Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI

NAMA : RASTI HUKAMA ISTIADZAH

NIM : A1C419076

KELAS : REG B (R003)

NAMA ASDOA : 1. SYIFA FUADIAH (A1C417030)

2. DHAWI ALYA ANANDA (A1C417008)

PROGRAM S.TUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
I. Tujuan
1.1 Mahasiswa terampil membuat media pertumbuhan mikroorganisme
1.2 Mempelajari cara-cara sterilisasi (pencucihamaan) terhadap bahan dan peralatan baik
secara fisik maupun sederhana
II. Landasan Teori
II.1 Media Pertumbuhan Bakteri
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang
digunakan untuk membiakkan mikroba. Media terdapat bermacam-macam yang dapat
digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan
jumlah mikroba maupun untuk transport specimen dari suatu tempat ke tempat
pemeriksaan mikrobiologi. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa
molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dalam
pemeriksaan mikrobiologi, media menjadi suatu hal yang penting agar mikroba yang
dapat hidup dan menentukan bahwa mikroba yang diperiksa adalah benar-benar
mikroba yang dicari atau yang diharapkan. Upaya pembiakan mikroorganisme
memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai agar bakteri dapat berkembang dengan
baik. Dalam pertumbuhannya, mikroorganisme memerlukan bahan-bahan organik dan
ion-ion pendukung sebagai sumber energi dan katalis (Hartanto, 2018: 69). Faktor-
faktor yang penting bagi proses pembiakan mikroorganisme yaitu nutrisi, oksigen dan
gas lain, kelembaban, pH media, suhu, serta kontaminan. Media yang baik untuk
pembiakan mikroorganisme harus mengandung unsur-unsur seperti karbon, nitrogen,
fosfat inorganic, sulfur, logam, air, dan mineral. Dalam bidang mikrobiologi untuk
menumbuhkan dan mempelajari sifat-sifat mikroorganisme diperlukan suatu media
sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme. Media pertumbuhan harus memenuhi
persyaratan nutrisi yang dibutuhkan oleh suatu mikroorganisme. Nutrisi yang
dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhannya meliputi karbon, nitrogen, unsur
non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg,
dan Fe, vitamin, air, dan energi (Juariah, 2018: 25).
II.2 Jenis-Jenis Media Pertumbuhan Bakteri
Bentuk media ditentukan oleh ada atau tidak adanya zat pemadat seperti Agar, gelatin.
Berdasarkan bentuk, dikenal tiga jenis media, yaitu: media padat, media cair, media
semi-padat.
 Media padat (media solid); merupakan media yang berbentuk padat, yang terdiri
atas nutrisi yang ditambah dengan Agar-Agar sebagai pemadat, yang dibuat padat
dalam cawan (plate) atau dalam bentuk Agar miring dalam tabung. Media padat,
dibuat dengan menambahkan komponen pemadat seperti Agar ke dalam medium
kaldu. Contoh media padat adalah Nutrien Agar (NA). Media padat umumnya
dipergunakan untuk mempelajari penampilan atau koloni bakteri. Selain itu,
media padat dipergunakan juga untuk mengasingkan kuman untuk mendapatkan
koloni terpisah (untuk memperoleh biakan murni).
 Media cair (media broth); merupakan media yang terdiri dari nutrisi-nutrisi yang
berbentuk cair. Media ini tidak ditambahkan dengan komponen pemadat seperti
Agar. Oleh karena itu, dalam suhu kamar, wujud media ini selalu cair. Contoh
media cair adalah kaldu nutrien (nutrient broth). Media cair dipergunakan untuk:
membiakkan mikroorganisme dalam jumlah besar, penelaan fermentasi, perlakuan
berbagai macam uji. Media ini tidak cocok untuk pengasingan bakteri untuk
memperoleh biakan murni, juga tidak dapat dipakai untuk mempelajari koloni
bakteri.
 Media setengah padat (media semi-solid); merupakan media yang dibuat dengan
menambahkan komponen pemadat, misalnya Agar, yang hanya setengah atau
kurang dari seharusnya ke dalam nutrisi. Dengan demikian, tingkat konsistensi
media ini lebih rendah jika dibandingkan dengan media padat (media solid).
Media setengah padat dipergunakan untuk: menguji ada tidaknya motilitas
(pergerakan) sel bakteri, menguji ada tidaknya kemampuan fermentasi bakteri
(Boleng, 2015: 15).
II.3 Sterilisasi
Makna harfiah kata sterilisasi adalah menghancurkan semua bentuk kehidupan.
Sterilisasi diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu secara fisik dan secara kimia.
Bahan sterilan daoat berbentuk cairan, gas atau radiasi ekeltromagnetik. Klasifikasi
tersebut tidak mutlk karena sterilisasi secara fisikpun dapat menghasilkan bahan kimia
yang letal, dan membentuk panas serta tekanan osmotic. Cara sterilisasi tertua adalah
destruksi dengan pemanasan baik menggunakan api maupun panas yang ditimbulkan
oleh uap air sehingga dapat dikatakan bahwa media sterilisasi klasik adalah panas dan
air (basah) yang meliputi air mendidih dan uap air panas. Air mendidih (boiling water)
dianggap kurang baik karena tidak memiliki tekanan sehingga penetrasi ke dalam
material lambat dan suhunya relative rendah,oleh karena itu, uap air bertekanan tinggi
paling banyak digunakn sampai sekarang. Sterilisasi adalah suatu proses pemusnahan
semua bentuk mikroorganisme, baik yang berbentuk vegetative maupun yang
berbentuk spora. Miikroorganisme yang dimaksud dapat berupa kuman, virus,
rickettsia maupun jamr. Jadi produk steril telah bebas dari semua jenis
miikroorganisme hidup. Istilah “hidup” di sini perlu diperhatikan karena ada produk
steril yang masih menganding miikroorganisme tetapi telah mati, misalnya hasil
sterilisasi dengan pemanasan, penyinaran ataupun dengan memakai gas. Khusus untuk
produk hasil sterilisasi dengan penyaringan, sama sekali tidak terdapat miikroorganis,e
kontaminan karena telah dipisahkan secara fisika dan tertinggal di dalam filter. Ada
beberapa macam cara proses sterilisasi, yaitu:
a. Sterilisasi dengan pemanasan secara kering
Dengan cara pemijaran dapat digunakan api gas tidak berwarna atau pembakaran
spiritus. Caranya sangat sederhana, cepat dan menjamin sterilitas dari bahan yang
disterilkan. Namun panggunaanya sangat terbatas hanya pada beberapa alat saja.
Selain dengan pemijaran, sterilisasi ini dapat menggunakan udra panas untuk
mensterilkan bahan/alat yang tidak dapat disterilkan dengan cara pemijaran atau
karena sifat fisiknya tidak dapat disterilkan dengn uap air yang diakibatka oleh
sukarnya ditembus oleg uap air. Cara sterilisasi ini berdasarkan oksidasi.
Keuntungan cara ini adalag bahan/alat yang disterilkan tetap dalam keadaan kering,
terhadap bahan dari metal dan instrument yang tajam udara kering tidak sekorosif
uap air dan udara kering tidak mengikir permukaan gelas.
b. Sterilisasi dengan pemanasan secara basah
Ada beberapa cara sterilisasi yang sering digunakan, diantaranya adalah dimasak
dengan air. Cara ini lekasanaanya sangat sederhana karena banyak aat-alat
kedokteran yang disterilkan dengan cara demikian. Pada prinsipnya cara ini hanya
merebus bajan atau alat yang akan disterilkan dalam jangka waktu tertentu,
dihitung sejak air mulai mendidih. Cara selanjutnya adalah tindalisasi yang
digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan tinggu, atau
bahan-bahan yang karena keadaan fisiknya tidak mungkin disterilkan dengan cara
penyaringan bakteri, misalnya dalam bentuk emulsi atau suspensi. Adapula
sterilisasi dengan uap air 100°C. cara ini adalah cara yang paling efektif, tetapi vara
tersebut di atas belum menjamin sterilitasnya, terutama bagi spora-spora yang
berday atahan besar. Efektivitas membunuh mikroba dengan uap air dikarenakan
uap air dapat dengan mudah menembus dinding sel dan menggumpalkan
proteinnya. Selain itu, sterilisasi dapat juga dilakukan dengan uap air jenuh
bertekanan tinggi (autoklaf). Cara ini memberikan jaminan sterilitas yang terbaik
untuk alat-alat atau bahan-bahan yang disterilkan. Daya penyeterilan dengan cara
ini tergantung pada sifat-sfat uap air jenuh dan kering. Pada sterilisasi dengan cara
ini selalu diusahakan agar uap air tidak bercampur dengan udara karena kapasitas
kalor udara sangat kecil sehingga apabila tercampur kapasitas campuran tersebut
akan menjadi kecil pula. Di samping itu, kadar air (kelembapan) juga akan
menurun jika bercampur dengan udara, jadi semata-mata bukan karena menurunnya
suhu saja. Manfaat uap ir dalam sterilisasi ini hanya tampak apabila uap air kontak
langsung dengan bahan/alat yang akan disterilkan.
c. Sterilisasi dengan penambahan zat tertentu
Zat yang ditambahkan umunya berupa senyawa kimia. Sterilisasi dengan cara ini
tidak selalu mematikan seluruh mikroba, terutama mikroba, terutama mikroba
dalam bentuk spora tidak terbasmi keseluruhan oleh karenanya cara ini lebih tepat
dinamakan pencuci-hamaan. Sterilisasi dengan cara ini biasanya hanya
diperuntukkan sterilisasi ruangan atau jenis peralatan tertentu saja. (Ma'at, 2009: 1-
17).
III. Metode Praktikum
III.1 Alat & Bahan
 PDA sintetis 39 gram
 NA sintetis 30 gram
 Akuades 1000 mL
 Labu Erlenmeyer 1L
 Pengaduk
 Bunsen
 Autoklaf
 Alat-alat yang akan disterilisasi

III.2 Prosedur
III.2.1 Pembuatan PDA

PDA Sintetis

 Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer aduk hingga homogen sambil


 Dipanaskan pada kompor listrik hingga muncul gelembung-gelembung
kecil dari dasar erlenmeyer
 Ditutup menggunakan kapas yang telah dilapisi perban lalu dilapisi
dengan aluminium foil pada bagian atas
 Disteriliasasi pada autoklap selama 15 menit pada suhu 121°C dan teknan
15 lbs atau 1 atm
Hasil

III.2.2 Pembuatan NA

NA Sintetis

 Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer aduk hingga homogeny


 Dipanaskan pada kompor listrik hingga muncul geembung-gelembung
kecil dari dasar Erlenmeyer
 Ditutup menggunakan kapas yang telah dilapisi perban lalu dilapisi
dengan aluminium foil pada bagian atasnya
 Disterilisasi pada autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C dan teknan
15 lbs atau 1 atm

Hasil
III.2.3 Sterilisasi

Autoklaf

 Diisi dengan akuades hingga batas yang ditentukan


 Dimasukkan medium atau peralatan yang akan disterilkan
 Ditutup rapat-rapat dengan mengunci pada kunci yang berlawanan
 Dibiarkan klep uap terbuka dengan mendirikannya, nyalakan autoklaf
 Dilihat apabila pada klep telah menetes air, menandakan suhu sudah
jenuh lalu tutup klep
 Dibiarkan autoklaf menyala hingga mencapai suhu 121°C dan tekanan
uap 15 lbs, pertahankan selama 15-20 menit
 Dimatikan dan tunggu tekanan menurun selama 5-10 menit.
 Dibuka klep perlahan-lahan, keluarkan uap sehingga tekanan kembali nol
 Buka autoklaf dan ambil barang-barang di dalamnya

Hasil

IV. Hasil Dan Pembahasan


IV.1 Hasil

No Keterangan Gambar
1. Media NA
2. Media PDA

3. Sterilisasi

IV.2 Pembahasan
Media NA (nutrient agar) merupakan media yang berbentuk serbuk berwarna putih
kekuningan dan apabila setelah digunakan akan berbentuk padat karena terdapat
kandungan agar sebagai pemadatnya. Nutrient agar terbuat dari campuran ekstrak
daging dan pepton dengan menggunakan agar sebagai pemadat. Dalam hal ini agar
digunakan sebagai pemadat karena sifatnya mudah membeku dan mengandung
karbohidrat yang berupa galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh
mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak beef dan pepton digunakan sebagai bahan dasar
karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang (Fatmariza, 2017:
70). Medium NA dibuat dengan cara timbang media NA 30 gr dan larutkan dalam 1000
mL akuades kemudian panaskan di atas hotplate hingga homogen, kemudian sterilkan
pada autoklafe suhu 121°C selama 15 menit guna menghindari tumbuhnya
mikroorganisme yang tidak diinginkan. Setelah sterilisasi, media dapat dituang secara
aseptis pada cawan petri steril untuk penggunaan. Sebelum menuang media, tunggu
hingga suam-suam kuku (± 40˚C) lalu dibiarkan pada suhu ruang hingga media
memadat dengan sempurna. Komposisi yang terpenting dalam media ini adalah
karbohidrat dan protein yang terdapat pada ekstrak daging dan pepton sesuai dengan
kebutuhan sebagian besar bakteri (Thohari, 2019: 725). Potato Dextrose Agar (PDA)
merupakan media yang umum digunakan sebagai isolasi dan budidaya jamur yang
menjadi ciri penting dari pertumbuhan jamur yaitu ciri-ciri morfologi dan juga warna
jamur. Media PDA tersebut terbuat dari ekstrak kentang dengan penambahan sumber
karbohidrat berupa dextrose, salah satu syarat nutrisi media untuk menumbuhkan jamur
adalah karbohidrat. PDA adalah media yang umum untuk pertumbuhan jamur di
laboratorium karena memiliki pH yang rendah (pH 4,5 - 5,6) sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0, dan
suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30°C. Cara pembuatan PDA sintetis sama
dengan pembuatan media NA sintetis. Mikroba dapat tumbuh pada media tersebut
adalah karena bahwa secara umum media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme harus memenuhi persyaratan nutrisi dan mudah dimanfaatkan oleh
organisme, mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan derajat keasaman
yang sesuai, serta tidak mengandung zat-zat yang menghambat pertumbuhan
mikroorganisme tersebut. Kandungan dextrose dan karbohidrat yang cukup tinggi pada
media PDA (20g), PCA (20g) dan SDA (40g) sangat berperan penting dalam proses
metabolisme jamur (Rahmi, 2019: 144).
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang
digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang
digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121 0C (250 0F).
Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15
Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit
untuk 121 0C. Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan
akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf.
Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup
sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang
sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur.
Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun
perlahan hingga mencapai 0 Psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan
mencapai 0 Psi (Syah, 2016: 60). Selain itu, sterilisasi dapat juga dilakukan dengan uap
air jenuh bertekanan tinggi (autoklaf). Cara ini memberikan jaminan sterilitas yang
terbaik untuk alat-alat atau bahan-bahan yang disterilkan. Daya penyeterilan dengan
cara ini tergantung pada sifat-sfat uap air jenuh dan kering. Pada sterilisasi dengan cara
ini selalu diusahakan agar uap air tidak bercampur dengan udara karena kapasitas kalor
udara sangat kecil sehingga apabila tercampur kapasitas campuran tersebut akan
menjadi kecil pula. Di samping itu, kadar air (kelembapan) juga akan menurun jika
bercampur dengan udara, jadi semata-mata bukan karena menurunnya suhu saja.
Manfaat uap ir dalam sterilisasi ini hanya tampak apabila uap air kontak langsung
dengan bahan/alat yang akan disterilkan (Ma’at, 2009: 17). Hal ini harus dilakukan
agar alat/bahan tidak terkontaminasi zat atau organisme lain yang tidak dibutuhkan
dalam percobaan atau praktikum yang akan dilakukan.
V. Penutup
V.1Kesimpulan
Media NA (nutrient agar) merupakan media yang berbentuk serbuk berwarna
putih kekuningan dan apabila setelah digunakan akan berbentuk padat karena terdapat
kandungan agar sebagai pemadatnya. Media PDA tersebut terbuat dari ekstrak kentang
dengan penambahan sumber karbohidrat berupa dextrose, salah satu syarat nutrisi
media untuk menumbuhkan jamur adalah karbohidrat. Autoklaf adalah alat untuk
mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi
menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15
Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121 0C (250 0F).

VI. Daftar Pustaka


Boleng, Didimus Tanah. (2015). Bakteriologi. Malang: UMM Press.
Fatmariza, Mila., Nurul Inayati., dan Rohmi. (2017). Tingkat Kepadatan Media Nutrient Agar
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Analis Medika Bio Sains
4(2), 69-73.
Hartanto, Eddy Sapto., dan Santi Ariningsih. (2018). Pembuatan Media Uji Mikrobiologi Siap
Pakai Dari Bahan Baku Lokal Indonesia Untuk Pengujian Parameter Angka Lempeng
Total. Journal of Agro-based Industry 35(2), 68-75.
Juariah, Siti., dan Wulan Puspa Sari. (2018). Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu Sebgai
Media Alternatif Pertumbuhan Bacillus sp. Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains 6 (1),
24-29.
Ma'at, Suprapto. (2009). Sterilisasi dan Disinfektan. Surabaya: Airlangga University Press.
Rahmi., Zainal Fikri., dan Ni Ketut Riska Pujasari. (2019). Ubi Jalar Putih (Ipomea
batatas)Media Alternatif Pertumbuhan Aspergilus niger. Jurnal Kesehatan Prima 13(2),
143-150.
Thohari, Nofria., Pestariati., dan Wisnu Istanto. (2019). Pemanfaatan Tepung Kacang Hijau
(Vigna radiata) Sebagai Media Alternatif NA (Nutrient Agar) Untuk Pertumbuhan
Bakteri Escherichia coli. Analis Kesehatan Sains 3(2), 725-737.

Anda mungkin juga menyukai