 2015).

Pemeriksaan laboratorium sebelum pemberian transfusi darah (pre transfusion testing)


merupakan bagian yang sangat vital dalam kegiatan transfusi. Uji pratransfusi inilah yang
menentukan apakah produk darah yang akan ditransfusikan dapat memberikan manfaat yang
optimal atau tidak kepada pasien. Selain itu, uji pratransfusi juga dapat memprediksi apakah
transfusi akan memberikan efek samping yang fatal atau tidak sehingga pencegahan
terjadinya efek samping pemberian transfusi dapat lebih awal dilakukan . (Kartika dkk.,
2020)

Uji pra transfusi minimal yang harus dikerjakan di laboratorium adalah


pemeriksaan golongan darah sistem ABO dan Rhesus serta crossmatch (WHO,2002),
Sumber lain menyebutkan bahwa uji pratransfusi (pretransfusion testing) meliputi
pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus (D phenotype), antibodi skrining dan
crossmatch

Salah satu pemeriksaan yang sangat penting untuk pelayanan darah terhadap pasien
transfusi adalah Uji Silang Serasi (crossmatch) yang merupakan pemeriksaan utama yang
dilakukan sebelum transfusi dengan memeriksa kecocokan antara darah pasien dan donor
sehingga darah yang diberikan benar- benar cocok (Setyati, 2010). Tujuan lain crossmatch
adalah supaya darah yang ditranfusikan benar-benar bermanfaat bagi kesembuhan
pasien (Amiruddin,2015).

Fungsi dari pemeriksaan crossmatch sendiri adalah untuk mengetahui ada tidaknya
reaksi antara darah donor dan pasien sehingga menjamin kecocokan darah yang akan
ditranfusikan bagi pasien, mendeteksi antibodi yang tidak diharapkan dalam serum pasien

1
yang dapat mengurangi umur eritrosit donor/ menghancurkan eritrosit donor dan cek
akhir setelah uji kecocokan golongan darah ABO (Yuan, 2011).

Pemeriksaaan crossmatch terdiri dari 2 metode yaitu metode gel dan metode tabung.
Sampai saat ini, metode tabung telah menjadi andalan untuk mendeteksi antibodi selama 30
tahun pemeriksaan pretransfusi (Garg, 2017). Dan akhirnya Yves Lampiere dari Perancis
menemukan metode gel dan mengembangkan metode gel di Switzerland pada akhir
1985 sebagai metode standar sederhana yang memberikan reaksi aglutinasi dan dapat
dibaca dengan mudah (Kartika dkk., 2020)

1.2. Tujuan Masalah


1. Apa Pengertian crossmatch ?
2. Apa Macam-macam dari reaksi silang ?
3. Apa Fungsi crossmatch ?
4. Apa Prinsip uji crossmatch ?
5. Apa saja Pemeriksaan crossmatch?
6. Apa saja Permasalahan dalam pemeriksaan crossmatch ?
7. Apa Penanganan hasil incompatible?
8. Apa Interpretasi hasil?
1.3. Rumusan masalah
1. Mampu memahami Pengertian crossmatch
2. Mampu memahami Macam-macam dari reaksi silang
3. Mampu memahami Fungsi crossmatch
4. Mampu memahami Prinsip uji crossmatch
5. Mampu memahami Pemeriksaan crossmatch
6. Mampu memahami Permasalahan dalam pemeriksaan crossmatch
7. Mampu memahami Penanganan hasil incompatible
8. Mampu memahami Interpretasi hasil

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian crossmatch

Crossmatch merupakan pemeriksaan utama dalam menentukan kecocokan antara darah


donor dengan darah resipien sehingga darah yang diberikan benar- benar cocok (Seyati,
2010). Uji crossmatch ini berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya reaksi antibody antara
darah pasien dengan darah pendonor dengan indikasi terjadinya aglutinasi sehingga dapat
menjamin kecocokan darah yang ditransfusikan.

Tahapan yang dilakukan pada uji crossmatch antara lain identifikasi sampel darah
maupun pendonor dengan benar, mengecek riwayat pasien sebelumnya, memeriksa golongan
darah pasin dan darah donor, pastikan keduanya sesuai, pemeriksaan. (Situmorang dkk.,
2023)

2.2. Macam dari reaksi silang

a. Reaksi silang mayor : eritrosit donor + serum resipien

Memeriksa ada tidaknya aglutinin resipien yang mungkin dapat merusak eritrosit
donor yang masuk pada saat pelaksanaan transfusi

b. Reaksi silang minor : serum donor + eritrosit resipien

Memeriksa ada tidaknya aglutinin donor yang mungkin dapat merusak eritrosit
resipien. Reaksi ini dianggap kurang penting dibanding reaksi silang mayor, karena
agglutinin donor akan sangat diencerkan oleh plasma di dalam sirkulasi darah
resipien.

2.3.Fungsi uji crossmatch

a. Mengetahui ada tidaknya reaksi antara darah donor dan darah pasien sehingga
menjamin kecocokan darahyang akan ditransfusikankepada pasien.
b. Mendeteksi antibody yang tidak diharapkan dalam serum pasien yang dapat
mengurangi umur eritrosit donor/ dapat menghancurkan eritrosit donor.

3
c. Cek akhir uji krcocokan golongan darah ABO.(aryani, 2023)

2.4. Prinsip uji crossmatch

a. Mayor Crossmatch, yaitu komponen plasma darah pasien direaksikan dengan


komponen sel darah donor, apabila didalam serum pasien terdapat antibodi yang
melawan terhadap sel maka dapat merusak sel donor tersebut (Yuan, 2011)
b. Minor Crossmatch, yaitu komponen sel darah pasien direaksikan dengan
komponen plasma darah donor. Pemeriksaan antibodi terhadap donor apabila sudah
dilakukan maka pemeriksaan crossmatch minor tidak perlu lagi dilakukan (Setyati,
2010, Yuan, 2011)
c. Autocontrol Crossmatch, yaitu kompnen sel darah pasien direaksikan dengan
komponen plasma darah pasien itu sendiri, tujuannya adalah untuk mengetahui
adanya irregular antibody pada pasien.

2.5. Pemeriksaan Crossmatch

a. Metode gel
Yves Lampierre dari Perancis menemukan metode gel dan mengembangkan metode
gel di Switzerland pada akhir 1985 dan dijadikan sebagai metode standar sederhana
dengan prinsip aglutinasi yang dapat dibaca dengan mudah. Metode ini pertama kali
digunakan pada tahun 1988, dan sekarang telah digunakan oleh lebih dari 80 negara
didunia termasuk diantaranya adalah
Prinsip pemeriksan crossmatch metode gel adalah penambahan suspense sel dengan
serum atau plasma darah yang dimasukkan ke dalam tabung mikro yang berisi gel
dengan penambahan buffer yang kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC dalam waktu
15 menit lalu disentrifuge.

4
Gambar 1 Derajat aglutinasi sel darah merah (Weis ED, Chizhevsky V, 2006)

Keterangan Gambar :

A. (++++) : aglutinasi sel darah merah dengan keseluruhan sel darah merah
tertahan dipermukaan gel microtube.

B. (+++) : aglutinasi sel darah merah yang sebagian besar tertahan


dipermukaan gel microtube

C. (++) : aglutinasi sel darah merah terlihat sepanjang microtube

D. (+) : aglutinasi sebagian sel drah merah yang masih masuk melalui pori-pori gel
hingga berada dibawah setengah dari microtube

E. (-) : tanpa aglutinasi, sel darah merah lolos masuk memalui pori-pori gel
hingga kebagian bawah microtub.

Metode gel merupakan metode untuk mendeteksi reaksi sel darah merah dengan antibodi
dengan timbulnya aglutinasi. Metode gel ini memiliki keunggulan lebih cepat dan
mempunyai akurasi yang tinggi dalam mendeteksi aglutinasi bila dibandingkan dengan
metode manual/ tabung. (aryani, 2023)

b. Metode tabung

5
Prinsip pemeriksaan crossmatch metode tabung adalah sel donor dicampur dengan
serum penerima (mayor crossmatch) dan sel penerima dicampur dengan serum donor
(minor crossmatch) dalam bovine albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan
dan hemolisis bila golongan darah tidak cocok.
c. Metode otomatis
Crossmatch metode otomatis adalah metode pemeriksaan crossmatch menggunajan
reagen gel. Perbedaan keduanyan terletak pada dengan meminimalisir manipulasi oleh
tekhnisi, dimana tekhnisi hanya terlibat pada preparasi sampel kemudian selanjutnya
mesin yang melakukan tahap analitik. Hasil dibaca adanya aglutinasi memberi hasil
positif, dan tidak adnya aglutinasi dinyatakan negative. (aryani, 2023)

2.6. Permasalahan dalam pemeriksaan crossmatch

Permasalahan yang terjadi dalam pemerksaan crossmatch, antara lain kesalahan


administrasi dan pengambilan sampel pasien, meliputi salah dalam pelabelan, salah
mengambil sampel, sampel bermasalah, reagen atau alat yang bermasalah. Prosedur
pemeriksaan yang salah. Pasien/donor memiliki antibody tertentu atau permasalahan lain
dalam darah pasien atau donor

Pemeriksaan crossmatch juga dapat memberikan hasil positif (inkompatibel) selain oleh
karena adanya antibody inkomplit juga dapat terjadi karena adanya autoantibodi dalam
serum pasien, dan adanya antibody yang tidak termasuk kedalam sistem golongan
darah.(Wulansari dkk., 2019)

2.7. Penanganan hasil incompatible

Hasil uji silang serasi perlu dilakukan penanganan degan pemeriksaan ulang golongan
darah dan uji silang serasi pada pasien dan donor. Dengan melakukan pemeriksaan subgroup,
dan menelusuri riwayat transfusi pada pasien dengan pemeriksaan lanjutan screening dan
identifikasi antibody. Hasil pemeriksaan mayor dan minor positif, autocontrol negative perlu
dilakukan penanganan dengan pemeriksaan DCT (Direct Coombs Test) pada donor.
Kemudian lakukan pemeriksaan skrining dan identifikasi antibodi pada serum pasien.

Hasil pemeriksaan mayor negatif, minor dan autocontrol positif pelu dilakukan
penanganan dengan pemeriksan DCT (Direct Coombs Test) pada pasien. Pada hasil

6
pemeriksaan ini darah boleh dikeluarkan apabila derajat positif pada minor sama atau lebih
kecil dibandingkan derajat positif pada autocontrol dan DCT (Direct Coombs Test).

Hasil pemeriksaan mayor, minor, autocontrol positif perlu dilakukan penanganan


dengan pemeriksaan DCT (Direct Coombs Test) pada serum pasien. Apabila hasil DCT
positif , maka dilanjutkan screening dan identifikasi antibody (Oktari & Mulyati, 2022)

2.8. Interpretasi hasil

No Mayor Minor AC/DCT Kesimpulan

1 - - - Kompatibel, boleh ditransfusikan

Inkompatibel, darah tidak dapat


ditransfusikan kecuali atas
2 + - -
pertimbangan klinis khusus
Inkompatibel, darah boleh
ditransfusikan tapi hanya Packed Red
3 - + -
Cell saja
Inkompatibel, darah boleh

4 - + + ditransfusikan bila derajat aglutinasi

crossmatch minor lebih kecil dari

Autocontrol/DCT
Inkompatibel, darah tidak boleh
ditransfusikan
5 + + +

Apabila hasil crossmatch Mayor, Minor dan Autokontrol = negatif artinya darah
pasien kompatibel dengan darah donor maka boleh didonorkan.

Apabila crossmatch Mayor = positif, Minor = negatif, dan Autokontrol = negatif maka
darah donor harus diperiksa kembali golongan darah pasien apakah sudah sama dengan
donor atau belum, apabila darah sudah sama artinya ada irregular antibodi pada serum
pasien. Ganti darah donor, lakukan crossmatch lagi sampai didapat hasil crossmatch negatif
pada mayor dan minor. Apabila tidak ditemukan hasil crossmatch yang kompatibel

7
meskipun darah donor telah diganti maka harus dilakukan screening dan identifikasi antibodi
pada serum pasien, dalam hal ini samel darah dikirim ke UTD Pembina terdekat. (aryani,
2023)

Crossmatch Mayor = negatif, Minor = positif, Autokontrol = negatif, artinya ada


irregular antibodi pada serum/plasma donor. Solusinya yaitu ganti dengan darah donor yang
lain dan ulang Kembali pemeriksaan crossmatch.

Bila hasil crossmatch Mayor = negatif, Minor = positif, Autokontrol = positif, lakukan
Direct Coombs Test pada pasien (OS). Apabila DCT = positif, hasil positif pada crossmatch
minor dan autokontrol berasal dari autoantibodi. Apabila derajat positif pada minor sama
atau lebih kecil dibandingkan derajat positif Autokontrol / DCT, darah boleh dikeluarkan.
Apabila derajat positif pada Minor lebih besar dibandingkan derajat positif pada Autokontrol
/ DCT, darah tidak boleh dikeluarkan. Ganti darah donor, lakukan crossmatch lagi sampai
ditemukan positif pada Minor sama atau lebih kecil dibanding Autokontrol / DC.

Dan apabila hasil crossmatch menunjukkan hasil Mayor, Minor, Autokontrol = positif,
periksa ulang golongan darah pasien maupun donor, baik dengan cell grouping maupun back
typing, pastikan tidak ada kesalahan golongan darah. Lakukan DCT pada pasien, apabila
positif, bandingkan derajat positif DCT dengan Minor, apabila derajat positif Minor sama
atau lebih rendah dari DCT, maka positif pada Minor dapat diabaikan, Artinya positif
tersebut berasal dari autoantibodi. Sedangkan positif pada Mayor, disebabkan adanya
Irregular Antibodi pada serum pasien, ganti dengan darah donor baru sampai ditemukan hasil
Mayor negative. (Situmorang dkk., 2023)

8
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Crossmatch merupakan pemeriksaan utama dalam menentukan kecocokan antara


darah donor dengan darah resipien sehingga darah yang diberikan benar- benar cocok
(Seyati, 2010). Uji crossmatch ini berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya reaksi
antibody antara darah pasien dengan darah pendonor dengan indikasi terjadinya
aglutinasi sehingga dapat menjamin kecocokan darah yang ditransfusikan.

Fungsi uji crossmatch yaitu :

 Mengetahui ada tidaknya reaksi antara darah donor dan darah pasien sehingga
menjamin kecocokan darahyang akan ditransfusikankepada pasien.
 Mendeteksi antibody yang tidak diharapkan dalam serum pasien yang dapat
mengurangi umur eritrosit donor/ dapat menghancurkan eritrosit donor.
 Cek akhir uji krcocokan golongan darah ABO.(aryani, 2023)

9
DAFTAR PUSTAKA

aryani, esi. (2023). Imunohematologi. universitas binawan.

Kartika, I. D., Thamrin, H. Y., Muhiddin, R., Arif, M., & Samad, I. A. (2020). Analisis

Antibodi Ireguler pada Reaksi Inkompatibel Darah Transfusi. UMI Medical Journal,

5(2), 28–34. https://doi.org/10.33096/umj.v5i2.93

Oktari, A., & Mulyati, L. (2022). PENGARUH WAKTU DAN SUHU PENYIMPANAN

SAMPEL DARAH TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI

(CROSS MATCH). Journal of Indonesian Medical Laboratory and Science

(JoIMedLabS), 3(2), 133–145. https://doi.org/10.53699/joimedlabs.v3i2.88

Situmorang, P. R., Napitupulu, D. S., & Sibarani, A. (2023). ANALISIS INCOMPATIBLE

PADA PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI (CROSS MATCHING) DENGAN

METODE GEL TEST DI UTD PALANG MERAH INDONESIA KOTA MEDAN

TAHUN 2023. 4.

Wulansari, P., Oktari, A., & Purnama, D. (2019). PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN

UJI SILANG SERASI (Cross Match Mayor) METODE TABUNG MENGGUNAKAN

VARIASI KONSENTRASI SUSPENSI ERITROSIT.

10

Anda mungkin juga menyukai