Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HIV/AIDS

Diajukan untuk memenuhi tugas


mata kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh:
Selvana Emilia
(PO71200220083)

Dosen Pengampu :
Suharti,S.Tr.Kep,M.Pd

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
limpahan anugerah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul HIV/AIDS dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik
dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan
dan wawasan penyusun. Oleh karena itu, penyusun mengaharapkan kritik dan saran
demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Penyusun
mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Jambi, September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHUUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................................... 5
D. Pendekatan dan Metode Pemecahan Masalah ................................................... 5
BAB 2 KAJIAN TEORI ............................................................................................... 6
A. Pengertian HIV/AIDS ........................................................................................ 6
B. Tanda gejala dan risiko HIV .............................................................................. 7
C. Penularan HIV/AIDS ......................................................................................... 9
D. Konseling dan Tes HIV .................................................................................... 10
E. Alur pemeriksaan HIV ..................................................................................... 11
F. HIV merusak sistem ketebalan tubuh .............................................................. 12
G. Gejala AIDS ..................................................................................................... 13
BAB 3 PEMBAHASAN ............................................................................................. 14
A. Bagaimana Virus ini bekerja ............................................................................ 14
B. Kesehatan sistem kekebalan ............................................................................. 14
C. Belajar mengenal HIV dan penghambatannya ................................................. 15
D. Hidup bersama orang yang terdeteksi HIV/AIDS ........................................... 15
E. Cara pencegahan HIV/AIDS ............................................................................ 15
BAB 4 PENUTUP....................................................................................................... 17
A. KESIMPULAN ................................................................................................ 17
B. SARAN ............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 18

ii
BAB 1
PENDAHUUAN
A. LATAR BELAKANG
HIV adalah virus sitopatik diklasifikasikan dalam family
Retroviridae,subfamili Lentivirinae, genusLentivirus. Berdasar strukturnya HIV
termasukfamili retrovirus, termasuk virus RNA dengan bermolekul 9.7 kb
(kilobases).Dari perangkat untaian RNA HIV, tiap untaian
memiliki sembilan genes (gag, pol, vif, vpr, vpu, env,rev, tat, nef). RNA diliputi
oleh kapsul berbentukkerucut terdiri atas sekitar 2000 kopi p24 proteinvirus.
Dikelilingi oleh kapsid selubung virus (envelope).Selubung virus terdiri atas dua
lapis membran lipid.Masing-masing subunit selubung virus terdiriatas dua non-
kovalen rangkaian protein membranglycoprotein 120 (gp120), protein membran
luar, danglycoprotein 41 (gp41).Struktur gp120 sendiri terdiri atas bagian
yangtidak stabil yang menentukan antigenitas disebut(V) dan yang stabil disebut
(C). Fungsi selubunglebih ditentukan oleh regio V terutama V3, sehingga
memungkinkan berinterasi dengan reseptor danko-reseptor pada permukaan sel
host. Genomik HIVtersusun dalam 3 kerangka (the triplet codes) pada
rangkaian pengkode gen. Terdapat berbagai proteinpengkode yang berperan
sebagai penentu struktur,katalitik, regulator, dan asesori.Di dalam siklus hidup
HIV, rangkaian asamnukleat berperan pada fungsi intrinsik. Asam
nukleat merupakan zat kimia yang bertanggungjawab atas penyimpanan dan
penyampaian semuainformasi genetik yang diperlukan guna perencanaan
pembentukan fungsi sel. Asam nukleat terbentukdari nitrogen yang mengandung
basa (purin danpirimidin), gula (deoksiribosa), dan asam fosfat.
Asam nukleat yang mengandung deoksiribosa disebut asam deoksiribonukleat
atau DNA.(Dr.Jhonathan \weber Annabel ferriman)
Pada beberapa tahun terakhir telah tercatat kemajuan dari pelaksanaan
program pengendalian HIV di Indonesia. Berbagai layanan HIV telah
berkembang dan jumlah orang yang memanfaatkannya juga telah bertambah
dengan pesat. Walaupun data laporan kasus HIV dan AIDS yang dikumpulkan
dari daerah memiliki keterbatasan, namun bisa disimpulkan bahwa peningkatan
yang bermakna dalam jumlah kasus HIV yang ditemukan dari tahun 2009 sampai
dengan 2012 berkaitan dengan peningkatan jumlah layanan konseling dan tes
HIV (KTHIV) pada periode yang sama.
Namun demikian kemajuan yang terjadi belum merata di semua provinsi baik
dari segi efektifitas maupun kualitas. Jangkauan dan kepatuhan masih merupakan
tantangan besar terutama di daerah yang jauh dan tidak mudah dicapai. Pada
tahun 2016 dilaporkan 41.250 kasus HIV baru dan sampai Maret 2017 dilaporkan
10.376 Kasus HIV baru. Secara kumulatif telah teridentifikasi 242.699 orang
yang terinfeksi HIV. Jumlah layanan yang ada hingga Maret 2017 meliputi 3.450
1
layanan KTHIV dan konsoling yang diprakarsai oleh petugas kesehatan 705
layanan perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP) yang aktif melaksanakan
pengobatan terhadap HIV dan AIDS di Indonesia, 2011, menekankan perlunya
membangun layanan HIV yang berkesinambungan dari layanan pencegahan,
perawatan, pengobatan dan dukungan, yang lebih erat berkolaborasi dengan
komunitas atau masyarakat, dengan tujuan untuk mempercepat perluasan layanan
pengobatan yang terdesentralisasi, terpadu dan efektif. Kecuali itu juga perlu
memperluas kemitraan dengan pihak di luar sektor kesehatan, terutama LSM,
komunitas/kader, ODHA dan kelompok populasi kunci sesuai dengan sistem
pendukung yang ada di suatu daerah.
(http://spiritia.or.id/cdn/files/dokumen/hidup-dengan-hiv_5c34da84e3e40.pdf)
Berbagai kebijakan dan program dalam upayapencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDSsudah banyak dilakukan di Indonesia. Namun,
respon masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) seperti
diskriminasi, masih seringditemukan.¹2 Dari studi diketahui bahwa perilaku
diskriminasi terhadap ODHA merupakan hambatanutama dalam pencegahan,
pengobatan, danpengendalian HIV/AIDS di seluruh dunia. 3,4,5
Diskriminasi merupakan pembedaan perilakuberdasarkan karakteristik yang
melekat padaindividu yang mengarah kepada ketidakadilan.
Diskriminasi terhadap ODHA menyebabkanseseorang enggan untuk melakukan
screening HIV,menunda mengetahui hasil tes, tidak berusaha untuk
memperoleh pengobatan bahkan cenderung untukmenyembunyikan. Akibatnya,
terhambat dalampengobatan dan perawatan yang bisa meningkatkan
risiko kematian ODHA dan meningkatkan penularanHIV/AIDS di masyarakat.
Dampak individu akibatdiskriminasi adalah gangguan psikologis seperti
depresi dan stress berat. Dampak secara luasadalah menghambat program
pemerintah dalampengendalian HIV/AIDS.Secara global terdapat 38 juta kasus
HIV dan 2 junal kasus baru yang dilaporkan di dunia pada tahun 2020.
Sekitar 73% ODHA menerima terapi antiretroviral(ARV) dan kematian akibat
HIV sekitar 700 ribu jiwadi tahun 2020. Penelitian menunjukkan bahwa antara
68% dan 95% wanita ODHA berisiko dua kali lebihmungkin mengalami
kekerasan pasangan intim daripada wanita bukan ODHA.
Berdasarkan Hasil Survei Demografi KesehatanIndonesia (SDKI) 2017 di
Indonesia sikapdiskriminatif terjadi pada wanita dan pada pria
kawin dengan kecenderungan di wilayah pedesan lebih tinggi dibandingkan di
perkotaan. Berdasarkantingkat pendidikan sikap diskriminatif pada wanita
tertinggi di kelompok pendidikan tamat SD dan padapria tertinggi kelompok
pendidikan tidak tamat SD
(https://journals.stikim.ac.id/index.php/jikes/article/view/1479/790)

2
Tahun 2018 terdapat 37,9 juta orang di dunia terinfeksi HIV, 770.000 orang
meninggal.Di Asia Pasifik 5,9 juta orang, 200.000 orang meninggal. Di
Indonesia tahun 2017 terdapat27.975 orang terinfeksi HIV dan 9.280 AIDS
(Kemenkes RI, 2018). Indonesia menempatiurutan ke-3 tertinggi di Asia Pasifik
setelah Afghanistan dan Bangladesh (UNAIDS, 2019).
Provinsi DKI Jakarta urutan kedua setelah Provinsi Jawa Timur untuk kasus HIV
dan urutanke-6 dari 34 provinsi yang ada di Indonesia untuk kasus AIDS. Jakarta
Timur menempati ke-2 setelah Jakarta Pusat (Kemenkes RI, 2018). Jumlah kasus
baru HIV positifyang dilaporkan dari tahun ketahun cenderung meningkat dan
pada tahun 2017sebanyak 48.300 kasus (Kemenkes RI, 2018; Sididi et al., 2020).
Dalam suasana hati yang sedih, takut dan cemas akan kematian, religuisitas dan
spiritualitas menjadi pegangan hidup, praktik keagamaan menjadi akitivitas
dalam keseharian(Andriantol et al., 2019). Hal ini merupakan langkah
mendekatkan diri kepada Tuhan yang pada pemaknaan pengalaman sakit positif
(Prasojo, 2017; Amin et al., 2019;Amin et al., 2020).
Depresi muncul sebagai dampak stigma dan diskriminasi masyarakat yang
menilaiODHA adalah manusia pendosa, sedangkan dihukum karena
perbuatannya sehingga dijauhi, hal ini sangat menyulitkan ODHA untuk
melakukan aktivitas yang biasadikerjakan sebelum terinfeksi HIV, situasi ini
berdampak pada psikologi ODHA, merekamerasakan penyesalan yang
mendalam, marah, kecewa, bingung, putus asa dan tidamempunyai harapan lagi
untuk masa depan. Religiusitas berperan dalam mengurangi depresi
(Prasojo, 2017).Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan ODHA
dalam menemukanmakna spiritual pengalaman sakit. Namun pada penelitian ini
melakukan study literaturetentang bagaimana hubungan faktor demografi (usia,
jenis kelamin, pendidikan terakhir,pekerjaan, agama, status ekonomi, status
perkawinan), faktor penyakit (awal diagnosa, infeksioportunistik dan kepatuhan
minum obat) dan faktor psikologis (cemas dan depresi) dengan kemampuan
menemukan makna spiritual pengalaman sakit.
( https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/download/1917/1291)
Peningkatan kasus HIV didunia pada remaja usia 15-24 tahun juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor ekonomi, tradisi,
pendidikan, dan pengetahuan tentang, HIV. Pengetahuan adalah informasi yang
dibutuhkan seseorang untuk mencapai pengalaman, dan menjadi aspek utama
terbentuknya sikap dan perilaku (Nurwati dan Rusyidi, 2019). Data lain juga
menunjukkan bahwa 16% remaja pada usia 12-16 tahun mendapat informasi
tentang seks dari temannya, 35% dari video porno, dan hanya 5% remaja yang
mendapatkan pengetahuan/informasi tentang seks dari orang tuanya (Pratiwi dan
Basuki, 2019).
Remaja yang cenderung memiliki emosi yang tidak stabil, mudah
dipengaruhiorang lain dengan alasan solidaritas.
3 Remaja juga memiliki rasa ingin
mencoba hal seperti minum minuman keras, penggunaan narkoba suntik,
merokok, danmulai melakukan seks bebas yang dimana perilaku tersebut sangat
beresiko tinggiterdahap penularan virus HIV/AIDS (Pratiwi dan Basuki, 2012).
Kurangnyainformasi yang tepat dan relevan tentang penyakit HIV/AIDS, dan
didukung sikapingin tahu yang dimiliki remaja menyebabkan mereka masuk
kedalam salah satupopulasi berperilaku beresiko tinggi. Selain itu, masalah
HIV/AIDS pada remaja tidak hanya berdampak buruk secara fisik, namun juga
dapat mempengaruhikesehatan mental, emosi, keadaan ekonomi, dan
kesejahteraan sosial dalam jangkapanjang. Hal tersebut tidak hanya berpengaruh
pada remaja itu sendiri, namun jugaterhadap keluarga, masyarakat, dan bangsa
(Imron, 2012).Peningkatan pengetahuan kepada para remaja bisa dilakukan
dengan caramelibatkan teman seusianya. Salah satu metode yang efektif untuk
peningkatanpengetahuan di kalangan remaja adalah peer education. peer
education dapatmeningkatkan kemandirian belajar, merumuskan tujuan,
merencanakan strategi,mengidentifikasi sumber belajar, memanfaatkan media,
mengambil pokok pikiran,menyampaikan pendapat, menyimpulkan hasil belajar,
menyampaikan ide dan mengukur keberhasilan belajar. Pembelajaran peer
education/peer group learningdibuat dalam satu kelompok belajarnya sehingga
siswa akan terus termotivasi untuk berinteraksi dari awal sampai akhir kegiatan
(Hakim, 2020). Dalam melakukan peer education siswa akan banyak berinteraksi
dengan teman dalam kelompoknya untuk membahas mengenai pencegahan HIV-
AIDS secara leluasa, sehingga harapannya adalah siswa tidak menganggap
bahwa jika mereka mendiskusikan mengenai HIV-AIDS adalah bukan
merupakan suatu hal yang tabu atau tidak wajar di kalangan teman-temannya.
(https://e-journal.lppmdianhusada.ac.id/index.php/jbca/article/view/151/142)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemahaman mengenai HIV/AIDS?
2. Apa saja penyebab penularan pada penyakit HIV/AIDS?
3. Bagaimana gejala awal HIV/AIDS

4
C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui pemahaman mengani HIV/AIDS?
2. Untuk mengetahui penyebab HIV/AIDS?
3. Untuk mengetahui cara menghindari HIV/AIDS

D. Pendekatan dan Metode Pemecahan Masalah


Pendekatan dan metode pemecahan masalah yang digunakan dalam makalah ini
adalah pendekatan analisis deskriptif dan metode literatur atau studi kepustakaan yang
bersumber dari buku.

5
BAB 2
KAJIAN TEORI
A. Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus golongan RNA yang
spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan menyebabkan
AIDS.HIV positif adalah orang yang telah terinfeksi virus HIV dan tubuh telah
membentuk antibodi (zat anti) terhadap virus tersebut. Mereka berpotensi sebagai
sumber penularan bagi orang lain. AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome/Sindroma Defisiensi Imun Akut / SIDA) adalah kumpulan gejala klinis
akibat penurunan sistem imun yang timbul akibat infeksi HIV. AIDS sering
bermanifestasi dengan munculnya berbagai penyakit infeksi oportunistik,
keganasan, gangguan metabolisme dan lainnya.

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome/Sindrom Defisiensi Imun Didapat


/SIDA)

A :Acquired artinya didapat, (bukan diturunkan) yang

berarti AIDS terjadi karena tertular virus HIV

I : Immuno/imun artinya kekebalan tubuh. Virus ini menyerang sistem kekebalan


tubuh

D :Deficiency/Defisiensi artinya tidak cukup atau kekurangan (sel darah putih


tertentu dalam sistem kekebalan tubuh).

S :Syndrome/sindrom, artinya sekelompok gejala sebagai akibat infeksi HIV.

Dengan demikian, AIDS pada dasarnya adalah kumpulan gejala klinis akibat
penurunan sistem imun yang timbul akibat infeksi HIV. Ini artinya orang yang
mengidap AIDS sangat mudah tertular berbagai macam penyakit. Ketika sistem
kekebalan tubuh sudah sangat lemah, tubuh tidak dapat melawan kuman-kuman
yang pada kondisi normal tidak menimbulkan penyakit. Infeksi oportunistik dapat
disebabkan oleh berbagai virus, jamur, dan bakteri serta dapat menyerang
berbagai organ tubuh.Masa Jendela (window period) adalah masa dimana
seseorang yang sudah terinfeksi HIV, namun pada pemeriksaan antibodi di dalam
darahnya masih belum ditemukan HIV. Masa jendela ini biasanya berlangsung 3
bulan sejak infeksi awal. Limfosit adalah bagian dari sel lekosit yang memiliki
fungsi spesifik untuk fagositosis, memori. Limfosit terbagi 2 golongan utama

6
yaitu limfosit T dan B. Limfosit T adalah jenis limfosit yang mengalami proses
pematangan di timus (T) dan memiliki fungsi dalam memori, sitotoksik terhadap
antigen asing.CD 4 (CD: cluster of differentiation) adalah reseptor pada
permukaan sel limfosit T yang menjadi tempat melekatnya virus HIV.

B. Tanda,Gejala dan risiko HIV


1. Gejala tahap awal
Sebagian besar orang yang terkena infeksi HIV tidak menyadari adanya gejala
infeksi HIV tahap awal. Karena, tidak ada gejala mencolok yang tampak segera
setelah terjadi infeksi awal, bahkan mungkin sampai bertahun- tahun kemudian.
Meskipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV
akan membawa virus HIV dalam darahnya. Orang yang terinfeksi tersebut akan
sangat mudah menularkan virus HIV kepada orang lain, terlepas dari apakah
penderita tersebut kemudian terkena AIDS atau tidak. Untuk menentukan apakah
virus HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah dengan tes HIV.
Stadium Klinik 1
Asimptomatik
Limfadenopati Generalisata yang menetap
2. Gejala infeksi tahap menengah
Gejala infeksi HIV pada tahap menengah sudah lebih jelas, misalnya flu yang
berulang-ulang: lesu, demam, berkeringat, otot sakit, pembesaran kelenjar limfe,
batuk.
Gejala infeksi HIV lainnya yaitu infeksi mulut dan kulit yang berulang-ulang,
seperti sariawan, atau gejala-gejala dari infeksi umum lain yang selalu kambuh
karena penurunan kekebalan tubuh.
Stadium Klinik 2 (Mild disease/Penyakit awal)
1.Berat badan turun kurang dari 10%
2. Infeksi saluran nafas rekuren (sinusitis, tonsillitis,
otitis media dan pharingitis)
3.Herpes zoster

7
4.Kheilitis angularis
5.Ulkus oral yang rekuren
6. Pruritic Papular Eruptions
7. Dermatitis seboroik
8. Infeksi jamur pada kuku
3. Gejala infeksi tahap akhir
Gejala infeksi HIV tahap akhir disebut juga gejala AIDS, yaitu berat badan
menurun dengan cepat, diare kronis, batuk, sesak nafas (infeksi paru-paru,
tuberculosis yang telah meluas), bintik-bintik atau bisul berwarna merah muda
atau ungu (kanker kulit yang disebut sarcoma kaposi), pusing-pusing, bingung,
infeksi otak.
Stadium Klinik 3 (Advanced Disease/Penyakit lanjut)
Berat badan turun lebih dari 10%
Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
Demam, baik intermiten maupun konstan yang berlangsung lebih dari 1
bulan
Oral kandidiasis persisten
Oral hairy leukoplakia
TB paru
Infeksi bakterial yang berat, seperti : pneumonia,
empiema, piomiositis, meningitis, infeksi pada
tulang atau sendi, bakterimia, dll.
Nekrotizing stomatitis akut ulseratif, gingivitis dan
periodontitis
Anemia ( <8 g/dl ), neutropenia ( <0,5 x 109/L ) dan
atau trombositopeni kronik (<50 x 109/L )
Oral kandidiasis persisten
Oral hairy leukoplakia
TB paru

8
Infeksi bakterial yang berat, seperti : pneumonia,
empiema, piomiositis, meningitis, infeksi pada
tulang atau sendi, bakterimia, dll.
Nekrotizing stomatitis akut ulseratif, gingivitis dan
periodontitis
Anemia ( <8 g/dl ), neutropenia ( <0,5 x 109/L ) dan
atau trombositopeni kronik (<50 x 109/L )

Stadium Klinik 4 (Severe Disease/Penyakit berat)


HIV wasting syndrome
Pneumonia Pneumocytis jiroveci
Pneumonia Bakterial rekuren
Herpes simplek kronik (orolabial, genital atau anorektal, lebih dari 1 bulan,
adanya visceral di beberapa tempat)
Esophagus kandidiasis ( kandidiasis pada trakea, bronkus atau paru)
TB ekstrapulmonar
Sarkoma Kaposi
Cytomegalovirus
Toxoplasma pada Sistem Syaraf Puat
Ensephalopathi HIV
Kriptokokkus Ekstrapulmoner, termasuk meningitis
Leukoensefalopati Multifokal Progresif
Peniciliosis
Kriptosporidiosis kronik
Isosporiasis kronik
Mikosis diseminata (histoplasmosis ekstrapulmoner,
kokkidiodomikosis)
Septikemia rekuren (termasuk Non-thipoidal salmonella)
Lymphoma (cerebral atau B-sel. Non-Hodgkin)

9
Karsinoma Servikal Invasif
C. Penularan HIV/AIDS
HIV menular melalui:

1. Cairan genital: cairan genital (sperma, lendir

vagina) memiliki jumlah virus yang tinggi dan cukup banyak untuk
memungkinkan penularan. Oleh karenanya hubungan seksual yang berisiko dapat
menularkan HIV. Semua jenis hubungan seksual misalnya kontak seksual genital,
kontak seksual oral dan anal dapat menularkan HIV

Secara statistik kemungkinan penularan lewat cairan sprema dan vagina berkisar
antara 0,1% hingga 1% (jauh dibawah risiko penularan HIV melalui transfusi
darah) tetapi lebih dari 90% kasus penularan HIV/AIDS terjadi melalui hubungan
seks yang tidak aman. Hubungan seksual secara anal (lewat dubur), paling
berisiko menularkan HIV, karena epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah
terluka dibandingkan epitel dinding vagina, sehingga HIV lebih mudah masuk ke
aliran darah.

2. Darah: penularan melalui darah dapat terjadi melalui transfusi darah dan
produknya (plasma, trombosis) dan perilaku menyuntik yang tidak aman pada
pengguna napza suntik (penasun/IDU). Pada transplantasi organ yang tercemar
virus HIV juga dapat menularkan HIV pada penerima donor.

3. Dari ibu ke bayinya: Hal ini terjadi selama dalam kandungan melalui
placenta yang terinfeksi, melalui cairan genital saat persalinan dan saat
menyusui melaluipemberian ASI.

10
D. Konseling dan Tes HIV (KT HIV)
Pasien yang terdeteksi sebagai ODHA akan didiagnosis dan ditangani lebih
dini dan optimal. Penemuan kasus baru secara rutin mempunyai keuntungan
sebagai berikut :

1. Penemuan kasus HIV lebih dini meningkatkan akses perawatan dan

pengobatan yang memadai sehingga mengurangi perawatan di rumah

sakit dan angka kematian.

2. Pasien mendapatkan akses layanan lanjutan seperti skrining TB,

Skrining IMS, kotrimoksasol dan atau INH, serta pengobatan

ARV.

3. Penurunan stigma dan diskriminasi karena masyarakat akan melihat

bahwa hal tersebut merupakan kegiatan rutin.

Meskipun demikian semua pemeriksaan HIV harus mengikuti prinsip yang


telah disepakati secara global yaitu 5 komponen dasar yang disebut “5C”
(informed consent, confidentiality, counseling, correcttest result and
connection/linked to prevention, care, and treatment services) yang tetap
diterapkan dalam pelaksanaannya.Prinsip konfidensial sesuai dengan Permenkes
no. 21 tahun 2013 pasal 21 ayat 3 berarti bahwa hasil pemeriksaan harus
dirahasiakan dan hanya dapat dibuka kepada :

a. yang bersangkutan;

b. tenaga kesehatan yang menangani;

c. keluarga terdekat dalam hal yang bersangkutan tidak cakap;

d. pasangan seksual; dan

e. pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

11
E. Alur Pemeriksaan HIV

12
F. HIV merusak system ketebalan tubuh

13
G. Gejala AIDS

14
BAB 3
PEMBAHASAN
A. Bagaimana Virus ini bekerja
Di dalam tubuh kita terdapat sel darah putih yang disebut sel CD4.
Fungsinya seperti sakelar yang menghidupkan dan memadamkan kegiatan sistem
kekebalan tubuh, tergantung ada tidaknya kuman yang harus dilawan.

HIV yang masuk ke tubuh menularkan sel ini, ‘membajak’ sel tersebut,
dan kemudian menjadikannya ‘pabrik’ yang membuat miliaran tiruan virus.
Ketika proses tersebut selesai, tiruan HIV itu meninggalkan sel dan masuk ke sel
CD4 yang lain. Sel yang ditinggalkan menjadi rusak atau mati. Jika sel-sel ini
hancur, maka sistem kekebalan tubuh kehilangan kemampuan untuk melindungi
tubuh kita dari serangan penyakit. Keadaan ini membuat kita mudah terserang
berbagai penyakit.

B. Kesehatan system kekebalan


Kesehatan Sistem Kekebalan: Jumlah CD4
Satu akibat dari infeksi HIV adalah kerusakan pada sistem kekebalan tubuh kita.
HIV membunuh satu jenis sel darah putih yang disebut sel CD4. Sel ini adalah
bagian penting dari sistem kekebalan tubuh, dan jika ada jumlahnya kurang,
sistem tersebut menjadi terlalu lemah untuk melawan infeksi.
Jumlah sel CD4 dapat diukur melalui tes darah khusus. Jumlah normal pada orang
sehat berkisar antara 500 sampai 1.500. Setelah kita terinfeksi HIV, jumlah ini
biasanya turun terus. Jadi jumlah ini mencerminkan kesehatan sistem kekebalan
tubuh kita: semakin rendah, semakin rusak sistem kekebalan. ika jumlah CD4
turun di bawah 200, ini menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh kita cukup
rusak sehingga infeksi oportunistik dapat menyerang tubuh kita. Ini berarti kita
sudah sampai masa AIDS. Kita dapat menahan sistem kekebalan tubuh kita tetap
sehat dengan memakai obat antiretroviral (ARV).
Sarana tes CD4 tidak tersedia luas di Indonesia, dan biaya tesnya agak mahal.
Karena sel CD4 adalah anggota golongan sel darah putih yang disebut limfosit,
jumlah limfosit total juga dapat memberi gambar tentang kesehatan sistem

15
kekebalan tubuh. Tes ini, yang biasa disebut sebagai total lymphocyte count atau
TLC, adalah murah dan dapat dilaksanakan hampir di semua laboratorium.
Seperti jumlah CD4, semakin rusak sistem kekebalan, semakin rendah TLC. Pada
orang sehat, TLC normal adalah kurang lebih 2000. TLC 1.000-1.250 biasanya
serupa dengan jumlah CD4 kurang lebih 200.
Diusulkan orang terinfeksi HIV memeriksakan jumlah CD4
C. Belajar mengenai HIV dan pengobatannya
Pasien berdaya pasti harus tahu mengenai infeksi, cara kerjanya dan
pengobatannya. Manfaatkan informasi yang ada di buku ini, dan buku kecil lain
dari Spiritia, untuk belajar dan cari informasi terkini. Minta buku kecil dan seri
lembaran informasi dari Spiritia. Bila ada akses ke internet, coba buka situs
Spiritia. Pakailah forum tanya-jawab anonim di situs itu untuk mencari jawaban
terhadap pertanyaan mengenai kesehatan dan pengobatan terkait HIV. Bagi rasa
di Forum Spiritia. Ikuti kelompok dukungan sebaya (KDS) untuk Odha setempat.
Namun kita harus sadar bahwa ilmu HIV berkembang sangat cepat, dan sering
kali informasi yang benar dua tahun yang lalu sudah tidak berlaku lagi sekarang.
Lihat tanggal informasi diterbitkan, dan bila sudah kedaluwarsa, coba cari yang
lebih mutakhir. Dan ambil sikap sangat berhati-hati mengenai informasi yang
diperoleh dari internet (termasuk situs Spiritia, loh!); tidak semuanya benar, ada
yang dimuat oleh orang yang tidak berpengetahuan atau yang mempunyai
kepentingan sendiri.
D. Hidup Bersama orang terinfeksi HIV/AIDS
HIV tidak dapat menular melalui udara. Virus ini juga cepat mati jika berada
di luar tubuh. Karena itu,hidup bersama orang terinfeksi HIV bukanlah hal yang
perlu ditakuti.
Virus ini dapat dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya dibersihkan
dengan cairan pemutih (bleach) seperti Bayclin atau Chlorox, atau dengan sabun
dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak luka.
1. Seks

16
Kita tidak perlu berhenti berhubungan seks hanya karena kita terinfeksi HIV,
tetapi yang penting kita harus melakukannya secara aman.
Seks melalui vagina dan dubur dapat mengakibatkan kulit atau selaput alat
kelamin luka atau lecet. Seks yang aman berarti menghindari agar darah, air
mani, atau cairan vagina yang terinfeksi HIV tidak masuk ke tubuh pasangan
kita melalui luka atau lecet tadi. Ini berarti kita harus memakai kondom setiap
kali bersanggama. Pada seks oral (memakai mulut), walaupun risikonya kecil,
perlu diperhatikan bahwa luka atau radang pada mulut dan gusi dapat menjadi
jalan masuk HIV.
2. Manfaat Seks Aman
- Melindungi diri kita dari infeksi menular seksual misalnya gonore (GO) atau
sifilis, yang akan mempengaruhi kesehatan kita
- Melindungi pasangan seks kita dari HIV
-Jika pasangan kita juga terinfeksi HIV, seks aman dapat
menghindari kita terinfeksi ulang dengan tipe atau jenis HIV yang lain.
3. Kehamilan
Perempuan yang terinfeksi HIV mungkin memikirkan bersama
suami/pasangan tentang kehamilan, atau mungkin sedang hamil. Banyak
perempuan mengkhawatirkan risiko bayinya tertular HIV. Ada juga
kekhawatiran tentang pengaruh bagi kesehatan sang ibu sendiri, walaupun
penelitian baru tidak sepenuhnya mendukung dugaan ini.
Perempuan dengan HIV tidak perlu merasa gagal atau tidak sempurna.
Walaupun ada hal-hal yang harus dipertimbangkan secara matang ketika
merencanakan kehamilan, risiko bayi juga menjadi terinfeksi HIV adalah di
bawah 30 persen. Risiko ini dapat diturunkan dengan memakai obat.
Sebaiknya kita mencari informasi lebih lanjut jika kita
mempertimbangkan memperoleh keturunan atau sedang hamil.
Keputusan mengenai kehamilan adalah keputusan kita sendiri, bersama
pasangan kita. Dalam konseling, jangan sampai kita merasa dipaksa untuk

17
mengambil sebuah keputusan atau tindakan. Menjadi terinfeksi HIV tidak
mempengaruhi atau mengubah hak kita.
Semua bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV memiliki antibodi
terhadap HIV dari ibunya. Walaupun begitu, tidak berarti semua bayi tersebut
telah terinfeksi HIV. Status HIV bayi yang sebenarnya bisa terlihat waktu
usianya 18 bulan.

E. Cara Pencegahan HIV/AIDS


Meski tergolong sebagai penyakit yang bisa mematikan, tapi setidaknya
penularan HIV bisa dicegah. Terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk
mencegah penularan HIV. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
National Institutes of Health, dan sumber lainnya, penularan HIV dapat dicegah
dengan:
1. Hindari Penggunaan Narkoba
Hindari menggunakan narkoba, apalagi berbagi jarum suntik dengan orang
lain.

2. Jangan Menjadi Donor Bila Positif


Jika seseorang dinyatakan positif HIV, maka dirinya tidak diperbolehkan
mendonorkan darah, plasma, organ tubuh, atau sperma.

3. Praktik Seks yang Aman


Terapkan praktik seks yang aman. Misalnya, menggunakan kondom lateks
untuk mencegah penularan HIV. Selain itu, hindarilah untuk bergonta-ganti
pasangan seks.

18
4. Sunat Pada Pria
Terdapat beberapa studi dan bukti yang mengatakan bahwa, sunat pada pria
dapat membantu mengurangi risiko tertular HIV.

5. Hindari Kontak dengan Darah


Penularan HIV juga bisa dicegah dengan menghindari kontak dengan darah.
Bila tak memungkinkan, kenakan pakaian pelindung, masker, dan kacamata
saat merawat orang yang terluka.

19
BAB 4
PENUTUP
A. KESIMPULAN
HIV/AIDS menjadi masalah serius karena bukan hanya merupakan masalah
kesehatan atau persoalan pembangunan, tetapi juga masalah ekonomi, sosial, dan
lain-lain. Berdasarkan sifat dan efeknya, sangatlah unik karena AIDS mematikan
kelompok yang paling produktif dan paling efektif secara reproduksi dalam
masyarakat, yang kemudian berdampak pada mengurangi produktivitas dan
kapasitas dari masyarakat. Dampak yang ditimbulkan AIDS terhadap masyarakat
dapat bersifat permanen atau setidaknya berjangka sangat panjang.

AIDS secara sosial tidak terlihat (invisible) meski demikian kerusakan yang
ditimbulkannya sangatlah nyata. HIV/AIDS karena sifatnya yang sangat
mematikan sehingga menimbulkan rasa malu dan pengucilan dari masyarakat
yang kemudian akan mengiring pada bentuk-bentuk pembungkaman, penolakan,
stigma, dan diskriminasi pada hampir semua sendi kehidupan.

B. SARAN
HIV/AIDS menjadi masalah serius karena bukan hanya merupakan masalah
kesehatan atau persoalan pembangunan, tetapi juga masalah ekonomi, sosial, dan
lain-lain. Berdasarkan sifat dan efeknya, sangatlah unik karena AIDS mematikan
kelompok yang paling produktif dan paling efektif secara reproduksi dalam
masyarakat, yang kemudian berdampak pada mengurangi produktivitas dan
kapasitas dari masyarakat. Dampak yang ditimbulkan AIDS terhadap masyarakat
dapat bersifat permanen atau setidaknya berjangka sangat panjang.

AIDS secara sosial tidak terlihat (invisible) meski demikian kerusakan yang
ditimbulkannya sangatlah nyata. HIV/AIDS karena sifatnya yang sangat
mematikan sehingga menimbulkan rasa malu dan pengucilan dari masyarakat yang
kemudian akan mengiring pada bentuk-bentuk pembungkaman, penolakan, stigma,
dan diskriminasi pada hampir semua sendi kehidupan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Purnawati, Dewi.2016. Pendidikan kesehatan HIV dan Aids,Karawang:


STIKesKharismaKarawang.
MurniSuzana, Green W Chris, Djauzi Samsuridjal, Setiyanto Ardhi, Okta siradj.2016.
Hidup Dengan HIV/Aids.Jakarta:YayasanSpirtia.

21

Anda mungkin juga menyukai