Anda di halaman 1dari 20

Makalah peptisida

O
L
E
H

NAMA : dedi gunawan


Nim : p07534017075
TINGKAT : Ii-B

POLITEKNIK KESEHATAN RI
MEDAN
JURUSAN ANALIS KESEHATA
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang "Peptisida" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan
yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat
bagi seluruh alam semesta.
       Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang berjudul "Peptisida".
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah
makalah ini.
       Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan
lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

i
Daftar isi

Kata pengantar.......................................................................................................................................i
Daftar isi.................................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
1,1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................1
1.3 Manfaat.......................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Peptisiada..................................................................................................................3
2.2 Penggolongan Peptisida...............................................................................................................4
2.3 Dampak Pestisida.........................................................................................................................6
2.4 Cara Penyimpanan pestisida........................................................................................................7
2.5 Keracunan Pestisida dan Jalur Masuk Pestisida Pada Manusia....................................................7
2.6 Pencegahan Keracunan Pestisida..............................................................................................10
2.7 Penanggulangan Bila Terhirup Pestisida....................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................................13
3.1 Pembahasan..............................................................................................................................13
BAB IV..................................................................................................................................................16
4.1 Kesimpulan................................................................................................................................16
4.2 Saran..........................................................................................................................................16
Dartar pusaka......................................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1,1 Latar Belakang

Pestisida sebenarnya telah lama digunakan manusia sebagai bahan pembunuh


hama atau sebagai pelindung tanaman. Pada tahun 1200 SM manusia telah menggunakan
kapur dan abu kayu untuk memberantas hama gudang. Di samping itu mereka juga telah
menggunakan ekstrak pengasapan untuk melindungi tanaman dari gangguan hama.

Pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam


Konsep Pengendalian Hama Terpadu pestisida berperan sebagai salah satu komponen
pengendalian. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama hingga meluasnya
serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil panen dapat dikurangi. Tetapi, benefit bagi
produksi pertanian tersebut bukan tidak menimbulkan dampak. Para ahli menyatakan
bahwa salah satu penyebab terbesar penyakit dan penuaan dini pada manusia adalah
banyaknya bahan kimiawi yang ada di lingkungan kita, dan rekayasa genetika yang
kerap dilakukan pada budidaya bahan pangan non-organik merupakan salah satu
penyebabnya.

Menurut sebuah penelitian, bahwasannya kita semua bisa terpapar dengan


pestisida yang pada dasarnya berketerusan. Buah dan sayuran segar yang kita konsumsi
beresiko mengandung residu pestisida. The National Academy of Sciences (NAS) tahun
1987 mengeluarkan laporan tentang pestisida dalam makanan. Pada dasar data dalam
penelitian, resiko potensial yang diberikan oleh pestisida penyebab kanker dalam
makanan kita lebih dari sejuta kasus kanker tambahan dalam masyarakat Amerika
selama hidup. Karena sekitar 30 macam pestisida karsinogen (zat pemicu terjadinya
kanker) terdapat dalam makanan kita terutama makanan yang berbentuk sayuran serta
buah-buahan.

Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan


kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya
pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik.
Karena pestisida tersebut racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan
nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang
telah ditetapkan.

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang pestisida da efek
pestisida terhadap kesehatan.

1
b. Tujuan Khusus
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian pestisiada
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang penggolongan
pestisida
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang dampak pestisida
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang cara penyimpanan
pestisida
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang keracunan pestisida
dan jalur masuk pada manusia
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang pencegahan keracunan
pestisida
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang penanggulangan
pestisida

1.3 Manfaat

Dengan adanya makalah Efek Pestisida Terhadap Kesehatan ini, diharapkan


pembaca lebih bisa meningkatkan kesadaran akan bahaya pestisida bagi kesehatan dan
membangun kesadaran terhadap anacaman dan bahaya pestisida tersebut.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peptisiada

Pestisida (Inggris : pesticide) berasal dari kata pest yang berarti hama dan cide
yang berarti mematikan/racun. Jadi pestisida adalah racun hama. Secara umum pestisida
dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad
yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun tidak langsung
merugikan kepentingan manusia.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang pengawasan atas


peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida, pestisida adalah semua zat kimia dan
bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
b. Memberantas rerumputan
c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan
d. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman
tidak termasuk pupuk
e. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan atau
ternak
f. Memberantas atau mencegah hama-hama air
g. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan.
h. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan
pada tanaman, tanah atau air.

Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah
sebagai berikut:
1. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan,
mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda,
gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri atau
jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan binatang.

2. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan
tanaman atau pengering tanaman (Djojosumarto, 2004).

3
2.2 Penggolongan Peptisida

Pestisida mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan daya kerja yang berbeda-beda,
karena itu dikenal banyak macam pestisida. Pestisida dapat digolongkan menurut
berbagai cara tergantung pada kepentingannya, antara lain: berdasarkan sasaran
yangakan dikendalikan, berdasarkan cara kerja, berdasarkan struktur kimianya dan
berdasarkan bentuknya. Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran yang akan
dikendalikan yaitu (Wudianto, 2001):
1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa
mematikan semua jenis serangga.
2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa
digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan.
3. Bakterisida. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif
beracun yang bisa membunuh bakteri.
4. Nematisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda/cacing.
5. Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau,
caplak, dan laba-laba.
6. Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.
7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang,
siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di
tambak.
8. Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.

Sedangkan jika dilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama
dapat dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu (Ekha, 1988):
1. Racun perut
Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk
membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Daya bunuhnya
melalui perut.

2. Racun kontak
Pestisida jenis racun kontak, membunuh hewan sasaran dengan masuk ke
dalam tubuh melalui kulit, menembus saluran darah, atau dengan melalui saluran
nafas.

3. Racun gas
Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada
ruanganruangan tertutup.

Menurut Dep.Kes RI Dirjen P2M dan PL 2000 dalam Meliala 2005, berdasarkan
struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi :

4
1. Golongan organochlorin misalnya DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain
Umumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang
universal, degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.

2. Golongan organophosfat misalnya diazonin dan basudin


Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : merupakan racun
yang tidak selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di
lingkungan, menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkan
populasi predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia dari pada
organokhlor.

3. Golongan carbamat termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain


Golongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat
pestisida organophosfat, tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi
tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan,
tetapi toksik yang kuat untuk tawon.

4. Senyawa dinitrofenol misalnya morocidho 40EC


Salah satu pernafasan dalam sel hidup melalui proses pengubahan
ADP(Adenesone-5-diphosphate) dengan bantuan energi sesuai dengan kebutuhan
dan diperoleh dari rangkaian pengaliran elektronik potensial tinggi ke yang lebih
rendah sampai dengan reaksi proton dengan oksigen dalam sel. Berperan memacu
proses pernafasan sehingga energi berlebihan dari yang diperlukan akibatnya
menimbulkan proses kerusakan jaringan.

5. Pyretroid
Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa
ester yang disebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari genus
Chrysanthemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah
: deltametrin, permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang sintetis yang
stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin,
sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin,
flusitrinate.

6. Fumigant
Fumigant adalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap
atau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya
fumigant merupakan cairan atau zat padat yang murah menguap atau
menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya
chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.

7. Petroleum
Minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida. Minyak tanah
yang juga digunakan sebagai herbisida.

5
8. Antibiotik
Misanya senyawa kimia seperti penicillin yang dihasilkan dari
mikroorganisme ini mempunyai efek sebagai bakterisida dan fungisida.

2.3 Dampak Pestisida

Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida secara langsung,


yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis. Keracunan akut dapat
menimbulkan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah, dan sebagainya. Beberapa
pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan.

Keracunan pestisida yang akut berat dapat menyebabkan penderita tidak sadarkan
diri, kejang-kejang, bahkan meninggal dunia. Keracunan kronis lebih sulit dideteksi
karena tidak segera terasa, tetapi dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan (Djojosumarto, 2004).

Sering kali orang tidak menyadari bahwa mereka keracunan pestisida karena
gejala gejalanya mirip dengan masalah kesehatan lainnya misalnya pusing dan kudis.
Juga, karena kebanyakan gejala-gejala ini tidak muncul dengan cepat, seperti gangguan
sistem syaraf atau kanker, orang tidak menyadari bahwa penyakit mereka mungkin
disebabkan oleh pestisida (Quijano, 1999).

1. Sistem Syaraf
Banyak pestisida yang digunakan di bidang pertanian sangat berbahaya bagi
otak dan syaraf. Bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi sistem syaraf disebut
neurotoksin. Beberapa gejala dari penyakit pada otak yang disebabkan oleh pestisida
adalah masalah ingatan yang gawat, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian,
kelumpuhan, kehilangan kesadaran dan koma.

2. Sistem Kekebalan
Reaksi alergi adalah gangguan sistem kekebalan tubuh manusia. Hal ini adalah
reaksi yang diberikan tubuh kita terhadap bahan-bahan asing. Pestisida bervariasi
dalam mengakibatkan reaksi alergi, setiap orang memberi reaksi berbeda untuk
derajat penggunaan pestisida yang berbeda pula. Beberapa jenis pestisida telah
diketahui dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih
berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk
menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh kita menjadi lebih mudah terkena
infeksi. Atau, jika telah terjadi infeksi penyakit ini menjadi lebih serius dan makin
sulit untuk disembuhkan.

3. Keseimbangan hormon

6
Penelitian terhadap hewan menunjukan bahwa pestisida mempengaruhi
produksi hormon dalam tubuh. Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh
organorgan seperti otak, tiroit, paratiroit, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk
mengontrol fungsi-fungsi tubuh yang penting. Beberapa pestisida mempengaruhi
hormon reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada pria
atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita. Beberapa pestisida dapat
menyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya kanker tiroid.

2.4 Cara Penyimpanan pestisida

 Pestisida harus disimpan di tempat yang aman dan kering.


Seringkali pestisida disimpan untuk waktu yang lama dan menyebabkan
kemasannya bocor .Sering ditemukan kucing, burung, atau binatang lain mati di
sekitar gudang penyimpanan pestisida . Hal ini seringkali merupakan tanda-tanda
awal adanya bahan kimia yang mulai merembes ke tanah dan air .
 Simpan pestisida dalam wadah yang benar.
 Jangan masukkan pestisida dalam kantong makanan binatang, botol minum, atau
ember air .
 Pastikan kemasan pestisida tertutup rapat dan disimpan tegak berdiri .
 Periksa secara berkala apakah ada retak, bocor, dan noda .
 Perhatikan label kemasan pestisida
 Jika Anda membeli pestisida dalam jumlah sedikit dan dimasukkan ke dalam
wadah lain, beri label pada wadah dengan nama pestisida dan sebuah gambar
yang mencerminkan “bahaya”, contohnya gambar tengkorak dengan 2 tulang
berbentuk silang . Jangan gunakan wadah ini untuk kepentingan lain . Simpan
pestisida jauh dari jangkauan anak-anak, dalam lemari terkunci, jauh dari
makanan .
 Angkut pestisida dengan hati-hati
Ketika Anda mengangkut atau memindahkan pestisida, letakkan di bak
belakang truk atau di dalam bagasi mobil . Ikat kemasannya dengan kencang agar
tidak bergerak dan jatuh .
 Jangan bawa pestisida dalam wadah makanan Anda atau di atas kepala .
 Jangan biarkan anak-anak membeli atau membawa pestisida .
 Buang kemasan bekas pestisida dengan aman
 Jangan pernah menggunakan kemasan/wadah pestisida untuk minum, mencuci,
menyimpan makanan, atau untuk apa pun .

2.5 Keracunan Pestisida dan Jalur Masuk Pestisida Pada Manusia

A. Keracunan Pestisida
Walaupun pestisida ini mempunyai manfaat yang cukup besar pada masyarakat,
namun dapat pula memberikan dampak negatif pada manusia dan lingkungan. Pada
manusia pestisida dapat menimbulkan keracunan yang dapat mengancam jiwa manusia
ataupun menimbulkan penyakit/cacat (Munaf, 1997).

7
Ada 2 tipe keracunan yang ditimbulkan pestisida, yaitu (Quijano, 1999):
1. Keracunan akut
Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan
langsung pada saat itu. Beberapa efek kesehatan akut adalah sakit kepala, pusing,
mual, sakit dada, muntah-muntah, kudis, sakit otot, keringat berlebih, kram. Diare,
sulit bernafas, pandangan kabur, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Berdasarkan luas keracunan yang ditimbulkan keracunan akut dapat dibagi 2 efek,
yaitu:
a. Efek lokal, terjadi bila efek hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena
kontak langsung dengan pestisida. Biasanya berupa iritasi, seperti rasa kering,
kemerahan dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan kulit, mata berair,
batuk, dan sebagainya.
b. Efek sistemik muncul bila pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dan
mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke
seluruh bagian dari tubuh dan memengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut,
hati, lambung, otot, usus, otak, dan syaraf.

2. Keracunan kronis
Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan
membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka
panjang ini dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun
setelah terkena pestisida. Pestisida memberikan dampak kronis pada sistem
syaraf, hati, perut, system kekebalan tubuh, keseimbangan hormon, kanker.
Bayi juga dapat terkena pestisidaketika diberi ASI, dapat terjadi jika ibunya
terkena pestisida.

Setiap golongan pestisida menimbulkan gejala keracunan yang berbeda-beda


karena bahan aktif yang dikandung setiap golongan berbeda. Namun ada pula gejala
yang ditimbulkan mirip (Wudianto, 2005).
a. Golongan organofosfat, gejala keracunannya adalah timbul gerakan otot otot
tertentu, penglihatan kabur, mata berair, mulut berbusa, banyak berkeringat,
air liur banyak keluar, mual, pusing, kejang-kejang, muntah-muntah, detak
jantung menjadi cepat, mencret, sesak nafas, otot tidak bisa digerakkan dan
akhirnya pingsan. Organofosfat menghambat kerja enzim kholineterase, enzim
ini secara normal menghidrolisis asetycholin menjadi asetat dan kholin. Pada
saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan
berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system syaraf yang
menyebabkan gejala keracunan dan berpengaruh pada seluruh bagian tubuh
(Mulachella, 2010)
b. Golongan organoklor, jenis pestisida ini dapat menimbulkan keracunan
dengan gejala sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan
lemah, gugup, gemetar, kejang-kejang, dan kehilangan kesadaran.

8
c. Golongan karbamat, gejalanya sama dengan gejala yang di timbulkan
golongan organofosfat, hanya saja berlangsung lebih singkat karena lebih
cepat terurai dalam tubuh.
d. Golongan bipiridilium, setelah 1-3 jam pestisida masuk dalam tubuh baru
timbul sakit perut, mual, muntah-muntah, dan diare.
e. Gologan arsen, tingkat akut akan terasa nyeri pada perut, muntah, dan diare,
sementara keracunan semi akut ditandai dengan sakit kepala dan banyak
keluar air ludah.
f. Golongan antikoagulan, gejala yang ditimbulkan seperti nyeri punggung,
lambung dan usus, muntah-muntah, perdarahan hidung dan gusi, kulit
berbintik-bintik merah, kerusakan ginjal.

Menurut WHO 1986, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi


keracunan pestisida antara lain :
1. Dosis.
Dosis pestisida berpengaruh langsung terhadap bahaya keracunan
pestisida, karena itu dalam melakukan pencampuran pestisida untuk
penyemprotan petani hendaknya memperhatikan takaran atau dosis yang tertera
pada label. Dosis atau takaran yang melebihi aturan akan membahayakan
penyemprot itu sendiri. Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan
terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian.
2. Toksisitas senyawa pestisida.
Merupakan kesanggupan pestisida untuk membunuh sasarannya. Pestisida
yang mempunyai daya bunuh tinggi dalam penggunaan dengan kadar yang
rendah menimbulkan gangguan lebih sedikit bila dibandingkan dengan pestisida
dengan daya bunuh rendah tetapi dengan kadar tinggi. Toksisitas pestisida dapat
diketahui dari LD 50 oral dan dermal yaitu dosis yang diberikan dalam makanan
hewan-hewan percobaan yang menyebabkan 50% dari hewan-hewan tersebut
mati.
3. Jangka waktu atau lamanya terpapar pestisida.
Paparan yang berlangsung terus-menerus lebih berbahaya daripada
paparan yang terputus-putus pada waktu yang sama. Jadi pemaparan yang telah
lewat perlu diperhatikan bila terjadi resiko pemaparan baru. Karena itu
penyemprot yang terpapar berulang kali dan berlangsung lama dapat
menimbulkan keracunan kronik.
4. Jalan masuk pestisida dalam tubuh.
Keracunan pestisida terjadi bila ada bahan pestisida yang mengenai
dan/atau masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu. Keracunan akut atau
kronik akibat kontak dengan pestisida dapat melalui mulut, penyerapan melalui
kulit dan saluran pernafasan. Pada petani pengguna pestisida keracunan yang
terjadi lebih banyak terpapar melalui kulit dibandingkan dengan paparan melalui
saluran pencernaan dan pernafasan (Afriyanto, 2008).

B. Jalur Masuk Pestisida Pada Manusia

9
Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai rute, yakni
(Djojosumarto, 2004):
1. Penetrasi lewat kulit (dermal contamination)
Pestisida yang menempel di permukaan kulit dapat meresap ke dalam tubuh
dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi pestisida lewat kulit
merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi. Pekerjaan yang menimbulkan
resiko tinggi kontaminasi lewat kulit adalah:
a. Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan langsung oleh
droplet atau drift pestisida dan menyeka wajah dengan tangan, lengan baju,
atau sarung tangan yang terkontaminsai pestisida.
b. Pencampuran pestisida.
c. Mencuci alat-alat aplikasi

2. Terhisap lewat saluran pernafasan (inhalation)


Keracunan pestisida karena partikel pestisida terhisap lewat hidung
merupakan terbanyak kedua setelah kulit. Gas dan partikel semprotan yang sangat
halus (kurang dari 10 mikron) dapat masuk ke paru-paru, sedangkan partikel yang
lebih besar (lebih dari 50 mikron) akan menempel di selaput lendir atau
kerongkongan. Pekerjaan-pekerjaan yang menyebabkan terjadinya kontaminasi
lewat saluran pernafasan adalah :
a. Bekerja dengan pestisida (menimbang, mencampur, dsb) di ruang tertutup
atau yang ventilasinya buruk.
b. Aplikasi pestisida berbentuk gas atau yang akan membentuk gas, aerosol,
terutama aplikasi di dalam ruangan, aplikasi berbentuk tepung mempunyai
resiko tinggi.
c. Mencampur pestisida berbentuk tepung (debu terhisap pernafasan).

3. Masuk ke dalam saluran pencernaan makanan lewat mulut (oral)


Pestisida keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi
dibandingkan dengan kontaminasi lewat kulit. Keracunan lewat mulut dapat terjadi
karena :
a. Kasus bunuh diri.
b. Makan, minum, dan merokok ketika bekerja dengan pestisida.
c. Menyeka keringat di wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung tangan
yang terkontaminasi pestisida.
d. Drift pestisida terbawa angin masuk ke mulut.
e. Makanan dan minuman terkontaminasi pestisida.

2.6 Pencegahan Keracunan Pestisida

Menurut Djojosumarto (2004) ada beberapa langkah-langkah untuk


menjaminkeselamatan dalam penggunaan pestisida adalah sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan penyemprotan

10
a. Jangan melakukan pekerjaan penyemprotan pestisida bila merasa tidak sehat.
b. Jangan mengijinkan anak-anak berada di sekitar tempat pestisida yang akan
digunakan atau mengijinkan anak-anak melakukan pekerjaan penyemprotan
pestisida.
c. Catat nama pestisida yang digunakan dan jika dapat catat juga nama bahan
aktifnya. Catatan ini penting bagi dokter bila terjadi sesuatu.
d. Pakaian dan peralatan perlindungan sudah harus dipakai sejak persiapan
penyemprotan, misalnya ketika menakar dan mencampur pestisida.
e. Jangan masukkan rokok, makanan, dan sebagainya ke dalam kantung
pekerjaan.
f. Periksa alat-alat aplikasi sebelum digunakan. Jangan menggunakan alat
semprot yang bocor. Kencangkan sambungan-sambungan yang sering terjadi
bocor.
g. Siapkan air bersih dan sabun di dekat tempat kerja untuk mencuci tangan dan
keperluan lain.
h. Siapkan handuk kecil yang bersih dalam kantung plastik tertutup dan dibawa
ke tempat kerja.

2. Ketika melakukan aplikasi


a. Perhatikan arah angin. Jangan melakukan penyemprotan yang menentang arah
angin keran drift pestisida dapat membalik dan mengenai diri sendiri.
b. Jangan membawa makanan, minuman, dan rokok dalam kantung pakaian
kerja.
c. Jangan makan, minum, atau merokok selama menyemprot atau
mengaplikasikan pestisida.
d. Jangan menyeka keringat di wajah dengan tangan, sarung tangan, atau lengan
baju yang terkontaminasi petisida untuk menghindari pestisida masuk ke mata
atau mulut. Untuk keperluan itu gunakan handuk bersih untuk menyeka
keringat atau kotoran diwajah.
e. Bila nozzle tersumbat, jangan meniup nozzle yang terkontaminasi langsung
dengan mulut.

3. Sesudah aplikasi
a. Cuci tangan dengan sabun hingga bersih segera sesudah pekerjaan selesai.
b. Segera mandi setelah sampai dirumah dan ganti pakaian kerja dengan pakaian
sehari-hari.
c. Jika tempat kerja jauh dari rumah dan harus mandi dekat tempat kerja,
sediakan pakaian bersih dalam kantung plastik tertutup. Sesudah ganti pakaian,
bawalah pakaian kerja dalam kantung tersendiri.
d. Cuci pakaian kerja terpisah dari cucian lainnya.
e. Makan, minum, atau merokok hanya dilakukan sesudah mandi atau seketika
sesudah mencuci tangan dengan sabun.

11
2.7 Penanggulangan Bila Terhirup Pestisida

Bila pestisida dilepas ke udara, kita menghirupnya melalui hidung dan mulut.
Begitu masuk ke paru-paru, dengan cepat pestisida masuk ke dalam darah dan menyebar
racun ke seluruh tubuh .Beberapa pestisida tidak berbau sehingga sulit diketahui
keberadaannya di udara .Umumnya bentuk pestisida yang menyebar di udara adalah
fumigan (pengasap), aerosol, pengabut, bom asap, pest strips (pestisida yang dilekat pada
potongan kertas), penyemprot, dan residu dari penyemprotan. Anda dapat pula
menghirup debu pestisida di tempat penyimpanan, atau saat sedang digunakan di dalam
ruangan tertutup seperti rumah kaca, atau ketika sedang diangkut ke lahan pertanian .
Debu yang mengandung pestisida di udara dapat menyebar dan mengotori
wilayah yang jauh dari tempat dimana bahan ini digunakan .Dengan demikian debu
pestisida mudah masuk ke dalam rumah-rumah .
Bila Anda merasa telah menghirup pestisida, segeralah menjauh dari pestisida!
Jangan tunggu sampai kondisi memburuk .

Perawatan
Jika Anda atau orang lain menghirup pestisida:
• Tinggalkan segera daerah di mana ia menghirup racun, terutama jika dalam
ruangan tertutup .
• Hiruplah udara segar .
• Longgarkan pakaian untuk memudahkan bernapas .
• Duduk dengan posisi kepala diangkat dan bahu ditegakkan .
• Bila orang tersebut tidak sadarkan diri, baringkan dalam posisi miring dan awasi
agar ia dapat bernapas dengan lancar .
• Bila orang tersebut tidak bernapas, segera lakukan pernapasan dari mulut ke
mulut.
• Carilah pertolongan medis. Bawa serta label informasi atau nama pestisidanya

12
BAB III

PEMBAHASAN DAN DOKUMEN

3.1 Pembahasan

a. Kasus Keracunan
Contoh kasus seperti yang dialami oleh salah satu petani di sebuah kabupaten
yang bernama Ibu S. Ibu S berumur 47 tahun, dan beliau sudah menjadi petani
hortikultura di daerah tersebut selama lebih dari 10 tahun. Selama itu pula beliau
terpapar pestisida yang digunakan untuk menyemprot tanaman pertaniannya.

Racun pestisida ini masuk ke dalam tubuh bisa melalui kulit karena beliau
tidak pernah menggunakan sarung tangan, dan terhirup lalu masuk melalui ssistem
pernafasan karena beliau tidak menggunakan masker. Selain itu penyemprotan
dilakukan secara berlawanan arah dengan arah angin, sehingga pestisida yang
disemprotkan berbalik terbawa angin ke arah Ibu S. Seharusnya penyemprotan
dilakukan searah dengan arah angin.

Ibu S mengaku sering merasa pusing, berkunang-kunang, banyak berkeringat,


mengalami batuk, tangannya bergetar sendiri (tremor), sakit di persendian, sering lupa
atau hilang ingatan, dan sudah lama terdapat benjolan di lehernya (mengalami
pembesaran kelenjar tiroid). Beliau juga mengatakan bahwa pernah memeriksakan
benjolan tersebut ke dokter. Awalnya dokter hanya memberikan obat pada Ibu S.
Namun benjolan tersebut tak kunjung hilang, dan ketika Ibu S kembali
memeriksakannya, dokter menyarankan agar benjolan tersebut dioperasi.

Terbentur keadaan ekonomi yang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari,


Ibu S pun mengurungkan niat untuk menghilangkan benjolan tersebut dan menolak
saran dokter untuk operasi. Beliau membiarkan benjolan tersebut hingga sekarang
mengeras, karena dirasa tidak sakit dan mengaku bahwa tidak terganggu dengan
adanya benjolan tersebut. Padahal jika menurut saran dokter benjolan tersebut
seharusnya dioperasi, berarti pembesaran kelenjar tiroid yang terjadi sudah parah atau
mungkin sudah menjadi kanker, seperti yang telah dijelaskan di atas. Sehingga hal ini
perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius, sebelum terjadi hal yang
lebih buruk lagi.

Peran Puskesmas juga sangat penting dalam pencegahan terjadinya penyakit


yang lebih serius akibat dari pebesaran kelenjar gondok yang tidak segera ditangani.
Kurangnya penyuluhan dari Puskesmas atau tenaga ahli kesehatan setempat mengenai
bahaya dari gejala-gejala atau tanda penyakit yang muncul pada petani, membuat para
petani ini sering menyepelekan gejala atau penyakit yang mereka alami atau mereka
derita. Termasuk salah satunya contohnya adalah pengakuan dari Ibu S seperti yang
telah diterangkan di atas.

13
b. Pembahasan

Kebanyakan dari gejala-gejala keracunan pestisida tidaklah spesifik. Ini berarti


penyakit lain atau kondisi lain dapat mengakibatkan gejala yang sama. Contohnya
adalah sakit kepala yang mungkin muncul akibat hal-hal lain.Jika Anda keracunan
ringan atau moderat, akan sulit untuk menentukan apakah gejala-gejala tersebut
merupakan akibat dari flu, sakit perut atau keadaan medis lainnya. Tapi jika Anda
tidak sakit ketika berangkat bekerja dan segera menjadi sakit setelah bekerja dengan
pestisida maka kemungkinan pestisida adalah penyebab penyakit tersebut. Jika
pekerja lain yang menggunakan pestisida, juga merasakan gejala yang sama maka
kemungkinan besar, hal itu adalah kasus keracunan pestisida. Jika Anda tidak yakin
apa yang penyebab gejala tersebut, lebih baik mengira bahwa penyebabnya adalah
pestisida.

c. Tindakan yang dilakukan jika merasa seperti keracunan pestisida


 Yang pertama dan paling penting berhenti bekerja dengan pestisida secepatnya.
 Tinggalkan tempat kerja!
 Jika Anda pikir bahwa anda keracunan karena terkena pestisida melalui kulit,
ganti baju dan cucilah bahan-bahan kimia tersebut dengan sabun dan air.
 Beritahu orang lain -anggota keluarga, rekan kerja atau supervisor- tentang
gejala gejala ini dan mintalah bantuan mereka untuk mencari perawatan
kesehatan.
 Jika Anda menderita keracunan akut, Anda membutuhkan perawatan kesehatan
darurat. Bahkan jika Anda tidak yakin tentang penyebab gejala-gejala tersebut,
carilah cara aman dan keluar segera.

b. Caranya Seorang Pekerja Kesehatan Mengetahui Gejala Akibat Keracunan Pestisida


Pekerja kesehatan perlu mengetahui hal-hal berikut ini:
 Nama pestisida yang Anda gunakan dalam bekerja
 Berapa banyak yang dipakai
 Keadaan sekitar. Jelaskan dari mana pestisida masuk ke tubuh Anda (melalui
kulit, paru-paru, perut atau kombinasinya) dan alasan keracunan (sengaja,
kecelakaan, salah penggunaan, atau kelebihan dosis)
 Waktu terkena dan berapa cepat gejala-gejala itu muncul
 Apa gejala-gejalanya. Akan lebih berguna jika anda dapat menjelaskan gejala
gejala Anda sesuai dengan urutan waktu muncul
 Apakah pekerja lainnya mengalami gejala yang sama
 Jika Anda menggunakan pestisida tipe gas syaraf (carbamat atau
organofosfat), dokter Anda akan meminta tes cholinesterase.

Cholinesterase adalah enzim dalam darah yang diperlukan agar syaraf


dapat berfungsi dengan baik. Ketika seseorang keracunan organofosfat atau
carbamat, tingkat cholinesterase akan turun.

14
Ada dua tipe cholinesterase dalam darah. Yang satu terdapat dalam sel
darah merah dan satunya dalam plasma darah. Karena itu ada dua tipe tes
cholinesterase. Karena kedua tes ini memeriksa hal yang berbeda maka akan
lebih baik jika keduanya dilakukan. Tetapi jika anda hanya dapat melakukan
satu tes lebih baik jika anda melakukan tes kadar cholinesterase yang ada
dalam sel darah merah. Karena tes jenis ini dapat memberikan petunjuk pada
dokter perawatan yang paling efektif.

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kita semua bisa terpapar dengan pestisida yang pada dasarnya berketerusan.
Buah dan sayuran segar yang kita konsumsi beresiko mengandung residu pestisida.
Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan
manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya pestisida
ini, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena
pestisida tersebut racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa
pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah
ditetapkan.

4.2 Saran

 Petani dan pengguna pestisida pada perlu mengetahui nama dagang ataupun nama
umum pestisida agar tidak salah memilih pestisida.
 Jangan menyemprot pestisida dengan melawan arah angin, karena cairan semprot bisa
mengenai orang yang menyemprot.
 Jangan makan dan minum atau merokok pada saat melakukan penyemprotan.
 Alat penyemprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air bekas
cucian sebaiknya dibuang ke lokasi yang jauh dari sumber air dan sungai.
 Setelah penyemprot segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan pakaian
yang digunakan segera dicuci.

Dartar pusaka
16
1. Sastroutomo. Pestisida, dasar dasar dan dampak penggunaannya. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama; 1992.

2. Himawan, T. Resistensi serangga hama terhadap insektisida dan upaya


penanggulangannya. Malang: Perhimpunan Entomologi Indonesia; 1999.

3. Darmono. Toksisitas pestisida [Tesis]. Jakarta (Indonesia): Universitas Indonesia; 2001.

4. Ware, G.W. Pesticide, theory and application. SanFransisco: N.H Freeman and Co.; 1983.
5. Ditjen PPM dan PLP, Direktorat PLP, Departemen Kesehatan RI. Laporan program
penyehatan lingkunngan permukiman tahun 1995/1996. Jakarta (Indonesia): Departemen
Kesehatan RI; 1996.

6. Departemen Kesehatan RI. Data statistik penggunaan pestisida indonesia. Jakarta


(Indonesia): Depkes RI; 1999.

17

Anda mungkin juga menyukai