Anda di halaman 1dari 16

Tiket Pertemuan ke 4

Manajemen Agribisnis

Nama : Muhamad Taufiq Rahman Somantri


Kelas : 3B
NIM : 1197060048

Visi UIN Sunan Gunung Djati Bandung


Menjadi Universitas Islam Negeri yang unggul dan kompetitif berbasis wahyu
memandu ilmu dalam bingkai akhlak karimah di ASEAN tahun 2025.

Misi UIN Sunan Gunung Djati Bandung


1. Menyelenggarakan dan mengelola pendidikan tinggi yang profesional,
akuntabel, dan berdaya saing di tingkat nasional dan ASEAN dalam rangka
memperkuat pembangunan Nasional;
2. Menyelenggarakan proses perkuliahan, penelitian dan kajian ilmiah dengan
bingkai akhlak karimah berbasis wahyu memandu ilmu untuk mengembangkan
pengetahuan dan teknologi;
3. Menyelenggarakan pengabdian untuk mengembangkan dan memberdayakan
masyarakat menuju tatanan masyarakat madani yang demokratis dan berkeadilan;
4. Menyelenggarakan tri darma perguruan tinggi yang berorientasi pada
pembentukan jiwa entrepreneurship di kalangan sivitas akademika.

Visi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Unggul dan kompetetif secara nasional (2020) dan internasional (2030) dalam
mengembangkan sains dan teknologi yang meneguhkan keimanan dan akhlak
karimah berbasis wahyu memandu ilmu.

Misi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam bidang Matematika, Biologi,
Fisika, Kimia, Teknik Informatika, Agroteknologi, dan Teknik Elektro yang
profesional, akuntabel, dan berdaya saing di tingkat nasional dan internasional
yang dapat meneguhkan keimanan dan akhlak karimah berbasis wahyu memandu
ilmu;
2. Menyelenggarakan penelitian sains dan teknologi untuk mengembangkan ilmu
dasar dan terapan bagi peningkatan penguasaan sains dan teknologi masyarakat
muslim berbasis wahyu memandu ilmu;
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang sains dan
teknologi yang mampu mengembangkan potensi keunggulan dan kearifan lokal
bagi kemandirian dan peningkatan daya saing masyarakat berbasis wahyu
memandu ilmu;
4. Menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga untuk memperkokoh jejaring dan
kemitraan ditingkat nasional maupun internasional.

Visi Jurusan Agroteknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung


Menjadi jurusan unggulan dalam bidang Agri-Tech yang berwawasan ekologis
dan dijiwai oleh nilai-nilai islam.

Misi Jurusan Agroteknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung


1. Menyelenggarakan pendidikan dalam bidang Agri-Tech sesuai perkembangan
ilmu dan teknologi untuk menghasilkan lulusan yang cakap, berdaya saing, dan
cerdas secara spiritual.
2. Mengembangkan penelitian yang berorientasi pada pengembangan ilmu dan
teknologi Agri-Tech dan kebutuhan masyarakat.
3. Melibatkan diri secara aktif dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi
pada komunitas agro.
4. Mensinergikan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Subsistem
KBBI : Bagian dari suatu sistem.
Oxford dictionary: -
Meriam Webster : A system that is part of a larger system.
American Heritage : -
Manajemen
KBBI: Penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
Kamus Oxford : The activity of running and controlling a business or similar
organization.
Kamus American Heritage : The act, manner, or practice of managing; handling,
supervision, or control.
Kamus Meriam Webster: the act or art of managing : the conducting or
supervising of something (such as a business).

Agribisnis
KBBI: -
Kamus Oxford : Farming conducted on a large scale on strictly commercial
principles.
Kamus American Heritage : Farming engaged in as a large-scale business
operation including the production, processing, and distribution of agricultural
products and the manufacture of farm machinery, equipment, and supplies.
Kamus Meriam Webster: An industry engaged in the producing operations of a
farm, the manufacture and distribution of farm equipment and supplies, and the
processing, storage, and distribution of farm commodities.

Hulu
KBBI : Bagian atas (sungai dan sebagainya).
Oxford dictionary: Located above something else, especially something of the
same type or the other of a pair.
Meriam Webster : Higher in physical position, rank, or order.
American Heritage : Higher in place, position, or rank.

Hilir
KBBI : Bagian sungai sebelah muara.
Oxford dictionary: In the direction in which a river flows.
Meriam Webster : In or toward the latter stages of a usually industrial process or
the stages (such as marketing) after manufacture.
American Heritage : Toward or closer to the mouth of a stream; in the direction of
the current.

Sebelum melakukan proses produksi, baik di lahan maupun di perusahaan


(agroindustri), terlebih dahulu dilakukan proses pengadaan bahan baku di mana
sistem tersebut merupakan up-stream agribusiness atau hulu/input untuk kegiatan
industri yang menghasilkan saprodi (sarana produksi) pertanian primer, berupa
industri agro-kimia (pupuk dan pestisida), industri agro-otomotif (mesin dan
peralatan pertanian), dan industri pembenihan dan pembibitan. Untuk proses
produksi di lahan, dapat menggunakan faktor-faktor produksi seperti lahan, tenaga
kerja, modal, serta manajemen. Sedangkan di perusahaan agribisnis melakukan
manajemen stock, seperti pembelian dan penyimpanan bahan baku, serta
pengelolaan persediaan. Manajemen pengadaan bahan baku (stock) agribisnis
adalah pengadaan pembelian kemudian menyimpan di gudang untuk sementara
waktu sebelum bahan baku tersebut digunakan Selain itu digunakan juga sistem
persediaan (inventory). (Astuti, 2017)
Subsistem agribisnis hulu terdiri dari:
1. Pembelian bahan baku.
2. Penyimpanan bahan baku.
3. Persediaan.
Dalam proses pengolahan hasil pertanian (downstream/of-farm), sistem
produksi merupakan wahana yang dipakai dalam mengubah masukan-masukan
(input) sumberdaya untuk menciptakan barang dan jasa yang bermanfaat,
sedangkan proses produksi adalah proses transformasi atau konversi. Jika ditinjau
dari manajemen produksi/operasi agribisnis (of-farm), yang efektif adalah
memelihara hubungan dari semua variabel dan sedapat mungkin memandang
keseluruhan proses sehingga suatu sistem terpadu. (Astuti, 2017)
Subsistem agribisnis hilir merupakan suatu subsistem yang didalamnya
terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk usaha tani,
pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari produk yang dihasilkan
dari usaha tani didistribusikan langsung ke konsumen di dalam maupun luar
negeri. Sebagian lainnya mengalami proses pengolahan terlebih dahulu kemudian
didistribusikan ke konsumen. Pelaku kegiatan dalam subsistem ini ialah
pengumpul produk, pengolah, pedagang, penyalur ke konsumen, pengalengan, dll
(Maulidah, 2014).
Subsistem agribisnis hilir adalah suatu subsistem agribisnis yang terdiri
atas dua macam kegiatan, yaitu pengolahan komoditas primer dan pemasaran
komoditas primer atau produk olahan. Kegiatan pengolahan komoditas primer
adalah memperoduksi produk olahan baik produk setengah jadi maupun barang
jadi yang siap dikonsumsi konsumen dengan menggunakan bahan baku komoditas
primer. Kegiatan ini juga sering disebut agroindustri. Contoh kegiatan pengolahan
primer yang menghasilkan produk adalah pabrik tepung terigu, maezena, tapioka,
dan sebagainya. Sedangkan contoh kegiatan komoditas primer yang menghasilkan
barang jadi adalah pabrik makanan dan minuman sari buah atau sirup. Kegiaan
pemasaran mulai berlangsung dari pengumpulan komoditas primer sampai
pengeceran kepada konsumen. (Soekartawi, 1993)
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat
petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca
panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud
untuk menambah value added (nilai tambah) dari produksi primer tersebut.
Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian,
penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu (Hermawan,
2012).
Menurut Abidin (2003) bahwa sub system agribisnis hilir  merupakan
usaha mengolah produk industry agribisnis budi daya beserta kegiatan distribusi
dan perdaganganya. Yang termasuk dalam sub system adalah rumah pemotongan
ayam (RPA), industri pengalengan daging dan telur ayam ras serta aneka industry
yang menggunakan daging dan telur ayam ras sebagai bahan baku industrinya.
Nomena mengenai manajemen agribisnis
Q.S Al Araf ayat 56

ِ ‫ض بَ ْع َد إِصْ ٰلَ ِحهَا َوٱ ْد ُعوهُ َخوْ فًا َوطَ َمعًا ۚ إِ َّن َرحْ َمتَ ٱهَّلل‬ ۟
ِ ْ‫َواَل تُ ْف ِس ُدوا فِى ٱأْل َر‬
َ‫قَ ِريبٌ ِّمنَ ْٱل ُمحْ ِسنِين‬
Artinya :
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik”.

Q.S Al Baqarah ayat 168

ُ‫ت ٱل َّش ْي ٰطَ ِن ۚ إِنَّ ۥه‬ ۟ ‫وا ِم َّما فِى ٱأْل َرْ ض َح ٰلَاًل طَيِّبًا َواَل تَتَّبع‬
ِ ‫ُوا ُخطُ ٰ َو‬ ِ ِ
۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ُكل‬

ٌ ِ‫لَ ُك ْم َع ُد ٌّو ُّمب‬


‫ين‬
Artinya :
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.

Q.S Al Isra ayat 56


۟ ‫قُ ِل ٱ ْد ُع‬
‫وا ٱلَّ ِذينَ َز َع ْمتُم ِّمن ُدونِ ِهۦ فَاَل يَ ْملِ ُكونَ َك ْشفَ ٱلضُّ رِّ عَن ُك ْم َواَل تَحْ ِوياًل‬
Artinya :
“Katakanlah: "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka
mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya
daripadamu dan tidak pula memindahkannya".

Daftar Pustaka:
Abidin, Zainal. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Astuti, D.R.D. 2017. Ekonomika Agribisnis (Studi dan Kasus). Gowa: Rumah
Buku Carabaca.
Hermawan. 2012. Membangun System Agribisnis. Bogor: Sekolah Bisnis Institut
Pertanian Bogor.
Maulidah, Silvana. 2014. Rancangan Usaha Agribisnis. Malang: Lab of
Agribusiness and Management Faculty of Agriculture University of  
Brawijaya
Soekartawi. 1993. Manajemen Pemasaan dalam Bisnis Modern. Jakarta: Pustaka
Harapan.

Resume Pertemuan 4
 Up-Stream Agribisnis (Subsistem Pengadaan Bahan Baku Agribisnis)
 Sebelum melakukan proses produksi, baik di lahan maupun di perusahaan
(agroindustri), terlebih dahulu dilakukan proses pengadaan bahan baku di
mana sistem tersebut merupakan up-stream agribusiness atau hulu/input
untuk kegiatan industri yang menghasilkan saprodi (sarana produksi)
pertanian primer, berupa industri agro-kimia (pupuk dan pestisida),
industri agro-otomotif (mesin dan peralatan pertanian), dan industri
pembenihan dan pembibitan.
 Untuk proses produksi di lahan, dapat menggunakan faktor-faktor
produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal, serta manajemen. Sedangkan
di perusahaan agribisnis melakukan manajemen stock, seperti pembelian
dan penyimpanan bahan baku, serta pengelolaan persediaan. Manajemen
pengadaan bahan baku (stock) agribisnis adalah pengadaan pembelian
kemudian menyimpan di gudang untuk sementara waktu sebelum bahan
baku tersebut digunakan (Soekartawi, 2000:50). Selain itu digunakan juga
sistem persediaan (inventory).
1. Pembelian bahan baku
Umumnya perusahaan agribisnis tidak mempunyai lahan pertanian sendiri untuk
memproduksi produk pertanian yang dijadikan sebagai bahan baku produk
agribisnis. Jikalau ada, maka luasnya juga tidak mencukupi untuk memproduksi
bahan baku yang diperlukan. Untuk itu, diperlukan perencanaan pembelian,
meliputi berapa bahan baku yang harus dibeli dan berapa produk yang akan
hasilkan. Untuk pembelian bahan baku, khusus di Indonesia, dapat dilakukan
dengan cara:
a) melakukan kontrak pembelian dengan petani atau pihak lain;
b) melakukan kerjasama pengadaan bahan baku pertanian melalui
prinsip-prinsip partnership, seperti kerjasama dengan teknik PIR
(Perusahaan Inti Rakyat) atau BAA (Bapak Anak Angkat); dan
c) melakukan pembelian.

2. Penyimpanan bahan baku


Dalam melakukan penyimpanan bahan baku, hendaknya diperhatikan hal-
hal berikut:
a) bahan baku dari produk pertanian adalah bersifat segar (perishable) dan
sangat rawan disimpan untuk waktu yang relatif lama. Ketika bahan baku
tersebut masih segar, hendaknya segera dipakai sebab bila tidak bahan
baku tersebut akan segera rusak;
b) bahan baku produk pertanian bersifat bulky (volume besar tetapi nilai
kecil). Ini memerlukan tempat yang luas atau besar, berarti biaya
penyimpanan menjadi mahal. Bagi produk pertanian bersifat bulky
hendaknya produk tersebut segera dipakai;
c) dalam melakukan manajemen stock hendaknya dilakukan teknik first in
first out (bahan yang masuk lebih awal sebaiknya dikeluarkan lebih awal
pula) untuk menjaga agar barang yang disimpan tidak rusak;
d) dalam manajemen stock untuk produk-produk pertanian yang dipakai
sebagai bahan baku produksi atau agroindustri ini hendaknya harus
diketahui berapa lama produk tersebut harus disimpan di gudang sebab
penyimpanan yang terlalu lama dan melebihi daya simpan akan membuat
produk tersebut rusak. Perlu diketahui bahwa setiap produk pertanian
mempunyai daya tahan simpan yang berbeda-beda; dan
e) manajer gudang atau manajer pembelian produk pertanian tersebut harus
mengenal produk agroindustri, misalnya untuk bahan baku kertas yang
berupa batang tanaman padi, maka cara penyimpanan yang baik adalah
standing stock, artinya batang padi tersebut tidak perlu lagi dimasukkan ke
gudang (karena sifatnya bulky), tetapi dari lapangan langsung dibawa ke
pabrik dan cara ini yang paling efisien. Tentu harus diperhatikan giliran
panennya agar bahan baku yang diperlukan tidak kurang. Selain itu, bahan
baku yang bersifat bulky, antara lain batang tanaman rosella dan kenaf
untuk industri karung, serta batang tebu untuk industri gula, maka cara
penyimpanannya perlu dengan cara standing stock ini. Walaupun
demikian, cara ini juga dapat dipakai untuk produk-produk yang lain
sepanjang ada kemampuan untuk mengaturnya. Oleh karena itu, ciri khas
tanaman yang menghasilkan bahan baku tersebut perlu diketahui.

3. Persediaan (inventory)
 Selain manajemen stock, istilah manajemen persediaan juga digunakan
dalam manajeman pengadaan bahan baku agribisnis. Pada dasarnya,
persediaan akan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi
perusahaan agribisnis yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk
memproduksi barang-barang untuk selanjutnya disampaikan kepada
pelanggan atau konsumen. Persediaan yang diadakan akan mulai dari
bahan baku sampai barang jadi guna menghilangkan risiko keterlambatan
datangnya barang dan risiko barang yang rusak, mempertahankan
stabilitas operasi perusahaan, mencapai penggunaan masin yang optimal,
dan memberikan pelayanan sebaik-baiknya bagi konsumen.
 Persediaan merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam operasi
yang secara kontinyu diperoleh dan diubah, kemudian dijual kembali.
Persediaan (inventory) menurut Rangkuti (2000:3), ditujukan untuk
mengantisipasi kebutuhan permintaan. Permintaan tersebut meliputi
persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk
akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen
lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan. Jenis tersebut
disebut persediaan produk (product output). Persediaan menurut Sutrisno
(2001:95) adalah sejumlah barang atau bahan yang dimiliki oleh
perusahaan yang tujuannya untuk dijual dan atau diolah kembali.
Sedangkan sistem persediaan dapat diartikan sebagai rangkaian kebijakan
dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan
tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus disediakan,
dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan (Rangkuti, 2003:14).
Sistem tersebut bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya
sumberdaya yang tepat, kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat;
atau dengan kata lain, bertujuan untuk meminimumkan biaya total melalui
penentuan apa, berapa, dan kapan pesanan dilakukan secara optimal.
Setiap jenis persediaan memiliki sifat atau karateristik tersendiri dan cara
pengelolaan yang berbeda. Persediaan dapat dibedakan atas :
1) Persediaan bahan baku (raw material inventory), yaitu persediaan yang
berupa barang berwujud, contoh pada up-steram/on-farm seperti bibit dan
benih, sedangkan pada down-stream/of-farm, seperti beras dan gandum.
2) Persediaan barang dalam proses atau setengah jadi (work in process
inventory), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari
tiap-tiap bagian dalam proses produksi agribisnis yang telah diolah
menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi
barang jadi, seperti tepung terigu dan tepung gandum.
3) Persediaan barang jadi (finished goods inventory), yaitu persediaan
barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan
siap untuk dijual atau dikirim ke pelanggan seperti roti dan mie instan.
4) Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies inventory) yaitu
persediaan barang-barang yang diperlukan sebagai pelengkap proses
produksi agribisnis. Contoh pada on farm seperti pupuk dan pada of farm
seperti zat pengawet dan alsintan (alat-alat dan mesin pertanian).
5) Persediaan komponen rakitan (purchased part/components inventory) yaitu
persediaan barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh
dari perusahaan lain di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu
produk, contoh packing (kaleng, plastik, dan kardus).
 Dalam pengelolaan persediaan bahan baku, muncul dua jenis biaya yang
dipertimbangkan untuk menentukan jumlah persediaan yang paling
optimal. Kedua jenis biaya tersebut adalah biaya pesan dan biaya simpan.
 Biaya pesan (ordering cost) adalah semua biaya yang timbul sebagai
akibat pemesanan. Biaya ini bersifat variabel atau berubah-ubah yang
perubahannya sesuai dengan frekuensi pesanan. Yang termasuk biaya ini
adalah biaya bahan dipesan sampai bahan baku tersebut masuk ke gudang,
yang terdiri dari biaya persiapan pemesanan, biaya penerimaan, biaya
pengecekan, penimbangan, dan biaya lainnya hingga bahan baku masuk
gudang.
 Biaya simpan (carrying cost) merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan agribisnis untuk menyimpan persediaan selama periode
tertentu agar bahan baku yang disimpan kualitasnya sesuai dengan yang
diinginkan. Biaya ini bersifat variabel atau berubah-ubah yang
perubahannya tergantung dari jumlah bahan baku yang disimpan. Yang
termasuk biaya ini adalah biaya sewa gudang, biaya pemeliharaan bahan
baku, biaya asuransi, biaya penurunan kualitas (absolescence), tax,
maupun biaya modal.

a. EOQ (Economical Order Quantity)


Dalam melakukan hal diatas, perusahaan tentu berusaha menekan biaya
seminimal mungkin agar keuntungan yang diperolah menjadi lebih besar,
demikian pula manajemen persediaan. Metode yang dapat dilakukan untuk
menentukan persediaan yang paling optimal adalah Economical Order Quantity
(EOQ). EOQ adalah jumlah kuantitas bahan yang dengan dibeli pada setiap kali
pembelian dengan biaya yang paling minimal atau dengan kata lain beberapa
banyak pesanan yang optimal.

b. ROP (Reorder Point)


Setelah jumlah bahan yang dibeli dengan biaya yang minimal ditentukan,
masalah selanjutnya yang muncul adalah kapan perusahaan agribisnis harus
memesan kembali agar perusahaan tidak sampai kehabisan bahan. Titik di mana
perusahaan harus memesan kembali agar kedatangan bahan baku dipesan tepat
pada saat persediaan di atas safety stock sama dengan nol atau dengan kata lain,
kapan mulai mengadakan pemesanan disebut Reorder Point (ROP). ROP dapat
juga disebut batas/titik jumlah pemesanan kembali termasuk permintaan yang
diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang, misalnya suatu tambahan/
ekstra stock.
- Reorder Point (ROP)
Fungsi-fungsi persediaan menurut Rangkuti (2000:15) terdiri dari:
a) fungsi decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan
untuk memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan perusahaan dalam hal kuantitas dan
waktu pengiriman. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan
disebut fluctuation stock;
b) fungsi economic lot lizing, ini perlu dipertimbangkan penghematan-
penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit
menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan
melakukan pembelian dalam kuantitas yang besar dibandingkan dengan
biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang,
investasi, risiko, dan sebagainya); dan
c) fungsi antisipasi apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan
yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau
data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini, perusahaan
dapat mengadakan persediaan musiman (seasonal inventories). Di samping
itu, perusahaan juga menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman
dan permintaan akan barang-barang selama periode tertentu. Dalam hal
ini, perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut persediaan
pengaman (safety stock inventory).
 Penentuan harga pokok persediaan sangat tergantung dari metode
penilaian yang dipakai, yaitu metode FIFO (first in, first out), metode
LIFO (last in, first out) dan metode harga pokok rata-rata (average cost
method) (Rangkuti, 2000:116). Metode FIFO (first in, first out) dipakai
berdasarkan asumsi bahwa perhitungan harga pokok didasarkan atas
urutan pembelian barang tersebut; metode LIFO (last in, first out)
merupakan kebalikan dari metode FIFO, yakni asumsi yang dipakai dalam
perhitungan harga Ekonomika Agribisnis (Teori & Kasus) pokok barang
persediaan dipakai dari harga pokok pada waktu pembelian paling awal;
dan metode harga pokok rata-rata (average cost method) adalah
perhitungan harga pokok didasarkan atas harga rata-rata tertimbang per
unit barang yang dijual.
 Subsistem agribisnis hilir merupakan suatu subsistem yang didalamnya
terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk usaha tani,
pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari produk yang
dihasilkan dari usaha tani didistribusikan langsung ke konsumen di dalam
maupun luar negeri. Sebagian lainnya mengalami proses pengolahan
terlebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen. Pelaku kegiatan
dalam subsistem ini ialah pengumpul produk, pengolah, pedagang,
penyalur ke konsumen, pengalengan, dll (Maulidah, 2012).

 Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan


produk usaha tani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari
produk yang dihasilkan dari usaha tani di distribusikan langsung ke
konsumen didalam atau diluar negeri. Sebagian lainnya mengalami proses
pengo lahan lebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen. Pelaku
kegiatan dalam subsistem ini ialah pengumpul produk, pengolah,
pedagang, penyalur ke konsumen, pengalengan dan lain-lain. Industry
yang mengolah produk usahatanidisebut agroindustri hilir (downstream).
Peranannya amat penting bila ditempatkan di pedesaan karena dapat
menjadi motor penggerak roda perekonomian di pedesaan, dengan cara
menyerap/mencipakan lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
 Subsistem agribisnis hilir terdiri atas dua macam kegiatan, yaitu
pengolahan komoditas primer dan pemasaran komoditas primer atau
produk olahan. Kegiatan pengolahan komoditas primer adalah
memproduksi produk olahan baik produk setengah jadi maupun barang
jadi yang siap dikonsumsi konsumen dengan menggunakan bahan baku
komoditas primer. Kegiatan ini sering juga disebut agroindustri. Contoh
kegiatan pengolahan komoditas primer yang menghasilkan produk antara
adalah pabrik tepung terigu, maezena, tapioka, dan sebagainya. Contoh
kegiatan komoditas primer yang menghasilkan barang jadi adalah pabrik
makanan dan minuman sari buah atau sirup. Kegiatan pemasaran
berlangsung mulai dari pengumpulan komoditas primer sampai
pengeceran kepada konsumen.
Menurut Mubyarto (1994) ada beberapa pengertian industri hilir adalah :

1. Industri yang mengolah hasil pertanian


2. Industri yang mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi
3. Industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku
4. Industri yang didirikan di bagian hilir aliran sungai
5. Industri yang mengolah bahan pakan ternak
6. Industri yang mencukupi kebutuhan pokok rakyat dan padat karya
sehingga dapat mengurangi pengangguran.

Berikut beberapa contoh industri yang termasuk industri hilir :

1. Industri pangan (susu, minyak goreng, margarin, terigu, dan lain-lain);


2. Industri tekstil (benang, tenun, zat pewarna);
3. Industri kimia (cat, sabun, dempul, sepatu karet);
4. Industri alat listrik dan logam (mesin jahit, lemari es, lampu, telepon, hand
phone, mesin obras, mesin bordir, kamera);
5. Industri alat tulis (pensil, pen, bollpoint, penghapus);
6. Industri alat-alat musik (gitar, piano, biola, organ, dan lain-lain);
7. Industri bahan bangunan dan umum (kayu lapis, asbes, keramik, marmer,
konstruksi bangunan, dan lain-lain).
 Contoh aplikasi agribisnis hilir cara pengolahan ubi kayu sebagai
bahan baku pembuatan keripik ubi kayu, usaha yang dikelola bapak Fadli
di Aceh Utara. Tujuan dari pengolahan ubi kayu ini yaitu meningkatkan
keawetan ubi kayu danmenjadi produkolehan yang layak dikonsumsi dan
meningkatkan nilai jual yang tinggi di pasar. Ubi kayu merupakan salah
satu komoditas pertanian di Indonesia. ubi kayu sekarang banyak
dimanfaatkan tidak hanya untuk bahan makanan tetapi juga sebagai bahan
baku industri. Ubi kayu diolah menjadi keripik yang merupakan salah satu
pengolahan untuk menghasilkan produk yang awet dan menambah jenis
produk yang dihasilkan. Terdapat berbagai macam produk olahan dari ubi
kayu antara lain tepung, keripik, patilo, kue kaca, bolu pelangi, kue cantik
dan lain sebagainya.
Menurut Hermawan (2012) menyatakan bahwa untuk mewujudkan
agroindustri yang mampu bersaing dapat dilakukan dengan cara menjadikan
agroindustri sebagai A Leading Sector. Untuk mewujudkan agroindustri sebagai
A Leading maka harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:

1. Memiliki pangsa yang besar dalam perekonomian secara keseluruhan


sehingga kemajuan yang dicapai dapat menarik pertumbuhan
perekonomian secara total.

2. Memiliki pertumbuhan dan nilai tambah yang relatif tinggi.

3. Memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang cukup besar sehingga


mampu menarik pertumbuhan banyak sektor lain.

4. Keragaan dan Performanya berbasis sumberdaya domestik sehingga


efektif dalam membangun daerah serta kuat dan fleksibel terhadap
guncangan eksternal.

5. Tingginya elastisitas harga untuk permintaan dan penawaran.


6. Elastisitas Pendapatan untuk permintaan yang relatif besar

7. Angka pengganda pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif besar

8. Kemampuan menyerap bahan baku domestic

9.  Kemampuan memberikan sumbangan input yang besar.

Anda mungkin juga menyukai