Anda di halaman 1dari 9

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada Tanaman

Cabai Rawit (Capsium frutescens) ditinjau dari Segi Undang-Undang

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Perlindungan Tanaman


Dosen Pengampu : Ida Yusidah, M.P.

disusun Oleh :
Kelompok 7

Kirana Almi Fauzia Eka Putri 1197060040


M. Miftah Farih 1197060042
Muhamad Taufiq Rahman Somantri 1197060048
Muhammad Latief 1197060051

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020M/1442 H
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan yang maha esa,
karena atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan sebuah makalah
dengan tepat waktu.
Berikut penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
“Pengendalian OPT pada Tanaman Cabai Rawit (Capsium frutescens) ditinjau
dari Segi Undang-Undang” yang menurut kami dapat bermanfaat bagi para
pelajar, mahasiswa, akademisi dalam memahami seluk beluk pengendalian OPT
pada tanaman cabai rawit khususnya jika ditinjau dari segi undang-undang.
Tak ada gading yang tak retak, karenanya kami sebagai tim penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dari sisi materi maupun penulisannya. Kami dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima berbagai masukan maupun saran yang bersifat
membangun yang diharapkan berguna bagi seluruh pembaca.

Bandung, 23 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1

1.3 Tujuan......................................................................................................2

BAB II................................................................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................................3

BAB III..............................................................................................................5

PENUTUP..........................................................................................................5

3.1 Kesimpulan..............................................................................................5

3.2 Saran.........................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perlindungan tanaman merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam menentukan produktivitas tanaman pada musim panen, berbagai macam
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti hama, jamur, bakteri merupakan
hal yang pasti akan dating menyerang tanaman, dan hal tersebut menjadi ancaman
bagi pembudidaya tanaman.
Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) jika tidak segera
dikendalikan akan menimbulkan serangan masif dari Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) tersebut, dan hal tersebut dapat berpengaruh pada produktivitas
tanaman dan akan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas hasil panen tanaman
budidaya tersebut.
Indonesia merupakan negara hukum, dalam artian segala hal telah diatur
oleh peraturan tertulis salah satunya adalah perundang-undangan termasuk dalam
perlindungan tanaman dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT) pada tanaman budidaya, hal tersebut tentu diatur dalam peraturan yang
berlaku. Peraturan tersebut dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan menteri, keputusan menteri, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
kelompok kami memilih judul “Pengendalian Cabai Rawit (Capsium frutescens)
ditinjau dari Segi Undang-Undang”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini diantaranya:
a. Apa definisi OPT menurut peraturan perundangan?
b. Apa saja OPT yang menyerang tanaman cabai rawit (Capsium frutescens) ?
c. Bagaimana teknik pengendalian OPT khususnya pada tanaman cabai rawit yang
baik dan benar menurut peraturan perundangan?

1
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini diantaranya adalah:
a. Mengetahui definisi OPT menurut peraturan perundangan.
b. Mengetahui OPT yang menyerang tanaman cabai rawit (Capsium frutescens)
c. Mengetahui teknik pengendalian OPT khususnya pada tanaman cabai rawit
yang baik dan benar menurut peraturan perundangan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) menurut Peraturan


Perundangan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan
Tanaman mendefinisikan bahwa Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
merupakan semua organisme yang dapat merusak mengganggu kehidupan, atau
menyebabkan kematian tumbuhan.

2.2 Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang Menyerang Tanman


Cabai Rawit (Capsium frutescens)
Menurut Meilin (2014), Hama yang umumnya terdapat pada tanaman
cabai di Indonesia antara lain dari jenis T. parvispinus, lalat buah (Bactrocera
sp.), kutu kebul (Bemisia tabaci), kutu daun persik (Myzus persicae), kutu daun
(Aphididae), dan tungau (Polyphagotarsonemus latus dan Tetranychus sp.) Trips
dan lalat buah merupakan jenis serangga hama yang mendominasi karena
menimbulkan kerusakan yang cukup serius pada pertanaman di lapangan. T.
parvispinus merupakan jenis trips yang umumnya dijumpai pada tanaman cabai.
Serangan trips yang tinggi pada suatu area pertanaman dapat mengakibatkan
kehilangan hasil panen sebesar 13% sampai 64% (Indiati 2012). Sedangkan
menurut Duriat dkk (2007) penyebab penyakit yang sering menyerang tanaman
cabai diantaranya adalah Xanthomonas campestris (bakteri), Colletotrichum spp
(cendawan), Tobacco Mosaic Virus (TMV), atau Cucumber Mosaic Virus (CMV),
penyakit layu bakteri yang disebabkan Ralstonia solanacearum dan lain
sebagainya.

2.3 Pengendalian OPT menurut Peraturan Perundang-undangan yang


Berlaku
Pengendalian OPT termasuk pada salah satu tindakan perlindungan
tanaman menurut PP No. 6 Tahun 1995 pasal 3 ayat 2. Adapun undang-undang

3
telah mengatur bagaimana pengendalian OPT ini tidak menyebar khususnya di
wilayah Indonesia dengan memberlakukan beberapa tahapan-tahapan. Hal
tersebut diatur dalam PP No. 6 Tahun 1995 pasal 5 dimana media pembawa
organisme tanaman maupun bagian-bagian tanaman harus melalui proses
karantina terlebih dahulu, dan harus menunjukkan sejumlah dokumen antara lain
surat bukti kesehatan tanaman dari negara asal maupun negara transit, tindakan
karantina yang dimaksud pada pasal 5 telah diatur dalam pasal 6 dimana tindakan
karantina dapat berupa pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan,
penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan. Selanjutnya mengenai
pengendalian tanaman, dalam PP No. 6 Tahun 1995 pasal 10 dijelaskan macam-
macam pengendallian diantaranya:
a. Cara fisik, melalui pemanfaatan unsur fisika tertentu;
b. Cara mekanik, melalui penggunaan alat dan atau kemampuan fisik manusia;
c. Cara budidaya, melalui pengaturan kegiatan bercocok tanaman;
d. Cara biologi, melalui pemanfaatan musuh alam organisme pengganggu
tumbuhan;
e. Cara genetik, melalui manipulasi gen baik terhadaporganisme pengganggu
tumbuhan maupun terhadap tanaman;
f. Cara kimiawi, melalui pemanfaatan pestisida; dan atau
g. Cara lain sesuai perkembangan teknologi.
Sarana untuk mengendalikan OPT menurut pasal 12 diantaranya alat dan
mesin, musuh alami, dan pestisida. Untuk pengaplikasian pestisida sendiri
ditekankan pada pasal 19 dimana langkah menggunakan pestisida adalah alternatf
terakhir, dan dampak negatif yang timbul harus ditekan seminimal mungkin.
Perderan pestisida juga diatur dalam pasal 38 hingga 41 dalam UU No. 12 tahun
1992 dimana Pestisida yang akan diedarkan di dalam wilayah negara Republik
Indonesia wajib terdaftar, memenuhi standar mutu, terjamin efektivitasnya, aman
bagi manusia dan lingkungan hidup, serta diberi label. Pemerintah mengawasi
perderan pestisida tersebut dan memiliki kewenangan untuk mencabut atau
membatasi izin edar dan akan dimusnahkan apabila pestisida tersebut tidak
memenuhi standar mutu.

4
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan semua organisme
yang dapat merusak mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian
tumbuhan. Macam-macam organisme pengganggu tanaman yang menyerang
tanaman cabai rawit antara lain T. parvispinus, lalat buah (Bactrocera sp.), kutu
kebul (Bemisia tabaci), kutu daun persik (Myzus persicae), kutu daun
(Aphididae), dan tungau (Polyphagotarsonemus latus dan Tetranychus sp.)
Xanthomonas campestris (bakteri), Colletotrichum spp (cendawan), Tobacco
Mosaic Virus (TMV), atau Cucumber Mosaic Virus (CMV), penyakit layu bakteri
yang disebabkan Ralstonia solanacearum dan lain sebagainya. Peraturan
perundang-undangan telah memperhatikan dengan sedemikian rupa bagaimana
aspek-aspek perlindungan tanaman dan pengendalian OPT mulai dari hulu seperti
karantina hilir seperti aspek pengendalian dengan berbagai macam metode.

3.2 Saran
Peraturan perundangan mengenai perlindungan tanaman dan pengendalian
OPT sangat mengatur dengan spesifik sehingga pembudidaya dan pembuat
pestisida tidak bingung mengenai usaha perlindungan tanaman yang mereka
lakukan dikarenakan ada dasar hukum yang berlaku, namun alangkah lebih baik
jika peraturan perundangan tersebut diamandemen atau direvisi dengan tahun
yang lebih terkini, agar bila terjadi permasalahan di lapangan, peraturan
perundangan yang baru dapat lebih relevan dengan zaman yang ada.

5
DAFTAR PUSTAKA

Duriat, A. S., Gunaeni, N., & Wulandari, A. W. 2007. Penyakit penting pada
tanaman cabai dan pengendaliannya. Jakarta: Repositori Publikasi
Kementrian Pertanian Republik Indonesia.
Indiati, S. W. 2017. Pemanfaatan Pestisida Nabati dan Kimia Terhadap Hama
Thrips dan Hasil Hacang Hijau. Jurnal Tanaman Pangan. 31 (3): 152-157.
Mellin, A. 2014. Hama dan Penyakit pada Tanaman Cabai dan
Pengendaliannya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi:
Jambi.
Pemerintah Indonesia. 1992. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 1992 TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN.
Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Indonesia. 1995. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN
TANAMAN. Jakarta: Sekretariat Negara.

Anda mungkin juga menyukai