Anda di halaman 1dari 3

Analisis Film Dokumenter Kasus Freeport MacMoRan Berkaitan tentang

Pelanggaran Nilai - Nilai Pancasila

Oleh:
Aulia Rahadian
145130107111004
Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono no. 169, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145
Email : auliarahadian@gmail.com

abstrak
Freeport merupakan perusahaan internasional yang bergerak dalam bidang pertambangan
tembaga dan emas. Freeport mempunyai dua lokasi tambang bebas yaitu di Afrika Selatan dan
Indonesia tepatnya di Papua. PT. Freeport Indonesia mempunyai kantor pusat di Phoenix
Arizona Amerika Serikat. Selain melakukan pertambangan, PT. Freeport Indonesia juga
melakukan pengolahan tambang tembaga dan emas tersebut. PT. Freeport telah menjalin kontrak
dengan Bangsa Indonesiia sejak pada zaman orde baru yang kemudian diperpanjang 30 tahun
sampai dengan tahun 2020 mendatang. PT. Freeport banyak mengambil masyarakat setempat
atau masyarakat papua untuk menjadi pekerja tambang. Namun, upah dari hasil pekerjaan
mereka dinilai kurang sepadan, sehingga timbul konflik antara PT. Freeport Indonesia dengan
masyarakat setempat pada tahun 2011.

Kata kunci : PT. Freeport Indonesia, Masyarakat Papua, Konflik

PENDAHULUAN

PT. Freeport Indonesia (PTFI) adalah sebuah perusahaan pertambangan yang mayoritas
sahamnya dimiliki Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. PTFI merupakan penghasil terbesar
konsentrat tembaga dari bijih mineral yang juga mengandung emas dalam jumlah yang berarti.
PTFI tidak hanya mendukung kebutuhan ekonomi tetapi juga mendukung kebutuhan sosial dan
lingkungan hidup, sehingga tidak mengganggu kesinambungan kehidupan generasi di masa akan
datang. Awal berdirinya PT Freeport Indonesia (PTFI) bermula saat seorang manajer eksplorasi
Freeport Minerals Company; Forbes Wilson, melakukan ekspedisi pada tahun 1960 ke Papua
setelah membaca sebuah laporan tentang ditemukannya Ertsberg (Gunung Bijih), sebuah
cadangan mineral, oleh seorang geolog Belanda; Jean Jacques Dozy, pada tahun 1936 (Soelistijo,
2012)..
Setelah ditandatanganinya Kontrak Karya pertama dengan Pemerintah Indonesia bulan
April 1967, PTFI memulai kegiatan eksplorasi di Ertsberg pada Desember 1967. Konstruksi
skala besar dimulai bulan Mei 1970, dilanjutkan dengan ekspor perdana konsentrat tembaga pada
bulan Desember 1972. Setelah para geolog menemukan cadangan kelas dunia Grasberg pada
tahun 1988, operasi PTFI menjadi salah satu proyek tambang tembaga/emas terbesar di dunia. Di
akhir tahun 1991, Kontrak Karya kedua ditandatangani dan PTFI diberikan hak oleh Pemerintah
Indonesia untuk meneruskan operasinya selama 30 tahun. PTFI merupakan salah satu pembayar
pajak terbesar bagi Negara Indonesia. Sejak tahun 1992 sampai dengan 2005, manfaat langsung
dari operasi perusahaan terhadap Indonesia dalam bentuk dividen, royalti dan pajak mencapai
sekitar 3,9 miliar dolar AS. Selain itu, PTFI juga telah memberikan manfaat tidak langsung
dalam bentuk upah, gaji dan tunjangan, reinvestasi dalam negeri, pembelian barang dan jasa,
serta pembangunan daerah dan donasi. Dalam tahun 2005, PTFI telah menghasilkan dan menjual
konsentrat yang mengandung 1,7 miliar pon tembaga dan 3,4 juta ons emas (Soelistijo, 2012).

PELANGGARAN TERHADAP SILA PERTAMA PANCASILA


Pelanggaran terhadap sila pertama dari pancasila yaitu tidak ada.

PELANGGARAN TERHADAP SILA KEDUA PANCASILA


Mulai dari konflik PT.Freeport Indonesia dengan masyarakat papua sering terjadi
penembakan gelap yang dilakukan oleh oknum tidak dikenal terhadap mantan karyawan dan
karyawan yang melakukan pemogokan merupakan salah satu pelanggaran nilai pancasila dari
sila kedua yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab. Kasus penembakan gelap
merupakan tindakan yang tidak beradap dan tidak adil karena orang yang ditembak itu belum
tentu dia bersalah atau bahkan dia hanya sebatas tahu dan tidak ikut campur. Selanjutnya yaitu
mengenai upah karyawan yang tidak sebanding dengan resiko yang mereka tanggung bahkan
sampai dapat merenggut nyawa. Terjadi ketimpangan gaji atau upah yang signifikan antara upah
buruh dan petinggi. Terjadi perbandingan ketimpangan upah brurh dan petinggi sebesar 1 : 562.
Buruh pun juga dibagi 24 tingkat golongan yang melebihi TNI yang hanya 22 golongan kenaikan
gaji. Hal tersebut kurang adil karena hak untuk dapat penghasilan yang setimpal dengan resiko
pekerjaan tidak ada.

PELANGGARAN TERHADAP SILA KETIGA


Mengenai masalah persatuan Indonesia, saat ini mulai dari tahun 2011 lalu masyarakat
paupa sebagian ingin melepaskan diri dari Indonesia. Gerakan ini didukkung oleh organisasi
bernama OPM atau Operasi Papua Merdeka. Mereka ingin melepaskan diri dari NKRI. Menurut
pendapat saya pribadi itu wajar, karena tanah papua yang mereka huni telah di eksplorasi secara
berlebihan. Mereka masyarakat papua hanya diberi sedikit upah sebagai buruh dengan resiko
kerja yang tinggi. Akibatnya tidak ada yang namanya kesejahteraan terhadap masyarakat papua.
Konflik yang terjadi pada September 2011 di PT. Freeport Indonesia merupakan suatu masalah
yang dapat menimbulkan keretakan dalam persatuan Negara Republik Indonsia ini. Pada saat itu
juga elah diadakan referendum namun tidak melibatkan masyarakat papua didalamnya. Hal
tersebut menunjukkan ketiadaan rasa persatuan dan keterbukaan antara pemerintah dalam hal ini
penyelenggara referendum dan masyarakat papua.

PELANGGARAN TERHADAP SILA KEEMPAT


Pelanggaran terhadap sila keempat yaitu mengenai referendum yang tanpa melibatkan
masyarakat papua didalamnya. Hal tersebut menunjukkan nilai dari sila keempat telah
dikesampingkan. Karena menurut sila keempat mempunyai nilai atau makna yaitu mengusahakn
keputusan berama, sedangakan apabila perwakilan dari masyarakat papua maka keputusan
referendum tersebut hanya merupakan hasil keputusan kelompok bukan merupakan hasil
keputusan bersama. Para pemimpin atau yang mewakili seharusnya tidak menentukan keputusan
hanya berdasar kesepemahaman kelompok saja karena itu merupakan penyimpangan terhadap
sila keempat.

PELANGGARAN TERHADAP SILA KELIMA


Kesejahteraan karyawan freeport sangat timpang dengan para peringgi freeport pada
masalah gaji. Pada sopir truk hanya mendapat gaji 3 juta rupiah per bulan. Salah satu nama
pekerja yaitu yoseph yaitu hanya mendapat penghasilan 8 juata perbulan yang dipotong
tanggungan kredit 4 juata rupiah perbulan. Pada PT. Freeport Indonesia mendapat keuntungan
dari hasil emas 1.765.000 dollar amerika atau meraup keuntungan 95% dari keuntungan PT.
Freeport pusat. Dari hasilkeuntungan freeport yang seperti ini seharusnya bisa menyisikan hasil
keuntungannya untuk mensejahterakan rakyat papua dengan pembangunan fasilitas, pendidikan,
dan lain-lain. Selain itu untuk para pensiunan buruh juga ada masalah kecurangan dari
freeportmasalah dana pension yang dialihkan menjadi dana privatisasi. Selain itu juga
kecurangan masalah saham yang tidak bisa dicairkan, pihak freeport berdalih bahwa saham
tersebut telah dicarikan padahal pemilik saham tidak pernah mencairkannya. Masalah seperti ini
yang seharusnya diluruskan. Masalah kenaikan upah karyawan pergolongan hanya sekitar 200
ribu rupiah sangat jauh dan signifikan terhadap gaji petinggi freeport yang sampai trilyunan. Hal
seperti ini jelas penyimpangan terhadap masalah kesejahteraan. Terjadi ketimpangan padaagji
pokok yang merupakan salah satu inde kesejahteraan para pekerja freeport dengan petinggi.
Dengan adanya ketimpangan tersebut, maka kesejahteraan masyarakat papua akan semakin sulit
terwujud apabila pihak pertambangan tidak menyisikan dana untuk penunjang kesejahteraan
masyarakat papua khusunya para pekerja lapang dengan tresiko kerja tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Soelistijo, Ukar W. 2012. Kronologis Kontrak Karya di Indonesia dan Usaha Pertambangan PT.
Freeport Indonesia. Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Tambang dan Mineral
ITB. Bandung

Anda mungkin juga menyukai