Anda di halaman 1dari 33

31

SALSABIL SALWA

19820032 – KELAS B

31
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT karena buku ini selesai disusun. Buku ini disusun untuk membantu para

mahasiswa dalam mempelajari enterpreneurship dalam “ poultry farm “ dan untuk

mempermudah mempelajari manajemen keuangan terutama bagi yang belum

mengenal manajemen keungan.

Penulis menyadari apabila dalam penyusunan buku ini terdapat kekurangan,

tetapi penulis meyakini sepenuhnya bahwa sekecil apapun buku ini tetap

memberikan manfaat.

Akhir kata guna penyempurnaan buku ini kritik dan saran dari pembaca

sangat penulis nantikan.

Surabaya, 1 Januari 2020

Salsabil Salwa

31
DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………………………………………………………………………..………………….………. 2

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….…………………………………………..……………................ 3

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………..……………….…………. 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengenalan apa itu kedokteran hewan ………………………………………………………….................... 5


B. Sejarah kedokteran hewan di dunia ……………...................................................................... 6
C. Sejarah kedokteran hewan di Indonesia ……........…….…………………………….……….…………….. 8
D. Lambang & semboyan kedokteran hewan …………………..…………………………….…………....………. 15

BAB II PEMBAHASAN

A. Memilih Ayam Ras Petelur Sangat Penting Dalam Budidaya Ayam Petelur ……….…….. 17
B. Pemilihan Bibit dan Calon Induk ………………………………………………………………........................... 18

1.1 Konversi Ransum................................................................................................................... 19

1.2 Produksi Telur...................................................................................................................... 19

1.3 Prestasi Bibit Dilapangan/Dipeternakan........................................................................ 19

C. Jenis Ayam Yang Cocok Untuk Usaha Ternak Ayam Petelur ……………………………………….. 19

2.1 Ayam Ras Petelur Ringan ……………………………………………………………………………………………... 20

2.2 Ayam Ras Petelur Medium ………………………………………………………………………………………….. 20

D. Cara Ternak Ayam Petelur : ………………………………………………………………………………................... 21

3.1 Persiapan Kandang Ayam Petelur ……………………………………………………………………………… . 21

3.1.1 Kandang Anak Ayam Umur 0 hari – 6 minggu................................................ 21

3.1.2 Kandang Layer (masa bertelur) …………………………………………………………………… 22

3.1.3 Peralatan Kandang Ayam Petelur ……………………………………………………………….. 23

3.1.4 Suhu Kandang …………………………………………………………………………………………………. 24

3.2 Pemeliharan ……………………………………………………………………………………………………………………. 24

3.2.1 Sanitasi dan Tindakan Preventif ……………………………………………………………….. 24

3.2.2 Pemberian Pakan Ayam Petelur …………………………………………………………………. 25

3.2.3 Pemberian Minum ……………………………………………………………………………………….... 26

3.3 Pemberian Vaksinasi dan Obat-obatan........................................................................ 27

3.3.1 Vaksin Dibagi Menjadi 2 Macam, Yaitu: ………………………………………………..….. 28

3.3.2 Pemberian Obat-obatan Untuk Budidaya Ayam Petelur …………..…………… 28

3.3.3 Dosis Penggunaan Suplemen Organik Cair GDM Spesialis Ternak ..……. 29

E. Panen dan Pasca Panen ………………………………………………………………………………........................... 29

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………………………................................... 31

31
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengenalan apa itu kedokteran hewan

Halo! Disini saya akan menjelaskan tentang kedokteran hewan. Dokter hewan

merupakan profesi yang berhubungan dengan hewan tidak terkecuali pada

kesehatan hewan itu sendiri. Profesi dokter hewan di Indonesia masih terbilang

langka dan pengetahuannya mengenai profesi ini sendiri cukup rendah. Padahal

peran dokter hewan dalam kehidupan sangatlah penting. Mengapa? Karena, pada

dasarnya manusia sangat bergantug pada hewan. Bahkan makanan manusia

bersumber dari hewan dan tumbuhan. Oleh karena itu, untuk memperoleh sumber

bahan makanan yang sehat dan bergizi maka kesehatan hewan perlu dijaga

dengan baik. Pada profesi dokter hewan juga yang berkecimpung dalam bidang

medis veteriner. Terutama dalam kasus permasalahan penyakit hewan yang dapat

menular ke manusia (zoonosis) seperti flu burung, rabies, antraks, tuberculosis,

dan masih banyak lagi yang harus memjadi prioritas bersama untuk segera

dicegah dan ditanggulangi. Pada kasus seperti ini, dokter hewanlah yang

bertanggung jawab pada hewannya dan dokter manusia yang bertanggung jawab

pada manusianya. Namun ironisnya, di Indonesia dokter hewan tidak

mendapatkan kedudukan yang semestiya dalam menangani kasus zoonosis. Oleh

sebab itu, peran dan posisi sebagai dokter hewan harus dipahami dengan jelas.

Ke depannya, di era globalisasi dokter hewan tidak hanya dituntut untuk

menangani masalah kesehatan hewan semesta, melaikan bertanggung jawab juga

untuk menjaga kesehatan masyarakat melalui berbagai pembangunan di bidang

ketahanan pangan, jaminan keamanan pangan dan sebagai penyangga daya saing

bangsa. Bahkan faktor lingkungan juga menjadi tanggung jawab seorang dokter

hewan terutama dalam perlindungan plasma nutfah dan pelestarian lingkungan

dalam pencegahan dampak pemanasan global (impact of global warming).

31
B. Sejarah kedokteran hewan di dunia

Profesi dokter hewan

merupakan salah satu profesi yang

terbilang cukup tua. Profesi ini dapat

dikatakan sudah ada sejak zaman

romawi kuno. Dimulai dengan adanya

perawat kuda pada zaman romawi

yang disebut ‘ferrier’ yaitu perawat

kuda. Dari sinilah dimulai

perkembangan ilmu kedokteran

hewan sehingga kata ‘ferrier’ juga

berkembang menjadi veterinarius atau veterinarian. Walaupun perkembangan

ilmu kedokteran hewan sudah berlangsung cukup lama, namun secara resmi

profesi dokter hewan baru ada pada tahun 1761, ditandai dengan berdirinya

sekolah kedokteran hewan pertama di dunia yaitu di Lyon Perancis. Secara resmi

profesi dokter hewan saat ini di dunia telah berumur 250 tahun. Awal mulanya

pendirian sekolah kedokteran hewan ialah atas susulan dari Henri-Leonard Bertin

kepada pemerintah Louis XV, usulan ini di prakarsai oleh Claude Bourgelat’s

untuk mempromosikan pencegahan penyakit ternak, perlindungan tanah

penggembalaan dan pelatihan petani. Atas usulan tersebut pemerintah Louis XV

akhirnya mendirikan sekolah kedokteran hewan di Lyon Perancis. Bourgelat’s

merupakan orang pertama yang ditunjuk untuk mengurus sekolah kedokteran

hewan ini. Sekolah kedokteran hewan di Lyon resmi dibuka pada tanggal 4

Agustus 1761. Di sekolah inilah pertama kali diajarkan secara resmi prinsip-

prinsip dan metode pengobatan penyakit pada hewan ternak secara umum. Pada

februari 1762 sekolah kedokteran hewan Lyon mulai menerima mahasiswa

31
pertamanya. Bangunan dari sekolah kedokteran hewan Lyon terdiri dari dua

bangunan yang masing-masing menghadap pada halaman yang luas. Memiliki

sebuah kamar bedah untuk hewan besar yang mampu menampung 28 ekor kuda

dan dua kandang yang lebih kecil yang memungkinkan untuk isolasi untuk hewan

sakit. Salah satu keberhasilan dari pembangunan sekolah ini ialah keberhasilan

siswa-siswanya untuk mencegah dan mengatasi penyakit epidemic yang mewabah

pada saat itu. Keberhasilan tersebut menyebabkan kepercayaan raja Louis XV

semakin meningkat sehingga kemudian sekolah kedokteran hewan di Lyon dirubah

namanya menjadi ‘Veterinary Royal School’ pada tahun 1764 yang merupakan

sekolah yang di akui pemerintahan Louis XV dan akan dijadikan sebagai sekolah

nasional. Selain itu, keberhasilan sekolah kedokteran hewan Lyon juga

memprakarsai pembentukan sekolah kedokteran hewan selanjutnya di Perancis.

Salah satunya ialah sekolah kedokteran hewan yang kedua yaitu sekolah

kedokteran hewan Alford pada tahun 1765. Sekolah kedokteran hewan Alford

secara resmi didirikan pada bulan Oktober 1766. Di sekolah kedokteran hewan

Alford terdapat tiga kurikulum yang diajarkan pertama ialah kurikulum klasik

yang sama diajarkan di Lyon, kemudian kurikulum untuk peternakan dan kurikulum

khusus yang ditujukan untuk dokter hewan militer. Semua pendiri sekolah

kedokteran hewan di daerah Eropa dilatih di Lyon dan Alford sampai menjelang

akhir abad ke-18. Di kedua sekolah kedokteran hewan pertama di dunia inilah

orang-orang yang berasal dari Perancis atau dari luar Perancis mempelajari

prinsip-prinsip mendasar dan seni baru dari kedokteran hewan. Dalam pendirian

sekolah kedokteran hewan pertama di dunia Claude Bourgelat’s memegang

peranan penting. Pemikiran-pemikiran beliau banyak dijadikan dasar dalam prinsip

sekolah kedokteran hewan di Lyon salah satunya ialah ‘The doors of our

schoolare open to all those whose duty it is to ensure the conservation of

humanity, and who, by the name they have made for themselves, have won the

right to come and consult nature, seek out analogies and test ideas which when

31
confirmed may be of service to the human species.’ Selain menyumbang

pemikiran dalam pembangunan sekolah kedokteran hewan di dunia, Bourgelat’s

juga menciptakan kolaborasi ilmu kedokteran hewan dengan ilmu bedah pada

manusia di Lyon. Dia merupakan seorang ilmuan yang berani menyarankan untuk

mempelajari biologi dan patologi hewan sehingga akan membantu meningkatkan

pemahaman tentang biologi dan patologi manusia. Kedokteran modern tidak akan

muncul tanpa konsep ini.

C. Sejarah kedokteran hewan di Indonesia

Pendidikan kedokteran hewan di Indonesia mempunyai sejarah yang panjang.

Program pengembangan peternakan di zaman Belanda dahulu terutama ternak

besar, memerlukan tenaga-tenaga ahli kesehatan hewan, yang pada masa itu

(pertengahan abad ke-19 sampai awal abad ke-20) amat langka. Pada tahun 1851

tercatat hanya ada dua orang dokter hewan bangsa Belanda. Sementara berbagai

penyakit menular, termasuk rinderpest, berjangkit di Indonesia. Melihat keadaan

itu Pemerintah Penjajahan Hindia Belanda membuka sebuah sekolah dalam bidang

kedokteran hewan di Surabaya pada tahun 1861 dipimpin oleh  Dr. J. Van Der

Weide. Siswa yang diterima  adalah  para ”bumiputra”  dengan    lama   

pendidikan   dua   tahun. Namun  ternyata upaya ini kurang berhasil, karena

selama sembilan tahun hanya delapan orang ”Dokter Hewan Bumiputra”

(Inlandsche Veearts) yang dihasilkan. Akhirnya sekolah itu ditutup pada tahun

1875. Namun pendidikan dokter hewan dilanjutkan dalam bentuk lain, yaitu

berupa magang pada ”Dokter Hewan Gubernemen” (Gouvernements Veearts =

Dokter Hewan Pemerintah). Dalam periode 1875 – 1880 tercatat ada sembilan

pemuda ”bumiputra” yang magang pada tujuh orang dokter hewan Gubernemen,

delapan orang di antaranya pada tahun 1880 diluluskan sebagai ”Inlandsche

Veearts”. Meskipun pengetahuan dan kemampuan para dokter hewan ”bumiputra”

itu dinilai sangat memuaskan, namun pemerintah dalam hal ini Departemen

31
Kepamongprajaan (Binnenlands Bestuur), berpendapat pendidikan dokter hewan

perlu diselenggarakan secara intensif. Maka Direktur B.B lalu mengusulkan agar

pendidikan dokter hewan ini diselenggarakan seperti halnya pendidikan ”Dokter

Bumiputra” (Inlandsche Geneeskundige) pada STOVIA (School tot Opleiding van

Indische Artsen = Sekolah Dokter Djawa). Bahkan diusulkan pula agar pendidikan

dasarnya disatukan saja dengan STOVIA. Meskipun usul ini pada prinsipnya

disetujui oleh Menteri Urusan Jajahan (Minister van Kolonien) pada pemerintah

Kerajaan di Negeri Belanda, namun karena keberatan yang sangat dari Direktur

Departemen Pendidikan Keibadatan dan Kerajinan (Onderwijs, Eeredienst en

Nijverheid) maupun dari Direktur STOVIA, usul tadi tidak jadi dilaksanakan.

Baru pada tahun 1907 ada perkembangan yang melincinkan jalan menuju

pendidikan kedokteran hewan yang mantap. Atas usul Prof. Melchior Treub,

Direktur Departemen Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Landbouw,

Nijverheid en Handel) Pemerintah mendirikan Laboratorium Veteriner

(Veeartsenijkundig Laboratorium) yang telah lama direncanakan oleh Dr. De

Does. Pada Laboratorium ini kemudian digabungkan  kursus untuk mendidik

dokter hewan bumiputra. Kursus ini dibuka pada bulan  Mei 1907 dengan nama :

”Cursus tot Opleiding van Inlandsche Veearstsen”. Lama pendidikan ditetapkan

empat tahun, dan siswanya adalah lulusan HBS 3 tahun atau MULO (setingkat

SMP sekarang) dan sekolah-sekolah lain pada waktu itu yang dianggap sederajat.

Dua orang siswa  pertamanya ternyata lulusan MLS (Middelbare Landbouwschool

= Sekolah Pertanian Menengah Atas) yang sebenarnya setingkat dengan SMU.

Oleh karenanya mereka langsung diterima ditingkat III. Kursus ini mulanya ada

di bawah pengawasan (superintendentie) Dr. Koningsberger, Kepala Kebun Raya

dan Museum Zoologi Bogor. Pada tahun 1908 Dr. L. de Blieck didatangkan dari

Belanda untuk memimpim Laboratorium Veteriner, dan setahun kemudian (1909)

beliau diserahi pula memimpin kursus. Pada tahun 1910 nama kursus diubah 

menjadi ”Inlandsche Veeartsenschool” (Sekolah Dokter Hewan Bumiputra) dan

31
sebutan Kepala Sekolahnya menjadi Direktur, yang masih tetap dijabat oleh Dr.

L de Blieck merangkap sebagai Kepala Labotatorium. Kemudian pada tahun 1914

nama sekolah itu diubah lagi menjadi ”Nederlands Indische Veeartsenschool”

(NIVS) atau Sekolah Dokter Hewan (SDH) dengan ketentuan bahwa sekolah ini

tidak hanya untuk siswa-siswa bumiputra melainkan juga terbuka bagi golongan

lain. Perkembangan selanjutnya ternyata malah ”mundur”, dengan disatukannya

lagi Sekolah dengan Laboratorium, menjadi ”Veeartsenijkundig Instituut” (VI)

atau Lembaga Veteriner. Namun akhirnya pada tahun 1919 Sekolah dipisahkan

dari Lembaga sehingga berdiri sendiri dan dapat berkembang sebaik-baiknya. Di

bawah kepemimpinan de Blieck NIVS ditingkatkan mutunya, antara lain dengan

memasukkan pelajaran bahasa Jerman agar para siswa dapat menggunakan buku-

buku kedokteran hewan berbahasa Jerman. Perlu pula dicatat bahwa sejak tahun

1920 lulusan NIVS diterima di Fakultas Kedokteran Hewan di Utrecht, negeri

Belanda, langsung di tingkat III. Dalam perkembangannya ternyata lulusan NIVS

mampu menyamakan kualitasnya dengan lulusan Fakultas Kedokteran Hewan

Utrecht. Pada umumnya lulusan NIVS ini dipraktek kerjakan sebagai

Gouvernement Indische Veearts, yang antara lain ditugaskan:

1. Memajukan, memperbaiki dan melipatgandakan hewan ternak termasuk pula

unggas

2. Memberantas penyakit hewan menular dan mengatur ekspor dan impor ternak

3. Memajukan dan memelihara kesehatan ternak

Ada orang yang bekerja sebagai tenaga ahli ( wetenschappehjk assist) pada

"Veeartsen ljkundidig Insti tuut" (selanjutnya namanya Lembaga Pusat Penyakit

Hewan) dan NIVS di Bogor. Selain itu juga dapat dipekerjakan sebagai dokter

Hewan daerah yang berpemerintahan sendiri ( localle resoten; gemeenten dan

regentschappen) dan tugasnya adalah menjalankan veterinair hygiene, yang

antara lain meliputi: pemeriksaan makanan untuk manusia berasal dari ternak,

pengawasan perusahaan susu dan daging, pengawasan perusahaan andong, dokar

31
dan grobag, serta pengawasan pasar hewan, ada beberapa dari mereka yang

dibebani pula pabrik limun dan air soda serta perusahaan tahu. Dokter hewan

pemerintah diperbolehkan menjalankan praktik partikelir (swasta) akan tetapi

demi kepentingan dinas, praktik ini dapat dilarang. Sesudah bekaja selama 2-5

tahun, banyak diantara mereka yang menjadi dokter hewan kepala daerah

(ambtslringhood) dengan tugas dan kewajiban yang sama dengan dokter hewan

lulusan Utrecht. Setelah tahun 1920, wilayah kedokteran hewan

(Veeartsenjkundige ambtskring) yang dipimpin oleh lulusan NIVS mencapai

sekitar 60%. Pemegang ijasah NIVS dapat melanjutkan pelajarannya di

Veeartsenijkundige Fakulteit di Utrecht dengan mendapat kebebasan ujian

kandidat sehingga pelajaran dapat diselesaikan dalam waktu 3 tahun. Kesempatan

ini digunakan oleh 10 orang. Pada awal tahun 1942 bala tentara Jepang menyerbu

Hindia Belanda. Segenap daerah Indonesia dikuasai tentara Jepang. Roda

pemerintahan militer berjalan di bawah kekaisaran Jepang. Sekolah Dokter

Hewan di Bogor dibuka kembali dengan nama Bogor Semon Zui Gakko. Keadaan ini

berlangsung hingga pertengahan tahun 1945, ketika Jepang menyerah kepada

Sekutu setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom. Pada awal jaman

Kemerdekaan Republik Indonesia, maka atas usul kepala jawatan kehewanan RJ

(R. Sutrisno) maka pada bulan maret 1946 Menteri Kemakmuran RI telah

membentuk Panitia Pendirian Sekolah Dokter Hewan Tinggi, yang anggotanya

terdiri dari:

 Soeparwi, jabatan waktu itu Inspektur Jawatan Kehewanan Jawa Tengah

merangkap Wakil Kepala Jawatan Kehewanan, sebagai ketua.

 Samsoe Pocposoegondo, jabatan waktu itu Dokter Hewan Drv sebagai

penulis.

 Atmodipoero, jabatan waktu itu Inspektur SMP di Magelang sebagai

anggota

31
 Iso Reksohadiprojo, jabatan waktu itu Dirjen Kementrian Kemakmuran di

Magelang sebagai anggota .

 Soeparman Poerwosoedibjo, jabatan waktu itu Kepala perekonomian Kota

prajaa Cirebon, sebagai anggota.

 Djaenoedin, jabatan waktu itu Direktur Balai Penyelidikan Penyakit Hewan

di Bogor, sebagai anggota.

 Moh. Roza, jabatan waktu itu Dokter Hewan pada BPPH di Bogor, sebaga

anggota.

 Mohede, jabatan waktu itu Direktur Sekolah Dokter Hewan di Bogor,

sebaga anggota.

 Garnadi, jabatan waktu itu Guru Sekolah Dokter Hewan Bogor, sebagai

anggota

 Hoctanradi, jabatan waku itu Inspekur Jawatan Kehewanan di Jawa Timur.

sebagai anggota.

 Slamet, jabatan waktu itu Dokter Hewan Kotapradja Malang, sebagai

anggota.

Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sekolah Dokter Hewan Bogor

dibuka kembali dan kemudian dinaikkan statusnya menjadi lembaga pendidikan

tinggi dengan nama Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH) berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Kemakmuran No. 1280 a/Per. tanggal 20 September

1946.  Lama pendidikan ditetapkan lima tahun. Kenaikan status itu dipersiapkan

dan diusulkan oleh Panitia Pendirian Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan yang

diangkat oleh Menteri Kemakmuran. Sebagai Pimpinan diangkat Dr. Mohede

dengan sebutan Rektor Magnifikus. PTKH dibuka secara resmi oleh Wakil

Presiden Moh. Hatta bulan November 1946. (teks pidato Bung Hatta tersimpan

oleh almarhum Prof. Mukhlis, yang pada waktu peresmian itu masih duduk di

tingkat I. Sewaktu saya menjabat Dekan tahun 1990 teks itu diberikan kepada

31
saya, namun pada saat ini saya tidak tahu teks itu ada dimana). Pada tahun 1947

krisis diplomatik antara pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda

mencapai puncaknya. Tentara Belanda menyerbu daerah-daerah Republik  yang

kemudian dikenal sebagai ”negara” termasuk ”negara Jawa Barat”, yang

dimaksudkan agar kelak akan merupakan bagian dari ”Negara Federal”. Maka

dihentikanlah aktivitas PTKH, dan beberapa orang mahasiswanya mengungsi ke

daerah Republik di Jawa Tengah. Ada pendapat bahwa sebenarnyalah PTKH tidak

pernah secara resmi dinyatakan ditutup pada waktu itu. Bahkan atas persetujuan

Rektor PTKH dan Kementerian Kemakmuran, di Klaten pada tahun 1947 dibuka

”kelas dalam pengasingan” untuk tingkat pertama dari Perguruan Tinggi

Kedokteran Hewan Republik Indonesia (PTKH-RI). Ketika pecah ”clash” kedua

dan Ibu Kota RI Yogyakarta diserbu oleh pasukan para (pasukan payung) Belanda

pada tanggal 19 Desember 1948, PTKH-RI ditutup. Setelah Yogyakarta

diserahkan kembali  kepada Pemerintah RI maka pada 1 November 1949 PTKH

dibuka kembali tetapi pindah dari Klaten ke Yogyakarta. Pada tanggal 19

Desember 1949 semua perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta bergabung

menjadi Universitit Gajah Mada, dan PTKH-RI menjelma menjadi Fakultit

Kedokteran Hewan UGM. Sementara di Bogor pada bulan Mei 1948 pemerintah

Federal membentuk ”Faculteit der Diergeneeskunde” (Fakultas Kedokteran

Hewan), setelah sebelumnya (tahun 1947) membentuk Faculteit voor Landbouw

Wetenschappen (Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian). Setelah perundingan di

Komperensi Meja Bundar (KMB) mencapai sukses dan dilakukan pemulihan

kedaulatan (27 Desember 1949), maka pada tanggal 3 Februari 1950 secara

resmi dibentuklah Universitet Indonesia yang meliputi fakultas-fakultas di

Jakarta, (Hukum, Ekonomi, Kedokteran, Sastra), Bogor (Pertanian, Kedokteran

Hewan) dan Bandung (Teknik, Ilmu Pasti dan Ilmu Alam). Nama Faculteit der

Diergeneeskunde resmi menjadi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitet

Indonesia (FKH-UI). Dengan peraturan pemerintah No. 10 tahun 1955 istilah

31
fakultit (UGM) dan Fakultet (UI) diseragamkan menjadi Fakultas. Kemudian

dengan Surat Keputusan No. 53759/Kab. tertanggal 15 September 1955 istilah

”Peternakan” disebut secara khusus dalam penamaan fakultas, sehingga

lengkapnya menjadi Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (FKHP). Pada

tahun 1961 dibuka Jurusan Perikanan Laut pada FKHP-UI bersama dengan

Jurusan Peternakan dan Jurusan Kesehatan Hewan dan nama fakultas menjadi

FKH PPL. Dua tahun kemudian, pada tanggal 1 September 1963 pemerintah

membentuk Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan SK Menteri PTIP No. 91

tahun 1963. Jurusan Peternakan ditingkatkan menjadi Fakultas Peternakan dan

Jurusan Perikanan Laut bersama dengan Jurusan Perikanan Darat Fakultas

Pertanian ditingkatkan menjadi Fakultas Perikanan. Maka nama FKH PPL kembali

menjadi hanya FKH lagi. Di UGM Fakultas Peternakan didirikan pada bulan

November 1969. Sementara itu pada Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh pada

tahun 1961 didirikan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan.  Namun pada

perkembangannya aspek peternakannya bergabung dengan Fakultas Pertanian.

Pada Tahun 1969  Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang membuka

Jurusan Kedokteran Hewan yang  diasuh bersama oleh Universitas Airlangga

Surabaya dan Pemda Jawa Timur. Namun Jurusan ini tidak dilanjutkan dan

Universitas Airlangga mendirikan sendiri Fakultas Kedokteran Hewan pada tahun

1972, dengan keputusan  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.

055/0/1972 tertanggal 25 Maret 1972. Terakhir Universitas Udayana di

Denpasar, membuka Program Studi Kedokteran Hewan pada tahun 1983, yang

sebelumnya merupakan Jurusan Kedokteran Hewan, Fakultas Peternakan

semenjak  1979. Program ini menginduk  langsung kepada Rektor sambil

menunggu memperoleh status sebagai fakultas. Status sebagai fakultas baru

tercapai pada tahun 1997. Demikianlah, sejarah mengenai kedokteran hewan

yang ada di Indonesia. Dan saat ini, sudah 11 perguruan tinggi yang ada di

Indonesia yang mengajarkan tentang kedokteran hewan, diantaranya:

31
1. Institut Pertanian Bogor (IPB)

2. Universias Gadjah Mada (UGM)

3. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh (UNSYIAH)

4. Universitas Udayana (UNUD)

5. Univeritas Airlangga (UNAIR)

6. Universitas Brawijaya (UB)

7. Universtas Hasanuddin (UNHAS)

8. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS)

9. Universitas Padjajaran (UNPAD)

10. Universitas Negeri Cendana (UNC)

11. Universitas Nusa Tenggara Barat (UNTB)

D. Lambang & semboyan kedokteran hewan

 LAMBANG KEDOKTERAN HEWAN

Profesi Veteriner berlambangkan sebuah tongkat dengan 3 mahkota yang

dililit ular menghadap ke kanan dan di bawahnya terdapat huruf “V”. Ketiga

komponen ditampung dalam lingkaran berwarna ungu. Makna masing-masing

bagian tersebut adalah :

1. Tongkat: Tongkat Aesculapius (As: ular dan Clepios: melilit) adalah simbol

umum yang melambangkan kedokteran. Filosofi tongkat adalah bahwa

tongkat ini dulunya selalu dibawa oleh Cypress yang melambangkan

kekuatan dan solidaritas para dokter hewan. Tongkat tiga mahkota yang

mencirikan profesi medik yanitu mengangkat sumpah profesi, berkode

etik, dan berkompetensi layanannya dijamin dengan perizinan.

2. Ular: melambangkan alat penyembuh karena ular menularkan suatu zat

yang dapat menyembuhkan. Sifat ular selalu berganti kulit berfilosofi

bahwa setiap dokter hewan harus selalu meningkatkan ilmu pengetahuan

dan keterampilannya.

31
3. Huruf “V”: berarti Veteriner yaitu profesi dokter hewan.

4. Warna Ungu: melambangkan keagungan.

5. Lingkaran: melambangkan perhimpunan dan perkumpulan.

 SEMBOYAN KEDOKTERAN HEWAN

Pada kedokteran hewan, upaya-upaya kesehatan yang diembannya mencakup 2

tanggung jawab yang dikenal sebagai Manusya Mirga Satwa Sewaka yaitu:

 Kepada Hewannya: menyehatkan kembali hewan-hewan hidup yang sakit

dan memastikan bahwa penyakit hewan yang dibawanya tidak

mebahayakan kelompok hewan dan lingkungan lainnya.

 Kepada Manusianya: mensejahterahkan masyarakat manusia dengan

mengupayakan menekan resiko-resiko mengalami gangguan kesehatan dan

kerugian akibat adanya penyakit hewan menular dan zoonotik baik berasal

dari hewan hidup maupun dari bahan asal hewan.

31
BAB II

PEMBAHASAN

Sebelum berbicara mengenai cara ternak ayam petelur, anda harus memahami

dahulu apa itu ayam petelur. Agar dalam proses budidaya ayam petelur anda

dapat memberikan penanganan yang tepat, mulai dari pakan ayam petelur, hingga

cara menanen. Ayam petelur adalah ayam betina dewasa yang dipelihara khusus

untuk diambil telurnya. Ayam petelur ini pada sejarah awalnya adalah ayam hutan

dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak.

Tahun demi tahun, ayam hutan dari berbagai wilayah dunia diseleksi secara ketat

oleh para ahli. Tujuan dari seleksi ini adalah untuk menemukan gen terbaik pada

unggas, sehingga ditemukan ayam/unggas petelur ataupun pedaging sesuai

harapan. Jenis ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging disebut ayam

broiler, sedangkan untuk produksi telur disebut ayam petelur. Disetiap

persilangan yang dilakukan bertujuan untuk menemukan ayam petelur unggul. Ini

dilakukan dengan menyeleksi/membuang sifat jeleknya, kemudian sifat baiknya

dipertahankan (“terus dimurnikan”). Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat

baik dipakai sebagai plasma nutfah untuk menghasilkan bibit yang bermutu.

Produksi ayam petelur bisa dimulai sejak umur 5 bulan dan dapat terus

menghasilkan telur sampai umurnya mencapai 1,5-2 tahun. Namun, umumnya

produksi telur terbaik ada pada tahun-tahun awal ayam mulai bertelur.

A. Memilih Ayam Ras Petelur Sangat Penting Dalam Budidaya Ayam

Petelur

31
Dalam ternak ayam petelur, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah memilih

ayam ras petelur unggul. Ayam ras petelur yang unggul untuk dibudidayakan

harus mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya adalah:

 Produksi telur ayam harus tinggi.

 Kualitas telur yang bagus.

 Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.

 Ayam cepat mencapai usia dewasa kelamin, hanya dalam waktu 18-20

minggu.

 Ukuran telur normal, dengan size 60-65 g.

 Bebas dari sifat mengeram.

 Tidak mudah stress.

 Konversi pakan ayam petelur yang rendah.

 Pertumbuhan dan perkembangan normal dan relatif cepat.

 Harga DOC bersaing (Day Old Chicken).

 Kemampuan adaptasi ayam terhadap lingkungan tinggi.

 Kondisi fisik ayam sesuai dengan kondisi cuaca ditempat budidaya ayam

petelur.

 Ayam petelur tidak memiliki cacat fisik serta harus sehat.

 Bulu pada ayam harus tampak halus, penuh serta baik pertumbuhan

bulunya.

B. Pemilihan Bibit dan Calon Induk

31
Penyiapan bibit ayam petelur harus berkriteria baik. Kriteria bibit ayam petelur

yang baik dapat adalah:

1.1 Konversi Ransum.

Yang dimaksud dengan konversi ransum yaitu perbandingan antara ransum yang

dihabiskan ayam dengan telur yang bisa dihasilkan oleh ayam. Konversi ransum

bisa disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik dapat makan

sejumlah ransum serta dapat menghasilkan telur yang lebih banyak/lebih besar

dari ransum yang telah dimakannya. Bila konversi ini tidak sesuai (ayam makan

terlalu banyak dan bertelur sedikit), maka hal ini merupakan cermin buruk bagi

ayam itu.

1.2 Produksi Telur.

Produksi telur harus menjadi perhatian utama pada budidaya ayam petelur. Bibit

yang dipilih harus bibit yang dapat memproduksi telur banyak. Produksi ini juga

harus mempertimbangkan konversi ransum. Konversi ransum harus sesuai agar

tidak merugikan pelaku usaha ternak ayam petelur.

 1.3 Prestasi Bibit Dilapangan/Dipeternakan.

31
Prestasi bibit dilapangan/dipeternakan dapat dilihat berdasarkan kemampuan

konversi ransum, produksi telur, dan kemampuan ayam untuk bertelur.

C. Jenis Ayam Yang Cocok Untuk Usaha Ternak Ayam Petelur

Dalam ternak ayam petelur ada dua jenis ayam ras petelur yang cocok

dibudidayakan, yaitu budidaya ayam petelur ras ringan dan budidaya ayam

petelur ras medium.

2.1 Ayam Ras Petelur Ringan

Tipe ayam ras petelur ringan biasa disebut dengan ayam ras petelur putih yang

menghasilkan warna cangkang telur putih. Badannya ramping, kurus, mungil, kecil

dan mata bersinar. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Bulunya

berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini mampu menghasilkan

telur lebih dari 260 telur per tahun. Ayam galur ini cukup sulit dicari, tapi ayam

petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama.

Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam

petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam jenis ini sangat sensitif

terhadap cuaca panas dan suasana yang tidak kondusif (keributan). Sehingga jika

kondisi lingkungannya tidak mendukung, produksinya akan menurun drastis.

2.2 Ayam Ras Petelur Medium

31
Jenis ayam petelur medium memiliki berat badan yang lebih berat dibandingkan

tipe ayam ras petelur ringan, namun juga lebih ringan dibandingkan ayam

pedaging (broiler). Oleh karena itu, ayam ini disebut sebagai ayam petelur

medium. Warna bulunya coklat dengan warna cangkang telur coklat. Tipe ini yang

banyak dibudidayakan karena jika telah afkir, dagingnya masih laku dijual

sehingga sering disebut ayam dwiguna.

D. Cara Ternak Ayam Petelur :

Pedoman teknis ternak ayam petelur meliputi beberapa hal, mulai dari persiapan

sarana dan peralatan, penyiapan bibit, pemeliharaan, perlindungan dan

penanggulangan dari hama dan penyakit, hingga panen dan pasca panen. Berikut

ini cara ternak ayam petelur yang telah terbukti dapat menghasilkan produksi

yang tinggi.

3.1 Persiapan Kandang Ayam Petelur

31
Kandang ayam disesuaikan dengan kondisi ayam, kondisi lingkungan, dan tentunya

umur ayam yang dibudidayakan.

3.1.1 Kandang Anak Ayam Umur 0 hari – 6 minggu.

Ukuran kandang untuk ayam pada umur 0-6 minggu adalah 1 m2 untuk 10-15 ekor

anak ayam. Sebelum anak ayam dimasukkan kendang, maka kandang dan semua

peralatan harus steril. Pen-sterilant ini dilakukan dengan membersihkan dan

menyemprot kendang menggunakan desinfektan. Persiapan kandang ini harus

selesai dalam beberapa hari sebelum anak ayam dimasukkan kandang. Setelah

kandang steril, maka anda perlu memastikan kondisi kandang ayam senyaman

mungkin. Alas kandangnya bisa terbuat dari sekam padi setebal 10–15 cm. Ini

berguna untuk memfilter udara dingin dan perlindungan saat cuaca ekstream

atau saat malam hari. Sebagai penghangat, beri lampu 60 Watt atau disesuaikan

dengan kondisi lingkungannya. Sebagai indikator suhu yang sesuai, dapat

diperhatikan perilaku anak ayamnya. Apabila lampu tidak cukup memberikan

panas, maka anak ayam akan mendekati sumber panas. Namun sebaliknya apabila

suhu terlalu panas, anak ayam akan menjauhi sumber panas, sedangkan apabila

lampu cukup memberikan panas, maka anak ayam akan tersebar merata di dalam

kandang. Suhu kandang yang sesuai untuk anak ayam berkisar antara 30ºC-32ºC.

Suhu ini harus stabil, agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan/stress pada anak

ayam. Selain suhu, Ventilasi kandang merupakan hal yang sangat penting dalam

menentukan tinggi rendahnya suhu di dalam kandang. Ventilasi ini harus dapat

disesuaikan dengan kondisi cuaca atau suhu lingkungan, oleh karena itu ventilasi

harus memiliki penutupnya, agar dapat dibuka tutup dan disesuaikan. Selain

kenyamanan, keamanan pada ternak ayam petelur juga harus sangat diperhatikan.

Kandang harus aman dari gangguan kucing, tikus, atau binatang pemangsa lainnya.

Begitu juga dengan atap dan dinding yang tidak boleh bolong/bocor.

3.1.2 Kandang Layer (masa bertelur)

31
Kandang untuk ayam yang telah dewasa harus berbeda dengan kandang ayam

untuk anak ayam. Ada beberapa pembeda dari keduanya, seperti temperature

kandang, luasan kandang, konstruksi kandang, hingga peralatan kandang yang ada

didalamnya. Temperatur kandang yang sesuai untuk ayam ras petelur dewasa

adalah 32,2oC-35oC, dengan kelembaban berkisar antara 60-70%. Penerangan

atau pemanasan kandang disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Usahakan kondisi

kandang mendapat cukup sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin,

serta sirkulasi udara baik, jangan membuat kandang pada permukaan lahan yang

berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan tidak sesuai dengan aliran air

jika mendapat guyuran hujan. Begitu juga dengan konstruksi kandang pada ternak

ayam petelur yang harus kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya dalam ternak

ayam petelur yang perlu diperhadikan adalah perlengkapan kandang yang harus

disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan ayam petelur, tempat minum,

tempat air, tempat obat-obatan,dan alat penerangan.

3.1.3 Peralatan Kandang Ayam Petelur

Dalam ternak ayam petelur, peralatan kandang harus sangat diperhatikan. Ini

penting untuk menjaga kenyamanan ayam agar tidak stress dan dapat

berproduksi dengan baik. Peralatan kandang pada ternak ayam petelur

diantaranya adalah:

(a). Litter (alas lantai).

Litter/alas lantai harus kering. Ini bertujuan untuk mencegah kelembaban

pada litter agar tidak mudah ditumbuhi jamur atau bakteri penyebab penyakit.

Tebal litter berkisar antara 10-15 cm. Bahan pembuatan litter terbuat dari

campuran kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya. Jika tidak

ada sekam padi, maka bisa diganti dengan hasil serutan kayu berukuran 3-5 cm.

(b). Tempat bertelur.

31
Tempat telur disediakan untuk mempermudah proses pengambilan telur dan agar

kulit telur tidak kotor. Tempat bertelur ini dapat berupa kotak berukuran 30 x

35 x 45 cm, untuk 4-5 ekor ayam.

(c). Tempat pakan ayam petelur, minum dan tempat grit.

Tempat pakan ayam petelur, minum dan tempat grit disesuaikan dengan umur

ayamnya. Pada anak ayam ditingkat awal memerlukan 2,5 cm ruang pakan.

Sediakan tempat pakan sebanyak 2 buah dengan panjang 1,5 meter. Atau 6 buah

dengan panjang 45 cm/100 ekor anak ayam selama 3 minggu pertama. Setelah

itu, sediakan tiga atau empat buah tempat pakan yang panjangnya 1,5 m untuk

tiap 100 ekor ayam. Material tempat pakan ayam petelur dapat terbuat dari

papan, bambu, atau pipa peralon. Tempat air harus selalu berisi air bersih, segar,

dan dingin. Tempat pakan ayam petelur harus tetap terjaga kebersihannya

dengan cara dicuci setiap hari menggunakan sabun. Selain kebersihan, volume air

yang terdapat dalam wadahnya juga harus diperhatikan. Usahakan ketinggian air

selalu berada di pertengahan kedalaman atau sesuai dengan tingginya punggung

ayam.

3.1.4 Suhu Kandang

Dalam budidaya ayam petelur, suhu kandang untuk masing-masing tahapan umur

harus disesuaikan. Suhu kandang bagi anak ayam disarankan berkisar antara

30ºC-32ºC. Suhu kandang harus sangat diperhatikan, karena berpengaruh pada

pertumbuhan ayam. Anak ayam yang kepanasan/kedingin pertumbuhan awalnya

akan lamban dan tidak akan berkembang menjadi petelur yang menguntungkan.

Oleh karena itu, suhu kandang harus selalu diperiksa dan dipastikan bahwa

mereka tidak memperoleh suhu yang terlampau dingin atau terlampau panas.

3.2 Pemeliharan

31
3.2.1 Sanitasi dan Tindakan Preventif

Menjaga kebersihan lingkungan kandang dan areal peternakan (sanitasi)

merupakan usaha pencegahan (preventif) yang paling utama dan efektif. Usaha

preventif ini hanya membutuhkan keuletan dan keterampilan pengelolanya.

Tindakan preventif dapat dilakukan dengan memberikan vaksin, dan perawatan

ternak.

3.2.2 Pemberian Pakan Ayam Petelur

Pemberian pakan ayam petelur terdiri atas 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur

0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu). Kualitas dan kuantitas pakan

ayam petelur fase starter adalah sebagai berikut:

 Fase Starter :

Kualitas/kandungan zat gizi pakan ayam petelur terdiri dari protein 22- 24%,

lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-

3500 Kcal. Kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan

yaitu:

minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor;

minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor;

31
minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor;

minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor.

Jadi jumlah pakan ayam petelur yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4

minggu sebesar 1.520 gram.

 Fase Finisher :

Kualitas dan kuantitas pakan ayam petelur fase finisher berbeda dengan fase

starter. Kualitas atau kandungan zat gizi pakan pada fase finisher terdiri dari

protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%; serat kasar 4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor (P)

0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal. Kwantitas pakan ayam petelur

terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu:

minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor;

minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor;

minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor;

minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor.

31
Jadi total jumlah pakan ayam petelur per ekor pada umur 30-57 hari adalah

3.829 gram.

3.2.3 Pemberian Minum

Pemberian minum pada ternak ayam petelur harus disesuaikan dangan umur ayam.

Pemberian minum dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:

 Fase starter (umur 1-29 hari)

Dalam fase starter ternak ayam petelur, kebutuhan air minum terbagi lagi pada

masing-masing minggu, yaitu:

Minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor;

Minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor;

Minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan

Minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/100 ekor.

Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak

122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi

tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang

diberikan adalah 50 gram/liter air.

 Fase finisher (umur 30-57 hari)

Fase Finisher dikelompokan dalam masing-masing minggu, yaitu:

Minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor;

Minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor;

Minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan

Minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/100 ekor.

31
Jadi total air minum pada minggu ke-5 hingga ke-8 sebanyak 333,4 liter/100

ekor.

3.3 Pemberian Vaksinasi dan Obat-obatan.

Pelaku ternak ayam petelur juga harus memperhatikan vaksinasi dan obat-

obatan. Pemberian vaksinasi dan obat vaksinasi dibutuhkan untuk mencegah dan

upaya pengendalian penyakit yang berasal dari virus. Vaksinasi bekerja dengan

menciptakan kekebalan tubuh pada ternak ayam petelur. Pemberian vaksinasi

secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Sedangkan penyakit

yang disebabkan oleh bakteri dan jamur dapat dicegah dan diobati dengan

suplemen organik cair.

3.3.1 Vaksin Dibagi Menjadi 2 Macam, Yaitu:

Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan

lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif.

Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah

dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu

membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya

disuntikan pada ayam yang diduga sakit.

3.3.2 Pemberian Obat-obatan Untuk Budidaya Ayam Petelur

31
Obat-obatan kimia tidak dianjurkan untuk diberikan dalam jumlah besar dan

jangka waktu lama. Oleh karena itu, lebih baik Anda mulai untuk berpindah

ke Suplemen Organik Cair GDM spesialis ternak. Penyakit yang disebabkan oleh

pathogen dapat diobati dengan pemberian antibiotik dan vitamin. Hanya dengan

menggunakan Suplemen Organik Cair GDM spesialis ternak, anda telah

mendapatkan manfaat dari antibiotic sekaligus vitamin yang dibutuhkan oleh

ternak ayam petelur. Hal ini dikarenakan Bakteri dalam Suplemen Organik Cair

GDM menghasilkan antibiotic dan multivitamin yang dapat mencegah serangan

penyakit yang diakibatkan oleh bakteri dan jamur. Oleh karena itu, penggunaan

Suplemen Organik Cair GDM dapat secara simultan sangat berguna untuk

mencegah dan menanggulangi penyakit. Penggunaan Suplemen Organik Cair GDM

dapat menghemat anggaran pembelian antibiotic dan vitamin. Manfaat lain dari

penggunaan Suplemen Organik Cair GDM secara rutin pada pelaku ternak ayam

petelur yaitu dapat meningkatkan produksi telur dan memperpanjang usia

produktif ayam petelur. Hasil telur yang menggunakan SOC GDM cangkang/kulit

telurnya lebih tebal sehingga sangat aman jika telur-telur tersebut dikirim

dengan jarak jauh. Penyakit keriput pada ternak ayam petelur dapat teratasi

hanya dengan menggunakan suplemen organik cair spesialis ternak.

3.3.3 Dosis Penggunaan Suplemen Organik Cair GDM Spesialis Ternak

31
Dosis pengaplikasian Suplemen Organik Cair GDM pada ternak ayam petelur

adalah 0,3 ml per ekor. Jika dikalkulasikan, maka anda hanya perlu menghitung

berdasarkan berapa banyak ternak ayam petelur yang Anda miliki. Dosis

tersebut dapat dicampurkan dengan pemberian air minum/pakan ayam petelur

setiap harinya. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, Anda bisa menggunakan

Suplemen Organik Cair GDM setiap hari. Tidak perlu khawatir, penggunaan

Suplemen Organik Cair GDM setiap hari tidak akan menimbulkan dampak

negative pada usaha ternak ayam petelur, karena produk ini adalah 100% organik.

E. Panen dan Pasca Panen

Dalam usaha ternak ayam petelur, pemanenan utamanya adalah telur.Namun, jika

anda memilih budidaya ayam petelur jenis Medium, maka Anda akan mendapatkan

hasil tambahan berupa daging dari ayam yang telah tua (afkhir). Sebaiknya telur

dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi telur yang

disebabkan oleh virus ataupun keretakan akibat terdesak ayamnya dapat

terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi hari antara pukul 09.00-

10.00, pengambilan kedua pukul 13.00-14.00, dan pengambilan ketiga (terakhir)

sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00. Pengumpulan

telur dilakukan dengan mengambil telur dikandang, kemudian letakkan di atas egg

tray (nampan telur). Setelah semua telur terkumpul, maka petugas sortir akan

31
mensortir telur berdasarkan kondisi telur. Telur harus dipisahkan antara telur

yang normal dan abnormal atau retak.

Telur yang normal berbentuk oval, bersih dan kulitnya mulus. Beratnya sekitar

57,6 gram dengan volume sebesar sekitar 63 cc.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kedokteran_hewan

http://kedok-hewan.blogspot.com/2012/06/sejarah-kedokteran-hewan-di-

dunia.html

https://www.finansialku.com/cara-ternak-ayam-petelur/

31
Tentang Penulis
Salsabil Salwa

Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara.

Dikenal sebagai anak mandiri karena sejak kecil

aku tidak tinggal bersama orang tua. Begitu

banyak cerita suka dan duka menjadi anak

rantau. Tapi itu semua tidak menjadi penghalang

bagiku. Itu adalah sebuah lika liku untuk bisa

menjadi orang sukses. Yaaap! sukses itu menjadi

impian bagi semua orang termasuk aku. Aku

seorang gadis kelahiran Samarinda, 15 Maret 2001. Aku memulai pendidikan

dasar hingga menengah awal di Samarinda dan melanjutkan Sekolah Menengah

Akhir di SMA Negeri 1 Grogol lalu melanjutkan kuliah di Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya. Ingin tahu kisahku lebih lanjut? kalian bisa berkunjung ke :

IG : @salsabil.salwaa

Line : @sal.salsaa

31
Email : salsabilsalwaa15@gmail.com

31

Anda mungkin juga menyukai