0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
61 tayangan3 halaman
Diazepam adalah obat penenang yang bekerja dengan meningkatkan aktivitas neurotransmitter GABA di otak untuk mengurangi kecemasan, menyebabkan kantuk, dan merelaksasi otot. Diazepam diabsorpsi dengan cepat dan memiliki waktu paruh yang panjang hingga 30 jam, dengan metabolit utamanya, nordiazepam, memiliki waktu paruh bahkan lebih panjang. Karena itu, penggunaan jangka panjang diazepam harus dilakukan dengan
Diazepam adalah obat penenang yang bekerja dengan meningkatkan aktivitas neurotransmitter GABA di otak untuk mengurangi kecemasan, menyebabkan kantuk, dan merelaksasi otot. Diazepam diabsorpsi dengan cepat dan memiliki waktu paruh yang panjang hingga 30 jam, dengan metabolit utamanya, nordiazepam, memiliki waktu paruh bahkan lebih panjang. Karena itu, penggunaan jangka panjang diazepam harus dilakukan dengan
Diazepam adalah obat penenang yang bekerja dengan meningkatkan aktivitas neurotransmitter GABA di otak untuk mengurangi kecemasan, menyebabkan kantuk, dan merelaksasi otot. Diazepam diabsorpsi dengan cepat dan memiliki waktu paruh yang panjang hingga 30 jam, dengan metabolit utamanya, nordiazepam, memiliki waktu paruh bahkan lebih panjang. Karena itu, penggunaan jangka panjang diazepam harus dilakukan dengan
Diazepam mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101% C16H13ClN2O dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Profil Farmakokinetika Absorpsi: Jika digunakan untuk mengobati ansietas atau gangguan tidur, hipnotik- sedatif biasanya diberikan peroral. Benzodiazepin merupakan obat-obat basa lemah dan diabsorpsi sangat efektif pada PH tinggi yang ditemukan dalam duodenum. Kecepatan absorpsi benzodiazepine yang diberikan per oral berbeda tergantung pada beberapa factor termasuk sifat kelarutannya dalam lemak. Distribusi: Transpor hipnotik sedative didalam darah adalah proses dinamika dimana banyaknya molekul obat masuk dan meninggalkan jaringan tergantung pada aliran darah, tingginya konsentrasi, dan permeabilitas. Plasma (perbandingan dalam darah) Diazepam 1,8 dan DMDZ 1,7.Ikatan Protein : Diazepam 98 - 99% dan DMDZ 97%. Didistribusi secara luas. Menembus sawar darah otak. Menembus plasenta dan memasuki ASI. Biotransformasi: Metabolisme hati yang bertanggung jawab terhadap pembersihan atau eliminasi dari semua benzodiazepine. Beberapa produk metabolismenya bersifat aktif sebagai depresan SSP. Metabolit klinis yang signifikan : Desmetildiazepam (DMDZ) , temazepam & oksazepam. Ekskresi: Metabolit benzodiazepine dan hipnotik-sedatif lain yang larut dalam air diekskresikan terutama melalui ginjal. Diazepam diabsorpsi dengan cepat secara lengkap setelah pemberian peroral dan puncak konsentrasi dalam plasmanya dicapai pada menit ke 15-90 pada dewasa dan menit ke-30 pada anak-anak. Perbedaan jenis kelamin juga harus dipertimbangkan.Bioavailabilitas obat dalam bentuk sediaan tablet adalah 100%. Range t1/2 diazepam antara 20-100 jam dengan rata-rata t1/2-nya adalah 30 jam. Metabolisme utama diazepam berada di hepar, menghasilkan tiga metabolit aktif. Enzim utama yang digunakan dalam metabolisme diazepam adalah CYP2C19 dan CYP3A4. N-Desmetildiazepam (nordiazepam) merupakan salah satu metabolit yang memiliki efek farmakologis yang sama dengan diazepam, dimana t1/2-nya lebih panjang yaitu antara 30-200 jam. Ketika diazepam dimetabolisme oleh enzim CYP2C19 menjadi nordiazepam, terjadilah proses N-dealkilasi. Pada fase eliminasi baik pada terapi dosis tunggal maupun multi dosis, konsentrasi N-Desmetildiazepam dalam plasma lebih tinggi dari diazepam sendiri. N-Desmetildiazepam dengan bantuan enzim CYP3A4 diubah menjadi oxazepam, suatu metabolit aktif yang dieliminasi dari tubuh melalui proses glukuronidasi. Oxazepam memiliki estimasi t1/2 antara 5-15 jam. Metabolit yang ketiga adalah Temazepam dengan estimasi t1/2 antara 10-20 jam. Temazepam dimetabolisme dengan bantuan enzim CYP3A4 dan CYP 3A5 serta mengalami konjugasi dengan asam glukuronat sebelum dieliminasi dari tubuh. Diazepam secara cepat terdistribusi dalam tubuh karena bersifat lipid-soluble, volume distribusinya 1,1L/kg, dengan tingkat pengikatan pada albumin dalam plasma sebesar (98- 99%). Diazepam diekskresikan melalui air susu dan dapat menembus barier plasenta, karena itu penggunaan untuk ibu hamil dan menyusui sebisa mungkin dihindari. Di dalam tubuh embrio bahan metabolit tersebut berpotensi menginhibisi neuron, meningkatkan pH di dalam sel, dapat bersifat toksik. Dengan terinhibisinya neuron maka akan terganggu pula transfer neurotransmiter untuk hormon-hormon pertumbuhan, sehingga mengakibatkan pertumbuhan embrio yang lambat. Dengan pH yang tinggi mengakibatkan sel tidak dapat tereksitasi, sehingga kerja hormon pertumbuhan juga terganggu yang akhirnya pertumbuhan janin juga terganggu. Pada trimester pertama masa kehamilan merupakan periode kritis maka bahan teratogen yang bersifat toksik akan mempengaruhi pertumbuhan embrio, bahkan dapat mengakibatkan kematian janin.Efek samping ringan Diazepam dapat terjadi pada konsentrasi plasma mencapai 50-100g/L, tetapi ini juga tergantung pada sensitivitas setiap individual. Efek anxiolitik terlihat pada penggunaan secara long-term dengan konsentrasi 300-400g/L. Diazepam ini tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang panjang (tidak boleh lebih dari 3 bulan), karena berakibat buruk bagi tubuh penderita. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena t1/2 diazepam yang cukup panjang, ditambah lagi t1/2 N-Desmetildiazepam yang lebih panjang yaitu, 2 kali t1/2 Diazepam. Hal ini berarti setelah konsentrasi diazepam dalam tubuh habis untuk menghasilkan efek, masih dapat dihasilkan efek bahkan sebesar 2 kalinya yang diperoleh dari N-Desmetildiazepam sebagai metabolit aktif diazepam. Ditambah lagi persentase metabolit yang terikat protein dalam plasma (97%), lebih sedikit daripada prosentase diazepam yang terikat protein plasma (98%-99%). Oleh karena itu penggunaan diazepam dalam terapi pengobatan harus ekstra berhati-hati, yaitu perlu dipertimbangkan adanya efek yang ditimbulkan oleh metabolit aktif Diazepam, untuk itu mungkin perlu dilakukan kontrol terhadap konsentrasi diazepam dan metabolitnya dalam plasma. Farmakodinamik (Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC) Mekanisme kerja: Pengikatan GABA (asam gama aminobutirat) ke reseptornya pada membrane sel akan membuka salutan klorida, meningkatkan efek konduksi korida. Aliran ion klorida yang masuk menyebabkan hiperpolarisasi lemah menurunkan potensi postsinaptik dari ambang letup dan meniadakan pembentukan kerja potensial. Benzodiazepin terikat pada sisi spesifik dan berafinitas tinggi dari membrane sel, yang terpisah tetapi dekat reseptor GABA. Reseptor benzodiazepine terdapat hanya pada SSP dan lokasinya sejajar dengan neuron GABA.Peningkatan benzodiazepine memacu afinitas reseptor GABA untuk neurotransmitter yang bersangkutan, sehingga saluran klorida yang berdekatan lebih sering terbuka. Keadaan tersebut akan memacu hiperpolarisasi dan menghambat letupan neuron. (Mycek, 2001)Diazepam bekerja pada reseptor di otak yang disebut reseptor GABA. Hal ini menyebabkan pelepasan neurotransmitter yang disebut GABA di dalam otak.
Neurotransmiter merupakan bahan kimia yang disimpan dalam sel-sel saraf di otak dan sistem saraf. Mereka yang terlibat dalam transmisi pesan antara sel saraf. GABA adalah neurotransmitter yang berfungsi sebagai alami 'saraf-menenangkan' agen. Ini membantu menjaga aktivitas saraf di otak seimbang, dan terlibat dalam mendorong kantuk, mengurangi kecemasan dan relaksasi otot.
Sebagai diazepam meningkatkan aktivitas GABA dalam otak, meningkatkan efek menenangkan dan hasil dalam kantuk, penurunan kecemasan dan relaksasi otot. Efek terhadap organ a. Sedasi: Sedasi dapat didefinisikan sebagai penurunan respons terhadap tingkat stimulus yang tetap dengan penurunan dalam aktivitas dan ide spontan. Perubahan tingkah laku ini terjadi pada dosis efektif hipnotik sedative yang terendah. b. Hipnotis: Berdasarkan definisi, semua hipnoik sedative akan menyebabkan tidur jika diberikan pada dosis yang cukup tinggi. c. Anastesi: Benzodiazepin tertentu, termasuk diazepam dan midazolam telah digunakan secara intravena dala anastesi. Benzodiazepin yang digunakan dalam dosis tinggi sebagai pembantu untuk anastesi umum, bisa menyebabkan menetapnya depresi respirasi pasca anastesi. Hal ini mungkin berhubungan dengan waktu paruhnya yang relative lama dan pembentukan metabolit aktif. d. Efek antikonvulsi: Kebanyakan hipnotik sedative sanggup menghambat perkembangan dan penyebaran aktivitas epileptiformis dalam susunan saraf pusat. Ada sejumlah selektivitas pada obat tertentu yang dapat menimbulkan efek antikonvulsi tanpa depresi susunan saraf pusat yang jelas sehingga aktivitas fisik dan mental relative tidak dipengaruhi. Diazepam mempunyai kerja selektif yang berguna di klinik untuk menanggulangi keadaan bangkitan kejang. e. Relaksasi otot: Benzodiazepin merelaksasi otot volunter yang berkontraksi pada penyakit sendi atau spasme otot. f. Efek pada fungsi respirasi dan kardiovaskular: Pada dosis terapeutik dapat menimbulkan depresi pernapasan pada penderita paru obstruksi.