Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

INSTRUMEN BIOLOGI MOLEKULER


PENGENALAN ALAT ALAT DI LABORATORIUM BIOLOGI MOLEKULER

Disusun Oleh :

Nama : Monika Pandu Soraya


Nim : G1C016077
Kelompok : 2
Prodi : D4 Analis Kesehatan

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2016 / 2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji dan syukur yang sebesar-besarnya kepada


Allah SWT atas rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Makalah ini.
Adapun judul dari Makalaah ini “ jenis jenis dan cara pencegahan penyakit
hepatitis“. Penyusunan Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi tugas
bahasa indonesia dan untuk salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir semester mata kuliah
Bahasa Indoneia di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Purna bhakti husada batusangkar
program studi ilmu keperawatan.. Dalam menyelesaikan makalah, penulis mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak baik berupa saran, bimbingan dan dukungan moril dan materil akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu, izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. bapak Noflismen Anas, M. Pd selaku dosen bahasa indonesia
2. teman – teman se angkatan (s1 keperawatan 2010)
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak yang membacanya.
Amin.
Batusangkar, desember 2010

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit peradangan hati akut atau menahun disebabkan oleh virus Hepatitis B
(VHB). Termasuk famili Hepadnavirus ditemukan pada cairan tubuhseperti saliva, ASI,
cairan amnion, keringat, sperma, sekret vagina dan air mata.Penularannya dapat melalui
darah, plasenta, jarum suntik dan kegiatan seksual.(Price dan Wilson. 2012) Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa hepatitis B merupakan penyebab
kematian lebih dari 780.000 kasus tiap tahun di dunia, di Indonesia berkisar antara 3-
17% dari seluruh penduduk. VHB terdiri dari partikel berbentuk tubular dan bulat terdiri
dari HepatitisB Surface Antigen(HBsAg) dinding terluar, Hepatitis B Envelope Antigen
(HBeAg) simpul yang tersusun atas lipid, protein, dan karbohidrat yang mengelilingi
asam nukleat menutupi kapsid, Hepatitis core antigen (HBcAg) sebagai inti atau kapsid
yang berisi partially double stranded DNA dan DNA polymerase (DNA-p). HBsAg
merupakan petanda serologi pertama mendahului munculnya gejala klinis karena
letaknya yang berada dibagian terluar virus sehingga merupakan bagian pertama yang
menempel pada sel host, terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca infeksi, hilang
antara 3 sampai 6 bulan pada 2 kasus sembuh sedangkan pada kasus kronis terdeteksi
lebih dari 6 bulan.
Pemeriksaan ini berguna untuk keperluan klinis maupun epidemiologic, skrining
darah di unit transfusi darah, serta evaluasi terapi hepatitis B kronis. (Miyakawa dan
Mayumi, 2007). VHB masuk ke dalam tubuh, poly-human serum albumin receptor
(PAR) yang terdapat pada permukaan HBsAg akan mengikat poly-human serum albumin
(poly HAS) yang dibuat oleh hepatosit, proses selanjutnya masuk ke dalam sitosol,
protein akan dipecah, diikat dan diangkut oleh reticulum endoplasma ke permukaan
hepatosit. Darah membawa dan menterjemahkan ikatah tersebut pada serum sehingga
keberadaan antigen terhadap Hepatitis B dapat terdeteksi (protein hasil terjemahan VHB
dianggap sebagai zat asing atau antigen). (Miyakawa dan Mayumi, 2007) Mendeteksi
VHB perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg. Metode pemeriksaannya dapat dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan hanya untuk mendeteksi
adanya antigen, sedangkan metode kuantitatif berguna untuk mengukur titer atau kadar
HBsAg, hal ini dapat digunakan untuk mengetahui perjalan penyakit dan tingkat
keparahannya. Metode pemeriksaannya pun juga ada beberapa jenis, seperti
Immunocromatography, Enzym Link Immunosorbance Assay (ELISA) dan Enzym Link
Flouresence Assay (ELFA). kedua metode tersebut yang lebih banyak dimiliki oleh
instansi kesehatan adalah ELISA. Immunocromatography dapat mendeteksi adanya
antigen HBsAg secara kualitatif dan kondisi positif tiap responden berbeda berdasarkan
respon imun masing-masng individu. ELISA menggunakan prinsip sandwich dimana
HBsAg yang terdapat dalam serum atau plasma diikat oleh antibody anti-HBs yang
dilapiskan pada sumuran well, ditambahkan antibody primer dan antibody sekunder yang
telah dilabel enzim, kemudian diberi substrat pewarna dan stop solution untuk
menghentikan reaksinya. Tiap-tiap tahapan tersebut melaui proses pencucian Sehingga
antigen yang tidak spesifik terhadap HBsAg akan terbuang. Pada ELISA reader warna
yang terbentuk akan difotokopi dan ditransfer pada suatu lempengan magnetik sebagai
penyaji data dalam bentuk absorbansi warna yang berbanding lurus dengan kadar HBsAg
dalam sampel. (Miyakawa dan Mayumi, 2007) untuk pembacaan secara kualitatif jika
absorbansi sampel lebih dari nilai cut off maka sampel tersebut reaktif namun jika
dibawah cut off maka sampel tersebut tidak reaktif.

1.2. TUJUAN
Untuk mengetahui cara pemeriksaan HBsAg mengunakan ELISA

1.3. MANFAAT
1. Ilmu Pengetahuan

 Menambah pengetahuan yang berkaitan dengan virus Hepatitis B

 Memahami proses terbentuknya HBsAg pada penderita

 Mengetahui diagnosis HBsAg dengan menggunakan metode ELISA

 Mengetahui kekurangan dan kelebihan diagnosis HBsAg dengan


menggunakan metode ELISA

2. Peneliti
Meningkatkan wawasan dan keterampilan peneliti tentang diagnosis HBsAg
dengan menggunakan ELISA sekaligus menerapkan teori yang telah didapat dengan
melakukan penelitian.

BAB II
DASAR TEORI

2.1 DASAR TEORI


Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imunitas tubuh manusia maupun
hewan, merupakan disiplin ilmu yang dalam perkembangannya berakar dari pencegahan
dan pengobatan penyakit infeksi. Sedangkan Serologi ialah ilmu yang mempelajari
reaksi antigen antibody secara invitro. Pemeriksaan serologik sering dilakukan sebagai
upaya menegakkan diagnosis. Walaupun saat ini pemeriksaan serologik tidak terbatas
pada penyakit infeksi, namun untuk menunjang diagnosis penyakit infeksi memang hal
yang sering dilkukan. memungkinkan dilakukannya pengamatan secara in vitro terhadap
perubahan kompleks antigen-antibodi (Ag-Ab).
Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar
terhadap berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol. (Ester monika, 2002 :
93).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam
bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever
itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit
hati. Namun banyak asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah
penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat menimbulkan
kercunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang hati, teatapi juga
karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul Huda)
ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) atau 'penetapan kadar imunosorben
taut-enzim' merupakan uji serologis yang umum digunakan di berbagai laboratorium
imunologi. Uji ini memiliki beberapa keunggulan seperti teknik pengerjaan yang relatif
sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi. ELISA diperkenalkan
pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall untuk menganalisis adanya
interaksi antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel dengan menggunakan enzim
sebagai pelapor (reporter label).
Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan
Eva Engvall. Mereka menggunakan teknik ELISA ini dalam bidang imunologi (ELISA
konvensional) untuk menganalisis interaksi antara antigen dan antibodi di dalam suatu
sampel, dimana interaksi tersebut ditandai dengan menggunakan suatu enzim yang
berfungsi sebagai pelapor/ reporter/ signal. (ELISA) adalah suatu teknik biokimia yang
terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau
antigen dalam suatu sampel. ELISA telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam
bidang medis, patologi tumbuhan, dan juga berbagai bidang industri. Penggunaan
ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan spesifitas yang lebih tinggi
dibandingkan metode imun lainnya. Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan
membahas tentang ELISA
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Tujuan
Untuk menentukan secara kuantitatif adanya Hepatitis B Surface Antigen
(HBSAg) di dalam serum atau plasma pasien
3.2. Metode
Metode yang digunakan yaitu ELISA ( enzyme-linked immunosorbent assay)
3.3. Prinsip Pemeriksaan
Antibody ganda “sandwich” imunosai yang menggunakan antibodi anti-HBsAg
spesifik: antibodi monklonal HBsAg yang berada di dasar sumur mikrotiter dan antibodi
poliklonal HBsAg ditambahkan dengan Horseradish Peroxidase (HRP) sebagai larutan
konjugat. Selama pemeriksaan, adanya HBsAg dalam spesimen akan bereaksi dengan
antibodi-antibodi tersebut untuk membentuk kompleks imun “antibodi-HBsAg-antibodi-
HRP”. Setelah materi yang tidak terikat tercuci selama pemeriksaan, substrat
ditambahkan untuk menunjukkan hasil tes. Munculnya warna biru di sumur mikrotiter
mengindikasikan HBsAg reaktif. Tidak adanya warna menunjukkan hasil non reaktif di
specimen

3.4. Alat dan Bahan


3.4.1. Alat
• Sumur mikrotiter
• Mikropipet
• Tip
• Inkubator
• Elisa reader
• Elisa washer
• Sampel
• Sampel serum pasien
• Reagen
• Enzym Conjugate
• Positif Control
1. Negatif Control
2. Sampel dilluent
3. Color A dan B
4. Stop Solution
5. Wash Buffer
3.5. Prosedur Pemeriksaan
A. Pembuatan Wash Buffer
1. Wash buffer pekat dicampurkan dengan aquadest perbandingan (1:19)
2. Campuran yang sudah jadi disimpan pada suhu ruang selama seminggu
B. Prosedur Pemeriksaan
1. Semua reagen dan specimen dikondisikan pada suhu ruang
2. Siapkan nomor yang dibutuhkan untuk sumur, yang terdiri dari 1 sumur
blanko, 2 sumur control positif, 2 sumur untuk control negatif dan 1 sumur
untuk setiap specimen. Tulis nomor seri untuk control dan specimen pada
kolom.
3. Spesimen diluents ditambahkan sebanyak 20µl pada masing-masing sumur
4. Spesimen, control negative, control positif ditambahkan sebanyak 100µl sesuai
dengan kolom data. (sediakan 1 sumur untuk blanko)
5. Kemudian dihomogenkan
6. Plate diinkubasi pada incubator suhu 37o C ± 1 jam
7. Enzym conjugate ditambahkan pada setiap sumur ± 50µl
8. Plate diinkubasi pada incubator suhu 37o C ± 30 menit
9. Setiap sumur dicuci dengan wash buffer dengan prosedur :
 Pencucian yang dilakukan harus sesuai dengan petunjuk apabila ada
pencucian yang tidak sempurna maka akan mempengaruhi hasil.
 Semua isi sumur dimasukkan pada labu cuci. Kemudian ditambhakan wash
buffer 350/lebih.
 Pastikan tidak ada cairan di dalam tip dan setelah pemipetan terakhir.
10. Color A & B dimasukkan pada setiap sumur sebanyak 50µl
11. Plate diinkubasi pada waterbath/incubator 37o ± 30 menit
12. Hentikan reaksi dengan penambahan 50µl stopping solotion disetiap sumur
13. Absorbansi setiap sumur dibaca pada λ 450nm & λ 630nm
14. Perhitungan
• Single wave length (λ450nm)
OD = OD450 – ODBC450
= sampel – control

• Dual wave length (λ630nm)


OD = OD450/630

3.4 Interpretasi Hasil


Hasil pemeriksaan valid jika :
1. Nilai OD blanko kurang dari 0.100 ( sumur dari kontrol blanko hanya berisi
kromogen dan stop solution)
2. Nilai OD kontro negatif harus sama atau kurang dari ( ) 0.100. Dieliminasi
kontrol negatif dengan nilai OD lebih besar dari ( ) 0.100. Jika 2 nilai keluar dari batas,
pemeriksaan invalid dan harus di ulangi.
3. Nilai OD kontrol positif sama atau lebih besar ( ) 0.500. Jika nilai OD kurang
dari 0.500, pemeriksaan invalid dan harus di ulangi.
Perhitungan kontrol :
Nilai cut-off :
CO= NCx . 2,1
NCx : nilai absorbansi rata-rata kontrol negative (jika NCx 0.05 , NCx harus
dihitung 0.05)
Interpretasi hasil :
1. Spesimen dengan absorbansi kurang dari (<) nilai cut-off dinyatakan negatif.
2. Spesimen dengan nilai absorbansi lebih besar atau sama dengan ( ) nilai cut-
off dinyatakan positif.

https://pbh-batusangkar.blogspot.com/2011/06/makalah-tentang-hepatitis.html
https://yazhidbazhar.blogspot.com/2015/09/elisa-enzyme-linked-immunosorbent-assay.html
http://repository.unimus.ac.id/1201/2/BAB%20I.pdf
http://eprints.undip.ac.id/62212/2/BAB_I.pdf
https://pbh-batusangkar.blogspot.com/2011/06/makalah-tentang-hepatitis.html
https://docplayer.info/45366213-Bab-i-pendahuluan-penelitian-ini-dibatasi-pada-pemeriksaan-
hbsag-strip-test-pada-perawat-di-rsi-pku-muhammadiyah-palangka-raya.html

Anda mungkin juga menyukai