Anda di halaman 1dari 13

TUGAS FARMAKOLOGI I

SIFAT DAN PROSES FARMAKOKINETIK


OBAT DALAM TUBUH

OLEH:

NAMA : NURUL HIKMAH SUHAFID


NIM : O1A120105
KELAS : B

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
SIFAT OBAT DAN PROSES FARMAKOKINETIKNYA DALAM TUBUH

Diazepam Propranolol Metotreksat


Klordiazepoksid Amfetamin Sulfametoksazol
Trimetoprim Klorokuin Klorotiazid
Morfin Levodopa Fenobarbital
Norepinefrin Penisilin Fenitoin
Dopamin Aspirin Asam askorbat

1. DIAZEPAM
Absorbsi
Diazepam dapat diberikan melalui oral, rektal, dan
parenteral secara injeksi intarvena dan intramuskular. Setelah
pemberian secara oral, >90% Diazepam akan diserap dengan
cepat melalui gastrointestinal. Waktu untuk mencapai
konsentrasi plasma puncak adalah 1-1,5 jam pada pemberian
oral, 10-30 menit pada pemberian rektal, kira-kira 1 menit pada
pemberian intravena, dan 0,25-2 jam pada pemberian muskular.
Penyerapan Diazepam akan melambat apabila diberikan
bersamaan dengan makanan berlemak, yaitu menjadi sekitar 45 menit dibandingkan jika
dalam kondisi perut kosong dapat diserap dalam waktu 15 menit. Makanan juga
menyebabkan peningkatan waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak, yaitu
menjadi 2,5 jam. Absorbsi Diazepam pada injeksi intramuskular kurang baik dan sulit
diperkirakan, sehingga hanya dilakukan apabila cara pemberian lain tidak bisa dilakukan.
Distribusi
Pada laki-laki usia muda yang sehat, volume distribusi Diazepam adalah 0,8-1 L/kg
sebanyak 98% dari Diazepam peroral, atau 95-98% dari per rektal, terikat erat pada
protein plasma terutama albumin dan alpha1-acid glycoprotein. Diazepam dapat
menembus sawar darah otak, plasenta, dan air susu ibu (ASI). Konsentrasi Diazepam
pada ASI diperkirakan sebesar 1/10 dari konsentrasi plasma ibu, pada hari 3-9 setelah
melahirkan. Diazepam bersifat larut dalam lemak dan terdistribusi dengan cepat pada
lemak dan jaringan lain. Distribusi Diazepam kepada berbagai jaringan diperkirakan
memiliki waktu paruh 1 jam, hingga mencapai >3jam. Volume distribusi Diazepam
adalah 1,1 L/kg pada pemberian oral, 1,2 L/kg intravena, dan 1 L/kg per rektal.
Metabolisme
Oksidasi dari Diazepam dimediasi oleh sitokrom P450. N-demetilasi dari
Diazepam dilakukan oleh CYP3A4 dan CYP2C19, kemudian membentuk metabolit aktif
N-desmethyldiazepam. Kemudian, zat ini dihidroksi oleh CYP3A4 menjadi metabolit
aktif temazepam. Temazepam dan N-desmethyldiazepam kemudian dimetabolisme lagi
menjadi oxazepam, dan dieliminasi melalui konjugasi pada asam glukoronat melalui
glukoronidase.
Eksresi
Diazepam dan metabolitnya dieskresikan melalui urine sebagai konjugat
glukoronidase. Waktu klirens Diazepam mencapai 20-30 mililiter/menit pada dewasa
muda. Waktu paruh eliminasi Diazepam dapat mencapai 48 jam pada pemberian oral,
33-45 jam intravena, 60-72 jam intramuscular, dan 45-46 jam per rektal. Metabolit aktif
N-desmethyldizepam memiliki waktu paruh eliminasi yang mencapai 100 jam. Waktu
paruh Diazepam memanjang pada neonates, geriatric, dan pasien dengan penyakit hati
atau ginjal.

2. KLORDIAZEPOKSID
Klordiazepoksid adalah obat benzodiazepine
kerja lama. Waktu paruh klordiazepoksid adalah 5-
30 jam tetapi memiliki metabolit benzodiazepine
aktif (desmethyldiazepam), yang memiliki waktu
paruh 36-200 jam. Waktu paruh klordiazepoksid
meningkat secara signifikan pada orang tua, yang
dapat mengakibatkan tindakan yang berkepanjangan serta akumulasi obat selama
pemberian berulang. Pembersihan tubuh yang tertundadari metabolit aktif, waktu paruh
yang lama juga terjdai padaa mereka yang berusia 60 tahun, yang selanjutnya
memperpanjang efek obat dengan akumulasi tambahan setelah pemberian dosis berulang.
Klordiazepoksid diekskresi pada renal.

3. TRIMETROPIM
Absorbsi
Trimetropim biasanya diberikan secara oral, baik
tunggal maupun dikombinasikan dengan sulfametoksazol.
Trimetropim diabsorpsi dengan baik dari usus halus.
Distribusi
Trimetropim didistribusikan secara luas dalam cairan-
cairan dan jaringan-jaringan dalam tubuh. Konsentrasi puncak trimethoprim 2 jam dan
waktu paruhnya 11 jam. Karena trimethoprim lebih larut lemak dibandingkan
sulfametoksazol, maka volume distribusi trimetropim lebih banyak dibandingkan
sulfametoksazol. 40% trimetropim terikat dengan protein plasma.
Ekskresi
Hasil ekskresinya melalui urin yaitu trimethoprim 60% dan sulfonamide 25-50%.

4. MORFIN
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat
diabsorpsi melalui kulit luka. Morfin juga dapat menembus
mukosa. Dengan kedua cara pemberian ini absorpsi morfin
sangat kecil. Morfin dapat diabsorpsi usus, tetapi efek
analgetik setalah pemberian oral jauh lebih rendah daripada
efek analgetik yang timbul setelah pemberian parenteral
dengan dosis yang sama. Mula kerja seua alkaloid opioid
setelah suntikan subkutan, absorpsi berbagai alkaloid opioid berbeda-beda. Setelah
pemberian dosis tunggal, sebagai morfin mengalami konjugasi dengan asam glukoronat
di hepar, sebagian dikeluarkan dalam bentuk bebas dan 10% tidak diketahui nasibnya.
Morfin dapat melintasi sawar uri dan mepengaruhi janin. Eskresi morfin terutama
melalui ginjal. Sebagian morfin bebas ditemukan dalam tinja dan keringat. Morfin yyang
terkonyugasi diteukal dalam empedu. Sebagian yang sangat kecil dikeluarkan bersama
cairan lambung.

5. NOREPINEFRIN
Absorbsi
Norepinephrine per oral dirusak pada saluran
cerna, dan absorpsinya rendah setelah injeksi subkutan.
Setelah pemberian secara IV, terjadi respon pressor
secara cepat. Obat ini mempunyai lama kerja yang
pendek, dan kerja sebagai pressor berhenti dalam waktu
1-2 menit setelah infus dihentikan.
Distribusi
Norepinephrine terutama terletak pada susunan saraf simpatis. Obat ini dapat
melewati plasenta tetapi tidak dapat melewati sawar darah otak.
Ekskresi
Aksi farmakologi norepinephrine terutama berakhir dengan ambilan dan
metabolisme pada ujung saraf simpatis. Obat ini dimetabolisme di hati dan jaringan lain
dengan kombinasi reaksi-reaksi yang melibatkan enzim catechol-O-methyltransferase
(COMT) dan monoamine oxidase (MAO). Metabolit utamanya adalah normetanephrine
and 3-methoxy-4-hydroxy mandelic acid (vanillylmandelic acid, VMA), keduanya
merupakan metabolit yang inaktif. Metabolit inaktif lainnya adalah 3-methoxy-4-
hydroxyphenylglycol, 3,4-dihydroxymandelic acid, and 3,4-dihydroxyphenylglycol.
Metabolit norepinephrine diekskresi di urin, terutama sebagai konjugat sulfat dan dengan
jumlah yang lebih sedikit sebagai konjugat glukuronida. Hanya dalam jumlah kecil
norepinephrine yang diekskresikan dalam bentuk utuh.

6. DOPAMINE
Dopamine sebagai katekolanin tidak efektif pada
pemberian oral. Pada kadar rendah, dopamine bekerja
pada reseptor dopaminergic D1 pembuluh darah,
terutama di ginjal, mesenterium, dan pembuluh darah
coroner. Stimulasi reseptor D1 menyebabkan
vasodilatasi melalui aktivasi adenilsiklase. Infus
dopamine dosisi rendah akan meningkatkan aliran
darah ginjal, laju filtrasi glomerulus dan eksresi Na +. Dopamin juga melepaskan NE
endogen yang menambah efeknya pada jantung. Pada dosis rendah sampai sedang,
resistensi perifer total tidak berubah. Hal ini mungkin karena dopamine mengurangi
resestensi arterial di ginjal dan mesenterium dengan hanya sedikit peningkatan di tempat-
tempat lain. Dengan demikian dopamine meningkat tekanan sistolik dan tekanan nadi
tanpa mengubah tekanan diastolk (atau sedikit meningkat). Akibatnya, dopamine
terutama berguna untuk keadaan curah jantung rendah disertai dengan gangguan fungsi
ginjal, misalnya syok kardiogenik dan gagal jantung yang berat. Pada kadar tinggi
dopamine menyebabkan vasokonstriksi akibat aktivasi reseptor α1 pembuluh darah.
Karemna itu bila dopamine digunakan untuk syok yang mengancam jiwa, tekanan darah
dan fungsi ginjal harus dimoninitor. Reseptor dopamine juga terdapat dalam otak, tetapi
dopamine yang diberikan IV, tidak menimbulkan efek sentral karena obat ini sukar
melewati sawar darah otak.

7. PROPRANOLOL
Absorbsi
Propranolol hampir seluruhnya diserap setelah
administrasi per oral. Namun setelah melalui metabolisme
oleh liver, hanya sekitar 25% yang mencapai sirkulasi
sistemik. Administrasi bersamaan dengan makanan tinggi
protein meningkatkan bioavailabilitas propranolol hingga
50%. Propranolol membutuhkan waktu 1-4 jam setelah
administrasi untuk mencapai konsentrasi puncak.
Distribusi
Sembilan puluh persen dari sirkulasi sistemik propranolol berikatan dengan protein
plasma. Volume distribusi propranolol berkisar 4 liter/kg. Propranolol melewati sawar
darah otak dan plasenta, serta didistribusikan juga dalam ASI.
Metabolisme
Propranolol di metabolisme melalui 3 jalur utama: hidroksilasi aromatik oleh
CYP2D6, N-dealkalisasi diikuti oksidasi oleh CYP1A2, dan glukuronidasi langsung.
Metabolit yang terbentuk adalah propranolol glukoronida, naphthyloxylactic acid dan
asam glukuronida, dan 4-hydroxy propranolol. Waktu paruh plasma propranolol adalah
3-6 jam.
Ekskresi
Propranolol diekskresikan lewat urine, 96-99% sebagai metabolit dan <1% sebagai
bentuk tidak diubah.

8. AMFETAMIN
Absorbsi
Konsentrasi plasma biovailibilitas bergantung dengan
peningkatan berat tubuh dan sediaan obat. Kecepatan
absorpsi tergantung pH traktus GI. Durasi obat dapat
bertahan selama 4-24 jam.
Distribusi
Didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh, dengan
tingkat dinggi di otak. Larut lemak yang tinggi akan meningkatkan konsentrasi zat di
hati, ginjal dan paru.
Metabolisme
Dimetabolisme oleh CYP2D6 enzim lain di hepar. Metabolit yang aktif sebagai
simpatomemetik adalah 4-hidroxynorephedrine, norephedrine.
Eliminasi
Dengan pH urin normal, dieksresikan dalam urin obat dalam bentuk utuh (sekitar
30-40%) dan metabolit (sekitar 50%). pH rendah, memperpendek waktu paruh
amfetamin.

9. KLOROKUIN
Klorokuin sangan lipofilik. Setelah pemberian per
oral, intramuscular, dan subkutan, klorokuin sangat
cepat diabsorpsi melalui saluran cerna, dengan
biovailabilitas yang tinggi antara 80-90%. Klorokuin
didistribusikan secra luas pada jaringan terutama hati,
limpa, ginjal, paru, serta ke otak dan sumsum tulang
dalam jumlah yang lebih kecil. Klorokuin mengalami proses metabolism oleh sitokrom
P450 menjadi senyawa desetil yang juga aktif terhadap plasmodium. Kadar plasma
klorokuin sesaat setelah pemberian obat ditentukan terutama oleh kecepatan distribusi,
bukan oleh kecepatan eliminasi. Karena tingginya ikatan pada jaringan, dosis muat
(loading dose) digunakan untuk mencapai konsentrasi efektif di plasma. Setelah
pemberian parenteral, klorokuin masuk dengan cepat dan keluardengan lambat dari
kompartemen sentral, menyebabkan kemungkinan konsentrasi obat yang sangat tinggi
dan potensial fatal. Oleh Karena itu, klorokuin parenteral diberikan dengan infus
intarvena konstan atau terbagi dalam dosis kecil secara intamuskular. Klorokuin lebih
aman jika diberikan per oral karena kecepatan absorpsi dan distribusi hampir sama.
Waktu paruh klorokuin meningkat beberapa hari hingga beberapa minggu sejalan dengan
penurunan kadar plasma, menggambarkan transisi dari distribusi lambat dan eliminasi
yang lebih lambat lagi. Waktu paruh terminal klorokuin mencapai 30-60 hari dan sisa
obat masih dapat dideteksi di urin bertahun-tahun setelah terapi.

10. LEVODOPA
Absorbsi
Levodopa sangat cepat diabsorpsi secara aktif
terutama dari usus halus. Kecepatan absorpsi sangat
tergantung dari kecepatan pengosongan lambung.
Jumlah yang mencapai sirkulasi darah relative sedikit
karena: (1) levodopa cepat mengalami pemecahan dalam
lambung, (2) dirusak oleh flora usus dalam dinding usus bagian distal, (3) lambatnya
mekanisme absorpsi di bagian distal duodenum. Absorpsi juga dihambat oleh makanan
tinggi protein akibat kompetisi asam amino dengan levodopa dalam absorpsi maupun
transport ke otak.
Distribusi
Levodopa dapat mencapai sirkulasi kira-kira 22-30% dosis oral, sedangkan 60%
atau lebih mengalami biotransformasi di saluran cerna dan hati. Hati mengandung sangat
banyak enzim dopa-dekarboksilase (dekarboksilase asam amino-I-aromatik, DC). Selain
di hati, enzim ini tersebar di berbagai jaringan juga dalam dinding kapiler otak. Jelaslah
bahwa ledova yang mencapai jaringan otak jumlahnya sangat sedikit diperkirakan hanya
1% dari dosis yang diberikan mencapai SSP. Pemberian penghambat dekarboksilase
mengurangi pembentukan dopamine di perifer.
Metabolisme
Biotrasformasi ledova menghasilkan berbagai metabolit. Levodopa terutama
ditranformasi melalui DA yang dalam tahap selanjutnya cepat diubah lagi menjadi
DOPAC (3,4-dihidroksi fenil asetat) oleh enzim MAO dan AD (aldehid dehydrogenase),
dan HVA (asam homovanilat). Pemberian ledva akan mengakibatkan peningkatan kadar
HVA dalam cairan serebrospinal (CSS). Biotransformasi menjadi metabolit lain hanya
sedikit jumlahnya. Metabolit ledova cepat sekali dieskresi melalui urin. 80% dari dosis
yang diberikan dieskresi sebagai metabolit hasil biotransformasi dopamine.
Eksresi
Eskresi sebagai DOPAC dan HVA kira-kira 50% dari dosis yang diberikan dan
kurang dari 1% sebagai levodopa. Dari setiap dosis ledova hanya sebagian kecil saja
yang diubah menjadi 3-0-metildopa, tetapi waktu paruhnya (t 1/2) panjang, sehingga dapat
terjadi akumulasi.

11. PENISILIN G
Absorbsi
Penisilin G mudah rusak dalam suasana asam (Ph
2). Cairan lambung dengan pH 4 tidak terlalu merusak
penisilin. Bila dibandingkan dengan dosis oral terhadap
IM, maka untuk mendapatkan kadar efektif dalam darah,
dosis penisilin G oral haruslah 4-5 kali lebih besar
daripada dosis I. oleh karena itu, penisilin G tidak
diberikan per oral. Larutan garam Na-penisilin G 300.000
IU (=180 mg) yang disuntikan IM, cepat sekali diabsorpsi dan emnghasilkan kadar
puncak dalam plasma setinggi 8 IU (= 4,8 µg)/mL dalam waktu 15-30 menit. Untuk
memperlambat absorpsinya, penisilin G dapat diberikan dalam bentuk ripesitori,
misalnya penisilin G benzatin, penisilin G prokain sebagai suspense dalam air atau
minyak. Penisilin tahan asam pada umumnya dapat menghasilkan kadar obat yang
dikendaki dalam plasma dengan penyesuaian dosis oral yang tidak terlalu bervariasi,
walaupun beberapa penisilin oral diabsorpsi dalam proporsi yang cukup kecil. Adanya
makanan akan menghambat absorpsi, tetapi beberapa diantaranya dihambat secara tidak
bermakna.
Distribusi
Penisilin G didistribusi luas dalam tubuh. kadar obat yang memadai dapat tercapai
dalam hati, empedu, ginjal, usus, limfe dan semen, tetapi dalam CSS sukar dicapai. Bila
meningen dalam keadaan normal, sukar sekali dicapai kadar 0,5 IU/mL dalam CSS
walaupun kadarplasmanya 50 IU/mL. Adanya radangmeningen memudahkan penetrasi
penisilin G ke CSS tetapi tercapai tidaknya kadarefektif tetap sukar diramalkan.
Pemberian intratekal jarang dikerjakan karena risiko yang lebih tinggi dan efektivitasnya
tidak lebih memuaskan.
Metabolisme
Metabolisme dari Penisilin umumnya dilakukan oleh mikroba berdasarkan
pengaruh enzim penisilinase dan amidase. Proses metabolisme oleh hospes tidak
bermakna. Akibat pengaruh penisilinase terjadi pemecahan cincin betalaktam, yang
menyebabkan hilangnya seluruh aktivitas antimikroba.
Ekskresi
Penisilin umumnya diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal yang dapat
dihambat oleh probenesid. Masa paruh eliminasi penisilin dalam darah diperpanjang oleh
probenesid menjadi 2-3 kali lebih lama. Kegagalan fungsi ginjal sangat memperlambat
ekskresi penisilin. Sebagai contoh, masa paruh eliminasi karbenisilin yang pada ginjal
sehat sekitar satu jam dapat memanjang menjadi 15 jam. Akumulasi umumnya tidak
tejadi karena peningkatan biotransformasi di hepar.

12. ASPIRIN
Absorbsi
Aspirin sediaan tablet bisa diserap dengan sangat cepat
di lambung dan duodenum. Tablet extended release diserap
lebih lambat dan tergantung adanya makanan serta pH
gaster. Bioavailabilitas aspirin adalah 50-75%.
Distribusi
Volume distribusi aspirin adalah 170 ml/kgBB.
Aspirin juga banyak terdistribusi pada jaringan. Pada konsentrasi rendah, sekitar 90%
aspirin terikat albumin. Semakin tinggi konsentrasi aspirin, proporsi yang berikatan
dengan protein semakin rendah, begitu pula pada kasus insufisiensi renal dan pada
kehamilan. Pada kasus overdosis aspirin, hanya 30% yang berikatan dengan albumin
Metabolisme
Metabolisme aspirin berlangsung hampir segera setelah konsumsi. Aspirin
utamanya dihidrolisis menjadi salisilat oleh enzim esterase yang terdapat di mukosa
saluran cerna, eritrosit, cairan sinovial, dan plasma darah. Hasil hidrolisis kemudian
berikatan dengan glycine, menjadi salicyluric acid.
Ekskresi
Waktu paruh aspirin adalah 15-20 menit, sedangkan waktu paruh salisilat akan
lebih lama sesuai dengan dosis pemberian. Pada dosis 300-650 mg waktu paruh berkisar
3 jam, sedangkan pada dosis 1 gram waktu paruh adalah 5 jam dan 2 gram waktu paruh 9
jam. Eliminasi aspirin utamanya melalui urin, 75% dalam bentuk salicyluric acid dan
10% dalam bentuk asam salisliat.

13. METOTREKSAT
Metotreksat oral lebih dianjurkan untuk anak karena
mudah dan lebih nyaman dalam pemberian dibandingkan
dengan cara parenteral (intravena/subkutan). Namun demikian, dari beberapa studi
didapatkan hasil bahwa pemberian metotreksat secara subkutan efektivitasnya lebih
tinggi bermakna dibandingkan dengan pemberian secara oral. Secara oral metotreksat
dapat diberikan sebagai dosis tunggal setiap minggu, atau dosis terbagi dengan jarak 12
jam. Kedua cara pemberian menunjukan efektivitas yang sama. Jalur parenteral dipilih
jika terdapat intoleransi gastrointestinal. Sebanyak 35-50%, obat diikat oleh albumin di
sirkulasi. Kadar maksimal dalam darah tercapai 1-2 jam setelah pemberian. Waktu pruh
metotreksat 6-7 jam, akan tetapi metabolit aktif utama derivate poliglutamat mengalami
waktu paruh yang lebih panjang. Oksidasi hepatal membentuk 7-hydroxymethotrexate,
suatu metabolit minor. Total 50-90% obatdiekskresikan melalui urin setelah 24 jam,
dengan presentase yang rendah dalam sirkulasi entro-hepatik.

14. SULFAMETOKSAZOL
Absorbsi
Obat ini merupakan sufonamid dengan absorpsi dan
eskresi cepat. Absorbsi melalui saluran cernah mudah dan cepat.
Absorpsi terutama terjadi pada usus halus, tetapi beberapa jenis
sulfa dapat diabsorpsi melalui lambung. Absorpsi melalui
tempat-tempat lain, misalnya vagina, saluran napas, kulit yang
terluka, pada umumnya kurang baik., tetapi cukup menyebabkan
reaksi toksik atau reaksi hipersensitivitas.
Distribusi
Semua sulfonamide terikat pada protein plasma terutama albumin dalam derajat
yang berbeda-beda. Obat ini tersebar keseluruh jaringan tubuh, karena itu berguna untuk
jaringan sisteik. Dalam cairan tubuh kadar obat bentuk bebas mencapai 50-80% kadar
dalam darah. Pemberian sulfadiazine dan sulfisoksazol secra sistemik dengan dosis
adekuat dapat mencapai kadar efektif dalam CSS (cairan serebrospinal) otak. Kadar taraf
mantap di dalam CSS mencapai 10-80% dari kadarnya dalam darah. Pada meningitis
kadar ini lebih tinggi lagi. Namus, oleh karena timbulnya resistensi mikroba terhadap
sulfonamide, obat ini jarang lagi digunakan untuk pengobatan meningitis. Obat dapat
melalui sawar uri dan menimbulkan efek antimikroba dan efek toksik janin.
Metabolisme
Dalam tubuh, sulfat mengalami asetilasi dan oksidasi. Hasil oksidasi inilah yang
serng menyebabkan reaksi toksik sistemik berupa lesi pada kulit dan gejala
hipersensitivitas, sedangkan hasil asetilasi menyebabkan hilangnya aktivitas obat. Bentuk
asetil pada N-4 merupakan metabolit utama, dan beberapa sulfanamid yang terasetilasi
lebih sukar larut dalam air sehingga sering menyebabkan kristaluria atau komplikasi
ginjal lain. Bentuk asetil ini lebih banyak terikat protein plasma daripada bentuk asalnya.
Kadar bentuk terkonyugasi ini tergantung terutama pada besarnya dosis, lama pemberian,
keadaan fungsi hati dan ginjal pasien.
Ekskresi
Hampir semua diekskresi melalui ginjal, baik dalam bentuk asetil maupun bebas.
Masa paruh sulfonamide tergantung jenis sulfonamide dan fungsi ginjal. Sebagian kecil
diekskresi melalui tinja, empedu dan air susu ibu (ASI).

15. KLOROTIAZID
Absorpsi tiazid melalui saluran cerna sangat baik.
Umumnya efek obat tampak setelah 1 jam.
Didistribusikan ke seluruh ruang ekstra sel dan dapat
melewati sawar uri. Dengan proses aktif, tiazid
dieksresikan oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan
tubuli. Biasanya dalam 3-6 jam sudah diekskresikan
dari badan.

16. FENOBARBITAL
Absorbsi
Setelah pemberian obat secara oral, obatdiserap dengan
baik dari lambung dan usus halus, dengan kadar puncak terjadi
2-20 jam kemudian. Kadarteraupetik untuk orang dewasa adalah
sekitar20-40 µg/mL. sedangkan pada anak, kadar yang sedikit
lebih rendah masih efektif. Phenobarbital diserap dalam
berbagai derajat setelah pemberian oral, rektal atau parenteral.
Garam-garam lebih cepat diserap daripada asam.
Tingkatpenyerapan meningkat jika garam natrium ditelan
sebagai laruan ncer atau diminum pada saat perut kosong.
Distribusi
Phenobarbital adalah asam lemah yang diserap dan dengan cepat didistribusikan
keseluruh jarigan dan cairan dengan konsentrasi tinggi di otak, hati, dan ginjal. Semakin
ia llarut lemak, semakin cepat pula ia menembus semua jaringan tubuh. Durasi, kerja,
yang berkaitan dengan tingkat dimana phenobarbital didistribusikan ke sluruh tubuh
bervariasi antara orang-orang dan pada orang yang sama dari waktu ke waktu. long-
action phenobarbital memiliki onset kerja 1 jam atau lebih dan durasi tindakan dari 10-
12 jam. Phenobarbital memiliki kelarutan lipid terendah, pengikatan dengan plasma
terendah, pengikatan dengan protein di otak terendah, penundaan terpanjang di kelas
barbiturate.
Metabolisme
Metabolisme phenobarbital terjadi di hati berupa hidroksilasi dan konjugasi ke
sulfat atau asam glukuronat, diikuti oleh ekskresi melalui ginjal. Waktu paruh
phenobarbital adalah 50-100 jam. Phenobarbital dimetabolisme terutama oleh enzim
microsomal di hati, dan produk-produk metabolism diekskresikan dalam urin, dan dalam
tinja.
Ekskresi
Sekitar 25-50% dari dosis phenobarbital dihilangkan tidak berubah dalam urin.
Ekskressi barbiturate yang tidak dimetabolisme adalah salah satu fitur yang membedakan
kategori long-acting dari mereka termasuk kategori lain golongan barbiturate yang
hampir seluruhnya dimetabolisme. Metabolit aktif dari barbiturate diekskresikan sebagai
konjugat dari asam glukuronat.

17. FENITOIN
Absorbsi
Absorpsi fenitoin yang diberikan per oral bersifat lambat dan sangat sedikit karena
tidak larut dalam cairan lambung yang bersifat asam, absorpsi maksimal terjadi di
duodenum sedangkan jejenum dan ileum lebih lambat, sedikit di kolon dan tidak
diabsorpsi di rektal.
Distribusi
Pemberian secara intramuskular, menyebabkan
terjadinya pengendapan di tempat suntikan sehingga
mengakibatkan penggumpalan di otot (kecuali natrium
fenitoin). Kadar dalam hati, ginjal dan kelenjar ludah lebih
tinggi daripada dalam otak, otot skelet dan jaringan lemak
setelah pemberian secara intravena. Efek terapetik fenitoin
adalah 10-20 µg/mL, obat bebas sebesar 1-2,5 µg/mL,
volume distribusi dewasa 0,6-0,7 L/kg dan pada anak 0,7
L/kg. mula kerja pemberian intravena 0,5-1 jam, ikatan dengan protein 90-95%,
konsentrasi steady state dicapai pada 5-10 hari serta ekskresi <5% melalui urin. Waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai kadar puncak antara 3-12 jam.
Metabolisme
Fenitoin dimetabolisme di hati oleh CYP450 dan sifat farmakokinetik fenitoin
sengat dipengaruhi oleh ikatannya dengan protein plasma. Fenitoin memiliki profil
metabolic nonlinear karena kejenuhan enzim di hati bertugas untuk metabolism fenitoin.
Peningkatan dosis tidak boleh melebihi 30-50 mg untuk menghindari peningkatan tiba-
tiba kadar serum dalam plasma ketika kejenuhan enzim terlampaui. Natrium fenitoin
adalah produk dari fenitoiin yang lebih larut dam air daripada fenitoin, data diberikan
secara intravena dan intramuscular serta memiliki waktu paruh 8-15 menit.
Ekskresi
Ekskresi fenitoin tergantung pada dosis, waktu paruh berkisar antara 12-36 jam,
dengan rata-rata 24 jam pada sebagain besar pasien.

18. ASAM ASKORBAT (VITAMIN C)


Absorpsi
Vitamin C akan dengan mudah diserap oleh saluran
cerna, dan kadarnya akan segera meningkat dalam
plasma setelah diserap. Vitamin C akan lebih tinggi
ditemukan kadarnya dalam trombosit dan leukosit jika
dibandingkan dengan kadar dalam plasma maupun
eritrosit (bila melihat kemampuan saturasinya dalam sel). Tingkat absorpsi vitamin C
berbeda tergantung dosis yang diberikan. Pada dosis 100-200 mg/hari, 70-90% vitamin C
akan terabsorpsi tetapi dosis tinggi 1000 mg akan terabsorpsi kurang dari 50%.
Distribusi
Vitamin C didistribusikan secara luas ke seluruh bagian tubuh melalui peredaran darah,
dengan kadar tertinggi dapat ditemukan dalam kelenjar dan kadar terendah dapat
ditemukan dalam otot maupun jaringan lemak.
Metabolisme
Vitamin C mengalami metabolisme utama di hati dan sebagian di ginjal.
Metabolisme utamanya terjadi dengan penghilangan dua buah elektron yang dimiliki
senyawa ini. Senyawa radikal bebas antara yang terbentuk dari metabolisme vitamin C
adalah dalam bentuk asam dehidroaskorbat yang masih bersifat reversibel. Kemudian
akan menjadi asam 2,3-diketogulonat yang bersifat ireversibel dan secara fisiologis
inaktif. Senyawa ini kemudian akan membelah menjadi beberapa metabolit.
Ekskresi
Vitamin C maupun metabolit yang dibentuknya akan diekskresikan melalui urine
dalam bentuk utuh atau dalam bentuk garam sulfatnya ketika kadarnya melewati ambang
rangsang ginjal dalam darah yaitu sekitar 1,4 mg/100mL. Beberapa obat-obatan
diketahui dapat meningkatkan proses pengeluaran vitamin C ketika berinteraksi dalam
penggunaan yang bersamaan, yaitu pada penggunaan tetrasiklin, salisilat atau
fenobarbital.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Gan Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Teraupetik FKUI.

IDI, 2017. ALOMEDIKA. [Online] Available at: https://www.alomedika.com [Accessed 30


March 2021].

Anda mungkin juga menyukai