Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMERIKSAAN ANTIGEN DAN ANTIBODI PADA DARAH DONOR


Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Imunohemmatologi dan Bank Darah

Dosen Pengampu : Misbahul Munir, S.ST

Disusun Oleh :

Abdul Hakim KHGE20001


Ananda Frida Juliano KHGE20002
Annisa Nurfadilah KHGE20003
Rhena Nur Azizah KHGE20005

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga penulis
dapat menyusun makalah tentang "Pemeriksaan Antigen dan Antibodi Darah Donor" dengan
sebaik-baiknya dan tepat waktu.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Misbahul Munir, S.ST selaku dosen
mata kuliah Immunohematologi dan Bank Darah yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahunnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Garut, 07 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Transfusi darah merupakan salah satu komponen terapi yang sangat penting
dalam penatalaksanaan pasien. Pemberian transfusi darah harus berpegang pada
prinsip bahwa manfaat yang akan diterima oleh pasien jauh lebih besar dibandingkan
risiko yang akan ditanggung, sehingga semboyan “Getting the right blood to the right
patient at the right time and the right place” harus benar-benar dilaksanakan.
Meskipun telah ditemukan teknik dan peralatan yang menunjang dalam
kegiatan pelayanan transfusi, ternyata masih ditemukan banyak masalah terkait
transfusi darah. Misalnya, meskipun golongan darah ABO antara pasien dan donor
sudah sama, tetapi sejumlah reaksi selama dan setelah transfusi tetap terjadi.
Berdasarkan berbagai permasalahan yang muncul di lapangan, akhirnya ditemukanlah
sejumlah pemeriksaan laboratorium yang dapat mencegah munculnya efek samping
transfusi darah.
Pemeriksaan laboratorium sebelum pemberian transfusi darah (pretransfusion
testing) merupakan bagian yang sangat vital dalam kegiatan transfusi. Uji pratransfusi
inilah yang menentukan apakah produk darah yang akan ditransfusikan dapat
memberikan manfaat yang optimal atau tidak kepada pasien. Selain itu, uji
pratransfusi juga dapat memprediksi apakah transfusi akan memberikan efek samping
yang fatal atau tidak sehingga pencegahan terjadinya efek samping pemberian
transfusi dapat lebih awal dilakukan
Uji pratransfusi memiliki beberapa istilah lain seperti pretransfusion testing
atau compatibility testing. Uji pratransfusi adalah serangkaian pemeriksaan yang
dilakukan sebelum produk darah ditransfusikan pada pasien. Uji pratransfusi ini
identik dengan crossmatching (direct compatibility test) meskipun dalam aplikasinya
pada uji pratransfusi ini terdapat pemeriksaan awal serta ada pemeriksaan lanjutan
yang harus dilakukan apabila hasil crossmatching tidak sesuai. Jadi crossmatching
hanya merupakan salah satu bagian dari uji pratransfusi (Stoe, 2011). Uji pratransfusi
di internal laboratorium pada umumnya menghabiskan waktu sekitar satu jam. Waktu
pengerjaan dapat lebih pendek ataupun lebih panjang tergantung jenis dan metode
pemeriksaan serta kendala yang dihadapi selama prosedur berjalan. Berdasarkan
standar American Association of Blood Bank (AABB), tahapan-tahapan uji
pratransfusi tidak hanya terbatas pada pemeriksaan laboratorium saja, tetapi juga
meliputi cakupan yang lebih luas. Mulai dari permintaan darah sampai pelabelan
produk darah sebelum didistribusikan ke pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antigen dan antibodi?
2. Apa yang dimaksud dengan darah donor ?
3. Bagaimana system pemeriksaan antigen dan antibody pada golongan darah ?
4. Faktor-faktor apa yang Mempengaruhi Reaksi Antigen Antibodi pada
Pemeriksaan Golongan Darah?
5. Metode apa yang digunakan untuk pemeriksaan antigen dan antibody darah
donor
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan antibodi dan antigen
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan darah donor.
3. Untuk mengetahui bagaimana system pemeriksaan golongan darah
4. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi reaksi antigen dan
antibody pada pemeriksaan golongan darah
5. Untuk mengetahui pemeriksaan antigen dan antibody pada darah donor.
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 . Pengertian Antigen dan Antibodi


A. Antigen
Antigen adalah zat yang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh
untuk menghasilkan antibodi sebagai bentuk perlawanan. Di dalam tubuh
manusia, antigen bisa berbentuk bakteri, virus, atau bahan kimia tertentu.
Antigen adalah setiap zat yang dianggap sebagai benda asing yang masuk ke
dalam tubuh dan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk merespon
masuknya antigen tersebut.
B. Antibodi
Antibodi adalah produk dari respon imun dan akan bereaksi dengan
antigen dengan beberapa cara yang dapat diamati. Nama lain dari antibodi
adalah imunoglobulin (Ig) dan merupakan bagian dari protein plasma.
Antibodi merupakan glikoprotein yang termasuk dalam superfamili
imunoglobulin. Istilah antibodi dan imunoglobulin sering digunakan secara
bergantian, meskipun istilah 'antibodi' kadang-kadang digunakan untuk bentuk
yang disekresikan dan larut, dengan kata lain, tidak termasuk reseptor sel B.
Antibodi berperan pada imunitas tubuh sebagai pencegah patogen yang masuk
atau merusak sel dengan cara mengikatnya, merangsang penghancuran
patogen dengan melapisinya oleh makrofag dan sel lain; dan memicu
kerusakan patogen dengan menstimulasi respon imun lain seperti
jalur komplemen.
2.2 Pengertian Darah Donor
Donor darah adalah proses menyalurkan darah atau unsur-unsur darah dari
satu orang ke sistem peredaran darah orang lainnya. Unit Donor Darah (UDD) Palang
Merah Indonesia merupakan lembaga yang bertanggung jawab dalam melakukan
proses donor darah. Donor darah sangat penting untuk membantu orang yang sangat
membutukan darah untuk transfusi oleh sebap itu banyak orang yang mau
mendonorkan daranya kepada orang yang membutuhkan, tetapi banyak orang juga
yang tidak mendonorkan daranya mungkin karena alasannya berat badan tidak cukup,
dan masih banyak orang yang tidak bisa mendonorkan darahnya. banyak orang yang
sudah mendonorkan darahnya lupa untuk mendonorkan darahnya kembali, atau tidak
donor darah secara rutin.
2.3 Sistem Antigen dan Antibodi pada Golongan Darah
Antigen adalah setiap zat yang dianggap sebagai benda asing yang masuk ke
dalam tubuh dan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk merespon masuknya
antigen tersebut. Antibodi adalah produk dari respon imun dan akan bereaksi dengan
antigen dengan beberapa cara yang dapat diamati. Nama lain dari antibodi adalah
imunoglobulin (Ig) dan merupakan bagian dari protein plasma. Ada 5 jenis
immunoglobulin, yaitu IgG, IgM, IgA, IgD, IgE, tetapi yang banyak berperanan
dalam sistem golongan darah adalah immunoglobulin G dan M (WHO, 2009). IgG
hanya memiliki 4 rantai yang terdiri atas 2 rantai kecil yang disebut dengan rantai
ringan (light chains) dan 2 rantai besar yang disebut dengan rantai berat (heavy
chains). Dibandingkan dengan IgM, struktur 25 IgG jauh lebih kecil. IgM memiliki 10
rantai ringan dan 10 rantai berat sehingga berat molekulnya jauh lebih besar
dibandingkan IgG (WHO, 2009).
 Imunoglobulin G
Merupakan jenis immunoglobulin terbanyak, membentuk sekitar 73%
dari total immunoglobulin dalam tubuh. IgG memiliki berat molekul hanya
sekitar 150.000 kilo Dalton (kD), dapat menembus plasenta dan sering
dikaitkan dengan kejadian Hemolytic Disease of the New born (HDN). HDN
dapat terjadi bila ibu memiliki antibodi yang dapat melewati plasenta dan
antibodi tersebut mengaglutinasi sel darah merah janin yang mengandung
antigen yang sesuai. IgG tidak menyebabkan aglutinasi sel darah merah yang
tersuspensi pada medium salin (WHO, 2009).
 Imunoglobulin M
IgM membentuk sekitar 8% dari total immunoglobulin dalam tubuh.
Berat molekul sekitar 900.000 kD. IgM tidak mampu melewati plasenta
sehingga tidak menimbulkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
Memiliki sifat mudah mengaglutinasi sel darah merah yang tersuspensi dalam
medium salin. IgM dapat mengaktifkan komplemen selama terjadi reaksi
antigen-antibodi sehingga menyebabkan hemolisis sel darah merah (WHO,
2009).
Berdasarkan sistem ABO, ada 4 jenis golongan darah sesuai dengan
jenis antigen dan antibodi yang dimiliki masing-masing golongan. Individu
dengan golongan darah A memiliki antigen A pada sel darah merahnya dan
antibodi B dalam plasmanya. Individu dengan golongan darah B memiliki
antigen B dan antibodi A, sedangkan individu golongan darah AB mempunyai
antigen A maupun antigen B dan tidak memiliki antibodi A maupun B dalam
plasmanya. Individu dengan golongan darah O tidak memiliki antigen A
maupun B tetapi mempunyai antibodi A dan B dalam plasmanya (McClelland,
2007)
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Antigen Antibodi pada Pemeriksaan
Golongan Darah
Aglutinasi sel darah merah dapat berlangsung melalui dua tahapan. Tahap
pertama antibodi berikatan dengan permukaan sel darah merah, tahap kedua antibodi
berinteraksi dengan sel darah merah sehingga selsel saling berdekatan dan terjadilah
aglutinasi. Tahap pertama aglutinasi dipengaruhi oleh suhu, pH medium, konstanta
afinitas antibodi, waktu atau lama inkubasi, kekuatan ion pada medium, dan rasio
antigen antibodi. Tahap kedua aglutinasi dipengaruhi oleh jarak antar sel, muatan
molekul dalam suspensi, deformitas membran, molekul permukaan membran dan
struktur molekul (McCullough, 2012). Berikut adalah beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi reaksi antigen dan antibodi pada pemeriksaan golongan darah :
1. Muatan ion
sel darah merah Dalam kondisi fisiologis, sel darah merah tidak pernah
berikatan satu sama lain atau menggumpal secara spontan, baik selama berada di
dalam tubuh (in vivo) maupun selama di dalam tabung (in vitro) karena masing-
masing membran memiliki muatan negatif. Muatan negatif dihasilkan oleh kelompok
neuraminic acid yang terdapat pada permukaan membran sel darah merah (WHO,
2009). Bila sel darah merah disuspensikan dalam larutan elektrolit, maka ion positif
akan ditarik oleh muatan negatif pada sel darah merah, sehingga sel darah merah
tersebut akan dikelilingi oleh 2 lapisan yang diffuse (Zeta Potensial). Bila ada
antibodi yang menempel pada sel darah merah, maka sel darah merah akan
mengurangi muatan negatif pada permukaannya, sehingga memungkinkan sel tersebut
saling mendekat satu sama lainnya. Karena antibodi tersebut bivalent, maka mereka
47 akan membentuk jembatan antara sel yang satu dengan sel yang lainnya (Depkes
RI, 2008).
2. Temperatur
Antibodi yang berbeda mempunyai kemampuan bereaksi secara optimal pada
suhu yang berbeda juga. Sebagai contoh antibodi golongan darah ABO bereaksi
optimal pada suhu 4 o C sedangkan antibodi Rhesus bereaksi optimal pada suhu 37 o
C (WHO, 2009).
3. pH
Sebagian besar antibodi golongan darah dapat bereaksi secara optimal pada
pH 6,5 sampai 7,5. Reaksi akan dihambat apabila pH terlalu asam atau terlalu alkalis
(WHO, 2009).
4. Usia
serum dan eritrosit sampel Reaksi yang paling baik umumnya didapatkan jika
menggunakan sampel serum dan eritrosit segar. Untuk alasan tersebut disarankan
selalu menggunakan sel darah merah segar atau menyimpan serum pada suhu -20 o C
atau suhu lebih rendah apabila tidak segera digunakan (WHO, 2009).
5. Rasio
antigen dan antibodi Rasio antigen dan antibodi sangat penting dalam
menentukan kuat lemahnya reaksi. Semakin banyak antibodi yang berikatan dengan
antigen yang ada pada permukaan eritrosit maka reaksi yang terjadi akan semakin
kuat. Penting untuk memastikan keakuratan suspensi sel darah merah yang disiapkan
karena suspensi sel yang terlalu pekat akan sedikit mengikat antibodi sehingga reaksi
yang muncul lebih lemah. Suspensi sel yang dianggap mampu memberikan reaksi
optimal pada tes aglutinasi adalah suspensi sel 2-5% (WHO, 2009).
6. Kekuatan ionik
Kecepatan terjadinya reaksi antigen-antibodi dapat ditingkatkan jika kekuatan
ionik pada medium untuk mensuspensikan sel darah 48 merah menurun. Penggunaan
Low Ionic Strength Solution (LISS) dapat mengurangi periode inkubasi pada anti-
human globulin test selama 15 menit (WHO, 2009).
2.5 Metode pemeriksaan antigen dan antibody pada darah donor
Langkah-langkah uji pratransfusi merupakan sebuah proses yang dimulai dari
pasien dan berakhir pada pasien juga. Proses tersebut membutuhkan sebuah
rancangan yang dapat menjamin keamanan baik bagi donor maupun pasien
(recipient). Berikut adalah tahapan-tahapan tentang persiapan uji pratransfusi.
1. Melakukan Identifikasi Pasien Dengan Akurat
Salah satu fasilitas yang menunjang ketepatan identifikasi adalah gelang identitas
pasien. Pada gelang pasien akan tercantum nama lengkap, tanggal lahir dan nomor
rekam medik pasien. Informasi yang ada pada permintaan dan sampel darah harus
dicocokkan dengan gelang pasien. Bila terdapat ketidaksesuaian maka sampel
darah tidak bisa digunakan. Bila pasien tidak menggunakan gelang identitas maka
petugas harus mengikuti prosedur identifikasi yang ditetapkan oleh rumah sakit
dan seharusnya petugas rumah sakit memasang gelang identitas pasien sebelum
pengambilan sampel dilakukan (WHO, 2002; Judd, 2009). Gambar berikut
mengilustrasikan salah satu prosedur standar yang harus dilakukan petugas
ruangan untuk memastikan identitas sampel darah pasien.
2. Mengecek Kondisi Sample
Proses mengecek kondisi sampel adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas
bank darah untuk memastikan kondisi sampel layak atau tidak diperiksa. Proses
ini dilakukan setelah dipastikan data yang tercantum pada label sampel sudah
sesuai dengan data pada formulir permintaan darah. Selain itu, seluruh data pada
formulir permintaan sudah terisi dengan lengkap sebelum proses ini dimulai
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Antigen adalah zat yang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
menghasilkan antibodi sebagai bentuk perlawanan. Di dalam tubuh manusia, antigen bisa
berbentuk bakteri, virus, atau bahan kimia tertentu. Antigen adalah setiap zat yang dianggap
sebagai benda asing yang masuk ke dalam tubuh dan merangsang sistem kekebalan tubuh
untuk merespon masuknya antigen tersebut. Antibodi adalah produk dari respon imun dan
akan bereaksi dengan antigen dengan beberapa cara yang dapat diamati.
Nama lain dari antibodi adalah imunoglobulin dan merupakan bagian dari protein
plasma. Antibodi merupakan glikoprotein yang termasuk dalam superfamili imunoglobulin.
•Imunoglobulin G
HDN dapat terjadi bila ibu memiliki antibodi yang dapat melewati plasenta dan
antibodi tersebut mengaglutinasi sel darah merah janin yang mengandung antigen yang
sesuai. IgG tidak menyebabkan aglutinasi sel darah merah yang tersuspensi pada medium
salin .
•Imunoglobulin M
Memiliki sifat mudah mengaglutinasi sel darah merah yang tersuspensi dalam medium
salin. Berdasarkan sistem ABO, ada 4 jenis golongan darah sesuai dengan jenis antigen dan
antibodi yang dimiliki masing-masing golongan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Antigen Antibodi pada Pemeriksaan Golongan
Darah.
Muatan negatif dihasilkan oleh kelompok neuraminic acid yang terdapat pada
permukaan membran sel darah merah . Bila sel darah merah disuspensikan dalam larutan
elektrolit, maka ion positif akan ditarik oleh muatan negatif pada sel darah merah, sehingga
sel darah merah tersebut akan dikelilingi oleh 2 lapisan yang diffuse . Bila ada antibodi yang
menempel pada sel darah merah, maka sel darah merah akan mengurangi muatan negatif
pada permukaannya, sehingga memungkinkan sel tersebut saling mendekat satu sama
lainnya. Karena antibodi tersebut bivalent, maka mereka 47 akan membentuk jembatan antara
sel yang satu dengan sel yang lainnya. Antibodi yang berbeda mempunyai kemampuan
bereaksi secara optimal pada suhu yang berbeda juga. Serum dan eritrosit sampel Reaksi
yang paling baik umumnya didapatkan jika menggunakan sampel serum dan eritrosit
segar. Semakin banyak antibodi yang berikatan dengan antigen yang ada pada permukaan
eritrosit maka reaksi yang terjadi akan semakin kuat. Penting untuk memastikan keakuratan
suspensi sel darah merah yang disiapkan karena suspensi sel yang terlalu pekat akan sedikit
mengikat antibodi sehingga reaksi yang muncul lebih lemah. Suspensi sel yang dianggap
mampu memberikan reaksi optimal pada tes aglutinasi adalah suspensi sel 2-5% .
Kecepatan terjadinya reaksi antigen-antibodi dapat ditingkatkan jika kekuatan ionik pada
medium untuk mensuspensikan sel darah 48 merah menurun.

B. Saran
Daftar Pustaka

https://erepo.unud.ac.id/id/eprint/10877/1/98d38a00f80992672b1c4c1b2d8c7cb7.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Antibodi

https://www.alodokter.com/memahami-antigen-dan-pengaruhnya-dalam-sistem-
imunitas

Anda mungkin juga menyukai