Anda di halaman 1dari 40

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Undang – Undang Pangan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012


menyatakan bahwa penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata dan
berkelanjutan berdasarkan kedaulatan pangan. Ketahanan pangan tercermin dari
tersedianyan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan,
dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan.
Kebutuhan masyarakat saat ini akan telur dan daging semakin meningkat ,
sehingga menuntut dunia peternakan khususnya pada bidang perunggasan untuk
menghasilkan produk peternakan dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi baik
telur dan daging. Untuk memenuhi semua itu, perusahaan penetasan ayam
berusaha untuk dapat menghasilkan bibit (DOC) yang berkualitas dan berkuantitas
tinggi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Produk dari penetasan (Hatchery) adalah DOC yang berkualitas sangat
bergantunng pada telur tetas yang diterima harus memiliki fertilitas yang tinggi
pada umumnya mempunyai daya tetas yang tinggi pula, oleh karena itu
manajemen penangan telur tetas harus diperhatikan dengan baik. Keberhasilan
tersebut dapat tercapai bergantung pada manajemen penetasannya yang ada pada
perusahaan penetasan tersebut. Dengan adanya berbagai permasalahan daya tetas
telur dalam penetasan baik secara tradisional maupun modern, terlihat perbedaan
signifikan, yang dimana penetasan secara modern lebih produktif dan daya tetas
tinggi sedangkan penetasan secara tradisional, daya tetas rendah dan waktu satu
siklus untuk penetasan sangat lama.
PT. Patriot Intan Abadi Cabang Bogor sendiri, merupakan perusahaan
ternama dalam perunggasan di Indonesia, yang dimana perusahaan ini salah
satunya bergerak di penetasan telur ayam broiler secara modern. Dengan adanya
dukungan alat dan mesin modern serta mencangkup tatalaksana yang baik,
2

perusahaan ini mampu memasok kebutuhan – kebutuhan bibit (DOC) yang


berkualitas untuk peternak yang sudah bermitra.
Praktek Kerja Lapangan I (PKL I) ini bertujuan untuk menghasilkan praktisi
agribisnis serta memberi bekal dan pengalaman kepada mahasiswa agar terlibat
langsung dalam kegiatan di lapangan. Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis
akan mengkaji mengenai Agroinput Hatchery di PT. Patriot Intan Abadi
Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.

Tujuan

Adapun tujuan dari praktik kerja lapangan I (PKL I) yaitu :


1) Mengetahui tatalaksana agroinput penetasan di unit Hatchery PT. Patriot
Intan Abadi
2) Mengetahui tatalaksana biosecurity pada sarana prasarana produksi
(Mesin)
3) Mengenal agroinput penetasan (hatchery) mulai dari penyediaan sarana
prasarana produksi, serta mengenal permasalahan pada unit usaha dan
mampu merumusankan pemecahan masalahnya.
4) Mampu membuat perencanaan pelaksanaan agroinput penetasan
(hatchery).

Manfaat

Adapun manfaat dari praktik kerja lapangan I (PKL I) yaitu :


1) Meningkatkan pengetahuan dalam menganalisis permasalahan dan
merumuskan pemecahan masalah pada agroinput hatchery.
2) Agar mengenal agroinput penetasan (hatchery) mulai dari penyediaan
sarana prasarana produksi, serta mengenal permasalahan pada unit usaha
dan mampu merumusankan pemecahan masalahnya.
3) Agar mampu membuat perencanaan pelaksanaan agroinput penetasan
(hatchery).
3

TINJAUAN TEORITIS

Konsep Agribisnis
Konsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses
produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan
kegiatan pertanian. Pengertian agribisnis adalah “Suatu kesatuan kegiatan usaha
yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan
hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas.
Pengertian pertanian dalam artian yang luas adalah kegiatan usaha yang
menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan
pertanian” (Soekartawi, 2005). Secara konsepsional sistem agribisnis dapat
diartikan sebagai semua aktifitas, mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana
produksi (input) sampai dengan pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usaha
tani serta agroindustri, yang saling terkait satu sama lain.dengan d e m i k i a n
s i s t e m a g r i b i s n i s m e r u p a k a n s u a t u s i s t e m ya n g t e r d i r i d a r i
b e r b a g a i s u b s i s t e m a n t a r a l a i n yaitu :

1. Subsistem agribisnis hulu((upstream agribusiness), Kegiatan ekonomi


yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industri dan
perdagangan agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri agrootomotif
(mesin dan peralatan), dan industri benih/bibit.
2. Subsistem produksi/usahatani (on-farm agribusiness), kegiatan
ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh
subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian primer.
Termasuk ke dalam subsistem usahatani ini adalah usaha tanaman pangan,
usaha tanaman hortikultura, usaha tanaman obat-obatan, usaha
perkebunan, usaha perikanan, usaha peternakan, dan kehutanan.
3. Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), berupa kegiatan
ekonomi yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan,
baik produk antara maupun produk akhir, beserta kegiatan perdagangan di
pasar domestik maupun di pasar internasional. Kegiatan ekonomi yang
termasuk dalam subsistem agibisnis hilir ini antara lain adalah industri
pengolahan makanan, industri pengolahan minuman, industri pengolahan
4

serat (kayu, kulit, karet, sutera, jerami), industri jasa boga, industri farmasi
dan bahan kecantikan, dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya.
4. Subsistem lembaga penunjang (off-farm), seluruh kegiatan yang
menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan, lembaga
penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan,
dan lembaga pemerintah (kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan
internasional, kebijakan tata-ruang, serta kebijakan lainnya).

Konsep Tatalaksana Dalam Prosedur dan Tata Kerja


Istilah manajemen berasal dari kata management (Bahasa Inggris), berasal
dari kata “to manage” yang artinya mengurus atau tata laksana. Ricky W.Griffin
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai
dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan
secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Ketatalaksanaan merupakan salah satu elemen pendayagunaan sumber
daya dalam menggerakkan jalannya organisasi, disamping bidang sumber daya
manuasia, pengawasan dan akuntabilitas, serta pelayanan ruang lingkup
ketatalaksanaan meliputi penataan sistem, prosedur, aturan dan tata hubungan
kerja, sehingga ketatalaksanaan terkait pula dengan perilaku hemat,
kesederhanaan hidup, keteladaan, serta disiplin dan budaya kerja aparatur sendiri
sendiri.
Dalam sistem ketetalaksanaan mencakup proses pedoman umum standar
operasi, mekanisme, tata kerja, hubungan kerja dan prosedur pada tingkat
perencanaan dan pembuatan keputusan, pengorganisasian, pengelolaan,
administrasi umum, keuangan, perlengkapan, pemantauan dan evaluasi kinerja
organisasi serta melaksanakan koordinasi dan pengelolaan kearsipan,
kurporalisasi, efesiensi ,disiplin dan tentang pengaturan budaya kerja.

Peningkatan pembinaan, pengkajian dan pengembangan Ketatalaksanaan


yang akan mempengaruhi tugas organisasi secara keseluruhan ada faktor penting
5

sebagai suatu sasaran peningkatan kemampuan organisasi dan tatalaksana.


Adapun 8 (delapan) faktor tersebut:

1. Perkiraan Strategis.
Dalam penyelenggaraan tugas pokok suatu organisasi selalu adanya
keadaan yang mempengaruhi dan faktor-faktor keadaan tersebut adalah:
a. Kekuatan.
b. Kelemahan.
c. Peluang.
d. Ancaman.
Dari 4 (empat) faktor diatas akan saling berpengaruh dan menentukan
kebijakan dan penetapan program suatu organisasi, oleh karena itu keempat faktor
tersebut harus terus dipantau dan dianalisa serta dimanfaatkan agar pengaruh
positif dari empat faktor tersebut dapat ditingkatkan serta yang negatif dapat
dihindari dan proses pengendalian keempat faktor inilah disebut sebagai
perwujudan perkiraan strategis.

2. Kelembagaan.
Kelembagaan merupakan suatu wadah dimana akan bekerja sekelompok
orang yang akan mewujudkan tujuan dari suatu organisasi, kelembagaan yang
ideal adalah bersifat dinamis dimana dapat dikembangkan sesuai dengan tuntutan
kondisi keadaan yang dihadapi, perkembangan kelembagaan merupakan suatu
program yang berusaha meningkatkan efektivitas suatu kelembagaan dengan
meningkatkan keinginan individu akan pertumbuhan dan perkembangan dengan
tujuan.

3. Uraian Tugas Pekerjaan.


Uraian tugas pekerjaan harus dibuat bagi setiap jabatan, dalam uraian
tugas pekerjaan harus adanya tugas pekerjaan yang dapat diketahui, dipahami
yang menjadi kewajiban, ruang lingkupnya serta tanggungjawab dan dengan
adanya uraian tugas pekerjaan akan dapat untuk mengukur volume tugas.
6

4. Tata Hubungan Kerja.


Tata hubungan kerja adalah suatu pengetahuan hubungan kerja antara satu
unit kerja dengan unit kerja lainnya dalam bentuk suatu koordinasi fungsional.
Dengan adanya tata hubungan kerja diharapkan akan lebih memperjelas
koordinasi antar unit kerja, pengaturan tata kerja perlu dibuat terutama bagi unit
kerja yang cenderung adanya tumpang tindih pekerjaan atau memang sungguh-
sungguh memerlukan kerjasama yang diatur dengan tata hubungan kerja.

5. Pedoman Kerja.
Pedoman kerja adalah suatu pengaturan tentang cara melaksanakan
pekerjaan secara umum bagi setiap tugas yang dibebankan kepada bagian-bagian
atau deisi dari suatu organisasi.

6. Petunjuk Pelaksanaan Kerja.


Petunjuk pelaksanaan kerja adalah petunjuk lebih lanjut dari pedoman
kerja yang akan mengatur dan memberi petunjuk tentang suatu pekerjaan.

7. Tata Cara Kerja.


Tata cara kerja adalah rincian petunjuk kerja yang berupa ketentuan cara
melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan adanya tata cara kerja pelaksana tugas
tidak perlu mencari sendiri altenatif cara kerja melainkan tinggal melaksanakan
sesuai ketentuan.

8. Pembinaan Sistem.
Dengan adanya faktor perkiraan strategis dan faktor lainnya seperti uraian
tugas pekerjaan, tata hubungan kerja, pedoman kerja, petunjuk pelaksanaan kerja
serta tata cara kerja, maka suatu organisasi telah siap dan dapat melakukan
tugasnya, akan tetapi keadaan lingkungan kerja harus menjadi perhatian, dan
untuk itu unsur manusia juga menuntut terjadinya dinamika organisasi.

Dari delapan faktor tersebut, dalam melaksanakan sistem ketatalaksanaan


perlu untuk mewujudkan suatu mekanisme pelaksanaan kegiatan yaitu:
7

a. Koordinasi.
b. Percontohan Ketatalaksanaan.
c. Kerjasama antar Instansi dibidang Ketatalaksanaan.
d. Kunjungan Kerja.
e. Evaluasi pelaksanaan kegiatan ketatalaksanaan.

Ketatalaksanaan aparatur pemerintah saat ini perlu untuk disederhanakan


yang ditandai oleh adanya perubahan pada mekanisme, sistem, prosedur dan tata
kerja agar dapat tertib, efisien dan efektif sehingga nantinya akan berpengaruh
pada proses perencanaan dan pelaksanaan serta pemantauan.
Proses dari suatu pelaksanaan ketatalaksanaan pada suatu organisasi akan
mempengaruhi gerakan organisasi secara keseluruhan, karena pada
ketatalaksanaanlah pengaturan dari tugas suatu organisasi ditentukan, serta dari
proses pengaturan itulah nantinya akan dapat dilihat tingkat efektivitas dan kinerja
suatu organisasi dapat berjalan dengan baik karena standarisasi tatalaksana dari
suatu tugas/pekerjaan organisasi telah dapat mengukurnya, disamping
kemampuan atau kompetensi dari sumber daya manusia yang ada pada organisasi
tersebut dan pengaruh lain yang tidak bisa terlepas dari pergerakan suatu
organisasi, yaitu pengaruh lingkungan organisasi itu sendiri

Pengembangan Sumber Daya Manusia


Pengembangan sumber daya manusia juga merupakan cara efektif untuk
menghadapi beberapa tantangan, termasuk keusangan atau ketertinggalan
karyawan, diversifikasi tenaga kerja domestik dan internasional. Dengan dapat
teratasinya tantangan-tantangan (affirmative action) dan turnover karyawan,
pengembangan sumber daya manusia dapat menjaga atau mempertahankan tenaga
kerja yang efektif. Pengembangan (development) adalah penyiapan individu untuk
memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang lebih tinggi di dalam organisasi
(Simamora, 2006:273).
Pengembangan biasanya berhubungan dengan peningkatan kemampuan
intelektual atau emosional yang diperlukan untuk menuaikan pekerjaan yang lebih
baik. Pengembangan berpijak pada fakta bahwa seorang karyawan akan
membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang berkembang supaya
8

bekerja dengan baik dalam suksesi posisi yang dijalani selama karirnya. Persiapan
karir jangka panjang dari seorang karyawan untuk serangkaian posisi inilah yang
dimaksud dengan pengembangan karyawan.
Pengembangan mempunyai lingkup yang lebih luas. Pengembangan lebih
terfokus pada kebutuhan umum jangka panjang organisasi. Hasilnya bersifat tidak
langsung dan hanya dapat diukur dalam jangka panjang. Pengembangan juga
membantu para karyawan untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan
dipekerjaan mereka yang dapat diakibatkan oleh teknologi baru, desain pekerjaan,
pelanggan baru, atau pasar produk baru.
Pengembangan karyawan dirasa semakin penting manfaatnya karena
tuntutan pekerjaan atau jabatan, sebagai akibat kemajuan teknologi dan semakin
ketatnya persaingan diantara perusahaan sejenis. Setiap personel perusahaan
dituntut agar dapat bekerja efektif dan efisien agar kualitas dan kuantitas
pekerjaannya menjadi lebih baik sehingga daya saing perusahaan semakin besar.
Pengembangan ini dilakukan untuk tujuan non karier maupun bagi para karyawan
melalui latihan dan pendidikan.
Tujuan pengembangan karyawan adalah untuk memperbaiki efektivitas
kerja karyawan dalam mencapai hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan. Perbaikan
efektivitas kerja dapat dilakukan dengan cara memperbaiki pengetahuan
karyawan, keterampilan karyawan maupun sikap karyawan itu sendiri terhadap
tugas-tugasnya (Heidj ranchman dan Husnan, 2004:74).
Pengembangan karyawan bertujuan dan bermanfaat bagi perusahaan,
karyawan, konsumen, atau masyarakat yang mengkonsumsi barang/jasa yang
dihasilkan perusahaan. Menurut Tohardi (2008 : 70) tujuan pengembangan
adalah:

1. Produktivitas. Dengan pengembangan, produktivitas kerja karyawan akan


meningkat, kualitas dan kuantitas produksi akan semakin baik, karena
technical skill, human skill dan managerial skill karyawan akan semakin baik.
2. Efisiensi. Pengembangan karyawan untuk meningkatkan efisiensi sumber
daya manusia, waktu, bahan baku dan mengurangi ausnya mesin-mesin.
Pemborosan berkurang, biaya produksi relatif kecil sehingga daya saing
perusahaan semakin kecil.
9

3. Kerusakan. Pengembangan karyawan bertujuan untuk mengurangi


kerusakan barang, produksi dan mesin-mesin karena karyawan semakin ahli
dan terampil dalam melaksanakan pekerjaannya.
4. Kecelakaan. Pengembangan bertujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan
karyawan, sehingga jumlah biaya pengobatan yang keluarkan perusahaan
berkurang.
5. Pelayanan. Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang
lebih baik dari karyawan kepada nasabah perusahaan, karena pemberian
pelayanan yang lebih baik merupakan daya penarik yang sangat penting bagi
rekanan-rekanan perusahaan bersangkutan.
6. Moral. Dengan pengembangan, moral karyawan akan lebih baik karena
keahlian dan keterampilannya sesuai dengan pekerjaannya sehingga merek
antusias menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
7. Karier. Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan karier
karyawan semakin besar, karena keahlian, keterampilan dan prestasi kerjanya
lebih baik, promosi ilmiah biasanya didasarkan kepada keahlian dan prestasi
kerja seseorang.
8. Konseptual. Dengan pengembangan, manajer akan semakin cakap dan cepat
dalam mengambil keputusan yang lebih baik, karena technical skill, human
skill dan managerial skill nya lebih baik.
9. Kepemimpinan. Dengan pengembangan, kepemimpinan seorang manajer
akan lebih baik, human relationsnya lebih luas, motivasi lebih terarah
sehingga pembinaan kerja sama vertikal dan horizontal semakin harmonis.
10. Balas Jasa. Dengan pengembangan, balas jasa (gaji, upah, intensif dan
benefit) karyawan akan meningkat karena prestasi kerja mereka semakin
besar.
11. Konsumen. Pengembangan karyawan akan memberikan manfaat yang lebih
baik bagi masyarakat konsumen karena mereka akan memperoleh barang atau
pelayanan yang lebih bermutu.
10

Agroinput

Agribisnis hulu (agroinput) merupakan sebuah kegiatan yang fungsinya


menyiapkan sarana produksi bagi bisnis peternakan. Dalam subsektor peternakan,
subsistem hulu meliputi industri bibit ternak, pakan ternak, obat-obatan dan
vaksin ternak, serta alat-alat dan mesin peternakan (alsinnak) (Soekardono, 2009).
Sistem agribisnis terdiri atas empat subsistem, yaitu:
a. Subsistem agribisnis hulu atau downstream agribusiness.
b. Subsistem agribisnis usahatani atau on-farm agribusiness.
c. Subsistem agribisnis hilir atau upstream agribusiness.
d. Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis atau supporting institution
(Saragih, 1998).
Subsistem agribisnis hulu menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran
sarana produksi ternak yang pada prinsipnya mencakup kegiatan perencanaan dan
pengelolaan dari sarana produksi ternak, teknologi, sumber daya, agar penyediaan
sarana produksi ternak memenuhi kriteria-kriteria berikut:
a. Tepat waktu
b. Tepat jumlah
c. Tepat jenis
d. Tepat mutu
e. Tepat produk
f. Terjangkau oleh daya beli

Penetasan ( Hatchering )

Penetasan merupakan suatu proses perkembangan embrio di dalam telur


sampai telur pecah menghasilkan anak ayam, penetasan dapat dilakukan secara
alami oleh induk ayam atau secara buatan (artifisial) menggunakan mesin tetas
(Suprijatna et al., 2005). Tatalaksana penetasan merupakan suatu rangkaian
kegiatan mulai dari persiapan mesin tetas, kegiatan rutin selama penetasan,
sampai pada pembersihan mesin tetas setelah penetasan. Penetasan buatan pada
prinsipnya sama dengan penetasan alami, yaitu menyediakan kondisi lingkungan
(temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara) yang sesuai agar embrio dalam telur
11

berkembang dengan optimal, sehingga telur dapat menetas (Rahayuningtyas et al.,


2014). Proses penetasan menggunakan mesin tetas memiliki kelemahan dan
kelebihan. Kelemahan penetasan buatan adalah sangat tergantung dari
manajemen atau tatalaksana proses penetasan terutama pemilihan telur,
pengelolaan mesin tetas, seperti pengaturan suhu, kelembaban dan pemutaran
telur yang merata untuk mendapatkan suhu yang stabil, kelebihannya yaitu jumlah
telur yang ditetaskan lebih banyak (Wicaksono et al., 2013).

Bangunan Penetasan
Bangunan penetasan terdiri dari beberapa ruangan yang disesuaikan
dengan kebutuhannnya atau kegiatannya. Ruangan kegiatan tersebut meliputi
ruang penerimaan telur, ruang fumigasi, holding room, ruang pengeraman, ruang
penetasan, kantor, ruang grading DOC serta ruang peralatan dan perlengkapan
penetasan (Ensmiger, 1992). Syarat-syarat ruang penetasan meliputi lokasi atau
penempatan mesin tetas, penataan ruangan dan higienitas ruangan (upaya
sanitasi). Lokasi sebaiknya terletak dalamjarak yang cukup aman dari pencemaran
macam-macam bau serta debu dari makanan atau kotoran kandang.Luas lapangan
sebaiknya cukup lapang, sehingga dapat untuk meletakkan mesin tetas dan tidak
terkena angin secara langsung (Djanah, 1991). Efisiensi yang tinggi dalam
pekerjaan dan mendapatkan sanitasi yang baik dapat dicapai dengan pengaturan
ruang dalam sistem satu jalur (one way system) yaitu mengatur alur kegiatan
proses penetasan sehingga angin dalam ruang dapat bertiup dari tempat angin
bersih ke tempat yang kotor (Sudaryani dan Santoso, 2002). Berikut ini adalah
ruang-ruang yang terdapat di hatchery :

a) Ruang terminal
Ruang ini berfungsi sebagai tempat penerimaan telur dari farm
serta tempat penyeleksian telur. Ruang ini dilengkapi dengan lemari
fumigasi telur tetas dan exhaust fan. Menurut Ihan (2012) fungsi
dari exhaust fan adalah untuk menghisap udara di dalam ruang untuk
dibuang ke luar, dan pada saat bersamaan menarik udara segar di luar ke
dalam ruangan.
12

b) Cooling room
Biosekurity yang dilakukan di rungan ini adalah dengan
menyediakan bakcuci tangan didekat pintu masuk yang berisi air
desinfektan. Ruangan ini berfungsi untuk menyimpan telur tetas selama ±
24 jam sampai menunggu terpenuhinya kuota telur yang diinginkan dan
jadwal setting yang direncanakan. Ruangan ini dilengkapi dengan
termometer untuk mengukur suhu ruangan, higrometer untuk mengukur
kelembaban, ac untuk meratakan hawa dingin, dangan cerobong

plastiknya.

c) Setter room (Pengeraman)


Ruangan ini dilengkapi dengan exhaus fan untuk sirkulasi udara.
Tekanan dalam ruangan setter harus positif artinya udara bersih dan
masuk lebih besar dari udara yang keluar. Fumigasi ruangan setterdengan
menggunakan pembersihkan dengan mengeluarkan PK 250 gram dan
formalin 500 cc selama 15—20 menit. Semua rak, egg bag, dan
kereta setter dikeluarkan kemudian digosok dengan desinfektan. Menurut
Santi (2013).

d) Hatcher room (Penetasan)


Ruang hatcher ditempati dengan beberapa dengan
mesin hatcherdengan kapasitas 90.000 butir telur tetas dan dilengkapi
dengan exhaus fan. Tekanan harus negarif artinya udara yang kotor keluar
lebih besar daripada udara yang masuk. Mesin hatcher dan baki setelah
panen dicuci dengan air bertekanan tinggi kemudian disemprot larutan air
dan formalin 20cc/liter kemudian difumingasi dengan PK 250 gram dan
formalin 500 cc selama 15—20 menit.

e) Pull chick room


Kebutukan ruang segar pada ruang pull chick harus sesuai jumlah
panen doc/panen dan jumlah pekerja dengan. Ruangan ini dilengkapi
dengan evaporating cooler yang menghembuskan udara bersih dandacting
13

evaporating yang menyedot udara kotor dan bulu agar tidak menyebar,
pada dinding ruang pull chick dipasang cooling pad. Menurut Kurtini
(2011), ruangan pull chick berfungsi sebagai tempatpelaksanaan
seleksi doc, pemotongan paruh, vaksinasi marek,
pengemasan doc kedalam boks, dan penyimpanan sementara
sampaidoc dikirim ke pelanggan. Ventilasi ruang ini harus lancar dengan
suhu optimum 22 0C dengan Rh 60%.

f) Ruang administrasi
Ruang administrasi dilengkapi dengan komputer yang dilengkapi
dengan program-program yang disesuaikan dengan status kerja mesin
yang ada. Menurut Kurtini (2011) ruang administrasi penetasan adalah
ruang khusus bagian administrasi proses penetasan, pencatatan telur, anak
ayam, barang-barang dan kepegawaian, dll.

g) Ruang maintenance
Ruang ini merupakan ruang untuk perawatan dan penggerak
mesin-mesin yang ada di unit hatchery.

Mesin Tetas ( Setter dan Hatcher )


Mesin tetas adalah alat penetas telur yang dibuat oleh manusia sebagai
pengganti fungsi induk untuk mengerami telur. Cara kerja mesin tetas pada
prinsipnya yaitu menciptakan kondisi seperti pada penetasan alami yaitu meniru
induk unggas pada waktu mengerami telurnya (Suprijatna et al., 2005).

a) Mesin Setter
Setter adalah mesin tetas yang digunakan untuk memanaskan dan
memutar (pada umumnya setter menggunakan sistem rak telur putar) telur
mulai hari 1 sampai dengan 3 hari menjelang menetas. Misalnya untuk
telur ayam dengan periode penetasan 21 hari, maka telur dimasukkan ke
dalam setter selama 18 hari.
14

b) Mesin Hatcher
Hatcher merupakan tempat yang digunakan untuk meletakkan telur
yang akan menetas (berumur 19 hari) sampai telur tersebut menetas, pada
hari ke-18 telur dipindahkan dari mesin setter ke hatcher selanjutnya telur
dibiarkan untuk menetas pada malam hari pada hari ke-19 atau hari ke-20.
Selama proses penetasan ini tidak ada perlakuan pembalikan telur hanya
saja melakukan pengontrolan terhadap mesin hatcher seperti suhu,
kelembapan dan ventilasi, ventilasi di dalam mesin diatur oleh kipas
sehingga udara kotor dalam mesin dapat segera berganti dengan cepat
(Mulyantini, 2010).

Telur Tetas
Telur tetas merupakan telur fertil atau telah dibuahi, dihasilkan dari
peternakan ayam pembibit yang sehat dan produktifitasnya tinggi, umur telur
tidak lebih dari satu minggu, bentuk telur normal, berat telur seragam, telur tidak
terlalu tipis dan telur tetas yang baik permukannya halus, tidak kotor dan tidak
retak (Suprijatna et al., 2005). Telur yang fertil dapat diketahui dengan cara
peneropongan pada saat seleksi telur (Wicaksono et al., 2013).

Penerimaan Telur Tetas atau Hatching Egg (HE)


Penerimaan dan penyeleksian telur tetas atau Hatching Egg (HE) dilakuan
di ruang penerimaan dan seleksi. Ruangan ini berfungsi untuk menerima dan
menyeleksi ulang Hatching Egg (HE) dari breeding farm (Tetty, 2007). Area
penerimaan telur harus dalam keadaan bersih. Penerimaan telur tetas terlebih
dahulu mengalami penyeleksian yang dilaksanakan di farm.

Seleksi Telur Tetas


Seleksi telur tetas merupakan tahapan yang harus dilaksanakan karena
adanya korelasi yang erat antara kualitas telur tetas (berat, tebal kerabang, serta
bentuk dan kondisi permukaan kerabang) terhadap kualitas DOC (day-old chicks)
yang menetas (Yaman, 2010). Hal yang paling utama yang harus diperhatikan
dalam memilih telur tetas adalah menyangkut kualitas telur. Jika kualitas telur
15

tidak baik, presentase jumlah telur tetas yang menetas akan kurang atau rendah,
anak ayam yang dihasilkan kurang baik mutunya. Oleh karena itu, dibutuhkan
penyeleksian sebelum telur ditetaskan (Kholis dan Sitanggang, 2001).

Sexing DOC (Penentuan Jantan dan Betina)

Sexing adalah memisahkan/memilih antara ayam jantan dan betina.


Biasanya dilakukan dengan metode buka kloaka, perbedaan warna bulu, dan
perbedaan panjang bulu sayap (Suprijatna et al., 2005). Menurut Nuryati dan
Sutarto (2000), “sexing” dengan melihat perbedaan warna bulu disebabkan
adanya sifat-sifat tertentu yang terkait dengan kromosom yang berhubungan
dengan jenis kelamin. Sexing dengan perbedaan bulu sayap biasanya dilakukan
pada ayam yang pertumbuhan bulunya cepat dengan melihat bulu sayap runcing
pada ayam betina dan pada jantan bulu sayap tidak runcing.

Biosecurity dalam Hatchery

Menurut Dirjen Peternakan (2005) tujuan dari biosekuriti adalah


mencegah semua kemungkinan penularan dengan peternakan tertular dan
penyebaran penyakit. Penerapan biosekurity pada seluruh sektor peternakan, baik
di industri perunggasan atau peternakan lainnya akan mengurangi risiko
penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit yang mengancam sektor tersebut.
Meskipun biosekuriti bukan satu – satunya upaya pencegahan terhadap serangan
penyakit, namun biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap
penyakit (Cardona, 2005).
Biosecurity merupakan sebuah sistem untuk mencegah (meminimalisir)
kontak dengan agen penyakit baik klinis maupun subklinis dengan tujuan
mengoptimalkan produksi. Adapun sistem biosecurity yang harus dilalui ketika
akan masuk kedalam area Hatchery adalah sebagai berikut:
a) Lapor petugas, mengisi buku kunjungan dan mendapat izin masuk
b) Memasuki dan melewati spray room, barang tidak tahan air disanitasi
dengan sinar UV pada box UV.Kendaraan masuk melalui car spray
16

c) Sanitasi kedua memasuki Hatchery dengan melepas pakaian, mandi dan


keramas
d) Menggunakan pakaian perusahaan
Selain itu, dalam perusahaan penetasan (hatchery) yang harus diperhatikan
yaitu penangan kebersihan secara khusus dan menyeluruh, Program sanitasi ini
dilakukan pada hatchery untuk membersihkan kendaraan dan peralatan yang
dipakai pada saat membawa telur tetas dengan desinfektan agar dalam kondisi
bebas dari organisme patogen pembawa penyakit. Desinfektan yang digunakan
adalah jenis TH-4 atau BIODES dengan dosis 1cc/liter air.
Setelah telur tetas terkumpul dan sebelum dibawa ke hatchery, terlebih
dahulu difumigasi dengan menggunakan formalin 40% sebanyak 240 cc dengan
96 g forcen/PK untuk 8 m3 ruangan. Hal ini dimaksudkan agar telur yang baru
diperoleh dari kandang bebas penyakit atau bakteri sebelum masuk ruang
penyimpanan telur (cooling room).
Setelah kegiatan full chick, semua peralatan dan bagian ruangan disemprot
dengan air bertekanan tinggi. Setelah itu dilakukan desinfeksi ruangan hatchery
menggunakan desinfektan long live dengan dosis 5cc/liter air. Hal ini bertujuan
untuk membunuh mikroorganisme patogen yang ada di lingkungan dan sekitar
bagian ruangan hatchery.
17

RENCANA PELAKSANAAN

Waktu dan Tempat

Praktik Kerja Lapangan (PKL) I direncanakan 21 hari dari tanggal 7


Agustus sampai dengan 25 Agustus 2017, bertempat di perusahaan ayam PT.
Patriot Intan Abadi yang berlokasi di Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.

Materi Kegiatan
Materi yang akan dilaksanakan dalam kegiatan magang ini antara lain :
1) Bangunan Penetasan (room)
2) Mesin Tetas ( Setter dan Hatcher )
3) Telur Tetas
4) Penerimaan Telur Tetas atau Hatching Egg (HE)
5) Seleksi Telur Tetas
6) Siklus Produksi dalam Satu Periode

Tahapan Pelaksanaan

1. Pemilihan lokasi
2. Menyusun proposal
3. Melaksanakan PKL I
4. Menyusun laporan
5. Ujian
18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hatchery PT. Patriot Intan Abadi


Keadaan Umum dan Sejarah Perusahaan
PT. Patriot Intan Abadi Unit Hatchery Caringin Bogor terletak di Dusun
Babakan RT/RW 03/02 Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Kecamatan Caringin merupakan lokasi strategis yang
merupakan daerah penghubung antara Jawa Tengah dan Jawa Timur maupun
Jawa Barat dan Banten.
PT. Patriot Intan Abadi Unit Hatchery Caringin Bogor merupakan
perusahaan yang bergerak di jasa penetasan skala besar, awalnya PT. Patriot Intan
Abadi merupakan perusahaan milik PT. Subur, kemudian dibeli oleh PT. Patriot
Intan Abadi pada tahun 2006 dan berdiri perusahaan PT.Patriot Intan Abadi Unit
Hatchery Caringin Bogor. Mitra kerjasama PT. Patriot Intan Abadi terdiri dari 6
farm yaitu Parungkuda Farm, Cicurug, Pasir Angin Farm, Cienggang Farm 1,
Cienggang Farm 2, , Cienggang Farm 3, Cienggang Farm 4, Mulya Farm dan
Manis Jaya Farm. Di PT. Patriot Intan Abadi dibagi beberapa bagian dalam
pengelolaan perusahaan antara lain Bagian Produksi I, Bagian Produksi II,
Administrasi Produksi, Bagian Grading, Bagian Supervisior Produksi, Supervisior
Ekspedisi, Administrasi Ekspedisi, Bagian Maintenance dan bagian Wear House.

Struktur Organisasi
PT. Patriot Intan Abadi Unit Hatchery Caringin Bogor dipimpin oleh
General Manager yang membawahi 2 supervisor dan 1 personalia. General
Manager dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh supervisor, personalia,
administrasi dan karyawan. Jumlah masing-masing bagian dalam Struktur
Organisasi PT. Patriot Intan Abadi Unit Hatchery Caringin Bogor antaralain
Bagian grading 13 Orang, Produksi Hatchery 1 11 Orang, Produksi Hatchery 2 12
Orang, Bagian Tehnik Hatchery 1 5 Orang, Tehnik Hatchery 2 5 Orang, Satpam 6
Orang, Kantin 3 Orang, Supir 9, Staff 11.
19

General Manager mempunyai tugas merencanakan program kerja,


mengawasi, menganalisis, mengevaluasi serta mengkoordinir seluruh proses
manajemen produksi hatchery mulai dari proses penerimaan Hatching egg (HE),
setting, pull chick, grading sampai dengan pengiriman DOC ke pelanggan.
Supervisor bertugas merencanakan, mengkoordinasi, mengawasi dan
melakukan supervisi seluruh kegiatan dalam proses manajemen produksi
Hatchery beserta kelengkapan administrasinya. Supervisor membawahi bagian
administrasi, kepala grading, candling, dan seleksi.
Tugas Kepala Grading adalah mengawasi karyawan dan bertanggung jawab
terhadap tugas para karyawan dalam menerima telur dari farm, fumigasi dan
grading telur. Kepala Candling bertugas mengawasi kerja karyawan dalam
melakukan setting, candling sampai transfer. Kepala Seleksi bertugas mengawasi
kerja karyawan dalam melakukan pull chick, seleksi DOC, Distribusi.
Tugas Personalia dan General Affair Supervisor adalah merencanakan,
mengkoordinasi, mengawasi dan melakukan supervisi seluruh kegiatan
administrasi kepegawaian (personalia), pengawasan sanitasi dan biosecurity,
permasalahan umum dan menangani hubungan masyarakat dan instansi terkait
untuk menunjang kelancaran kinerja perusahaan.
Bagian administrasi penerimaan telur bertugas merekap data telur yang
masuk dari berbagai farm, total telur yang dapat ditetaskan dan jumlah telur yang
rusak. Administrasi bagian hasil penetasan bertugas merekap data candling, telur
yang menetas sampai jumlah DOC yang siap dipasarkan.
Bagian Maintenance atau Mekanik operator bertugas dan bertanggung
jawab terhadap pengoperasian mesin, baik pencatatan suhu mesin, kelembaban
maupun damper sekaligus bertanggung jawab terhadap kerusakan mesin.
Bagian keamanan atau satpam bertugas menjaga keamanan lingkungan luar
maupun bagian dalam lingkungan hatchery. Lama jam kerja PT. Patriot Intan
Abadi Unit Hatchery Caringin Bogor adalah 7 jam/hari, sistem kerja di PT. Patriot
Intan Abadi Unit Hatchery Caringin Bogor dilakukan setiap hari sehingga untuk
hari libur dijadwalkan oleh supervisor.
20

Bangunan Penetasan
Bangunan penetasan terdiri dari beberapa ruangan yang disesuaikan
dengan kebutuhannnya atau kegiatannya. Ruangan kegiatan di PT. Pariot Intan
Abadi tersebut meliputi ruang penerimaan telur, ruang fumigasi, ruang cooling
room, ruang pre-heat, ruang inkubasi, ruangan hatchery, ruang administrasi
(kantor), ruang grading DOC serta ruang peralatan dan perlengkapan penetasan.
Dapat dilihat dari gambar berikut.

Gambar 1. Tata Letak Ruangan Hatchery

Di perusahaan ini terdapat dua unit produksi dan ada beberapa ruangan untuk
proses kegiatan pra penetasan, proses penetasan dan pasca penetasan antaralain :
1. Ruang terminal
Ruang ini berfungsi sebagai tempat penerimaan telur dari farm serta
tempat penyeleksian telur. di samping area terminal ini pula terdapat ruangan
fumigasi dan cooling room .
21

Gambar 2. Ruang Terminal

1.1. Penerimaan Telur


Penerimaan telur dilakukan untuk memeriksa jumlah telur yang
akan diterima dari masing-masing farm diantaranya yaitu, Cicurug,
Cienggang Farm 4. Strain ayam yang dipakai yaitu Cobb dan Ross.
Penerimaan telur dilakukan pada saat malam hari. Apabila tidak sesuai
jumlahnya, maka pihak hatchery akan melakukan komplain kepada pihak
farm mengenai jumlah telur yang tidak sesuai dengan menulis pada surat
jalan yang ditandatangani supir. Sebelum dilakukan penerimaan HE,
biasanya sudah dilakukan pembersihan pada sore hari dengan cara
mendesinfektan ruangan menggunakan air yang disemprotkan melalui
selang bertekanan tinggi agar kotoran yang menempel pada lantai maupun
dinding dapat terlepas sehingga ruangan menjadi bersih setelah itu
dilakukan pengeringan menggunakan alat pengering.
Tahapan yang dilakukan pada saat penerimaan telur adalah
melakukan pengecekan kondisi HE dalam box mobil dan jumlah telur
yang diterima sesuai dengan surat jalan dari farm (No SJ, No Kendaraan,
Jenis HE, sopir, asal farm, jumlah HE). Membuat berita acara penerimaan
HE dengan di tandatangani sopir sebagai pengirim barang,
mengelompokan HE sesuai dengan farm, nomor kandang dan tanggal
produksi ditempat ruang penyimpanan agar tidak tercampur.
22

1.2. Grading HE

Gambar 3. Melakukan Grading HE

Seleksi telur (grading) adalah kegiatan yang bertujuan untuk


menyeleksi telur yang layak dan telur yang tidak layak berdasarkan
kriteria sebelum dimasukan ke mesin penetasan. Proses grading HE di
Hatchery PT. Patriot Intan Abadi dilakukan secara manual dengan
melihat kriteria telur yang baik. Kriteria telur tersbut yaitu bersih, tidak
retak/pecah, berat sesuai, bentuk dan ukuran telur baik. Grading telur
dibedakan menjadi 2 grade. Dapat dilihat dari table berikut.

Tabel 1. Kriteria Grade A dan Grade BM

Kriteria Berat (gram)

Grade A >58
Grade BM 51-57
23

2. Ruang Fumigasi

Gambar 4. Ruang Fumigasi

Ruangan ini digunakan untuk fumigasi telur, pada saat telur sudah di
grading dan disetting di troly proses selanjutnya yaitu melakukan fumigasi.
Fumigasi merupakan pengendalian mikroorganisme dengan jalan atau
memasukan atau melepaskan fumigas kedalam ruangan tertutup atau kedap udara
untuk beberapa waktu dalam dosis dan konsentrasi yang dapat mematikan
mikroorganisme. Fumigasi dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi
menggunakan PK dan formalin dengan perbandingan 1 : 2. Ruangan fumigasi
hatchery 1 menggunakan dosis pemberian 450 gram PK dan 900 ml formalin,
sedangkan di hatchery 2 menggunakan 250 gram PK dan 500 ml formalin. Cara
menentukan kadar PK adalah dengan mengalikan panjang x lebar x tinggi x 7 gr
PK/m3 .

Contoh Perhitungan :
Metode fumigasi yaitu kondisi ruangan harus bersih dan kering,
mempersiapkan drum fumigasi yang bersih dan kering, menimbang dosis PK dan
formalin sesuai dengan ukuran ruangan. Cara melakukan fumigasi :
Menuangkan PK terlebih dahulu ke dalam drum sesuai dosis
Tuangkan formalin kedalam drum sesuai dosis
24

Tutup pintu ruangan fumigasi, pastikan kipas dan blower mati dan tertutup
rapat
Proses fumigasi berlangsung selama 15 menit.
Setelah 15 menit buka pintu ruang fumigasi ,ambil drum dan nyalakan
kipas selama 5 menit agar bau asap hilang dan suhu ruangan kembali
stabil.
Setelah proses fumigasi HE selesai pindahkan telur ke ruangan cooling
room untuk menjaga kualitas HE

3. Cooling Room

Gambar 5. Cooling Room

Cooling room merupakan tempat penyimpanan telur (HE) ,saat setelah


telur dilakukan fumigasi agar telur tidak terkena bakteri. Penyimpanan HE di
Cooling Room ini bertujuan agar kualitas telur dan kestabilan embrio agar tetap
terjaga sehingga tingkat fertilitas tidak berubah (tetap). Tahap penyimpanan HE
dilakukan sebelum HE akan masuk kedalam mesin setter. Dalam penyimpanan
HE, untuk mendapatkan tingkat fertilitas telur yang baik dilakukan penyimpanan
kurang dari 3-7 hari. Kelembaban pada cooling room harus diperhatikan karena
apabila terlalu tinggi atau rendah dapat menurunkan fertilitas telur. kelembaban
yang optimal 75-80%, sedangkan suhu yang baik dalam penyimpanan telur yaitu
25

190C. Syarat Ruangan cooling Room yaitu ruangan dalam keadaan bersih, kering
dan sudah didesinfektan, suhu ruangan 190 C dan kelembaban yaitu 75-80%.
Prosedur penyusunan setting di cooling room dilakukan berdasarkan
kandang, strain, dan tanggal produksi sehingga HE tidak tercampur antara
kandang farm lain, sebelum telur dimasukan ke mesin setter dilakukan
penimbangan telur tujuannya untuk mengetahui penyusutan telur.

4. Ruang Pre – Heat


Ruang Pre-Heat merupakan tempat untuk adaptasi suhu HE sebelum masuk
mesin setter, yang bertujuan agar HE yang sudah di simpan di cooling room tidak
mengalami shock saat masuk ke mesin setter. Didalam ruang pre-heat, HE
diberikan beberapa perlakuan seperti dalam table berikut.

Tabel 2. Perlakuan HE Selama di Pre-Heat

Lama Penyimpanan Suhu ( 0C)

2 Jam Pertama 21
2 Jam Kedua 24-25
2 Jam Ketiga 27

5. Ruang Inkubator
Ruang inkubator merupakan ruang pengeramaan saat setelah dilakukan
kegiatan pre-heat HE. Kegiatan selanjutnya yaitu melakukan setting yaitu proses
pemasukan/penyusunan HE kedalam mesin setter. Masa inkubasi dilakukan
selama 18 hari di mesin setter. Di unit produksi PT. Patriot Intan Abadi terdapat
dua unit mesin setter yaitu mesin setter buckeye dan mesin setter patrisame. setiap
mesin setter ini memiliki kelebihan dan kelemahannya dalam menghasilkan HE
yang fertil yang selanjutnya akan dilakukan proses transfer ke mesin hatcher.
26

a) Mesin Setter Buckeye

Gambar 6. Mesin Setter Bukeye

Mesin setter buckeye merupakan mesin setter dengan sistem multi


stage. Mesin setter buckeye (multi stage) berjumlah 24 mesin. Kapasitas dalam 1
mesin setter buckeye dapat dilihat dari table berikut.

Tabel 3. Kapasitas dalam mesin Setter Buckeye

Unit Hatchery 1 Jumlah

1 Unit Mesin Setter Bockeye 24 Troly


1 Unit Mesin Setter Bockeye 114.048 Butir Telur
1 Troly 36 Baki
1 Baki 132 Butir Telur

Sistem multi stage pada mesin setter buckeye yaitu sistem inkubasi
dengan keseragaman umur telur dalam satu mesin. Sistem ini diterapkan karena
terdapat 4 kali setting dalam seminggu yaitu hari senin, selasa, kamis dan jum’at.
Proses berlangsungnya inkubasi dalam mesin setter buckeye selama 18 hari 20
jam dengan suhu rata-rata masa inkubasi 37,50 dan kelembaban 29,30C. Dalam
mesin setter buckeye terdapat 3 indikator suhu dan 1 indikator kelembaban untuk
menjaga kestabilan suhu dan kelembaban dalam ruangan mesin. Terdapat sprayer
27

dalam mesin setter yang berguna untuk menstabilkan kelembaban udara. Jika
kelembaban berkurang dari pengaturan panel, maka secara otomatis sprayer akan
menyemprotkan air agar kelembaban tetap stabil. Apabila pada salah satu
indicator terdapat suhu yang berbeda maka alarm akan berbunyi yang
menandakan terjadi trouble pada mesin. Turning pada mesin setter berlangsung
selama 1 jam sekali bergantian menghadap kedepan kebelakang dengan posisi
kemiringan 450. Pada ruangan diluar mesin setter suhu rata-rata adalah 270C
untuk mengimbangi suhu didalam mesin setter.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam ruang setter dalam
menunjang keberhasilan proses penetasan antaralain pengaruh suhu dan
kelembaban yang tidak stabil dalam mesin setter adalah embrio tidak berkembang
sempurna, serta udara didalam ruangan (kadar CO2 dan O2), telur terlambat tidak
sesuai dengan waktunya maka DOC akan kerdil, DOC sulit membuka cangkang
dan DOC dapat menempel di cangkang telur.

b) Mesin Setter Petersime

Gambar 7. Mesin Setter Petersime

Mesin setter petersime merupakan mesin setter dengan sistem single


stage. Kapasitas dalam 1 mesin setter petersime dapat dilihat dari table berikut.
28

Tabel 4. Kapasitas dalam Satu Mesin Setter Petersime

Unit Hatchery 2 Jumlah

1 Unit Mesin Setter Petersime 24 Troly


1 Unit Mesin Setter Petersime 115.200 Butir Telur
1 Troly 32 Baki
1 Baki 150 Butir Telur

Diruangan Unit hatchery 2 terdapat 18 Mesin setter petersime . Mesin


dengan sistem single stage terdapat HE dengan umur inkubasi yang sama dalam 1
mesin, karena pada mesin ini berlaku HE all in all out. Mesin ini lebih mudah
dioperasikan karena semua sistem dalam mesin menggunakan teknologi modern
yang sudah terpantau dari komputer dan jarang sekali terjadi trouble dibandingkan
dengan mesin buckeye. Suhu dan kelembaban yang digunakan dalam mesin ini
untuk proses inkubasi tidak jauh berbeda dengan mesin buckeye, hanya saja mesin
setter petersime mengunakan satuan Fahrenheit. Pada suhu ruang mesin setter
suhu udara diatur sekitar 270C untuk mengimbangi proses inkubasi. Dalam mesin
setter petersime, terdapat alat –alat serta bagian-bagian yang mendukung
keberhasilan inkubasi. Dapat dilihat di table berikut.

Tabel 5. Bagian – bagian alat dalam mesin setter petersime

Mesin Setter Petersime

Nama Alat Fungsi


Sprayer (Nozle) Untuk menstabilkan kelembaban
Ovoscan Mendeteksi suhu telur
Panel Controling Machine Tampilan layar Digital (Temperatur, humidity,
CO2, dll)
Chiler Untuk mendinginkan suhu ruangan(Cooling)
Outlet Untuk membuang udara lebih luar ruangan mesin
Heater Untuk menaikan suhu (Mesin Setter)
Damper Membuang udara lebih dalam ruangan mesin
29

Dalam proses turning pada mesin petersime berlaku setiap satu jam sekali
dan jarang touble. Jika terjadi touble, maka alarm akan berbunyi untuk
memberitahu petugas. Running mesin minimal 1 kali sehari untuk pengecekan
suhu, turning, humidity, dan peralatan lainnya. Penempatan HE pada mesin
setter disesuaikan dengan umur HE yaitu :
Proses Pre-heat di hatchery 2 yaitu dilakukan didalam mesin setter
petersime. Proses setting pada mesin petersime lebih mudah dilakukan karena
tidak harus mengambil baki dari troly karena menggunakan sistem single
stage. Setting di mesin petersime dilakukan 4 kali dalam seminggu, dapat
dilihat dari table berikut.

Tabel 6. Setting di mesin setter petersime

Setting di Mesin Setter Petersime

Hari Mesin Troly (Roda)


Senin 2 48
Selasa 1 24
Kamis 2 48
Jum’at 1 24

Perbedaan dari mesin setter buckeye dan mesin setter petersime adalah
adanya pendeteksi suhu telur secara otomatis yang disebut Ovoscan.
Sedangkan pada mesin setter buckeye pengaturan suhu dilakukan secara
manual. Dalam 1 mesin setter petersime terdapat 3 alat Ovoscan.
Mesin setter petersime dalam pengoperasiannya mulai dari awal Pre-heat
sampai proses 18 hari 12 jam inkubasi terdapat perbedaan suhu dan
kelembabannya tiap waktunya. Dapat dilihat pada Lampiran 6.

6. Ruangan Hatchery
Ruang hatchery merupakan ruangan untuk penetasan HE yang sudah
dinyatakan fertil, di dalam hatchery unit PT. Patriot Intan Abadi terdapat dua unit
30

Mesin hatcher yang berbeda, sama seperti mesin setter. Yaitu mesin hatcher
buckeye dan mesin hatcher petersime. Dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 7. Kapasitas dalam Mesin Hatcher Buckeye dan Mesin Petersime

Unit Hatchery Jumlah

8 Troly
1 Unit Mesin Hatcher Petersime
38.400 Butir HE
4 Troly
1 Unit Mesin Hatcher Buckeye
19.008 Butir HE

Mesin setter dan mesin hatcher prinsipnya sama, perbedaannya yaitu suhu di
hatcher lebih rendah dan waktu hatchering lebih pendek dibandingkan di mesin
setter. Dapat dilihat pada Lampiran 7.

Gambar 8. Transfer HE ke Mesin Hatcher Petersime

7. Ruang Administrasi (Kantor)


Ruang administrasi merupakan ruangan bagian manajemen yang mendata
dan mengatur alur keseluruhan kegiatan produksi . bagian- bagian didalam nya
31

yaitu terdiri dari, Bidang bagian produksi, grading, Ekpedisi, Maintenance,


Warehouse.

Siklus Produksi dalam Satu Periode

Presentase Keberhasilan Inkubasi Pada Mesin Setter


Dari pengamatan dan perhitungan data yang dilakukan pada siklus
produksi satu periode. Objek pengamatan yaitu mesin setter petersime dan mesin
setter buckeye. Dapat menghitung presentase keberhasilan Inkubasi sebagai
berikut :

Presentase Fertile = Jumlah Fertil x 100%


Total Setting HE

Presentase Infertile = Jumlah Infertil x 100%


Total Setting HE

Presentase Exploide = Jumlah Exploide x 100%


Total Setting HE

Data yang menjadi acuan untuk menghitung presentase tingkat


keberhasilan inkubasi yaitu data yang diperoleh dari PT. Patriot Intan Abadi.
Dapat dilihat dari table berikut.
32

Tabel 8. Presentase Keberhasilan Inkubasi pada Mesin Setter Petersime

Jumlah Telur
KDG Total Infertil Exploide yang masuk
Farm Strain dan
Sett Hatcher (Fertil)
Grade Jml Jml Jml
1A-8A 99600 5758 588 93253
CCR Cobb
9A-16A 107130 7622 813 101655
Jumlah 206730 13380 1401 194918
Presentase (%) 7,5 0,7 92,8

Tabel 9. Presentase Keberhasilan Inkubasi pada Mesin Setter Buckeye

Jumlah Telur
KDG Total Infertil Exploide yang masuk
Farm Strain dan
Sett Hatcher
Grade Jml Jml Jml
1A-6A 55572 4057 169 51346
SCG4 Cobb
7A-12A 58476 4284 222 53970
Jumlah 114048 8341 391 105316
Presentase (%) 7,3 0,4 92,3

Tabel diatas merupakan hasil rangkaian proses awal setting sampai


transfer pada tanggal 31 Juli 2017 – 19 Agustus 2017 yang dijadikan sampel yaitu
HE Grade A, dari hasil table diatas menunjukan bahwa presentase keberhasilan
pada mesin Setter Petersime lebih besar dari pada mesin Setter Buckeye. Dengan
selisih fertilitas 0,5%, akan tetapi cenderung terbalik dengan presentase infertile
dan exploide yang hasilnya, presentase pada mesin buckeye lebih kecil
dibandingkan dengan mesin Setter Petersime. Dengan selisih infertile 0,2%,
Explode 0,3%.
33

Presentase Tingkat Keberhasilan Hatchering Pada Mesin Hatcher


Dari pengamatan dan perhitungan data yang dilakukan pada siklus
produksi satu periode. Objek pengamatan yaitu mesin Hatcher petersime dan
mesin Hatcher buckeye. Dapat menghitung presentase keberhasilan Hatch sebagai
berikut :

Presentase Daya Tetas = Jumlah DOC x 100%


Total Transfer HE

Data yang menjadi acuan untuk menghitung presentase tingkat


keberhasilan daya tetas yaitu data yang diperoleh dari PT. Patriot Intan Abadi.
Dapat dilihat dari table berikut.

Tabel 10. Presentase Tingkat Keberhasilan Daya Tetas pada Mesin Setter Petersime

Kandang Jumlah
Umur DOC DIS Afkir
Farm Strain dan Transfer
Indukan
Grade HE
CCG Cobb 31567 3783 240
1A-16A 194918 32169 3357 183
40-42 31939 3423 147
Minggu 30079 4092 193
1B-16B 17189 32862 2626 163
31308 3763 213
Jumlah 212107 189924 21044 1139
Presentase 89,5% 9,9 0,6%

Tabel 11. Presentase Tingkat Keberhasilan Daya Tetas pada Mesin Setter Buckeye

Kandang Jumlah
Umur DOC DIS Afkir
Farm Strain dan Transfer
Indukan
Grade HE
30-34 50140 213
SCG4 Cobb 1A-12A 105316 4411
Minggu 50330 222
Jumlah 100470 4411 435
Presentase 95,4% 4,2% 0,4
34

Tabel diatas merupakan hasil rangkaian proses Transfer HE sampai Pull


Chick pada tanggal 19 Agustus 2017 – 21 Agustus 2017, dari hasil table diatas
menunjukan bahwa presentase tingkat keberhasilan daya tetas pada mesin Hatcher
Buckeye lebih besar dari pada mesin Hatcher Petersime, berbanding terbalik
dengan mesin setter. Dapat dilihat Presentase daya tetas pada mesin hatcher
Petersime sekitar 89,5% dan mesin hatcher buckeye mencapai 95,4%.
Dari pengamatan Presentase tingkat keberhasilan hatchering pada mesin
hatcher bahwa produktifitas pada mesin hatcher buckeye lebih besar daripada
mesin hatcher Petersime diimbangi dengan di unit hatchery 1 Sumber Daya
Manusia dari segi pengalaman karyawan bekerja lebih lama sehingga memiliki
keterampilan yang baik, dan biaya divestasi lebih rendah.

Faktor Penyebab Tingkat fertilitas dan Daya Tetas


Faktor penyebab tingkat fertilitas dan daya tetas dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain, kualitas telur, umur indukan yang menghasilkan telur ,kondisi
suhu dan kelembaban pada mesin Setter dan hatcher itu sendiri.
Dari hasil pengamatan table 8 dan 9 mengenai presentase tingkat
fertilitas HE bahwa umur telur tidaklah begitu berpengaruh terhadap fertilitas HE,
akan tetapi yang berpengaruh disini yaitu suhu dan kelembaban yang diterima HE
tiap waktunya pada mesin setter. Sedangkan hasil pengamatan dari table 10 dan
11 mengenai presentase daya tetas didapatkan bahwa umur indukan yang
menghasilkan telur dan kualitas telur sangat berpengaruh terhadap daya tetas HE.
Umur indukan muda lebih baik daripada umur indukan tua. Maka dengan
demikan, fertilitas dan daya tetas HE yang tinggi akan menghasilkan produktifitas
yang baik dan menghasilkan kualitas DOC baik yang sesuai kriteria yang telah
ditetapkan.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa hasil pada table 8, 9, 10, 11
diatas tidak bisa dikatakan keakuratannya karena dalam pengamatan fertilitas dan
daya tetas pada dua unit mesin yaitu petersime dan buckeye .Umur indukan dan
kualitas HE tiap farm berbeda berbeda.
35

Analisis Masalah Subsitem Agroinput Hatchery


Dari hasil pengamatan dan penelusuran dilapangan ada beberapa hal yang
didapatkan mulai dari keunggulan dan kelemahan dari masing-masing unit
produksi, yang sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan produksi.
Di PT. Patriot Intan Abadi terdapat 2 unit Produksi. Unit produksi 1
menggunakan mesin buckeye dan unit produksi 2 menggunakan mesin petersime.
Hasil pengamatan dapat dilihat dari table berikut.

Tabel 12. Analisis masalah subsistem agroinput Hatchery

FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL


Strengths (Kekuatan) Opportunities (Peluang )

1. Mesin Petersime teknologi modern 1. Permintaan pasar mengenai


(Otomatis) Daging meningkat
2. Memakai Alat Ovoscan 2. Segmen pasar tersendiri
(Petersime). 3. Lokasi strategis
3. Kapasitas di mesin petersime lebih 4. Kualitas Telur baik
banyak

Weaknesses (Kelemahan) Threats (Ancaman)

1. Sering touble di mesin bockeye 1. Pesaing


2. Mesin buckeye controling 2. Turning tidak sesuai
pendukung belum lengkap (CO2 , 3. Filter mesin terhambat
Display panel Toch) 4. Suplai Listrik terhambat.
3. Sparepart harus impor

Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa masalah-masalah yang terjadi


yaitu trouble pada mesin buckeye sering terjadi dan untuk mendapatkan sparepart
harus impor . akan tetapi kelemahan diatas bisa diimbangi dengan kekuatan dan
peluang yang ada, sehingga permasalah trouble pada mesin tidak akan begitu
mempengaruhi eksistensi perusahaan dalam bermitra dengan farm-farm yang
sudah berjalan. Penjelasan secara rinci terdapat di lampiran 5.
36

Menentukan Strategi dalam Pemecahan Masalah


Dalam menentukan langkah yang konkrit diperlukan tindakan dalam
penyeimbangan antara permasalahan yang terjadi dengan kekuatan serta peluang
yang ada, sehingga perusahaan bisa mengambil langkah untuk bisa
mempertahankan perusahaannya ataupun bisa meningkatkan skala usahanya. Dari
hasil analisi permasalah, perusahaan bisa mengambil langkah dan menentukan
strategi yang akan diambil. Dapat dilihat dari table berikut.

Internal Strengths (Kekuatan) : Weaknesses (Kelemahan)

1. Mesin Petersime teknologi 1. Sering touble di mesin buckeye


modern (Otomatis) 2. Mesin buckeye controlling
2. Memakai alat Ovoscan pendukung belum lengkap
(Petersime). (CO2 , Display panel Toch)
3. Kapasitas di mesin Petersime 3. Sparepart masih impor
Eksternal lebih banyak

Opportunities (Peluang ) : Strategi S-O (menggunakan Strategi W-O (meminimalkan


kekuatan untuk memanfaatkan kelemahan untuk memanfaatkan
1. Permintaan pasar peluang) : peluang) :
mengenai Daging 1. Menambah unit mesin 1. Pengecekan mesin harus
meningkat hatcher saat adanya ditingkatkan
2. Segmen pasar tersendiri peningkatan permintaan jasa 2. Petugas teknisi harus standby
3. Lokasi strategis penetasan. di area hatchery
4. Kualitas Telur baik 2. Menentukan kriteria DOC 3. Controling temperature selama
yang premium/grade terbaik 6 jam di pre-heat
3. Menambah mitra farm.

Threats (Ancaman) : Strategi S-T Strategi W-T (meminimalkan


(menggunakan kekuatan untuk kelemahan dan menghindari
1. Pesaing mengatasi ancaman) : ancaman) :
2. Turning tidak sesuai 1. Cross HE ke mesin petersime 1. Sanitasi dan kebersihan setiap
3. Filter mesin terhambat ruangan
4. Suplai Listrik terhambat. 2. Perawatan mesin 1 kali dalam
setting
3. Karyawan yang setting (mesin
buckeye) ditugaskan satu orang

Tabel 13. Menentukan Strategi (SWOT Matriks)

Jadi keputusan untuk mengatasi masalah pada unit agroinput hatchery PT.
Patriot Intan Abadi ini adalah memilih STRATEGI W – O artinya dengan
adanya peluang yang ada, perusahaan bisa memanfaatkan peluang untuk
meminimalkan kelemahan unit mesin buckeye dengan pengecekan mesin harus
37

ditingkatkan, petugas teknisi harus standby di area hatchery, dan Controling


temperature selama 6 jam di Pre-heat harus dilakukan agar tingkat fertilitas tetap
terjaga baik sesuai harapan perusahaan. Uraian secara rinci terdapat pada
Lampiran 5.

Rencana Agribisnis
Membuat Mesin Penetasan Otomatis dari Styrofoam

Dengan adanya peluang usaha di bidang pembuatan mesin tetas masih


terbuka lebar. Hal itu sejalan dengan meningkatnya usaha peternakan masyarakat.
Produksi ternak khususnya unggas semakin meningkat dari tahun ketahun.
Masyarakat sendiri juga semakin terbangun kesadarannya akan pentingnya
mengkonsumsi daging. Hal itulah yang pada gilirannya ikut meningkatkan gizi
masyarakat. Usaha peternakan, misalnya itik dan ayam mensyaratkan adanya
teknologi penetasan telur yang memadai. Dengan demikian kebutuhan akan mesin
tetas perlu adanya.
Efisiensi dalam pembuatan mesin tetas perlu dipertimbangkan mulai dari
bahan-bahan yang mudah didapat, harganya terjangkau, serta dalam biaya
operasionalnya tidak tinggi, dengan demikian masyarakat akan mau untuk
membuat dan ataupun membelinya. Dengan adanya tren mesin tetas otomatis,
masyarakat harus andil ikut serta dalam pembuatan mesin tetas yang
murah/terjangkau tersebut, sehingga masyarakat mampu bersaing dan mampu
berperan untuk menciptakn lapangan kerja/usaha. Dari hasil Praktik Kerja
Lapangan I (PKL I) Subsistem Agroinput Hatchery di PT. Patriot Intan Abadi,
memiliki rencana Usaha yaitu “Membuat Mesin Penetasan Otomatis dari
Styrofoam” yang didasarkan dari hasil analisis masalah yang diamati dan bahan
yang digunakan dari Styrofoam lebih murah/terjangkau, mudah didapat, biaya
operasionalnya lebih rendah dibandingkan dengan pembuatan mesin tetas dari
kayu atupun seng. Harapannya dari pembuatan mesin penetasan ini bisa untuk
meningkatkan produktifitas, daya tetas yang dihasilkan sama bahkan tinggi seperti
mesin tetas otomatis lainnya, serta bisa memenuhi kebutuhan peternak lokal
38

dengan harga terjangkau, sehingga produksi peternak unggas dalam bidang


penetasan dapat lebih meningkat. Rencana Agribinis terinci pada Lampiran 1.
39

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan

1) Prosedur Operasional mesin tetas (hatcher) sudah dilakukan dengan baik .


2) Keseluruhan proses dan prosedur penetasan, sanitasi dan biosecurity yang
dilakukan perusahaan tersebut sudah cukup baik dan dilakukan sesuai standar
operasional yang telah ditetapkan perusahaan.
3) Nilai daya tetas yang dihasilkan PT. Patriot Intan Abadi. unit Caringin, Bogor.
Cukup tinggi, dengan Presentase Daya tetas 95,4% yang dihasilkan pada
mesin buckeye lebih besar dari pada mesin petersime sekitar 89,5%.
Presentase Daya tetas sangat dipengaruhi oleh kualitas telur, umur indukan
yang menghasilkan telur, dan kondisi suhu dan kelembaban pada mesin
hatcher itu sendiri dan paling dominan adalah umur indukan.
4) Produktifitas yang dihasilkan mesin buckeye lebih tinggi dibandingkan dengan
mesin petersime, diimbangi dengan di unit hatchery 1 Sumber Daya Manusia
dari segi pengalaman karyawan bekerja lebih lama sehingga memiliki
keterampilan yang baik, dan biaya divestasi lebih rendah.
5) Perencanaan bisnis (Businessplan) yang direncanakan yaitu pembuatan mesin
penetasan dari styrofoam

Saran
Sebaiknya untuk meminimalkan trouble pada mesin (setter dan hatcher)
dilakukan pengecekan mesin harus ditingkatkan, petugas teknisi harus standby di
area hatchery, dan Controling temperature selama 6 jam di Pre-heat bertujuan
untuk meminimalisir trouble pada mesin setter (suhu, humidity, dll) dan telur
tetap disuhu yang diinginkan pada saat di ruang pre-heat.
40

Anda mungkin juga menyukai