Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ILMU BEDAH UMUM VETERINER

PROSEDUR PERSIAPAN PASIEN DAN RUANG OPERASI PADA HEWAN BESAR

Oleh :
Ani Wijayanti 061811535006
Dicky Andre 061811535011
Danis Farid Qosdina 061811535017
Rumanika Tungga Dewi 061811535019
Utasya Amila Saliha Wijanarko 061811535027
Basmala Launa Dewi 061811535042
Virgi Sapta Faradhilla 061811535033
Azaria Aldila 061811535040
Anneisya Surya Anjani 061811535044
Agung Mujiburrahman 061811535046

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

PSDKU BANYUWANGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan..............................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
1.3 Manfaat...........................................................................................................2
BAB II Pembahasan.............................................................................................3
2.1Definisi hewan besar.......................................................................................3
2.2 Definisi Operasi..............................................................................................4
2.3 Restrain dan Casting Hewan Besar................................................................5
2.3.1 Restrain Pada Kuda.....................................................................................5
2.3.2 Casting Pada Kuda......................................................................................6
2.3.3 Restrain Fisik Pada Sapi..............................................................................7
2.3.4 Casting Pada Sapi........................................................................................7
2.4 Tahap Persiapan.............................................................................................7
2.4.1 Persiapan alat dan instrument bedah...........................................................8
2.4.2 Bahan dan obat............................................................................................8
2.4.3 Persiapan ruang operasi...............................................................................8
2.4.4 Persiapan hewan..........................................................................................8
2.4.5 Stabilisasi pasien.........................................................................................9
2.4.6 Persiapan daerah (site) operasi....................................................................9
2.4.7 Masuk ke ruang operasi...............................................................................9
2.4.8 Persiapan operator.....................................................................................10
2.5 Sterilisasi......................................................................................................11
2.5.1 Critical Items.............................................................................................11
2.5.2 Semicritical Items......................................................................................12
2.5.3 Noncritical Items.......................................................................................13
2.6 Ruang operasi...............................................................................................14
KESIMPULAN..................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................18

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu Bedah merupakan cabang ilmu pengobatan atau terapi untuk mengusahakan
kembali pulihnya keadaan normal yang mana disebebakan oleh suatu penyakit atau gangguan
dengan menggunakan suatu alat (instrumen), tangan (manual) maupun mekanis. dalam praktek
terapi bedah ada banyak hal yang perlu dilakukan atau dipersiapkan sebelum dokter hewan
melakukan tindakan pembedahan atau operasi terhadap suatu kasus bedah diantaranya
pemahaman dalam bahan dan obat-obatan, persiapan ruang operasi, persiapan hewan, persiapan
operator, memahami prosedur operasi, dapat memprediksi hal-hal yang akan terjadi dan mampu
memperkirakan prognosis hasil operasi yang tepat. namun, dalam makalah ini kami hanya akan
memfokuskan pada pembahasan bagaimana handling dan restrain khususnya pada hewan besar,
persiapan ruang operasi, dan bagaimana teknik sterilisasi pada pasien maupun ruang operasi.

Handling maupun restrain sendiri merupakan suatu hal yang sangat mendasar yang perlu
dipahami dalam suatu tindakan pembedahan hewan, terutama hewan besar ada kalanya hal
tersebut mutlak dipahami agar tindakan terapi dapat dilakukan. dalam hal ini Handling dan
restrain memiliki teknik khusus dan memiliki perbedaan diantara keduanya. berbeda halnya
dalam persiapan ruang operasi, ruang operasi untuk pembedahan harus bersih, semua peralatan
yang ada di ruang operasi harus dibersihkan sebelum operasi dilaksanakan. lantai dan meja harus
didisenfeksi dengan bahan disinfektan yang umum dijual di pasaran.

Desinfeksi merupakan pembinasaan dari jasad renik yang paling patogenik pada objek
mati (tidak hidup) serta ada antiseptis yakni pembinasaan dari jasad renik yang paling patogenik
selama persiapan pada kulit pasien dan yang digosokkan sebelum pembedahan, bagaimanapun,
kulit tidak disterilkan di dalam ruang operasi juga harus dipersiapkan alas kaki khusus yang
dipergunakan hanya di dalam ruang operasi saja. Selain sterilisasi dan desinfeksi peralatan
operasi, status hewan seperti sejarah penyakit, anamnese dan status present diperlukan untuk
dapat mendiagnosa penyakit. Selanjutnya tindak bedah apa yang akan dilakukan, perlu juga
mempertimbangkan anastesi yang diberikan sebelum operasi dan tindak bedah yang akan
dilakukan pada hewan tersebut. Perawatan selama operasi dan perawatan setelah operasi tidak

1
boleh diabaikan, tidak terkecuali obat yang harus diberikan dalam proses persembuhan luka
bekas operasi

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dan manfaat dari makalah ini yaitu:

a. untuk mengetahui cara handling hewan besar dengan baik dan benar
b. untuk mengetahui prosedur persiapan dan teknik sterilisasi pada pasien
c. untuk mengetahui prosedur persiapan dan teknik sterilisasi pada ruang operasi

1.3 Manfaat

a. Diharapkan dapat menambah bahan informasi bagi masyarakat luas cara melakukan
handling hewan besar dengan baik dan benar.
b. sebagai bahan informasi mengenai prosedur persiapan dan teknik sterilisasi pada pasien
maupun ruang operasi sehingga mahasiswa dapat lebih mengerti mengenai teknik dan
prosedur yang sesuai standar operasional.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi hewan besar

Hewan besar atau disebut hewan ternak merupakan hewan yang termasuk dalam kategori
tenak di Indonesia, antara lain ruminansia, pseudoruminansia dan babi. Namun, di luar negeri
seperti Arab hewan besar dapat berupa unta. Untuk hewan ternak yang berbadan besar, selain
dikonsumsi dagingnya juga dapat dipakai sebagai alat transportasi dan pertanian. Hewan ternak
ini merupakan mahkluk sosial atau hidup dalam suatu kawanan. Ternak ruminansia merupakan
ternak atau hewan yang dapat memuntahkan pakan dari lambung ke mulut untuk dikunyah
kembali yang disebut dengan proses regurgitasi. Selain itu, ternak ruminansia jug merupakan
ternak yang memiliki sistem pencernaan yang sempurna karena makanan utama dari ternak
ruminansia adalah pakan dengan serat kasar tinggi dapat dicerna dengan baik, contohnya rumput.
Ruminansia juga temasuk dalam golongan hewan poligastrik, karena memiliki lambung jamak
atau banyak (4 lambung), yaitu rumen, reticulum, omasum dan abomasum. Contoh hewan besar
ruminansia adalah sapi, sebagai hewan yang dapat diambil daging, kulit dan susu. Sapi dapat
digolongkan dalam hewan ternak yang berasal dari Famili Bovidae, hewan berkuku belah sama
halnya seperti kerbau Afrika (Syncherus), bison, banteng, kerbau (Bubalus), dan anoa.

Hewan besar pseudoruminan yaitu kuda yang merupakan hewan monogastrik karena
hanya memiliki lambung satu saja dan termasuk hewan herbivora. Saluran dari pencernaan kuda
memiliki beberapa ciri khusus yaitu ukuran kapasitas saluan pencernaan kuda pada bagian
belakang lebih besar dibandingkan dengan saluran pencernaan kuda bagian depan. Kuda bisa
digunakan sebagai hewan ternak, alat transportasi, bidang olahraga, sarana rekreasi maupun
sebagai hewan kesayangan. Sedangkan hewan besar lain yang memiliki lambung tunggal atau
monogastrik yaitu babi. Selain sebagai hewan besar monogastrik babi juga bersifst prolific
(banyak anak pada tiap kelahiran), pertumbuhannya cepat dan dalam umur enam bulan sudah
dapat dipasarkan. Babi juga sebagai penghasil daging yang berpotensi besar untuk
dikembangkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat.

3
2.2 Definisi operasi

Operasi adalah tindakan pembedahan pada satu organ atau tubuh (Smeltzer and bare,
2008). Operasi adalah sebuah proses invasif karena insisi dilakukan pada tubuh atau ketika
bagian tubuh diangkat (Caroline & Mary, 2014). Tindakan bedah atau operasi merupakan
metode pengobatan khusus yang menggunakan peralatan bedah dan biasanya dilakukan oleh
sebuah tim yang terdiri dari dokter bedah, asisten dokter bedah, ahli obat bius, perawat bedah,
dan teknisi bedah.

Seluruh prosedur bedah bisa diselesaikan dalam hitungan menit atau jam, tergantung
pada jenisnya dan penyakit yang ditangani. Namun, tindakan bedah bukan tindakan rawat jalan
(Janice & Kerry, 2014). Operasi elektif adalah pembedahan yang terencana dengan persiapan
yang matang dimana operasi dilakukan dengan kondisi umum pasien yang baik, dan melewati
proses penjadwalan terlebih dahulu (Rosdahl & Kowalski, 2012)

Adapun beberapa poin yang menyebabkan perlunya dilakukan operasi, antara lain:

Diagnostik, yaitu operasi dilakukan untuk mengetahui penyebab utama atau jenis sel kanker.
Contohnya: Biopsi mamae, Laparotomi Eksplorasi, Atroscopy.
Curative, yaitu operasi dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan memperbaiki
atau menghilangkan penyebab. Contohnya : Kolesistektomi, Appendiktomi, Histerektomi.
Restorative, yaitu operasi dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fungsional pasien.
Contohnya: Total Knee Replacement, Finger Reimplantasi.
Palliative, yaitu operasi dilakukan untuk mengurangi gejala penyakit tetapi tidak
menyembuhkan. Contohnya : Kolostomi, Nerve Root Resection, Debulking Tumor,
Ileostomy.

Menurut tingkat operasinya, terdiri dari :

Operasi Minor, yaitu prosedur operasi tanpa resiko yang besar, sering dilakukan dengan lokal
anastesi.
Operasi Mayor, yaitu prosedur operasi dengan resiko besar, lebih lama dan lebih luas dari
prosedur minor.

4
2.3 Restrain dan Casting Hewan Besar

Restrain adalah suatu cara bagaimana kita bisa menguasai hewan dengan baik dan benar,
sedangkan casting adalah suatu cara untuk menjatuhkan hewan dengan baik dan benar terutama
dilakukan pada hewan besar. Restrain umumnya dilakukan untuk tujuan pemeriksaan atau
diagnostik, tetapi dapat juga dilakukan untuk tujuan medical therapy sebelum atau sesudah
dilakukan tindakan pembedahan. Sedangkan casting umumnya dilakukan dalam tindakan
pembedahan.

Restrain pada hewan dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi. Resrain secara fisik dapat
dilakukan dengan bantuan alat atau menggunakan fisik hewan itu sendiri sebagai sarana.
Sedangkan restrain secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia,
misalnya yang tergolong dalam sedativa dan tranquilizer. Yang perlu diperhatikan dalam
pemberian restrain secara kimiawi, karena ada kemungkinan obat-obatan yang digunakan bisa
berpengaruh fatal terhadap pasien karena obat yang digunakan merupakan kontraindikasi, seperti
misalnya pasien yang menderita gangguan ginjal, hepar, jantung atau paru-paru. Dalam
penggunaannya, restrain secara kimiawi perlu juga diperhitungkan terhadap nilai ekonomisnnya,
misalnya untuk operasi-operasi yang kecil sedapat mungkin menggunakan restrain secara fisik.
Restrain yang paling aman adalah secara fisik, hanya saja perlu beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain : a. Perlu dibekali dengan keberanian; b. Harus selalu waspada; c. Tidak
bolch ragu-ragu; d. Hindari penggunaan pakaian yang menyolok yang bisa membangkitkan rasa
marah pasien seperti warna merah.

2.3.1 Restrain Pada Kuda

Restrain pada kuda perlu mendapatkan perhatian karena hewan ini sangat besar dan
memiliki tenaga yang sangat kuat serta temperamen yang tinggi sehingga penuh dengan resiko di
samping hewan ini sering mengigit dan menendang dengan kedua kakinya. Yang perlu
diperhatikan dalam melakukan restrain pada kuda yaitu harus dibawa ke tempat yang aman tidak
boleh ada barang-barang berbahaya atau benda tajam karena dapat menyebabkan terjadinya luka
pada kuda yang nantinya dapat beresiko terjadinya infeksi. Ada beberapa cara melakukan
restrain fisik pada kuda yaitu :

1. Mengangkat salah satu kaki kuda


5
Dengan mengangkat salah satu kaki kuda umumnya dilakukan pada kaki depan kuda
akan kehilangan keseimbangan apabila mau menendang, karena kuda menendang dengan
kedua kaki belakang secara bersamaan. Cara ini sering dilakukan untuk tujuan
pemeriksaan ataupun dalam melakukan pengobatan.

2. Metode haltering (menggunakan halter)

Metode ini dengan menggunakan halter (pakaian kuda) atau dapat juga dengan
menggunakan tali yang diikatkan dibelakang telinga lalu dimasukkan ke dalam mulut
dan kemudian ditarik ke depan.

3. Metode Paksaan

Metode ini dilakukan untuk mengalihkan perhatian kuda, dapat dilakukan dengan
menutup matanya dengan menggunakan kain/handuk atau dengan menggunakan aat
(pram/twich). Pram dipasang pada bibir atas lalu diputar sedemikian rupa sehingga
timbul rasa sakit untuk mengalihkan perhatian kuda. Metode ini dilakukan terutama pada
kuda-kuda yang memiliki tempramen yang tinggi apabila dengan cara yang pertama dan
kedua sulit dilakukan untuk menguasai hewan.

2.3.2 Casting Pada Kuda

Casting pada kuda umumnya dilakukan untuk tujuan terapi (surgical therapy) dapat
diakukan dengan :

1. Hoble/Kluister

Hoble berupa tali tambang yang dipasang pada salah satu kaki belakang kemudian
dihubungkan ke leher dan satu jungnya masuk ke dalam tali yang ada di leher dan ditarik
ke belakang dan kuda akan jatuh pada bagian yang ada talinya lalu dilakukan pengikatan
pada kaki.

2. Metode Harness

Cara ini dengan menggunakan semacam sabuk dari kulit dengan talinya. Alat ini
dipasang melingkar pada dada dan kedua kaki belakang dihubungkan dengan ring yang

6
ada dan kedua ujung tali ditarik ke belakang dan kuda akan terjatuh lalu dilakukan
pengikatan pada kaki. Dari kedua metode diatas metode Harness lebih sering digunakn
karena lebih aman dan mudah dilakukan

2.3.3 Restrain Fisik Pada Sapi

Restrain pada sapi dapat dilakukan dengan beberapa cara

1. Memasukkan ke kandang Inseminasi Buatan (IB), dengan mudah dapat melakukan


pemeriksaan atau terapi. Cara ini paling aman dilakukan tetapi kandang IB tidak
selalu ada di lapangan.
2. Memegang jeluh (telusuk hidung), sapi akan mengalami kesakitan sehingga dapat
mengalihkan perhatian.
3. Mengangkat ekor ke atas (tail hold)

2.3.4 Casting Pada Sapi

Casting pada sapi prinsipnya hampir sama dengan kuda, yaitu dengan menggunakan tali
yang diikatkan pada tubuh sapi sedemikian rupa sehingga bila ditarik ke belakang hewan akan
rebah dan keempat kakinya diikat. Metode yang sering digunakan untuk melakukan casting pada
sapi yaitu two half-hites methods dan Burley methods.

2.4 Tahap persiapan

Agar suatu operasi dapat berjalan sukses tanpa ada hal-hal yang mengganggu jalannya
operasi dan menghambat kesembuhan operasi, diperlukan persiapan yang matang. Persiapan
yang perlu dilakukan sebelum operasi dijalankan meliputi:

1. Persiapan alat, bahan, dan obat


2. Persiapan ruang operasi
3. Persiapan pasien (hewan)
4. Persiapan operator

2.4.1 Persiapan alat dan instrument bedah

7
Alat-alat atau instrument bedah yang diperlukan dalam operasi harus distrerilisasi.
Sterilisasi alat dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya dengan autoklaf atau cara yang
sederhana yaitu dengan menggunakan alcohol 70%. Sterilisasi alat bertujuan untuk menghindari
terjadinya kontaminasi pada luka operasi yang dapat menghambat kesembuhan luka.

Alat yang dipersiapkan disesuaikan dengan jenis operasi yang akan dilaksanakan. Alat-
alat untuk operasi sesar misalnya tentu berbeda dengan alat-alat untuk operasi fraktur. Jadi
setiap operasi memerlukan alat yang berbeda.

2.4.2 Bahan dan obat

Bahan-bahan yang perlu disiapkan antara lain : kapas, kain kasa, tampon, plester,
desinfektan, antiseptic, dan sarung tangan (glove). Obat-obat yang diperlukan dalam
pembedahan antara lain : premedikasi, anestesi, antibiotika, hemostatika, anti radang, analgetika,
cairan infus (Laktat Ringen (LR), dekstrose 5%).

2.4.3 Persiapan ruang operasi

Ruang operasi harus bersih. Semua peralatan yang ada di dalam ruang operasi hendaknya
dibersihkan sebelum operasi dilaksanakan. Lantai dan meja operasi hendaknya dibersihkan dan
didesinfeksi dengan bahan desinfektan yang umum dijual di pasaran.

Di dalam ruang operasi juga perlu disiapkan alas kaki yang khusus untuk dipergunakan
hanya didalam ruang operasi saja. Orang yang akan masuk ke ruang operasi harus melepas alas
kakinya dan menggunakan alas kaki yang disediakan di dalam ruang operasi tersebut. Ruang
operasi harus mendapat penerangan yang cukup agar daerah (site) operasi dapat dilihat dengan
jelas, untuk itu perlu disediakan lampu operasi.

2.4.4 Persiapan hewan

Sebelum dioperasi hewan yang akan dioperasi harus didiapkan dengan baik untuk
menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama operasi berlangsung maupun
sesudahnya. Untuk itu perlu dilakukan anamnesa yang cermat, pemeriksaan fisik secara
menyeluruh yang meliputi pemeriksaan pulsus, frekuensi nafas, temperature, dan pemeriksaan
seluruh sistema (jantung, paru-paru, saluran pencernaan, hati dan ginjal).

8
Disamping pemeriksaan fisik juga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu
meliputi pemeriksaan darah, urin, dan feses. Pada kasus-kasus yang memerlukan konfirmasi foto
rontgen, maka perlu dilakukan foto rontgen, misalnya pada kejadian gangguan pada sendi dan
tulang (patah tulang).

2.4.5 Stabilisasi pasien

Umumnya hewan yang akan dioperasi harus dalam kondisi yang memungkinkan untuk
dilakukan operasi yang disebut dalam kondisi yang stabil. Apabila kondisinya tidak stabil, maka
akan sangat membahayakan keselamatan hewan itu karena setiap operasi akan menggunakan
premedikasi dan anestesi. Untuk menghindari pengaruh yang tidak baik terhadap hewan yang
akan dioperasi, stabilisasi pasien preoperasi perlu dilakukan. Tindakan stabilisasi tergantung dari
hasil pemeriksaan fisik maupun laboratorium yang dilakukan.

2.4.6 Persiapan daerah (site) operasi

Hewan yang dinyatakan kondisinya stabil dan siap untuk dioperasi, maka Langkah
selanjutnya yang harus dilakukan adalah mempersiapkan site operasi (daerah yang akan
dioperasi).

Langkah yang dilakukan pertama kali adalah merestrain hewan tersebut dengan cara
restrain yang umum dipakai, selanjutnya dilakukan pencukuran bulu, cuci sampai bersih dan
diberi antiseptik seperti povidone iodine atau yodium tincture. Pengerjaan persiapan site operasi
ini dilakukan di ruang persiapan operasi (diluar ruang operasi).

2.4.7 Masuk ke ruang operasi

Hewan diberikan anestesi di dalam ruang operasi, kemudian dibaringkan sesuai dengan
jenis dan lokasi operasi, yaitu : dorsal recumbency, lateral recumbency, atau ventral recumbency.
Selanjutnya hewan ditutup dengan kain drape sehingga yang tampak hanya site operasi.
Penutupan dengan kain drape ini dimaksudkan untuk memfokuskan pandangan pada site operasi
dan juga untuk menghindari kontaminasi.

2.4.8 Persiapan operator

Untuk dapat melakukan operasi, seorang operator harus memiliki kompensi berikut ini :
9
1. Memahami prosedur operasi
Tanpa pemahaman terhadap prosedur operasi atau teknik operasi yang akan
dijalankan tentu operator tidak akan dapat melakukan operasi dengan benar. Operasi akan
berjalan dengan sukses bila operator memahami prosedur atau teknik operasi yang akan
dijalankan.
2. Dapat memprediksi hal-hal yang akan terjadi
Baik selama operasi berlangsung maupun setelah operasi, karena itu pengetahuan
tentang kondisi pasien yang akan dioperasi harus dimiliki dan harus siap mengantisipasi
bia hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, misalnya terjadinya pendarahan atau hewan
mengalami shock.
3. Dapat memperkirakan (prognosis) hasil operasi
Tergantung jenis operasinya, maka prognosis hasil operasi bisa baik sekali, baik,
sedang, atau jelek. Apabila potensi komplikasinya minim dan pasien dapat sembuh
seperti semula maka prognosisnya sangat baik, bila kemungkinan sembuh sangat besar
tetapi terjadi beberapa komplikasi, maka prognosisnya baik, bila kemungkinan terjadi
komplikasi dan pasien sembuh dalam jangka waktu yang lama atau tidak sembuh, maka
prognosisnya sedang dan bila pasien kemungkinan mengalami komplikasi yang hebat dan
tidak dapat sembuh atau bahkan bisa mati selama atau setelah pembedahan, maka
prognosisnya buruk.
4. Personal hygiene
Seorang operator sebelum melakukan operasi terlebih dahulu harus melakukan
pembersihan diri, ia harus dalam kondisi yang sehat, mencuci tangan dengan sabun dan
diantiseptik, memakai baju operasi, sarung tangan, topi, dan masker.
5. Siap fisik dan mental
Operasi umumnya dilakukan dengan berdiri dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan jenis operasinya, disamping itu selama operasi bisa terjadi hal-hal yang tidak
terduga seperti pendarahan atau shock. Untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan fisik
dan mental yang memadai.
6. Terampil
Agar hasil operasi bisa sembuh dengan baik, maka operator dituntut harus terampil
dalam melakukan operasi dan menjahit luka operasi.
10
2.5 Sterilisasi

Sterilisasi merupakan tingkat pemrosesan ulang yang diperlukan saat memproses


peralatan/perangkat medis dengan menghancuran semua bentuk kehidupan mikroba termasuk
bakteri, virus, spora dan jamur. Sedangkan disinfektan menginaktivasi mikroorganisme yang
menghasilkan penyakti, tetapi tidak merusak spora bakteri. Sebelum sterilisasi maupun disinfeksi
dilakukan, perlu adaya pembersihan secara menyeluruh pada peralatan/perangkat sehingga
memperoleh hasil yang efektif.

Pengguna harus mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari metode khusus ketika
memilih proses desinfeksi atau sterilisasi. Kepatuhan terhadap rekomendasi ini harus
meningkatkan desinfeksi dan sterilisasi praktek di fasilitas perawatan kesehatan, sehingga
mengurangi infeksi yang terkait dengan item perawatan pasien yang terkontaminasi.

2.5.1 Critical Items

Barang yang terkait dengan risiko tinggi infeksi jika barang tersebut terkontaminasi
dengan mikroorganisme apa pun, termasuk spora bakteri. Dengan demikian, sterilisasi objek
yang masuk jaringan steril atau sistem vaskular sangat penting, karena kontaminasi mikroba
dapat menyebabkan penularan penyakit. Kategori ini termasuk instrumen bedah, cardiac dan
urinary catheters, implan, dan ultrasound-probes yang digunakan dalam rongga tubuh steril. Item
dalam kategori ini harus steril atau harus disterilkan dengan sterilisasi uap, jika memungkinkan.
Jika barang tersebut sensitif terhadap panas, maka dapat dilakukan dengan Ethylene Oxide
(ETO) atau plasma gas hidrogen peroksida atau dengan sterilisasi kimia cair jika metode lain
tidak sesuai. Ini termasuk ⩾2.4% glutaraldehyde-based formulations, 1.12% glutaraldehyde
dengan 1.93% phenol/phenate, 7.5% stabilized hydrogen peroxide, 7.35% hydrogen peroxide
dengan 0.23% peracetic acid, ⩾0.2% peracetic acid, dan 1.0% hydrogen peroxide dengan 0.08%
peracetic acid. Waktu paparan yang ditunjukkan berada dalam kisaran 3-12 jam, dengan
pengecualian ⩾0,2% paracetic acid (waktu sporicidal 12 menit pada 50-56° C).

11
Penggunaan cairan kimia steril adalah metode sterilisasi yang dapat diandalkan jika
hanya pembersihan didahului pengobatan, yang menghilangkan bahan organik dan anorganik,
dan jika panduan yang tepat untuk konsentrasi, waktu kontak, suhu, dan pH diikuti. Keterbatasan
lain untuk sterilisasi perangkat dengan sterilisasi kimia cair adalah bahwa perangkat tidak dapat
dibungkus selama pemrosesan dalam cairan kimia steril; dengan demikian, mempertahankan
steril setelah pemrosesan dan selama penyimpanan tidak mungkin. Selanjutnya, setelah terpapar
dengan cairan kimia steril, alat mungkin memerlukan pembilasan dengan air yang, secara umum,
tidak steril. Oleh karena itu, karena keterbatasan yang melekat pada penggunaan sterilisasi kimia
cair dalam nonautomated reprocessor, penggunaannya harus dibatasi untuk memproses ulang
perangkat penting yang sensitif terhadap panas dan tidak sesuai dengan metode sterilisasi
lainnya.

2.5.2 Semicritical Items

Merupakan barang yang bersentuhan dengan selaput lendir atau nonintact skin. Peralatan
pernapasan dan anestesi, beberapa endoskopi, laryngoscope blades, esophageal manometry
probes, anorectal manometry catheters, dan diaphragm-fitting rings dimasukkan dalam kategori
ini. Alat medis ini harus bebas dari semua mikroorganisme (yaitu, mycobacteria, jamur, virus,
dan bakteri), meskipun sejumlah kecil spora bakteri mungkin ada. Secara umum, membran
mukosa utuh, seperti paru-paru atau saluran pencernaan, tahan terhadap infeksi oleh spora
bakteri umum tetapi rentan terhadap organisme lain, seperti bakteri, mikobakteri, dan virus.

Persyaratan minimum untuk barang semikritik adalah disinfeksi tingkat tinggi


menggunakan disinfektan kimia. Glutaraldehid, hidrogen peroksida, ortho-phthalaldehyde
(OPA), asam perasetat dengan hidrogen peroksida, dan klorin telah dijelaskan oleh Food and
Drug Administration (FDA) Amerika Serikat dan disinfektan tingkat tinggi yang dapat
diandalkan ketika pedoman untuk prosedur kuman yang efektif adalah diikuti. Waktu paparan
untuk sebagian besar disinfektan tingkat tinggi bervariasi dari 10 hingga 45 menit, pada 20-25°C.
Wabah infeksi terus terjadi ketika disinfektan yang tidak efektif, termasuk iodophor, alkohol, dan
glutaraldehid berlebih, digunakan untuk apa yang disebut disinfeksi tingkat tinggi. Ketika
disinfektan dipilih untuk digunakan dengan item perawatan pasien tertentu, kompatibilitas

12
kimiawi setelah penggunaan yang diperpanjang dengan item yang akan didesinfeksi juga harus
dipertimbangkan. Sebagai contoh, pengujian kompatibilitas oleh Olympus America dari 7,5%
hidrogen peroksida menunjukkan perubahan kosmetik dan fungsional pada endoskopi yang
teruji. Demikian pula, Olympus Amerika tidak mendukung penggunaan produk yang
mengandung hidrogen peroksida dengan asam perasetat, karena kerusakan kosmetik dan
fungsional.

Barang semisitik yang akan memiliki kontak dengan selaput lendir saluran pernafasan
atau saluran cerna harus dibilas dengan air steril, air yang disaring, atau air keran, diikuti oleh
bilas alkohol. Pembilasan alkohol dan forced-air secara nyata mengurangi kemungkinan
kontaminasi instrumen (misalnya endoskopi), kemungkinan besar dengan menghilangkan
lingkungan basah yang mendukung pertumbuhan bakteri. Setelah pembilasan, barang harus
dikeringkan dan kemudian disimpan dengan baik agar terhindar dari kerusakan atau kontaminasi.
Tidak ada rekomendasi untuk menggunakan air steril atau air yang disaring, daripada air keran,
untuk membilas peralatan semikrit yang akan bersentuhan dengan membran mukosa rektum
(misalnya, rectal-probesatau anoscopes) atau vagina (misalnya, vagina-probes).

2.5.3 Noncritical Items

Benda yang bersentuhan dengan kulit tetapi bukan selaput lendir. Kulit berfungsi sebagai
penghalang efektif untuk sebagian besar mikroorganisme, oleh karena itu, sterilitas item yang
bersentuhan dengan kulit adalah “tidak kritis.” Contoh barang tidak penting adalah bedpans,
manset tekanan darah, kruk, bed-rails, linen, meja samping tempat tidur, furnitur pasien, dan
lantai. Berbeda dengan kritis dan beberapa item semikritik, sebagian besar barang yang tidak
dapat digunakan kembali dapat didekontaminasi di mana mereka digunakan dan tidak perlu
diangkut ke area pengolahan pusat. Hampir tidak ada risiko yang terdokumentasi untuk
menularkan agen infeksi kepada pasien melalui item yang tidak penting ketika itu digunakan
sebagai item yang tidak penting dan tidak tersentuh kulit yang tidak sengaja dan / atau membran
mukosa. Namun, barang-barang ini (misalnya, meja samping tempat tidur atau bed-rails)
berpotensi berkontribusi pada transmisi sekunder, dengan mengkontaminasi tangan petugas
perawatan kesehatan atau dengan kontak dengan peralatan medis yang kemudian akan

13
bersentuhan dengan pasien. Waktu pemaparan untuk disinfektan ini adalah 60 detik atau lebih
lama.

2.6 Ruang Operasi

Dalam mengoperasi hewan perlu adanya tempat yang digunakan yakni ruang operasi.
Ruang operasi perlu diperhatikan kualitas dari fasilitas guna menunjang keberlangsungan proses
operasi. Ruang operasi memiliki syarat yakni penggunaan teknis aseptic untuk semua prosedur
operasi atau bedah. Komponen penting dari teknin aseptic yakni persiapan pasien, persiapan alat
bedah (pakaian bedah, sarung tangan steril, serta peralatan bedah), dan penggunaan instrument
steril. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kontaminasi instrument dan barang-barang steril
(National Research Council, 2010).

Sebelum melakukan tindakan operasi, perlu diperhatikan prosedur bedah invasive.


Persiapan operasi meliputi :

a. Puasa

Puasa sangat dianjurkan bagi hewan yang akan melakukan operasi sebab pada
beberapa hewan akan mengalami muntah seperti pada anjing, kucing, babi, dan ruminansia.
Tetapi hal ini tidak berlaku bagi rodensia karena hewan pengerat memiliki metabolisme yang
tinggi dan rentan hipoglikemia akibat berhenti waktu makan yang lama.

b. Premedikasi

Premedikasi dilakukan dengan menggunakan obat analgesic dan obat penenang. Hal
ini berfungsi untuk mengurangi kecemasan padah hewan, memfasilitasi induksi anestesi dan
mencegah hiperalgesia.

c. Pembentukan akses vaskuler

d. Persiapan tempat pembedahan

Pada ruang operasi perlu disiapkan sumber panas tambahan termasuk meja bedah
yang dipanaskan dan ruangan memiliki sirkulasi udara yang hangat. Hal ini dikarenakan pada

14
saat operasi, hewan mengalami hipotermia parah maka dari itu guna mengutangi resiko
hipotermia perlu adanya tempat hangat yang harus dipersiapkan sebelumnya (Taylor,2007).

Pemeliharaan ruang operasi bertahap mulai dari harian hingga bulanan. Hal yang
paling perlu diperhatikan di ruang operasi (Jeminez, 2013).

1. Ruangan bebas dari rodensia (tikus). Hal in berguna untuk mencegah kerusakan barang
yang terdapar diruang operasi.
2. Melakukan desinfektan semua peralatan bedah
3. Membuang semua sampah organic yang terdapat di peralatan, lalu desinfektan dan
sterilisasi.
4. Perawatan harian
a. Sapu dan bersihkan setelah dilakukan tindakan operasi
b. Kosongkan tempat sampah dan buah wadah biohazard (benda tajam)
5. Perawatan mingguan
a. Desinfektan semua peralatan yang digunakan, meja bedah, dan lampu
b. Sampu dan bersihkan setiap lantai
c. Kosongkan tempat sampah
d. Melakukan pengecekan barang, apabila ada yang sudah habis segera dilengkapi
kembali
6. Perawaran bulanan
a. Desinfektan seluruh alat seperti pintu dan jendela
b. Bersihkan ruangan biosafety.

KESIMPULAN

15
Restrain adalah suatu cara bagaimana kita bisa menguasai hewan dengan baik dan benar,
sedangkan casting adalah suatu cara untuk menjatuhkan hewan dengan baik dan benar terutama
dilakukan pada hewan besar. Restrain umumnya dilakukan untuk tujuan pemeriksaan atau
diagnostik, tetapi dapat juga dilakukan untuk tujuan medical therapy sebelum atau sesudah
dilakukan tindakan pembedahan. Sedangkan casting umumnya dilakukan dalam tindakan
pembedahan.

Restrain pada hewan dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi. Resrain secara fisik dapat
dilakukan dengan bantuan alat atau menggunakan fisik hewan itu sendiri sebagai sarana.
Sedangkan restrain secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia,
misalnya yang tergolong dalam sedativa dan tranquilizer. Yang perlu diperhatikan dalam
pemberian restrain secara kimiawi, karena ada kemungkinan obat-obatan yang digunakan bisa
berpengaruh fatal terhadap pasien karena obat yang digunakan merupakan kontraindikasi, seperti
misalnya pasien yang menderita gangguan ginjal, hepar, jantung atau paru-paru. Dalam
penggunaannya, restrain secara kimiawi perlu juga diperhitungkan terhadap nilai ekonomisnnya,
misalnya untuk operasi-operasi yang kecil sedapat mungkin menggunakan restrain secara fisik.
Restrain yang paling aman adalah secara fisik, hanya saja perlu beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain :

a. Perlu dibekali dengan keberanian;

b. Harus selalu waspada;

c. Tidak boleh ragu-ragu;

d. Hindari penggunaan pakaian yang menyolok yang bisa membangkitkan rasa marah
pasien seperti warna merah.

Agar suatu operasi dapat berjalan sukses tanpa ada hal-hal yang mengganggu jalannya
operasi dan menghambat kesembuhan operasi, diperlukan persiapan yang matang. Persiapan
yang perlu dilakukan sebelum operasi dijalankan meliputi:

1. Persiapan alat, bahan, dan obat

2. Persiapan ruang operasi

16
3. Persiapan pasien (hewan)

4. Persiapan operator

Sterilisasi merupakan tingkat pemrosesan ulang yang diperlukan saat memproses


peralatan/perangkat medis dengan menghancuran semua bentuk kehidupan mikroba termasuk
bakteri, virus, spora dan jamur. Sedangkan disinfektan menginaktivasi mikroorganisme yang
menghasilkan penyakti, tetapi tidak merusak spora bakteri. Sebelum sterilisasi maupun disinfeksi
dilakukan, perlu adaya pembersihan secara menyeluruh pada peralatan/perangkat sehingga
memperoleh hasil yang efektif.

Pengguna harus mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari metode khusus ketika
memilih proses desinfeksi atau sterilisasi. Kepatuhan terhadap rekomendasi ini harus
meningkatkan desinfeksi dan sterilisasi praktek di fasilitas perawatan kesehatan, sehingga
mengurangi infeksi yang terkait dengan item perawatan pasien yang terkontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA

Indrawan, I., Gunawan, I., dan Alhamdani, M. 2014. Rumah Sakit Hewan di Kota Pontianak.
Jurnal Online Mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura, 2(1).

17
Jimenez, Anna. 2013. Standard operating procedure #540 Operating Room Maintenance.
Comparative Medicine & Animal Resources Centre, 1-2

Kusumayanti, P. D. 2015. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lamanya perawatan pada


pasien pasca operasi laparatomi. Coping ners (Community of Publishing in Nursing),
3(1).

National Research Council. 2010. Guide for the Care and Use of Laboratory Animals (8th ed.).
Washington, DC: National Academy Press.

Pre operasi, operasi dan post operasi TRANSMISSIBLE VENEREAL TUMOR. IPB. 2005.

Sudisma, I.G.N., Putra Pemayun, I.G.A.G. Jaya Warditha, A.A.G., dan Gorda, LW. 2016. Ilmu
Bedah Umum Veteriner dan Teknik Operasi. Edisi 1.. Cetakan 2. Plawa Sari.

Taylor, D. K. 2007. Study of two devices used to maintain normothermia in rats and mice during
general anesthesia. JAALAS, 46, 37–41

Tille, P. M. (2017). Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. In Basic Medical Microbiology
(fourteenth, p. 45). St. Louis Missouri: Elsevier.

Wartawan, I. W. 2012. Analisis Lama Hari Rawat Pasien yang Menjalani Pembedahan di Ruang
Rawat Inap Bedah Kelas III RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2011. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Yenny, & Herwana, E. 2006. Jurnal. Prevalensi penyakit kronis dan kualitas hidup pada lanjut
usia di Jakarta Selatan. Pada : http://www. univmed.org/wp-content/uploads/
2012/04/Yenny.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai