Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH REPRODUKSI ILMU PENYAKIT REPRODUKSI

RUPTUR UTERI PADA SAPI

Oleh :
M. AMRIYAN NURRAKHMAN
062124153005

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU BIOLOGI REPRODUKSI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022

S
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa ini selain sektor pertanian yang merupakan akomodasi penting untuk kehidupan
masyarakat ialah sektor peternakan yang dirasakan pentingnya dalam menunjang kehidupan
masyarakat. Peternakan diharapkan dapat membantu meningkatkan tatanan kehidupan
masyarakat. Peternakan sapi merupakan salah satu upaya yang banyak dikembangkan saat ini
(Hadi et al.2002). Sistem pemeliharaan serta pemenuhan gizi merupakan faktor yang penting
untuk beternak sapi. Penyakit gangguan reproduksi umumnya terjadi akibat buruknya faktor gizi
serta pemeliharaannya, sehingga hal tersebut bisa menyebabkan kerugian ekonomi bagi petani
(Riady, 2006). Salah satu gangguan reproduksi ialah ruptur uteri yang biasa bersamaan dengan
prolapsus uteri umumnya terjadi pada stadium ketiga setelah pengeluaran fetus dan setelah
kotiledon fetus terpisah dari karankula induk uterus keluar melewati vagina dan menggantung di
vulva disertai bentuk pendarahan terjadi akibat robekan dinding uterus (Dane et al., 2009)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kasus rupture uterus pada sapi ?
1.3 Tujuan
1. Mempelajari penyakit reproduksi rupture uterus pada sapi
1.4 Manfaat
1. Mengetahui penyakit rupture uterus secara umum pada sapi
BAB II PEMBAHASAN

GAMBARAN KASUS
Sinyalemen dan Anamnesa sapi lokal sekitar umur 5 tahun dengan bobot tubuh rata-rata
200 kg berjenis kelamin betina ditemukan posisi lateral recumbency terdapat plasenta keluar
sudah sekitar 5 jam dan vulva berwarna merah sapi tampak stress, dehidrasi, anoreksia,
meningkatnya denyut jantung dan respiration rate. Pemeriksaan menunjukkan adanya prolapsus
uterus dam rupture uterus oedematous dinding bagian dorsal disertai sebagian organ intestinal
yang keluar. Prolapsus uterus dan intestinal/usus terlihat sangat kotor karena bercampur dengan
feses, jaringan yang keluar berwarna merah, tampak bengkak, nekrosis, luka dan distensi
abdominal.

GEJALA KLINIS
Terjadi prolapsus uterus disertai dengan sebagian intestinal atau usus ikut keluar, daerah
yang keluar seperti jaringan uterus serta vulva berwarna merah, mukosa vagina berwarna merah,
luka laserasi dan bengkak, terkadang disertai pendarahan akibat sobekan. Untuk kondisi umum
ternak sapi tampak stressfull, status dehidrasi rendah, lesu, pernafasan serta denyut jantung
meningkat dan umumnya ditemukan rebah lateral atau menyamping.

TERAPI
Tindakan terapi yakni dibuat trocar dan canula untuk penanganan bloat pada sapi tersebut.
Pemberian lignocaine hydrochloride 2% injeksi secara epidural, dilakukan pemasangan kateter
untuk urinasi serta dilakukan pembersihan dan pemotongan jaringan-jaringan pada bagian uterus
serta usus yang prolapsus selanjutnya bisa dilakukan pembersihan menggunakan air steril atau
natrium chloride. Kunci utama penanganan pada kasus prolapsus ialah 3R yaitu Reduction,
Reposition dan Retention. Jaringan yang prolapsus dibersihkan atau dicuci dengan potassium
permanganate solution 1%. Bagian seperti darah yang mengering, jaringan nekrosis, feses yang
menempel bisa dibuang dan dibersihkan. Semprot dengan cairan antiseptik atau bisa diberikan
cold ice pack pada bagian jaringan yang bengkak. Jaringan usus atau intestinal yang keluar bisa
diposisikan kembali dengan cara masukan kembali ke sobekan awal lalu jahit sobekan tersebut
menggunakan benang absorbable. Untuk jaringan uterus setelah dibersihkan bisa diberikan gel
lignocaine supaya mempermudah memasukan jaringan kedalam pelvic agar lebih mudah
mereposisi, kemudian lakukan penjahitan pada bibir vulva menggunakan eight knot suture.
Terapi obat menggunakan terapi cairan calcium boroglucoronate @450 ml i.v, sodium
bicarbonate, dextrose normal saline @1000 ml i.v. dan multivitamin @5 ml (Poly-vet) i.m.,
chlorpheniramine maleate @10 ml, meloxicam @0,5 mg/kg i.m. lalu ceftiofur sodium @2.2
mg/kg i.m. untuk 5 hari serta bloatinorm bollus secara oral. Terapi suportif menggunakan cairan
secara kontinu 3 hari berturut-turut, untuk jahitan vulva bisa dibuka setelah 1 minggu setelah
penjahitan (Kalita et al., 2018).

PEMBAHASAN
Rupture uterus ialah manisfestasi dari prolapsus uterus yang berat dimana terjadinya
robekan pada dinding uterus menimbulkan organ intestinal atau usus keluar menuju keluar vulva
bersamaan dengan prolapsus uterus (Wardhani, 2015). Faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya prolapsus uterus dan rupture uterus ialah distokia atau kesulitan melahirkan yang
menyebabjan cedera atau iritasi pada saluran reproduksi, adanya infeksi atau riwayat penyakit
reproduksi, mengejan berlebihan atau tekanan berlebihan pada saat menarik fetus keluar serta
ukuran fetus. Faktor- faktor lain ialah rendahnya tingkat kalsium darah, kurang nutrisi atau
malnutrisi menyebabkan ligamentum penggantung uterus serta jaringan uterus menjadi kendor,
lemah dan mudah terjadi robekan. Selain itu, faktor prolapsus uteri yaitu pertautan mesometrial
yang Panjang, uterus yang lemah dan relaksasi pelvis yang berlebihan. Terdapat penelitian
dengan menduga bahwa induk sapi yang masih terus mengejan setelah fetus keluar bisa
dipengaruhi dengan produksi hormone oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior yang berlebihan
sehingga induk sapi mengalami kontraksi uterus masih terus berlangsung meskipun fetus telah
lahir (Siswanto dkk, 2018).
Gejala klinis habitus sapi lebih sering berbaring saat berdiri ada uterus yang menggantung
pada bagian vulva. Uterus akan bengkak terjadi oedematous kemerahan, vulva bengkak
kemerahan, terkadang disertai pendarahan akibat robekan dinding uterus yang mengakibatkan
sebagian organ usus ikut keluar. Fisiologi sapi tampak lesu biasanya diikuti dengan peningkatan
pernafasan dan denyut jantung (Kalita et al., 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Hadi Sutanto B., Bambang P., Siti D., 2013. Involusi Uteri dan Waktu Estrus pada induk
sapi FH pasca partus. Department of Livestock Agricultural Polytechnic State Kupang. Faculty
of Animal Medicine, Bogor Jurnal Ilmu Ternak.

Kusumawati E.D., Henny L. 2014. Inseminasi Buatan. Malang.

Melia J. 2010. Gambaran ultrasonografi organ reproduksi sapi endometritis yang diterapi
dengan kombinasi gentamisine, flumequine dan analog Pgf2α secara intra uteri [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.

Kalita MK., Acharya C., Chhetri B., Deka B.C., Nath K.C. 2018. Effective Management of
a complicated case of uterine prolapse with uterine rupture in an indigenous cow. International
Journal of Chemical Studies. Guwahati Assam ; India 6(3) : 2561-2563

Riady. 2006. Implementasi Program Menuju Swasembada Daging. Petunjuk Teknis


Penanganan Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong.

Wardhani, S.A.B. 2015. Prevalensi Kejadian Prolapsus Uteri pada Sapi Perah di
Kabupaten Sleman. Skirpsi. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Hewan – UGM.

Anda mungkin juga menyukai