Anda di halaman 1dari 25

i

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

APLIKASI PLESTER BIO-KOPROL (BIODEGRADABLE KOMBINASI


PRP DAN SCAFFOLD) GUNA MEMPERCEPAT KESEMBUHAN KULIT
PASCA LAPAROTOMI

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:

Nurmaulida Hasanah 135130101111048 Angkatan 2013


Kinanthi Az Zahra 135130107111036 Angkatan 2013
Resti Vanda Arantika 135130101111052 Angkatan 2013
Dewi Lutfiana Sari 135130101111031 Angkatan 2013
Nadia Adreyantasary 145130100111004 Angkatan 2014

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

i
ii
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
RINGKASAN .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3.Tujuan ...................................................................................................... 2
1.4.Luaran yang Diharapkan .......................................................................... 2
1.5.Kegunaan.................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PRP (Platelet Rich Plasma) ..................................................................... 3
2.2. Biodegradable ......................................................................................... 3
2.3. Scaffold.................................................................................................... 3
2.4. Dermal Acellular Matrix ........................................................................ 4
2.5. Deselularisasi .......................................................................................... 5
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 6
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 6
3.3 Prosedur Kerja ........................................................................................ 6
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran biaya ....................................................................................... 9
4.2. Jadwal kegiatan ...................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 10
LAMPIRAN ................................................................................................ 11

iii
iv

APLIKASI PLESTER BIO-KOPROL (BIODEGRADABLE KOMBINASI


PRP DAN SCAFFOLD) GUNA MEMPERCEPAT KESEMBUHAN KULIT
PASCA LAPAROTOMI
RINGKASAN
Tindakan bedah yang sering dilakukan untuk menangani kasus-kasus yang
terjadi pada hewan kesayangan diantaranya adalah laparotomi. Prosedur
pembedahan laparatomi dilakukan pada kasus cystotomi, histerektomi,
ovariohisterektomi, kastrasi, caudektomi, enterektomi, dan sebagainya.
Laparatomi merupakan suatu tindakan bedah (prosedur pembedahan) yaitu
penyayatan pada dinding abdomen atau peritonial medianus. Masalah yang dapat
timbul akibat lamanya penyembuhan luka pasa laparatomi yaitu infeksi,
perdarahan, dehiscene dan eviscerasi. Permasalahan tersebut dapat menjadi faktor
utama meningkatnya biaya kesehatan dan menghalangi aktivitas hewan secara
normal. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk mempercepat penyembuhan luka
laparotomi. Pemanfaatan kulit kambing sebagai scaffold biodegradable dalam
bentuk matrix accellular untuk penanganan luka laparotomi yang dikombinasikan
dengan darah sebagai PRP (Platelet Rich Plasma) yang didapatkan dari hewan itu
sendiri atau allograft mengandung growth factor masih belum pernah dilaporkan.
Dari uraian diatas perlu adanya penelitian dan inovasi untuk mempercepat
proses penyembuhan luka pasca laparatomi, serta mengurangi resiko infeksi dan
terjadinya masalah lain. Akibat proses penyembuhan luka yang lebih cepat, maka
tidak akan menghalangi hewan untuk melakukan aktifitas secara normal serta
mampu mengurangi biaya perawatan yang lama pada hewan tersebut. Metode
penelitian dimulai dari persiapan waktu dan tempat, alat dan bahan, hingga
pelaksanaan prosedur kerja. Tahapan kerja meliputi persiapan hewan coba berupa
tikus (Rattus novergicus) sebanyak 20 ekor, deselulerisasi kulit kambing,
pembuatan Platelet Rich Plasma (PRP), pembuatan hewan model fraktur,
pemasangan BIO-KOPROL, pengamatan dengan membuat preparat histopatologi,
serta analisa hasil menggunakan teknik ANOVA One Way dan post hoc LSD test.

Kata Kunci : biodegradable, scaffold dermal accellular matrix, deselularisasi,


laparatomi, Platelet Rich Plasma (PRP)

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan pada hewan terus berkembang mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga semakin memicu tenaga
medis veteriner untuk terus meningkatkan kuantitatif dan pelayanan dalam upaya
mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Walaupun pengetahuan semakin
berkembang namun dalam menangani suatu penyakit tidak begitu efisien,
terutama dalam penanganan pasien pasca laparatomi harus memerlukan
penanganan yang berkompeten. Pada pasien pasca laparatomi memerlukan
perawatan yang maksimal demi mempercepat proses kesembuhan luka. Kasus
pasca laparotomi yang sering terjadi pada hewan terutama hewan kecil seperti
anjing dan kucing adalah lamanya proses pemulihan luka sayatan laparotomi. Hal
tersebut dikarenakan karakter dari hewan yang sulit diatur, agresif, dan aktif
bergerak. Masalah yang dapat timbul akibat lamanya penyembuhan luka pasca
laparatomi yaitu infeksi, perdarahan, dehiscene dan eviscerasi. Permasalahan
tersebut dapat menjadi faktor utama meningkatnya biaya kesehatan dan
menghalangi aktivitas hewan secara normal. Oleh karena itu, diperlukan usaha
untuk mempercepat penyembuhan luka laparotomi.
Laparotomi merupakan suatu tindakan bedah (prosedur pembedahan) yaitu
penyayatan pada dinding abdomen atau peritonial medianus dengan daerah
orientasi pada bagian abdominal ventral tepatnya di linea alba yang ditujukan
untuk menemukan organ visceral yang ada di dalam ruang abdominal atau
peritonial secara langsung. Tindakan laparatomi biasa dilakukan untuk menangani
kasus-kasus yang terjadi pada hewan kesayangan. Prosedur pembedahan
laparatomi dilakukan pada kasus cystotomi, histerektomi, ovariohisterektomi,
kastrasi, caudektomi, enterektomi, dan sebagainya.
Darah mengandung platelet yang berfungsi dalam pembekuan darah dan
perbaikan luka. Isolasi platelet dalam akan didapatkan Platelet Rich Plasma
(PRP). Platelet Rich Plasma dalam darah mengandung banyak growth factor yang
dapat mempercepat laju pertumbuhan suatu sel atau jaringan seperti penyembuhan
luka.
Kulit hewan ternak (misalnya sapi, domba atau kambing) merupakan
produk limbah ternak yang banyak dan belum banyak difungsikan sebagai
scaffold. Sebelumnya kulit babi yang telah diberi perlakuan deselularisasi
menghasilkan dermal acellular yang merupakan scaffold padat terdiri dari bundel
kolagen yang biokompatibel untuk tissue engineering dalam kedokteran manusia.
Pemanfaatan kulit kambing sebagai scaffold biodegradable dalam bentuk matrix
accellular untuk penanganan luka laparotomi yang dikombinasikan dengan darah
sebagai PRP (Platelet Rich Plasma) yang didapatkan dari hewan itu sendiri atau
allograft mengandung growth factor masih belum pernah dilaporkan. Dari uraian
2

diatas perlu adanya penelitian dan inovasi untuk mempercepat penanganan


penyembuhan luka pasca laparatomi, sehingga tidak menghalangi aktivitas hewan
secara normal serta mampu mengurangi biaya perawatan yang lama pada hewan
tersebut, mengurangi resiko infeksi dan terjadinya masalah lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana prinsip yang diterapkan pada kombinasi kulit kambing yang
telah dideselularisasi dan PRP allograft sebagai plester guna
mempercepat kesembuhan kulit pasca laparotomi yang biodegradable?
2. Apakah penggunaan plester BIO-KOPROL (Biodegradable Kombinasi
PRP dan Scaffold) efektif dalam mempercepat kesembuhan kulit pasca
laparotomi pada hewan coba tikus (Rattus novergicus)?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara mengkombinasi kulit kambing dan PRP allograft
sebagai plester guna mempercepat kesembuhan kulit pasca laparotomi
yang biodegradable.
2. Mengetahui keefektifan plester BIO-KOPROL (Biodegradable
Kombinasi PRP dan Scaffold) dalam mempercepat kesembuhan kulit
pasca laparotomi pada hewan coba tikus (Rattus novergicus).

1.4 Luaran yang diharapkan


Luaran yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah keefektifan plester
kombinasi Platelet Rich Plasma (PRP) darah allograft dan scaffold dermal
acellular dari kulit kambing dalam mempercepat penyembuhan luka pasca
laparotomi pada hewan yang dapat dipatenkan. Kegiatan ini juga diharapkan dapat
dikembangkan menjadi salah satu produk inovatif di dunia medis kedokteran
hewan dan dipaparkan lebih lanjut dalam seminar nasional.

1.5 Kegunaan
1. Menerapkan kombinasi scaffold kulit kambing acellular dan PRP allograft
sebagai plester luka yang biodegradable.
2. Menghasilkan plester BIO-KOPROL (Biodegradable Kombinasi PRP dan
Scaffold) yang mampu mempercepat kesembuhan kulit pasca laparotomi.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PRP (Platelet Rich Plasma)


Platelet Rich Plasma (PRP) merupakan sekumpulan platelet dengan
volume kecil plasma yang dipanen dari darah. Jumlah platelet minimal yang
dimiliki dalam PRP adalah 1 juta/l. Platelet Rich Plasma (PRP) banyak
mengandung growth factor yang penting dalam penyembuhan luka. Platelet Rich
Plasma (PRP) memicu perbaikan luka dengan melepas growth factor bertindak
secara lokal melalui degranulasi -granul. Sekretori protein yang terkandung
dalam -granul platelet meliputi Platelet-Derived Growth Factor (PDGF-AA,
BB, dan isomer AB ), Transforming Growth Factor- (TGF-), Platelet Factor 4
(PF4), Interleukin-I (IL-1), Platelet-derived Angiogenesis Factor (PDAF),
Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF), Epidermal Growth Factor (EGF),
Plateet-derived Endothelial Growth Factor (PDEGF), Epithelial Cell Growth
Factor (ECGF), Insulin Like Growth Factor (IGF), Osteocalcin (Oc), Osteonectin
(On), Fibrinogen (Ff), Vitronectin (Vn), Fibronectin (Fn), dan Thrombospondin-1
(TSP-1). Growth factor membantu penyembuhan dengan menarik sel yang belum
terdiferensiasi dalam matiks yang baru terbentuk dan memicu pembelahan sel.
PRP dapat menekan pelepasan sitokin dan membatasi inflamasi, berinteraksi
denga makrofag untuk meningkatkan penyembuhan jaringan dan regenerasi,
mendorong pertumbuhan kapiler baru, dan mempercepat epitelialisasi pada luka
kronis (Lacci dan Dardik, 2010). Aplikasi PRP digunakan pada kasus laparotomi
untuk memperbaiki jaringan kulit yang rusak.

2.2 Biodegradable
Tissue engineering telah muncul sebagai alternatif yang menjanjikan
dalam mengobati kerusakan jaringan atau organ (Chen, 2002). Bahan yang
digunakan pada rekayasa jaringan diharapkan mampu diuraikan di dalam tubuh
(biodegradable) sehingga tidak menimbulkan gangguan di masa yang akan
datang.

2.3 Scaffold
Scaffold adalah kerangka pada tissue engineering yang berfungsi sebagai
wadah dari growth factor dari luar. Scaffold bisa didapat dari jaringan yang
diproses deselularisasi atau penghilangan sel sehingga hanya tersisa matrix
ekstraseluler. Scaffold diharapkan biodegradable sehingga tidak akan memberikan
dampak efek samping saat diimplantasikan. Salah bentuk scaffold biodegradable
adalah jaringan acellular (Ikada, 2006).
4

2.4 Dermal Acellular Matrix


Ekstraselular matrix, khususnya berasal dari sumber xenogeneic, telah
digunakan sebagai scaffold untuk menggantikan atau merekonstruksi dari banyak
jaringan yang berbeda. Studi telah menggunakan ECM berasal dari organ sepeti
usus kecil, urinary bladder atau kulit (Badylak, 2004).
Scaffold biologis dari jaringan yang dideselularisasi menyediakan struktur
tiga dimensi yang menyokong dan memandu pertumbuhan seluler, mereka meniru
fungsi fisiologis dan mekanik dari matrix ekstraseluler asli dan mengandung
molekul aktif seperti kolagen, lipid, fibrin, dan glikosaminoglikan. Oleh karena itu
matrix dapat meningkatkan attachment, migrasi, proliferasi dan diferensiasi
keratinosit dalam epidermis yang lengkap. Matrix dapat meningkatkan
attachment, migrasi, proliferasi dan diferensiasi keratinosit dalam epidermis utuh.
Dermal acellular merupakan scaffold alami dan dapat diperoleh dari
spesies hewan yang berbeda seperti babi, tikus, sapi dan manusia. Dermal
acellular matrix babi merupakan scaffold padat terdiri dari bundel kolagen yang
biokompatibel dalam kedokteran manusia (Cerrato et al., 2012).
Penggunaan dermis manusia dan submukosa usus halus babi yang
dideselularisasi telah menunjukkan pengaruh positif terhadap penyembuhan ulcer
kronis dan luka traumatik kulit. Material acellular ini tidak hanya menyediakan
sejumlah besar sebagai pengganti dermal tetapi juga untuk mempercepat
penutupan luka dengan menyediakan substrat yang sangat baik untuk
pertumbuhan keratinosit autolog (Badylak, 2004).

2.5 Deselularisasi
Deselularisasi adalah proses menghilangkan antigen seluler allogeneic
atau xenogeneic dari jaringan yang menginisiasi respon imun dan hanya
meninggalkan sebuah ekstraseluler matrix utuh yang terdiri dari campuran
molekul struktural dan fungsional. Ekstraseluler matrix ini dapat digunakan
sebagai scaffold, yang dapat dihuni oleh sel dengan sifat regeneratif (misalnya
pluripotent sel, embryonic stem sel, umbilical cord sel, mesenchymal sel dll).
Ekstraseluler matrix menyediakan dukungan struktural sel, memisahkan jaringan
dari satu sama lain, dan mengatur komunikasi interseluler dan perilaku dinamis
sel.
Protokol umum deselularisasi biasanya dimulai dengan lisis sel metode
fisik, kimia atau biologi. Metode fisik sering melibatkan kondisi perubahan suhu
yang menyebabkan pembentukan kristal es intraseluler yang mengganggu
membran sel. Metode deselularisasi lain yang mungkin menggunakan kondisi
fisik yaitu perlakuan tekanan tinggi. Jaringan yang telah diperlakukan dengan
tekanan tinggi akan mengalami lisis sel dan juga menyingkirikan virus dan
bakteri. Metode fisik biasanya digunakan untuk deselularisasi jaringan seperti
pericardium, laring, bone marrow, kornea atau pembuluh darah. Teknik yang
digunakan pada deselulerisasi umumnya melibatkan kombinasi metode fisik dan
5

kimia. Proses deselularisasi yang paling efektif meliputi kombinasi agen fisik,
kimia dan enzimatik. Akan tetapi, hasil akhir bergantung pada beberapa faktor
seperti tissue cellularity, density, lipid content dan lain-lain (Hrebikova et al.,
2015).
Metode fisik yang dapat digunakan untuk memfasilitasi deselularisasi
jaringan yaitu freezing, direct pressure, sonikasi, dan agitasi. Detergen ionik
efektif untuk melarutkan sitoplasmik dan membran nuklear sel, tetapi cenderung
mendenaturasi protein dengan mengganggu interaksi protein-protein. Detergen
ionik yang paling umum digunakan adalah Sodium Dodecyl Sulfate (SDS) dan
sodium deoxycholate dan Triton X-200. SDS sangat efektif untuk menghilangkan
komponen seluler dari jaringan. Teknik deselulerisasi enzimatik meliputi
penggunaan digesti protease, agen chelating kalsium, dan nukleases. Tripsin
merupakan enzim proteolitik paling umum digunakan dalam protokol
deselularisasi (Gilbert et al., 2006).
6

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Kegiatan dilakukan di berbagai laboratorium diantaranya Laboratorium
Bio Sains, Laboratorium Histologi Veteriner, dan Laboratorium Patologi Anatomi
Universitas Brawijaya.Waktu penelitian dilakukan selama 5 bulan dimulai bulan
Februari sampai Juni 2016.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang diperlukan dalam penelitian BIO-KOPROL (Biodegradable
Kombinasi PRP dan Scaffold) adalah kandang tikus, restrainer, dissecting set,
cawan petri, gelas ukur, 1 set alat sentrifugasi, mikroskop, object glass, dan cover
glass.

Bahan yang dipersiapkan dalam penelitian BIO-KOPROL (Biodegradable


Kombinasi PRP dan Scaffold) adalah kulit kambing, tripsin, SDS, PBS, darah
tikus, sodium sitrat, ketamin, xylazin, tabung vacutainer, spuit, iv catheter, tikus
(Rattus norvegicus), pakan tikus, air minum dan CaCl2.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Persiapan Hewan Coba Tikus (Rattus norvegicus)
Pada tahap persiapan, hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus), umur
tiga bulan, sehat dengan berat tubuh sekitar 200 gram, pakan dan minum yang
disediakan secara ad libitum selama 5 bulan. Tikus putih (Rattus norvegicus) yang
disediakan berjumlah 20 ekor, dimana 15 ekor tikus diberikan perlakuan dan 5
ekor tikus sebagai kontrol. Tikus diadaptasikan selama 1 minggu.

3.3.2 Deselularisasi BIO-KOPROL (Biodegradable Kombinasi PRP dan


Scaffold )
Proses deselularisasi dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas
Brawijaya. Sampel kulit kambing dideselularisasi fisik terlebih dahulu dengan
freezing thawing. Sampel dimasukkan dalam pot 20 cc yang berisi PBS pH 7,4
lalu disimpan dalam freezer selama satu malam, kemudian dilakukan
deselularisasi kimiawi. Proses deselularisasi kimiawi dilakukan dengan merendam
sampel kulit kambing pada larutan deselularisasi 1 % SDS-0,1% EDTA dalam
PBS pada cawan petri diameter 10 cm selama 21 hari. Larutan deselularisasi
diganti setiap 3 hari sekali. Setelat proses deselularisasi selesai, sampel kulit
kambing diperiksa secara makroskopik, pembuatan preparat histologi, dan
pemeriksaan mikroskopik jaringan pasca deselularisasi. Menurut aplikasi pada
7

organ yang akan di deselulerisasi tergantung dari karakteristik jaringan organ


seperti ketebalan dan kepadatan.
3.3 Pembuatan Platelet-Rich Plasma (PRP)

Pengoleksian darah dilakukan di Laboratorium dengan menggunakan


darah tikus ( Rattus norvegicus ) . Darah ditampung dalam tabung vacutainer yang
mengandung antikoagulan sodium sitrat. Tabung digoyang - goyangkan agar
tidak terjadi penggumpalan, kemudian tabung tersebut dibawa ke lokasi sentrifus.
Sebanyak 300 l darah diambil dan dimasukkan ke dalam tabung safety 1,5 ml
(Eppendorf, Germany) guna untuk pengukuran platelet pada sampel darah. Sisa
darah pada tabung vacutainer dibagi menjadi 2 bagian sama banyak, yaitu 1,5 ml
dan dimasukkan ke dalam mesin sentrifus. Sentrifus dilakukan pada suhu 4oC,
1000G selama 10 menit, lalu dipindahkan plasma dan buffycoat sedangkan lapisan
eritrosit lainnya ke tabung vacutainer lainnya, selanjutnya dilakukan sentrifugasi
kembali pada suhu 4oC, 1000G selama 10 menit. Buffycoat diambil sebanyak
mungkin dari tabung yang telah disentrifugasi ke dalam tabung vacutainer lain
sebagai PRP. Platelet Rich Plasma (PRP) yang diambil sebanyak 210 l dan
dimasukkan ke dalam tabung vacutainer lainnya dan disimpan ke dalam pendingin
dengan suhu 4oC hingga dilakukan aplikasi dalam luka sayatan tersebut.

3.4 Pembuatan Hewan Model Pasca Laparatomi


Hewan coba diberi anestesi umum menggunakan kombinasi ketamine 0,3
ml dengan xylazine 0,05 ml / kg BB dilanjutkan dengan NaCl fisiologis 1 ml dan
setelah hewan pingsan, dilakukan pencukuran rambut pada area abdomen.
Pembedahan dilakukan dengan sedikit menyayat muskulus pada daerah tersebut.
Hewan diberi 3 perlakuan, untuk kelompok 1 tikus setelah dilakukan
laparatomi hanya dibiarkan tanpa diberi perlakuan, kelompok 2 tikus diberi
perlakuan dengan pemasangan scaffold , kelompok 3 tikus diberi perlakuan
dengan pemberian PRP dan kelompok 4 diberi perlakuan dengan pemasangan
BIO-KOPROL (Biodegradable Kombinasi PRP dan Scaffold).

3.5 Pemasangan BIO-KOPROL (Biodegradable Kombinasi PRP dan


Scaffold)
Setelah dilakukan anestesi dengan menggunakan ketamin yang
dikombinasikan dengan silazine pada tikus. Operasi dilakukan dengan rebah
lateral kulit disterilkan dengan alkohol 70% dan diincisi disekitar abdomen. Pada
proses pemasangan BIO-KOPROL (Biodegradable Kombinasi PRP dan Scaffold)
hal pertama yang dilakukan adalah penambahan PRP (Platelet-Rich Plasma)
dalam scaffold. Kemudian dilakukan penjahitan dengan menggunakan benang
cotton.
8

3.6 Pengamatan Pasca Pemasangan Scaffold, Kontrol, PRP dan BIO-


KOPROL (Biodegradable Kombinasi PRP dan Scaffold )
3.6.1 Pembuatan Histopatologi
Pasca 3 minggu setelah operasi, tikus dieuthanasia dengan dislokasi leher.
Kulit daerah laparotomi diambil dan difiksasi dalam larutan formalin 10 %
sebagai persiapan proses pemeriksaan histopatologi dengan pengecatan
Hematoxylin Eosin (HE). Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan metode
scoring yang dinilai dengan proporsi dari epidermis, stratum, dan jaringan ikat.
Pemeriksaan histopatologi dapat dilihat melalui mikroskop, pemeriksaan ini
digunakan untuk melihat kesembuhan luka pada masing masing kelompok
perlakuan yang berbeda.

3.7 Analisa Hasil


Analisa yang digunakan pada hasil penelitian ini adalah analisa deskriptif
dengan mengamati keutuhan dermis dengan melalui pengamatan histopatologi.
Scoring hasil histopatologi menggunakan teknik ANOVA One Way dan post hoc
LSD test dengan nilai signifikan P<0,05 SPSS versi 20 untuk mengetahui matrix
ekstraseluler yang terbentuk.
9

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


No Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1 Peralatan penunjang Rp 2.088.000,00
2 Bahan penunjang Rp 6.658.000,00
3 Perjalanan Rp 1.500.000,00
4 Lain-lain Rp 1.145.000,00
Jumlah Rp 11.391.000,00

4.2 Jadwal Kegiatan


Bulan ke-
Kegiatan 1 2 3 4 5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
laboratorium
Persiapan alat dan
bahan
Adaptasi tikus
Deselularisasi kulit
kambing
Pembuatan PRP
Pembuatan hewan
laparatomi dan
pemasangan
Scaffold dan PRP
Controling

Pembedahan ulang
Visualisasi makros
Pembuatan
histopatologi
Skoring
Evaluasi hasil
Pengumpulan data
Analisa dan
pengolahan data
Penarikan
kesimpulan dan
penyusunan laporan
10

DAFTAR PUSTAKA

Badylak, Stephen F., 2004, Xenogeneic Extracellular Matrix as a Scaffold for


Tissue Reconstruction, Elsevier

Cerrato, et. al, 2012, In Vitro Development and Characterization of Canine


Epidermis On A Porcine Acellular Dermal Matrix, The Veteriary Journal
193 (2012) 503-507, Elsevier

Gilbert, T.W., Sellaro, T.L., dan Badylak, S.F., 2006, Decellularization of tissuesn
and organs, Biomaterials 27: 3675-3683

Hrebikova, Hana et.al, 2015, Chemical Decellularization: A Promising Approach


for Preparation of Extracellular Matrix, Biomedical papers, 2015 (vol.
159), issue 1

Ikada, Y., 2006, Scope of Tissue EngineeringIn: Tissue Engineering:


Fundamental and Application, Ikada Y.(Ed), PP 29, Academic press ,USA

Lacci, Kathleen M., dan Alan Dardik, 2010, Platelet Rich Plasma : Support for Its
Use in Wound Healing, Yale Journal of Biologi and Medicine 83 : 1-9
11
12
13
14
15
16
17
18

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Peralatan penunjang
Harga
Justifikasi Jumlah
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
(Rp)
Kandang Tempat Tikus 20 25.000 500.000
Restrainer Penghandle Tikus 5 25.000 125.000
Nipel Minum
20 5.000 100.000
Kelereng Tempat Minum Tikus
Gelas ukur Tempat Reaktan 6 35.000 213.000
Cawan Petri Wadah Kulit 5 35.000 175.000
Dissecting Set Alat Bedah Tikus 4 200.000 800.000
Alat
Sentrifuge Pembuatan PRP 1 125.000 125.000
(Sewa Lab)
Hand Sprayer Tempat Alkohol 70% 4 12.500 50.000
SUBTOTAL (Rp) 2.088.000
2. Bahan Habis Pakai
Harga
Justifikasi Jumlah
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
(Rp)
Pellet Pakan Tikus 200 Kg 5.000 1.000.000
Kulit Kambing Scaffold - - 300.000
EDTA Bahan Deselularisasi 500 ml - 850.000
SDS Bahan Deselularisasi - - 850.000
PBS Larutan 7 liter 100.000 700.000
Tabung
Penampung Darah 20 - 25.000
Venoject
EDTA Antikoagulan 1 Kg 120.000 120.000
Spuit 1cc Injeksi Platelet 25 2.500 62.500
Tikus Hewan Coba 20 35.000 700.000
Ketamin Anastesi 1 botol 550.000 550.000
Xylazine Anastesi 1 botol 367.000 365.000
Povidon
Antiseptik 1 liter 60.500 60.500
Iodine
Alkohol Sterilisasi dan 5 liter 25.000 125.000
19

Desinfeksi
Benang Jahit Menjahit 5 meter - 50.000
Preparat
20 30.000 600.000
Histopatologi Melihat jaringan Kulit
Formalin 10% Fiksatif Jaringan 2 liter 150.000 300.000
SUBTOTAL (Rp) 6.658.000

3. Perjalanan
Harga
Justifikasi Jumlah
Material Kuantitas Satuan
Perjalanan (Rp)
(Rp)
Pengambilan sampel
Transportasi 5 orang - 1.500.000
kulit kambing
SUBTOTAL (Rp) 1.500.000

4. Lain-lain
Harga
Justifikasi Jumlah
Material Kuantitas Satuan (Rp)
Pemakaian (Rp)
Kertas HVS Mencetak data 2 rim 35.000 70.000
Bolpoint Menulis catatan 1 pack - 40.000
Scan Scan data - - 250.000
Penggandaan
Fotokopi - - 350.000
laporandanpenjilidan
Cetak foto Bukti dokumentasi - - 250.000
Tinta Printer Mencetak dokumen 4 35.000 140.000
Peralatan Perlengkapan SOP
- 45.000
Bedah Bedah
Proses laparatomi dan
Sewa Lab
pemasangan Scaffold - - 1.000.000
Hewan Coba
dan PRP
SUBTOTAL (Rp) 1.145.000
Total Keseluruhan 11.391.000
20

Lampiran 4. Skema Penelitian

Persiapan Tikus (masa adaptasi)


(1 minggu)

Laparatomi Pada Tikus Coba (Rattus


novergicus)
(1 hari)

Kelompok 1 Kelompok 3
Kelompok 2 Kelompok 3
Tanpa perlakuan Pemasangan
Pemasangan Pemasangan
khusus PRP kombinasi
Scaffold PRP
(1 minggu) Scaffold
(1 minggu) (1 minggu)
(1 minggu)
(3 minggu)

Pembedahan ulang
(1 minggu)

Inspeksi makroskopik
(1 hari)

Pembuatan preparat histopatologi (mikroskopik)


(4 minggu)

Analisa Hasil
21

Anda mungkin juga menyukai