Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

Disusun Oleh :
1. Ovita Widya Pangesti (G1C016075)
2. Monika Pandu Soraya (G1C016077)
3. Rosyida Nur Nadhifa (G1C016082)
4. Septian Dwi Nugroho ((G1C016106)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2016 / 2017
Laporan praktikum

Hari, tanggal : jumat 3 maret 2017

Judul : factor yang memengaruhi kerja enzim

Tujuan :

1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi


2. Pengaruh konsentrasi substrat
3. Pengaruh konsentrasi enzim

Dasar teori :

Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.Enzim
sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika
tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat
hingga pertumbuhan sel juga terganggu.Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat
memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel,
memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan,
dan lain-lain. Pada Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi Enzim Perubahan suhu dan pH mempunyai
pengaruh besar terhadap kerja enzim. Kecepatan reaksi enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi
enzim dan konsentrasi substrat. Pengruh aktivator, inhibitor, koenzim dan konsentrasi elektrolit
dalam beberapa keadaan juga merupakan faktor-faktor yang penting.

Prinsip kerja

1. Laju reaksi biokimia meningkat seiring kenaikan suhu, sedangkan suhu rendah, akan
menyebabkan reaksi menurun/lambat karena hanya terdapat sedikit kontak substrat
dan enzim
2. Konsentrasi substrat lebih tinggi, maka jumlah molekul substrat dalam aktivitas
enzim lebih banyak
3. Semakin besar konsentrasi enzim maka kecepatan reaksi akan semakin cepat

Alat dan bahan :

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Penangas air
4. Waterbath
5. Penjepit tabung
6. Beker glass
7. Pipet tetes
8. Gelas ukur
9. Susu dan larutan enzim

Prosedur

A. Percobaan pengaruh suhu terhadap reaksi


1. 5 ml susu ditambah 1ml enzim di tempatkan pada es dengan suhu 0C selama 5
menit.
2. 5 ml susu ditambah 1ml enzim di tempatkan pada waterbath dengan suhu 20-25C
selama 5 menit.
3. 5 ml susu ditambah 1ml enzim di tempatkan pada waterbath dengan suhu 37-40C
selama 5 menit.
4. 5 ml susu ditambah 1ml enzim di tempatkan pada waterbath dengan suhu 75-80C
selama 5 menit.
5. 5 ml susu ditambah 1ml enzim di tempatkan pada waterbath dengan suhu 90-100C
selama 5 menit.
B. Percobaan konsentrasi substrat
1. 5 ml susu ditambah 1ml enzim di tempatkan pada waterbath dengan suhu 37-40C
selama 5 menit.
2. 3ml susu ditambah 2ml aquadest + 1 ml enzim ditempatkan pada waterbath dengan
suhu 37-40C selama 5 menit.
3. 1ml susu ditambah 4ml aquadest ditambah 1ml enzim dipanaskan pada waterbath
dengan suhu 37-40C selama 5 menit.
C. Pengaruh konsentrasi enzim
1. 5 ml susu ditambahkan 1 ml enzim dipanaskan pada waterbath pada suhu 37-40
selama 5 menit.
2. 5 ml susu ditambahkan 1 ml enzim yang sudah diencerkan pada aquadest dengan
perbandingann 1:1 dipanaskan pada waterbath pada suhu 37-40 selama 5 menit.
3. 5 ml susu ditambahkan 1 ml enzim yang sudah diencerkan pada aquadest dengan
perbandingann 1:3 dipanaskan pada waterbath pada suhu 37-40 selama 5 menit.

Hasil :

A. Percobaan pengaruh suhu terhadap reaksi

No. Komposisi suhu Waktu (s)


1. 5ml susu + 1ml enzim 0C 53 s
2. 5ml susu + 1ml enzim 20-25C 80 s
3. 5ml susu + 1ml enzim 37-40C 92 s
4. 5ml susu + 1ml enzim 75-80C 80 s
5. 5ml susu + 1ml enzim 90-100C 30 s
B. Percobaan pengaruh konsetrasi subsrat

No. Komposisi Suhu Waktu (s)


1. 5 ml susu + 1ml enzim 37-40C 21 s
2. 3ml susu + 2ml aquadest + 1ml enzim 37-40C 23 s
3. 1ml susu + 4ml aquadest + 1ml enzim 37-40C 175 s

C. Percobaan pengaruh konsentrasi enzim

No. Komposisi Suhu Waktu (s)


1. 5ml susu + 1ml enzim 37-40 C 50 s
2. 5ml susu + enzim (1:1) 1ml 37-40C 53 s
3. 5ml susu + enzim (1:3) (1ml) 37-40C 75 s

Perhitungan
𝐼
Rumus : 𝑇

A. Percobaan pengaruh suhu terhadap reaksi

No. Komposisi suhu Waktu (s) Perhitungan


1. 5ml susu + 1ml enzim 0C 53 s 0,0188
2. 5ml susu + 1ml enzim 20-25C 80 s 0,0125
3. 5ml susu + 1ml enzim 37-40C 92 s 0,0108
4. 5ml susu + 1ml enzim 75-80C 80 s 0,0125
5. 5ml susu + 1ml enzim 90-100C 30 s 0,0334

B. Percobaan pengaruh konsetrasi subsrat

No. Komposisi Suhu Waktu (s) Perhitungan


1. 5 ml susu + 1ml enzim 37-40C 21 s 0,0476
2. 3ml susu + 2ml aquadest + 1ml 37-40C 23 s 0,0434
enzim
3. 1ml susu + 4ml aquadest + 1ml 37-40C 175 s 0,0057
enzim

C. Percobaan pengaruh konsentrasi enzim

No. Komposisi Suhu Waktu (s) Perhitungan


1. 5ml susu + 1ml enzim 37-40 C 50 s 0,02
2. 5ml susu + enzim (1:1) 1ml 37-40C 53 s 0,0188
3. 5ml susu + enzim (1:3) (1ml) 37-40C 75 s 0,0134

0.03

0.025

0.02

0.015

0.01
0° 20-25° 37-40° 75-80° 90-100°

0° 20-25° 37-40° 75-80° 90-100°

Laporan praktikum
Hari, tanggal : Jumat, 10 maret 2017

Judul : uji schardinger

Tujuan :

1. Untuk membentuk asam folat dan H2O2 dengan penambahan susu dan formaldehida
yang ditandai denfab MB
2. Memperlihatkan adanya enzim dehidrogenase aerob (aldehid dehidrogenase) di dalam
susu segar dan membuktikan bahwa proses pasteurisasi dapat merusak enzim.

Dasar teori :

Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan yang bertujuan membunuh


organisme merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan khamir. Susu
mengandung suatu enzim yang mengkatalisis oksidasi macam-macam menjadi asam
reaksin ya berlangsung secara anaerobic dan dapat ditujukan bila ada akseptor hydrogen
yang sesuai seperti methilen blue

Prinsip

Methilen blue formaldehid bertugas menjadi akseptor hydrogen untuk berikatan


dengan enzim

Aldehid
Dehidrogenase

Formal Dehid MB (biru) O2 H2O2

Alat dan bahan


Alat

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Gelas ukur
4. Waterbath
5. Thermometer
6. Pipet tetes

Bahan :

1. Susu
2. MB (Methylen Blue)
Formal dehid
3. Aquadest

Cara kerja :

A. Cara kerja 1
 Masukkan 5ml susu kedalam tabung reaksi
 tambahkan 1ml MB
 tambahkan 1ml Formaldehid
 homogenkan
 dipanaskan suhu 60-65o C selama 5 menit
B. cara kerja 2
 Masukkan susu pesteurisasi (wb 60-65o selama 5 menit)
 Lalu tambahkan 1ml MB dan tambahkan 1ml formal dehid
 Homogenkan
 Panaskan dengan suhu 60-65o C selama 5 menit

Hasil :

A. Cara kerja 1
Warna biru luntur

B. Cara kerja 2
Warna tetap biru
Kesimpulan
A. Enzim yang terhadap susu yang direaksikan dengan formaldehid akan membentuk
asam folat dan H2O2 , yang ditandai dengan penambahan MB yang akan hilang bila
direaksikan dengan adanya H2O2
B. Enzim yang terdapat pada susu telah rusak karena dipanaskan dengan suhu 60-65o C
sehingga ketika direaksikan dengan formaldehid dengan penambahan Indikator MB ,
warna akan tetap biru karena tidak terentuk asam folat dan H2O2.
Laporan praktikum

Hari, tanggal : Jumat 17 maret 2017

Judul : Uji oksidase dalam kentang dan efek antioksidan

Tujuan :

1. Untuk memperlihatkan proses oksidasi senyawa fenol oleh polifenol oksidase (PPO)
kentang
2. Untuk Memperlihatkan sifat antioksidan vitamin C

Dasar teori :

Kentang : Polifenol oksidase adalah enzim yang umumnya ditemukan pada buah-
buahan (dan pada beberapa sayur). Cirinya yang paling kasar adalah enzim ini akan rusak
ketika terlalu lama kontak dengan udara dan akan menyebabkan buah2 yang terdedah
terhadap udara akan menjadi warna kecoklatan (warna seperti apel yang mulai
membusuk setelah 1-2 jam di udara terbuka). Enzim ini berguna karena dapat
menghilangkan atau menunda efek oksidasi pada jaringan tubuh manusia sehingga organ
manusia bisa lebih 'awet' (seperti penundaan penuaan kulit). Pada proses analitik, enzim
ini digunakan untuk analisis senyawa-senyawa sejenis obat seperti parasetamol dan
askorbat, dimana senyawa-senyawa ini akan menjadi senyawa bentuk teroksidasi dan
dapat menghantarkan listrik. Bentuk teroksidasi inilah yang kemudian dapat menjadi
senyawa representasi konsentrasi sebenarnya dalam larutan (seperti dalam analisis
voltametri)

Polifenol oksidase (PPO) yang terdapat dalam kentang akan mengoksidasi fenol menjadi
katekol yang kemudian menjadi kuinon dan selanjutnya melalui kondenasi membentuk
senyawa berwarna coklat. PPO juga akan mengubah pirogalol menjadi purpurogalin yang
berwarna coklat

Vitamin C : Ada jenis antioksidan nonenzimatis. Jenis ini dapat berupa golongan vitamin,
seperti vitamin C, vitamin E serta golongan senyawa fitokimia. Suplemen vitamin banyak
beredar di pasaran dalam berbagai dosis. Namun perlu diketahui, hingga saat ini para ahli
masih sulit memastikan berapa komposisi yang seimbang antara radikal bebas dan
antioksidan di dalam tubuh. Beberapa antioksidan dalam dosis tertentu bisa berubah sifat
menjadi prooksidan. Selain itu masalah dosis bersifat normatif, tergantung dari kondisi
individu itu sendiri. Individu yang memang selalu berada dalam lingkungan yang memicu
keadaan stres oksidatif, bisa mengkonsumsi suplemen vitamin. Sementara individu yang
hidupnya relatif tenang, tidak memerlukannya, karena asupan dari makanan sehari-hari
yang berkualitas sudah mencukupi. Vitamin E dan C dikenal sebagai antioksidan yang
potensial dan banyak dikonsumsi. Penelitian yang terbaru berdasarkan hasil studi
epidemiologi menunjukkan asupan sehari vitamin E lebih dari 400 IU akan meningkatkan
resiko kematian dan harus dihindari. Sementara dosis konsumsi vitamin E bagi orang
dewasa normal cukup 8-10 IU per hari. Selama ini di pasaran suplemen vitamin E dan C
umumnya dijual dalam dosis relatif tinggi. Beberapa produk mengandung vitamin C 1000
mg per tablet. Padahal, kecukupan gizi vitamin C per hari bagi orang dewasa yang hidup
tenang, tidak stres atau kondisi lain yang tidak sehat, adalah sekitar 60-75 mg per hari.
Untuk mereka yang tinggal di kota besar yang penuh polusi seperti Jakarta, dosis 500 mg
bisa diterima. Vitamin C dan E memang sudah lebih dulu dikenal sebagai jenis
antioksidan yang efektif, namun keberadaan senyawa fitokimia sebagai satu alternatif
senyawa antioksidan menjadi daya tarik luar biasa bagi para peneliti belakangan ini.
Katakanlah, senyawa fenolik. Senyawa ini terdistribusi luas dalam berjuta spesies
tumbuh-tumbuhan dan sejauh ini telah tercatat lebih dari 8000 struktur senyawa fenolik
diketahui. Komponen fenolik merupakan bagian integral dari diet makanan manusia,
terkandung dalam sayuran, buah-buahan, rempah-rempah, dan sebagainya. Buah-buahan
mengandung senyawa fenol yang mudah dioksidasi oleh udara membentuk senyawa
berwarna coklat kehitaman. Vitamin C dapat mencegah reaksi oksidasi tersebut.

Senyawa fenol dalam pisang akan teroksidasi oleh oksigen dari udara menjadi senyawa
kinon yang berwarna coklat dan H2O2, sehingga pisang akan berwarna coklat bila
didiamkan pada udara terbuka. Tetapi pisang yang telah dicelupkan dalam larutan
vitamin C tidak berwarna coklat, karena vitamin C dioksidasi (sebagai antioksidan) oleh
udara menjadi vitamin C yang teroksidasi, sehingga pisang tetap segar/tidak teroksidasi.

Prinsip :
𝑃𝑃𝑂 𝑃𝑃𝑂
Fenol katekol kumon (cokelat)
→ →

𝑃𝑃𝑂
Pirogalol purpogalin (cokelat)

𝑃𝑃𝑂
Fenol senyawa cokelat (H2O2)

Alat dan bahan

Alat

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Beker glass
4. Pipet tetes
5. Pipet ukur
6. Push ball

Bahan

1. Pisang
2. Apel
3. Ekstrak Kentang

Reagensia

1. Larutan fenol 1%
2. Larutan pirogalol 1%
3. Larutan vitamin C

Cara kerja

A. Kentang
1. Masukkan 5ml ekstra kentang
Tambahkan 10 tetes larutan fenol 1%
2. Masukkan 5ml ekstra kentang
Tambahkan 10 tetes larutan proganol 1%
B. Pisang
1. Masukkan potongan pisang pada beker 1
Tambahkan air
2. Masukkan potongan pisang pada beker 2
Tambahkan larutan vitamin C
C. Potongan apel
1. Masukkan potongan apel pada beker 1
Tambahkan air
2. Masukkan potongan apel pada beker 2
Tambahkan vitamin C

Hasil

Bahan / reagen Tabung I Tabung II


Ekstrak kentang 5ml 5ml
Larutan 1% 10tetes -
Larutan pirogalol 1% - 10tetes
Hasil (warna) Kecoklatan kekuningan

Bahan/reagen Tabung I Tabung II


Potongan pisang  
Air  -
larutan vitamin C - 
Hasil (warna) Tetap kuning / Tak berubah
kecoklatan

Bahan / reagen Tabung I Tabung II


Potongan apel  
Air  -
Larutan vit C - 
Hasil kecoklatan Tak berubah

Kesimpulan

A. Ekstra kentang yang mengandung enzim PPO akan teroksidasi oleh larutan fenol dan
larutan piroganol sehingga terbentuk warna cokelat
B. Potongan buah pisang yang direndam dengan air akan cepat cokelat karena dalam air
tidak terdapat antioksidan, sedangkan pada larutan vitamin C buah tidak cepat menjadi
cokelat karena terdapat antioksidan.
C. Potongan buah apel yang direndam dengan air akan cepat cokelat karena dalam air tidak
terdapat antioksidan, sedangkan pada larutan vitamin C buah tidak cepat menjadi cokelat
karena terdapat antioksidan.
D. Vitamin C dapat menghambat proses oksidasi senyawa fenol pada buah apel
Laporan praktikum

A. Hari, tanggal : Jumat , 24 maret 2017


B. Judul : percobaan empedu
C. Tujuan : Untuk mempelajari sifat empedu
D. Dasar teori :

Empedu merupakan suatu kelenjar yang menyatu dengan kelenjar hati. Kelenjar ini
mensekresikan suatu cairan setiap saat yang ditampung di dalam kantung empedu. Cairan
empedu bersifat alkali dan sangat pahit. Cairan tersebut merupakan zat sisa yang berasal dari
eritrosit rusak dan dihancurkan oleh hati. Cairan empedu memiliki fungsi dalam
pengemulsian lemak yang berasal dari nutrien di usus agar dapat diserap dengan baik oleh
mukosa duodenum. Cairan empedu akan disekresikan dan bercampur dengan cairan pankreas
saat dibutuhkan oleh usus. Cairan empedu mengandung berbagai komponen, seperti pigmen
empedu, garam empedu, kolesterol, lesitin, dan garam-garam anorganik (Erniasih dan
Saraswati 2006).Garam yang terkandung dalam cairan empedu memiliki peran yang penting
dalam proses pengemulsian lemak. Garam empedu bersama vitamin larut lemak akan
menurunkan tegangan permukaan cairan sehingga emulsi lemak dalam air dapat dengan
mudah terbentuk. Hal itu mengakibatkan lipase dapat beraktivitas. Garam empedu juga akan
berikatan dengan asam lemak sehingga larut dan mudah diabsorbsi . Pigmen empedu berasal
dari penghancuran eritrosit yang sudah rusak. Zat warna hemoglobin yang terbebas akan
berubah menjadi kholeoglobin yang masih mengadung globin dan Fe. Kholeoglobin akan
kehilangan globin dan Fe dan menjadi biliverdin. Pada makhluk tingkat tinggi, biliverdin
akan berubah lagi menjadi bilirubin. Pigmen empedu ini berfungsi untuk memberikan warna
pada urine dan feses (Sumarlin et al. 2008). Tujuan percobaan ini adalah mengatamati dan
menganalisis sifat fisik, garam anorganik, pigmen, dan asam cairan empedu.

E. Alat dan bahan :


1. Tabung reaksi
2. Rak tabung.
3. Corong
4. Kertas saring
5. Pipet tetes
6. Bekerglass
7. Kertas pH
8. Gelas ukur

Bahan

1. Empedu ayam
2. Asam asetat 10%
3. HNO3
4. AgCl
5. AgNO3
6. BaCl2
7. H2SO4
8. Asam moliblat
9. Reagen molish
10. Sukrosa
11. Hubl iod
12. Iodium
13. Aquadest
14. Alcohol

Cara kerja

A. Test musin & zat anorganik


-membuat filtrate
 Masukkan 5ml empedu ke dalam tabung reaksi
 Tambahkan asam asetat 10% dan akan membentuk endapan
 Saring menggunakan kertas saring
 Ambil fitrat nya untuk diuji

1. uji klorida
 filtrate dimasukkan dalam tabung reaksi
 tambahkan HNO3 hingga asam
 cek menggunakan kertas pH
 setelah asam, tambahkan AgNO3 hingga terbentuk endapan AgCl
2. uji sulfat
 filtrate dimasukkan ke dalam tabung reaksi
 tambahkan HNO3 hingga asam
 BaCl2
3. Uji fosfat
 Masukkan filtrate ke dalam tabung reaksi
 Tambahkan HNO3
 Tambahkan H2SO4
 Tambahkan asam moliblat
B. Tes pigmen
1. Tes peterikofer
 Masukkan 5ml empedu encer
 Tambahkan 2 tetes sukrosa 5%
 Tambahkan H2SO4 lewat dinding ±1ml
2. Tes gmelin
a. Masukkan 3ml HNO3(p)
Tambahkan per tetes empedu encer
b. Masukkan 3ml HNO3(p)
Tam,bahkan tetes demi tetes empedu yang lebih encer
3. Tes smith
 Masukkan 3ml HNO3(p)
 Teteskan Hubl iod empedu yang sangat encer

Hasil

a) Organoleptis
Warna Hijau tua
Bau Berbau amis
Konsisten Cair

b) Tes musin & anorganik


a. Uji klorida
Terdapat endapan putih
b. Uji fosfat

c. Uji sulfat

c) Tes pigmen
a. Tes peten kofer
Terdapat cincin ungu kehitaman
b. Tes Gmelin
1. Terbentuk cincin hijau
2. Terbentuk cincin hijau
c. Tes smith
Warna merah menyala

Kesimpulan
Empedu mengandung musin zat” organik yaitu mengandung klorida,sulfat, dan fosfat. Selain
itu, caitan empedu juga gmelin, pigmen Smith, dan pigmen Pettenkofer.
Laporan praktikum
Hari, tanggal : kamis, 13 April 2017
Judul : percobaan air liur
Tujuan :
1. Mempelajari sifat dan susunan air liur
2. Mengetahui hidrolisis pati oleh air liur
3. Mengetahui pengaruh pH terhadap kerja amylase

Alat dan bahan

Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Pipe tetes
4. Kertas pH

Bahan

1. Hcl 0,4%
2. Aquadest
3. Na2CO3
4. Filtrate
5. Air liur
6. As. Asetat
7. baCl2
8. amylum

Cara kerja

A. tes sifat dan susunan air liur


tes lakmus, PP, MO, indicator universal
1. siapkan alat dan bahan
2. teteskan 1 tetes air liur pada plat tetes
3. tambahkan kertas lakmus pada lubang , amati
4. tambahkan indicator pp 1 tetes pada lubang ke dua, amati
5. tambahkan indicator MO 1 tetes pada lubang ke tiga, amati
6. tambahkan indicator universal pada lubang ke empat , amati
B. tes molish
1. siapkan alat dan bahan
2. dipipet 1ml air liur ke dalam tabung reaksi
3. Di pipet 1ml molish ke dalam tabung reaksi, homogenkan
4. Dipipet H2SO4 melalui dinding tabung sampai terbentuk cincin, amati
C. Tes buret
1. Siapkan alat dan bahan
2. Dipipet 1ml sampel air liur ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkan 1ml NaOH ke dalam tabung reaksi, homogenkan
4. Tambahkan 1 tetes CuSO4 , amati perubahan

 Air liur di saring

 Ditambahkan 1 tetes asam asetat


 amati adanya endapan

2ml air liur

 Tes sulfat
Hidrolisis
 panaskan 37  viskositas? Opolensi?  tes iodin tiap 1 menit

10ml amylum
 Pengaruh pH terhadap kerja amylase

+ 1ml amylum
Panaskan 37
+1ml air liur
Selama 15 menit
Tidak disaring
2ml HCl 0,4x
2ml aquadest

2ml Na2CO2ly

Lakukan tes iodin dan tes benedict


Hasil :
1. Air liur tidak disaring

Tes indicator PP : warna tetap merah (tidak ada perubahan)

Tes indicator MD : warna tetap putih (tidak ada perubahan)

Tes indicator universal :8

Tes biuret : terbentuk warna biru

Methyl red :merah orange

Indicator universal : warna cream

Tes molish : terdapat cincin ungu

2. Air liur tidak disaring


Tes dengan asam asetat :ada endapan
Tes sulfat : ada endapan putih
3. Hidrolisis pati oleh air liur
 Viskositas : lipntal
 Opdlosensi : tidak keruh

Pengaruh pH terhadap kerja amylase

 Dengan HCl 0,4% : iodin =hitam, benedict =biru muda


 Dengan aquadest : iodin =kuning, benedict=kuning
 Dengan Na2CO3 1% : iodin=kuning, benedict=kuning
Laporan praktikum

Hari, tanggal : jum’at, 28 april 2017


Judul : percobaan Urin
Tujuan :
1. untuk mengetahui kadar klorida dalam urin
2. standarisasi larutan AgNO3 0,002N
3. standarisasi larutan KCNS 0,002N
Alat dan bahan
1. Statif
2. Klem
3. Buret
4. Pipet volume
5. Pipet tetes
6. Push ball
7. Beker glass
8. Erlenmeyer
9. Corong
10. Kertas saring

Bahan

1. Urine
2. Aquadest
3. Lar. AgNO3 0,002 N
4. Lar. KCNS 0,002 N
5. NaCl 0,0020 N
6. K2CrO4
7. HNO3
8. Indicator fe Alium

Cara kerja

1. Pipet 10ml AgNO3 0,002N masukkan kedalam Erlenmeyer


2. 2. Tambahkan 0,5 ml HNO3 pekat
3. Tamb ahkan 2,0 ml urin yang sudah disaring
4. Panaskan hingga mendidih
5. Tambahkan 0,5ml indicator fe. Amilum
6. Titrasi dengan KCNS 0,002 N hingga warna merah bata
Hasil

No Vol AgNO3 Vol KCNS


1 10,0ml 0,00-22,35
2 10,0ml 0,00-22,57
3 10,0ml 0,00-22,40
4 10,0ml 0,00-22,75

Perhitungan
100
1. % klorida = 𝑉.𝑠𝑝 (V.N) AgNO3 – (V.N) KCNS  x 35,5

100
= (10,0 x 0,002 ) – (22,35 x 0,002 )  x 35,5
2

100
=  ( 0,02- 0,0447 )  x 35,5
2

100
= x 0,0427 x 35,5
2

= 75,7925
100
2. % klorida = 𝑉.𝑠𝑝 (V.N) AgNO3 – (V.N) KCNS  x 35,5

100
= (10,0 x 0,002 ) – (22,35 x 0,002 )  x 35,5
2

100
=  ( 0,02- 0,04514 )  x 35,5
2

= 44,6235
100
3. % klorida = 𝑉.𝑠𝑝 (V.N) AgNO3 – (V.N) KCNS  x 35,5

100
= (10,0 x 0,002 ) – (22,40 x 0,002 )  x 35,5
2

100
= ( 0,02- 0,0448 ) x 35,5
2

100
= x 44,02
2

100
4. % klorida = 𝑉.𝑠𝑝 (V.N) AgNO3 – (V.N) KCNS  x 35,5

100
= (10,0 x 0,002 ) – (22,35 x 0,002 )  x 35,5
2
100
=  ( 0,02- 0,04514 )  x 35,5
2

= 44,6235
100
5. % klorida = 𝑉.𝑠𝑝 (V.N) AgNO3 – (V.N) KCNS  x 35,5

100
= (10,0 x 0,002 ) – (22,75 x 0,002 )  x 35,5
2

100
=  ( 0,02- 0,0455 )  x 35,5
2

= 45,2625
Laporan praktikum
Hari/tanggal : jumat, 5 mei 2017
Judul : pengaruh konsentrasi NaCl pada darah
Tujuan : mengetahui hubungan konsentrasi NaCl dengan lisisnya darah
Alat& bahan :
1. APD
2. Alat sampling (tourniquet , alcohol 70%, hipafix, kapas ,spuilt)
3. 8 Tabung reaksi
4. Rak tabung
5. Pipet tetes
6. Bekerglass
7. Aquadest
8. EDTA
9. NaCl dengan konsentrasi 0,5% ; 0,6% ; 0,7 % ; 0,8% ; 0,9 % 1,0% ;1,1% ; 1,2%

Cara kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Tata tabung reaksi dan beri label.
3. Lakukan sampling darah.
4. Lakukan perhitungan persentase NaCl,
5. Isi masing-masing tabung dengan NaCl dengan berbagai macam konsentrasi
sebanyak 40tetes ; missal, tabung 1 diisi NaCl 0,5% sebanyak 40 tetes dan tabung ke
2 diisi NaCl 0,6% sebanyak 40 tetes dst
6. Kemudian tambahkan darah 1 tetes darah EDTA pada setiap tabung.
7. Dan amati selama 1 jam tanpa dihomogenkan dan tanpa ada goncangan
8. Lalu amati mana yang tidak lisis kemudian catatlah hasil

Hasil

Tabung I II III IV V VI VII VIII


Konsentrasi 0,5% 0,6% 0,7% 0,8% 0,9% 1,0% 1,1% 1,2%
Hasil Cukup Agak Agak Agak Tidak Tidak Tidak
Lisis
(lisis/tidak) lisis lisis lisis lisis lisis lisis lisis

Kesimpulan

Semakin rendah larutan NaCl maka akan terjadi hipotesis dimana larutan NaCl masuk
kedalam sel darah sehingga menyebabkan sel lisis.

Anda mungkin juga menyukai