Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

CROSSMATCH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Imunohematologi yang
diampu oleh:
Misbahul Munir, SST

Disusun Oleh :
Nala Nurfalah KHG.E21020
Alisa Nurhalimah KHG.E21021
Merlin Brendari KHG.E21024
Herlin Sri Wendari KHG.E21025
Alifah Zuyyina .M KHG.E21030
Sopia Sopah KHG.E21031
Johan Suhendang KHG.E21032
Neng Sindy .Y KHG.E21034

Moch. Rizky Maulana KHG.E21040

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KARSA HUSADA GARUT
PRODI DIII ANALIS

i
KESEHATAN 2022- 2023

ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Dengan segala kerendahan dan keikhlasan penulis panjatkan pujian serta


syukur kehadiran allah SWT. Yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah penugasan Imunoematologi yang
berjudul “crossmatch”.

Dalam menyusun makalah ini, kami banyak memproleh bantuan serta


bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Misbahul Munir, SST. Selaku dosen mata kuliah
Imunihematologi
2. Rekan-rekan semua kelompok 1 Imunohematologi.
3. Orang tua yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan
bantuan baik moril mapun material.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih jauh dalam
kesempurnaan,hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kesulitan yang
dihadapi penulis. Namun berkat bimbingan dan peyunjuk dari dosen yang telah
tulus dan ikhlas memberi doa, mendidik dan memberikan dukungan moril teratasi
Dengan segala harapan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat baik
untuk penulis,pembaca,dan segala pihak. Permohonan maaf penulis ucapan
kerena dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu
dengan terbukaan menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun.semoga
allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah kepada kita semua
Aaminn
Garut,19 Oktober 2023

iii
Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah..............................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................3

2.1 Definisi Crossmatch.......................................................................................3

2.2 Tujuan dan Fungsi Pemeriksaan Crossmatch................................................3

2.3 Jenis Pemerikksaan Crossmatch....................................................................4

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

3.1 Kesimpulan..................................................................................................11

3.2 Saran.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan uji silang serasi darah atau yang lebih dikenal dengan
crossmatch merupakan pemeriksaan utama sebelum dilakukan transfusi darah.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencocokkan antara darah pasien dengan darah
donor, sehingga darah yang diberikan benar-benar cocok dan supaya darah yang
ditransfusikan benar-benar bermanfaat bagi kesembuhan pasien.

Crossmatch merupakan reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan


darah donor yang akan ditransfusikan. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah darah donor yang akan ditransfusikan tersebut nantinya akan
dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau apakah plasma donor yang
turut ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam tubuhnya sehingga
menimbulkan reaksi transfusi hemolitik yang akan membahayakan pasien
(Setyati, 2010).Pemeriksaan crossmatch dapat dilakukan secara serologik dan
elektronik atau komputerisasi Di Negara-negara berkembang pemeriksaan
crossmatch baru bisa dilakukan secara serologik (Mulyantari, 2017).

Pemeriksaan serologik dapat dibedakan menjadi immediatespin


crossmatch dan antiglobulin crossmatch. Sedangkan antiglobulin crossmatc
sendiri dapat dilakukan dengan cara tube test ataupun dengan column aglutination
test atau yang lebih dikenal dengan gel test. Pemeriksaan crossmatch dengan tube
test dilakukan melalui beberapa fase, yaitu fase suhu kamar, fase suhu inkubasi
37˚C dan fase antiglobulin. Bila skrining antibodi belum pernah dilakukan
sebelumnya atau bila dalam serum terdapat antibodi yang bermakna secara klinis
maka pemeriksaan harus dilakukan pada seluruh fase. Bila sebelumnya telah
dilakukan skrining antibodi dan tidak ditemukan antibodi, maka fase antiglobulin
tidak dilakukan. Jadi hanya dilakukan immediate spin saja untuk memastikan
kompatibilitas golongan darah ABO (Brecher, 2005). Sejalan dengan

1
perkembangan zaman permeriksaan crossmatch dengan matode tabung sudah
mulai digantikan dengan metode gel (Mjafi,2008).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka rumusan masalah dari
penulisan ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan crossmacth?
2. Apa tujuan dan fungsi pemeriksaan crossmatch?
3. Apa jenis pemeriksaan crossmacth?
4. Apa saja permasalahan dalam pemeriksaan crossmatch?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disebutkan diatas, maka maksud
dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan crossmatch
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi pemeriksaan crossmatch
3. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan crossmatch
4. Untuk mengetahui permasalahan dalam pemeriksaan crossmacth.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Crossmatch
Berdasarkan standar dari American Association of Blood Bank (AABB),
crossmatching didefinisikan sebagai suatu pemeriksaan yang menggunakan
metode yang mampu menunjukkan inkompatibilitas sistem ABO dan adanya
antibodi yang signifikan terhadap antigen eritrosit dan juga melibatkan
pemeriksaan antiglobulin. Crossmatch merupakan suatu seri pemeriksaan yang
dilakukan pretransfusi untuk menjamin kecocokan darah yang akan ditransfusikan
kepada penerima darah (resipien) dan mendeteksi kemungkinan adanya antibodi
yang tidak diharapkan dalam serum resipien yang akan mengurangi umur hidup
atau menghancurkan eritrosit donor (Blaney and Howard, 2013).

2.2 Tujuan dan Fungsi Pemeriksaan Crossmatch


Pemeriksaan crossmatch dilakukan untuk meyakinkan bahwa tidak ada
antibodi didalam serum pasien yang akan bereaksi dengan sel darah donor jika
transfusi dilakukan. Adapun fungsi utama crossmatch adalah :
A. Untuk melakukan pengecekan terakhir dan meyakinkan bahwa golongan
darah ABO antara pasien dan donor sudah sesuai sehingga reaksi
transfusi dapat dicegah.
B. Untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi di dalam serum pasien yang
akan bereaksi dengan antigen pada sel darah merah donor terutama pada
kondisi. Dimana antibodi tidak terdeteksi dengan skrining antibodi
karena tidak adanya antigen yang sesuai pada panel sel skrining
(Downes, 2014).
Dengan melakukan pemeriksaan crossmatch maka diharapkan dapat
mendeteksi ada tidaknya antibodi, baik antibodi komplit (IgM) maupun antibodi
inkomplit (IgG) yang terdapat dalam serum atau plasma pasien, yang dapat
menyebabkan kerusakan sel darah merah donor, sehingga dapat memberi
keyakinan akan manfaat transfusi yang maksimal untuk penderita (meningkatkan
kesempatan hidup sel darah donor dalam tubuh pasien) (Setyati, 2010).

3
2.3 Jenis Pemerikksaan Crossmatch
Pemeriksaan crosssmatch dapat dilakukan secara serologik dan elektronik
atau komputerisasi. Di Indonesia, pemeriksaan crossmatch baru bisa dilakukan
secara serologik. Pemeriksaan crossmatch serologik yaitu antiglobulin
crossmatch. Antiglobulin crossmatch dapat dilakukan dengan metode tabung
( tube test ) atau dengan metode gel (Column agglutination test) (Mulyantari,
2017).
A. Crossmatch dengan Tube Test
Crossmatch dengan metode tabung dapat dikerjakan untuk crossmatch mayor
maupun crossmatch minor (Mjafi, 2008).
a. Crossmatch mayor
Pada pemeriksaan crossmatch mayor, sel darah donor dicampur dengan
serum resipien. Bila dalam serum resipien terdapat antibodi terhadap sel
donor maka akan terjadi destruksi sel donor.
b. Crossmatch minor
Pada pemeriksaan crossmatch minor, serum donor dicampur dengan sel
darah resipien. Bila dalam serum donor terdapat antibodi terhadap sel
resipien, maka akan terjadi destruksi sel resipien.
Pada pemeriksaan dimana golongan darah ABO pasien dan golongan darah
ABO donor yang sesuai, maka baik mayor maupun minor tes tidak akan bereaksi.
Namun pada golongan darah ABO pasien dan golongan darah ABO donor yang
berlainan, misalnya donor golongan darah O dan pasien golongan darah A, maka
pada tes minor akan terjadi aglutinasi (Setyati, 2010).
Di negara yang sudah maju, crossmatch minor sudah tidak dikerjakan lagi
karena sampel darah donor sudah dilakukan skrining antibodi sebelumnya untuk
mendeteksi adanya antibodi ireguler. Di Indonesia, crossmatch minor masih
dikerjakan secara rutin hampir disemua unit Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)
atau Unit Transfusi Darah (Mulyantari, 2017).

4
a) Prinsip pemeriksaan
Prinsip dasar pemeriksaan pada metode tabung adalah adanya reaksi antara
antigen dan antibodi yang dilakukan dalam fase dan medium yang
berbeda. Hal ini dimaksudkan karena jenis-jenis antibodi golongan darah
mempunyai karakter yang berbeda. Antibodi sistem Rhesus bereaksi baik
dalam medium albumin tetapi tidak dalam medium salin (kecuali anti E).
Dalam melakukan crossmatch harus dilakukan dalam 3 fase yaitu fase
suhu kamar, fase inkubasi 37˚C dan fase antiglobulin serta harus
melakukan crossmatch mayor, minor dan autokontrol (Mehdi, 2013).
b) Alat dan Bahan
• Tabung gelas ukuran 12 x75 mm
• Inkubator (waterbath 37 C
• Sentrifus
• Pipet disposible
• Tempat limbah
• Rak tabung reaksi
• Salin atau NaCl 0,9%
• Bovine albumin 22%
• Coomb’s serum
• Coombs Control Cell (CCC)
• Sampel darah pasien
• Sampel darah donor
c) Persiapan Pasien
Ada beberapa hal yang harus disiapkan sebelum melakukan pemeriksaan
metode tabung yaitu (Mjafi, 2008) :
• Serum resipien yang jernih bebas dari sel darah merah.
• Suspensi sel darah merah resipien 2-5% dalam salin, setelah sel dicuci.
• Plasma donor yang jernih bebas dari sel-sel darah.
• Suspensi sel darah merah donor 2-5% dalam salin, setelah sel dicuci.

5
d) Prosedur Pemeriksaan
Adapun teknik dan prosedur dalam melakukan pemeriksaan crossmatch
metode tabung diantaranya:
1. Fase I : merupakan fase pada suhu kamar di dalam medium salin
- Siapkan tiga tabung untuk pemeriksaan crossmatch.
- Tabung I (mayor) : masukkan 2 tetes serum pasien, kemudian
ditambahkan 1 tetes sel donor suspensi 5%.
- Tabung II (minor) : masukkan 2 tetes plasma donor, kemudian
ditambahkan 1 tetes sel pasien suspensi 5%.
- Tabung III (autokontrol) : masukkan 2 tetes serum pasien, kemudian
ditambahkan 1 tetes sel pasien suspensi 5%.
- Campur masing – masing tabung, kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 3000 rpm selama 15 detik atau 1000 rpm selama 1 menit.
- Baca reaksi, amati adanya aglutinasi atau hemolisis pada tabung.
- Bila tidak ada reaksi lanjut ke fase II (Mehdi, 2013)
2. Fase II : fase inkubasi 37˚C dalam medium bovine albumin.
- Tambahkan 2 tetes bovine albumin 22% kedalam semua tabung yang
pada fase I memberikan hasil negatif.
- Inkubasi semua tabung pada suhu 37˚C selama 15 menit.
- Lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik
atau 1000 rpm selama 1 menit.
- Baca reaksi, amati adanya aglutinasi atau hemolisis pada tabung.
- Bila tidak ada reaksi lanjut ke fase III (Mehdi, 2013).
3. Fase III : fase antiglobulin atau dikenal juga dengan fase Indirect
Antiglobulin Test (IAT) atau Anti Human Globulin (AHG) . Semua
antibodi inkomplit yang telah diikat pada sel darah merah (fase II) akan
beraglutinasi (positif) dengan baik setelah penambahan Coombs serum .
Sepertiga dari semua antibodi yang dapat menyebabkan reaksi transfusi
hanya dapat dideteksi dengan teknik antiglobulin.
- Cuci sel sebanyak 3 kali dengan menggunakan salin pada semua
tabung yang memberikan hasil negatif pada fase II.

6
- Buang seluruh supernatan bekas cucian.
- Tambahkan 2 tetes coomb’s serum
- Lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik
atau 1000 rpm selama 1 menit.
- Baca reaksi, amati adanya aglutinasi atau hemolisis pada tabung
- Bila tidak ada reaksi menandakan hasil kompatibel.
- Tambahkan 1 tetes coombs control cells (CCC) pada ketiga tabung
tersebut.
- Sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik atau 1000
rpm selama 1 menit.
- Baca reaksi, bila terjadi aglutinasi berarti pemeriksaan benar (Mehdi,
2013).
e) Interpretasi Hasil
- Fase I
Baca reaksi, amati adanya aglutinasi atau hemolisis pada tabung. Bila
tidak ada reaksi lanjut pada fase II.
- Fase II
Baca reaksi, amati adanya aglutinasi atau hemolisis pada tabung. Bila
tidak ada reaksi lanjut pada fase III.
- Fase III
Baca reaksi, bila terjadi aglutinasi berarti pemeriksaan benar (Mehdi,
2013).
Untuk mencegah agar hasil crossmatch tidak memberikan hasil negatif
palsu maka ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan, diantaranya
(Setyati, 2010) :
- Salin harus bersih, jernih, tidak berwarna, tidak terkontaminasi serum.
- Suhu inkubator harus tepat.
- Lama inkubasi harus tepat.
- Pencucian sel darah merah harus bersih.
- Hasil negatif harus dikontrol dengan menggunakan CCC.

7
B. Crossmatch dengan Gel Test
Saat ini column agglutination test atau yang lebih umum dikenal sebagai gel
test telah digunakan secara luas menggantikan metode manual atau tube test.
Metode gel memiliki banyak kelebihan dibandingkan metode tabung. Selain
menghemat waktu pemeriksaan, prosedur tes juga lebih sederhana serta
pembacaan hasil lebih mudah dilakukan. Hasil reaksi stabil dan dapat disimpan,
sampel yang diperlukan sedikit, tidak ada proses pencucian dan penambahan CCC
(Mulyantari, 2017)
a) Prinsip Pemeriksaan
Penambahan suspensi sel darah merah dan serum atau plasma dari donor
dan pasien dalam microtube yang berisi gel di dalam buffer berisi reagen (anti
A, anti B, anti D, enzim, anti Ig G, anti komplemen). Microtube selanjutnya
diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37˚C dan disentrifugasi. Tahap
inkubasi akan membei kesempatan antigen pada permukaan sel darah merah
berikatan dengan antibodi pada serum atau plasma sehingga membentuk
aglutinasi. Pada tahap sentrifugasi, sel yang beraglutinasi kuat akan
tertangkap pada bagian atas matrik gel sedangkan sel yang beraglutinasi
lemah akan pindah kebagian bawah matrik gel. Bila aglutinasi tidak terjadi ,
maka semua sel akan melewati pori-pori gel dan akan mengendap didasar
microtube (Mjafi, 2008).
b) Alat dan Bahan
- Micropipet (5µL, 25µL, 50 µL)
- Dispenser 500µL
- Tabung reaksi ukuran 12x75mm dengan raknya
- Inkubator dengan suhu 37˚C yang sesuai dengan ukuran plastic card
- Sentrifus yang sesuai dengan ukuran plastic card
- Sampel darah pasien
- Sampel darah donor
- Low Ionic Strength Solution (LISS)
- Plastic card yang terdiri atas 6 microtube yang mengandung gel di
dalamnya.

8
c) Prosedur Pemeriksaan
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan crossmatch dengan
metode gel adalah (Mjafi, 2008):
- Siapkan dua buah tabung ukuran 12x75 mm dan berikan label
- Tabung pertama diisi 500µ LISS dan ditambahkan 5µL sel darah merah
donor.
- Tabung kedua diisi 500µ LISS dan ditambahkan 5µL sel darah merah
pasien.
- Beri label pada plastic card (identitas pasien dan nomor donor) serta
berikan tanda pada microtube mana reaksi mayor, minor dan autokontrol.
- Suspensi sel dari tabung 1 diambil 50µL kemudian dimasukkan ke dalam
microtube dan ditambahkan serum atau plasma pasien sebanyak 25µL
(mayor).
- Suspensi sel dari tabung 2 diambil 50µL kemudian dimasukkan ke dalam
microtube dan ditambahkan serum atau plasma donor sebanyak 25µL
(minor).
- Suspensi sel dari tabung 2 diambil 50µL kemudian dimasukkan ke dalam
microtube dan ditambahkan serum atau plasma pasien sebanyak 25µL
(autokontrol).
- Sampel dimasukkan ke dalam microtube dengan posisi miring. Suspensi
sel darah merah dan serum atau plasma dimasukkan tepat pada reaction
chamber dalam microtube.
- Plastic card diinkubasi pada suhu 37˚C selama15 menit.
- Plastic card disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 1000 rpm.
- Baca dan catat hasil reaksi yang terjadi.
d) Interpretasi Hasil
4+ : Aglutinasi sel darah merah membentuk garis di atas microtube gel.
3+: Aglutinasi sel darah merah kebanyakan berada di atas setengah dari
microtube gel
2+ : Aglutinasi sel darah merah terlihat disepanjang microtube gel
1+ : Aglutinasi sel darah merah berada di bawah setengah dari microtube

9
gel
- Negatif : Seluruh sel darah merah berada dibagian bawah microtube
gel
- Mixed field : Sebagian sel darah merah ada dipermukaan gel
(mengalami aglutinasi) dan sebagian mengendap pada dasar gel (tidak
mengalami aglutinasi).
C. Permasalahan Dalam Pemeriksaan Crossmatch
Permasalahan yang terjadi dalam pemeriksaan crossmatch, antara lain :
1. Kesalahan administrasi dan pengambilan sampel pasien, meliputi : salah
dalam pelabelan, salah mengambil sampel, sampel bermasalah.
2. Reagen atau alat yang bermasalah.
3. Prosedur pemeriksaan yang salah
4. Pasien/donor memiliki antibodi tertentu atau permasalahan lain dalam darah
pasien atau donor (Ritchie, 2014).

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan crossmatch dilakukan untuk dapat mencegah terjadinya
reaksi transfusi baik reaksi transfusi yang bersifat mengancam nyawa ataupun
reaksi transfusi ringan atau sedang yang dapat menggangu kenyamanan pasien.
Dengan melakukan pemeriksaan crossmatch akan dapat mendeteksi ada tidaknya
antibodi, baik antibodi komplit ( IgM) maupun antibodi inkomplit (IgG) yang
terdapat dalam serum atau plasma pasien yang memiliki arti klinis yang dapat
menyebabkan kerusakan sel darah merah donor.
Dengan melakukan pemeriksaan crossmatch dapat memastikan bahwa
transfusi darah yang diberikan sesuai atau kompatibel dan tidak menimbulkan
reaksi apapun pada pasien serta sel-sel darah merah yang diberikan dapat
mencapai masa hidup maksimal setelah diberikan kepada pasien. Sehingga pasien
akan mendapat manfaat yang maksimal dari transfusi yang dilakukan

3.2 Saran
Semoga dalam makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya, dan
bagi pembaca mungkin dalam penyusunan makalah ini penukis masih banyak
kekurangan karena keterbatasan ruang lingkup, waktu, siatuasi, kondisi, dan ilmu
yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan penulisan makalah ini dimasa yang akan
datang.

11
DAFTAR PUSTAKA

putri, I. a. (2018). Dipetik oktober 24, 2023, dari Pemeriksaan Crossmatch:


file:///C:/Users/Windows10/Downloads/280af7f35ad066dff69bd67defe76c
49.pdf

Ritchie. (2014). permasalahan dalam pemeriksaan crossmatch. Dipetik oktober


24, 2023, dari http://repository.unimus.ac.id/1259/3/12.BAB%20II.pdf

sukma, D. (2010, agustus 31). Dipetik oktober 24, 2023, dari Reaksi Silang
(Crossmatch reaction): https://patologiklinik.com/2010/08/31/reaksi-
silang-crossmatch-reaction/

yuan. (2019). Dipetik oktober 24, 2023, dari Reaksi Silang (Crossmatch reaction):
http://repository.unimus.ac.id/1259/3/12.BAB%20II.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai