IN VITRO
OLEH :
KELOMPOK 7
OLEH :
KELOMPOK 7
LAPORAN PRAKTIKUM
PAKAN DAN NUTRISI RUMINASIA
OLEH :
KELOMPOK 7
Koordinator Umum
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Pakan dan Nutrisi
Ruminansia ini dengan lancar. Kami banyak mendapatkan bantuan dan dukungan
baik moril maupun materil dari pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
turut berperan dalam proses penyusunan. Penyusun mengcapkan terimakasih kepada:
1. Staf Pengajar mata kuliah Pakan dan Nutrisi Ruminansia, yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama praktikum berlangsung.
2. Para asisten praktikum mata kuliah Pakan dan Nutrisi Ruminansia, yang telah
mendampingi dan membimbing selama berlangsungnya kegiatan praktikum.
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan berupa moril dan materil.
4. Rekan seperjuagan praktikan shift 2 dan kelompok 7 yang telah bekerjasama.
1.2. Tujuan
1.2.1. Mengetahui Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik
1.2.2. Mengetahui Produksi Gas total melalui Analisis Gas Test
1.2.3. Mengetahui Kecernaan Protein melalui Analisis VFA dan N-NH3
3.1.1. Alat
3.1.2. Bahan
1.Cairan rumrn
2.CO2
3.HgCl2 jenuh
4.Pepsin HCL
5.Larutan Mc Dougalls
↓
Diinkubasi pada suhu 39ᵒC dalam shaker water bath
Hidrolitis
↓
Supernatan dibuang, residu dioven pada suhu 105ᵒC selama 8 jam, hitung BK
3.2.1 Alat :
1.Pipet
2.Satu set alat destilasi uap (labu didih, pipa penghubung dan pendingin
Liebig)
3.Labu Erlenmeyer
4.Buret Makro (25 – 50 ml)
3.2.2 Bahan :
Destilator dididihkan
Dicuci tempat sampel dengan aquadest
Destilasi ditampung pada erlenmeyer yang telah berisi 5 ml NaOH 0,5 N hingga
volume destilat mencapai 100 ml
3.3.1 Alat :
1.Piston
2.Tabung Menke
3.Oven Ishotermal
4.Thermos
5.Water dispenser
6.Kain saring
7.Corong
3.3.2 Bahan :
4.1 Hasil
4.1.1Pengukuran KBK dan KBO
Tabel 1. Hasil Pengukuran KBK dan KBO
Kelompok Sampel KBK % KBO % Degradasi BK
3,46 214
6 Indigofera
3,2 240
3,34 236
3,84 176
7 Jerami
4,04 156
3,94 166
3,58 202
8 Lamtoro 4,34 126
3,96 164
3,86 174
9 Rumput Raja
4,28 192
4,02 152
9,94 46,3
6 Indigofera
14,18 88,7
13,44 81,3
5 -3,1
7 Jerami
5,04 -2,7
4,96 -3,5
4,66 -6,5
8 Lamtoro
4,1 -12,1
4,3 -8,1
4,28 -10,3
9 Rumput Raja
4,16 -11,3
4,8 -5,1
4.2 Pembahasan
4.2.1 .Kecernaan Bahan Kering dan Kecernaan Bahan Organik
Menurut hasil yang didapatkan kecernaan bahan organik dan bahan kering
berbeda. Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Tillman et. Al (1998) bahwa
Kecernaan bahan organik pakan perlakuan yang relatif sama diduga disebabkan oleh
kandungan BO pakan perlakuan yang juga relatif sama. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti kualitas bahan pakan, komposisi bahan
pakan, perbandingan komposisi antara bahan pakan satu dengan bahan pakan lainnya,
perlakuan pakan, suplementasi enzim dalam pakan, ternak dan taraf pemberian pakan.
Hasil pengukuran VFA pada masing masing bahan pakan yang digunakan
berbeda-beda, hasil tertinggi yaitu indigofera U1=214 mM, U2=240 mM,dan U3= 226
mM sedangkan jerami yaitu U1=156 mM, U2= 166 mM, dan U3=202 mM.
Simanihuruk, dkk (2010) melaporkan nilai nutrisi tepung daun indigofera adalah
sebagai berikut: protein kasar 27,97%; serat kasar 15,25%, Ca 0,22% dan P 0,18%.
Menurut Wanapat et al., (2013) kandungan protein kasar pada jerami padi sekitar 2-
5%. Jerami padi mempunyai karakteristik kandungan protein kasar rendah serta serat
kasar yang tinggi antara lain selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika . Data tersebut
menunjukkan bahwa indigofera lebih fermentable dibanding jerami, jerami kurang
fermentable karena kandungan serat kasar yang tinggi dan protein rendah sehingga
hanya sebagian kecil yang dapat tercerna oleh mikroba. Widodo , dkk (2012)
Menyatakan bahwa produksi VFA yang relatif sama antar perlakuan selain
dipengaruhi SK dan BETN juga dipengaruhi oleh kandungan PK pada pakan
perlakuan yang relatif sama. Protein kasar juga berpengaruh terhadap VFA, karena
VFA yang dihasilkan selain berasal dari fermentasi karbohidrat, juga berasal dari
fermentasi protein dalam rumen. Protein kasar yang relatif sama menghasilkan VFA
yang juga relatif sama. Hal ini dikarenakan protein yang terkandung dalam pakan
perlakuan mudah terdegradasi menjadi asam amino, selanjutnya asam amino tersebut
akan mengalami deaminasi menjadi NH3 dan asam α keto. Asam α keto diubah
menjadi VFA, yang berupa iso butirat, iso valerat dan 2 metil butirat yang digunakan
sebagai kerangka karbon bagi sintesis protein mikrobia rumen. Tinginya kandungan
PK pada indigofera menghasilkan VFA yang lebih tinggi dibanding dengan jerami.
Kadar VFA pada lamtoro lebih rendah dibanding dengan jerami, yaitu pada
lamtoro U1=126 mM, U2=164 mM, dan U3=174 mM. Kandungan nutrien lamtoro
adalah protein kasar (PK) 23,7%, serat kasar (SK) 18% dan lemak kasar (LK) 5,8%
(Hartadi dkk., 2005). Berdasarkan literatur seharusnya kadar VFA pada pada lamtoro
lebih tinggi dibanding jerami. Menurut Wijayanti (2012) tinggi rendahnya
konsentrasi VFA dipengaruhi oleh tingkat fermentabilitas pakan, jumlah karbohidrat
yang mudah larut, pH rumen, kecernaan bahan pakan, jumlah pakan, serta jenis
bakteri yang ada di dalam rumen. Karbohidrat non struktural (pati, pektin, dan gula
sederhana) sangat cepat difermentasi dibandingkan dengan karbohidrat non struktural
(selulosa, hemiselulosa dan lignin). Faktor tersebut juga yang menyebabkan
perbedaan kadar VFA pada bahan pakan yang diuji saat praktikum.
Konsentrasi VFA pada rumput raja hasil praktikum yaitu U 1=192, U2=152,
dan U3=136. Hasil U3 tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian Yulianti
(2010)bahwa rata-rata konsentrasi total VFA pada sapi PFH dengan ransum berupa
konsentrat protein tinggi dengan pakan basal rumput raja (131,132 mmol per L).
indikator produksi VFA yang sering digunakan adalah perbandingan C2 dengan C3
karena dapat diketahui efisiensi penggunaan asam lemak. Asam asetat merupakan
senyawa non glukogenik dan hampir semua jaringan tubuh mampu mengoksidasinya
karena sesudah diserap tidak ditimbun namun langsung dioksidasi. Akibat proses
oksidasi tersebut menimbulkan heat increament yang tinggi sehingga nilai
efisiensinya rendah. Sebaliknya C3 merupakan senyawa sugar precursor atau bakalan
glukogenik utama (Pamungkas dkk., 2009).
VFA yang dihasilkan dari berbagai bahan pakan yang diuji banyak yang
melebih kisaran normal pada indigofera >200 mM dan U3 jerami 220 mM. Sutardi
(1980), bahwa kadar VFA yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan mikroba
rumen berkisar 80 – 160 mM. tingginya kadar VFA bisa menyebabkan bloat, hal
tersebut sesuai dengan Yanuartono, dkk (2018) pakan dengan kandungan bijian yang
tinggi dianggap dapat mengakibatkan terjadinya bloat. Pakan yang mengandung
gandum dalam jumlah yang banyak sering dianggap menyebabkan bloat. Konsumsi
pakan konsentrat yang berlebihan akan mengakibatkan peningkatan kecepatan
fermentasi oleh bakteri rumen, produksi berlebihan asam lemak volatil (VFA),
peningkatan asam laktat, dan penurunan pH dalam rumen. Hal tersebut
mengakibatkan kapasitas absorbsi rumen terlampaui, kontraksi rumen terhambat dan
terjadi akumulasi gas di rumen bagian dorsal .
5.1 Kesimpulan
1. Hasil yang diperoleh dari % KBK dan % KBO pada U1, U2 dan U3 adalah
sebesar 20,575 %, 0,1 %, 21,2 % dan 44,90 %, -20,829 % , 10,51 %.
2. Hasil pengukuran VFA bahan pakan jerami pada U1, U2 dan U3 sebesar 176
mM, 156 mM, dan 166 mM. Hal ini menunjukan tingginya kecernaan
karbohidrat, protein dan lemak. Faktor keberhasilan dalam mengukur VFA
yaitu jumlah mikroba rumen, proses fermentasi oleh mikroba rumen.
3. Hasil gas test yang diperoleh adalah 26,67 mg BK dengan faktor yang
mempengaruhi yaitu cairan rumen, lama inkubasi dan jenis bahan pakan.
4. Hasil yang diperoleh dari N-NH3 pada U1, U2 dan U3 yaitu -3,1 mM, -2,7 mM
dan -3,5 mM. Hasil tersebut kurang mendukung hasil sintesis mikroba rumen.
5.2 Saran
Alwi, Y. 2009. Pemanfaatan Inokulum Feses Sapi Dalam Uji Kecernaan In Vitro
ADF dan NDF Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Jurnal Ilmiah
Ilmu Ilmu Peternakan. 12(2):72-75
Chuzaemi, S. 1994. Potensi Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak Ditinjau dari Kinetik
Degradasi dan Retensi Jerami di Dalam Rumen. Disertasi Doktor.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Citra, Dwi Fitriani. 2012. Karakteristik In Vitro dan Produksi Gas Test Serat Kelapa
Sawit yang Difermentai dengan Pleurotus ostreatus untuk Pakan
Hijauan Alternatif. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Doyle, P.T., C. Devendra and G.R. Pearce. 1986. Rice straw as a feed for ruminants.
International Development Program of Australia Universities and Collages
ltd., Canberra.
Hartadi, H., S. Reksohadiprojo, dan A.D. Tillman. (2005). Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Huntington, G.B., and S.L. Archibeque. 1999. Practical Aspects of Urea and
Ammonia Metabolism in Ruminants. Proceedings of the American Society of
Animal Science.
jjjj08886668433
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak 1. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Khairulli, Gumilang. 2013. Kinetika Produksi Gas dan Kecernaan In Vitro Pakan
dengan Penambahan Mineral Organik Hasil Inokulasi dengan
Saccharomyces cerevisiae dan Suplementasi Hijauan Bertanin. Skripsi.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Mayangsari, D. 2011. Pengaruh Substitusi Daun Gamal (Glyricidia sp.) dengan Daun
Mimba (Azadiractha indica) terhadap Fermentabilitas Pakan Ruminansia
secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
Semarang.
Sajati, G. 2012. Pengaruh Ekstrusi dan Proteksi dengan Tanin pada Tepung Kedelai
Terhadap Produksi Gas Total dan Metan secara In Vitro. Idonesian Jurnal
Of Food Technology. 1(1) : 79-94.
Soejono, M. 1987. Pengaruh lama peram pada amoniasi jerami padi terhadap
kecernaan in vivo. Prosiding Limbah Pertanian Sebagai Pakan dan Manfaat
Lainnya. Editor M Soejono, dkk. Bioconversion Project Second Workshop.
Grati.
Sudana. 1984. “Straw Basal Diet for Growing Lambs” (A Thesis Submitted to the
Degree of Master of Science). The Department of Biochemistry and
Nutrition, the University of New England, Armidale, N. S. W., 23451,
Australia.
Suparwi. 2017. Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organik, Kadar Amonia Dan
Vfa Totalin Vitro Suplemen Pakan Domba. Zootek. 1(1) : 1- 9
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I. Departemen Ilmu Makanan Ternak.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Widodo, F., dan S. Wahyono. 2012. Kecernaan Bahan Kering, Kecernaan Bahan
Organik, Produksi VFA Dan NH3 Pakan Komplit dengan Level Jerami Padi
Berbeda Secara In Vitro. Animal Agricultural Journal 1 (1): 215 – 230.
Wijayanti, E., F. Wahyono., dan Surono. 2012. Kecernaan nutrien dan fermentabilitas
pakan komplit dengan level ampas tebu yang berbeda secara in vitro.
Journal Animal Agriculture. 1 (1) : 167 – 179.
Yulianti, A. 2010. Kinetika Volatile Fatty Acid (VFA) cairan rumen dan estimasi
sintesis protein mikrobia pada sapi perah dara Peranakan Friesian Holstein
yang diberi pakan basal rumput raja, jerami jagung, dan jerami padi yang
disuplementasi konsentrat protein tinggi. Jurnal Teknologi Pertanian. 6 (1) :
25-33.