Anda di halaman 1dari 20

ARTIKEL MIKROBIOLOGI

BAKTERI DAN PERTUMBUHANNYA

Dosen Pengampu : Rais Nur Latifah, M.Si

Kelompok 3

1. Melisa Nur Kibtiah (1908076077)


2. Irvan Khoiril Anas (1908076078)

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2021
A. Pengertian Bakteri

Bakteri berasal dari bahasa latin yaitu kata bacterium yang berarti
kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Sedangkan
sumber lain mengatakan bakteri merupakan mahkluk hidup mikroskopis
bersel satu atau biasa disebut sebagai makhluk hidup uniseluler (Boleng,
2015). Jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut sebagai mikroba atau
mikroorganisme atau jasad renik atau bakteri. Jasad renik disebut sebagai
mikroba bukan hanya karena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihat
dengan mata biasa, tetapi juga pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana
dibandingkan dengan jasad tingkat tinggi (Mayasari, 2020). Bakteri
merupakan mikrobia prokariotik uniselular, termasuk kelas Schizomycetes,
berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel (Hidayati, 2016).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bakteri adalah jasad hidup yang
ukurannya kecil dan termasuk makhluk hidup bersel satu atau uniseluler.

Beberapa bakteri disebut sebagai penyebab infeksi dan penyakit. Padahal,


ada juga bakteri yang dapat memberikan manfaat pada bidang pangan,
pengobatan, dan industri. Bakteri dapat ditemukan hampir di setiap tempat
baik di tanah, air, udara, maupun dalam tubuh manusia.
B. Sel Eukariotik dan Prokariotik
Pada organisme, sel terdiri dari dua golongan yaitu sel prokariotik dan sel
eukariotik (Putri et al., 2017).
1. Sel Prokariotik

Sel prokariotik dapat ditemukan pada organisme bersel satu seperti


bakteri dan archae. Sel prokariotik bisa dikatakan sebagai sel yang
dikelilingi oleh membran dan dinding sel. Sel prokariotik memiliki ukuran
yang lebih kecil dibandingkan sel eukariotik. Suatu sel prokariotik
tersusun atas DNA, sitoplasma, membran plasma, dinding sel, kapsul, dan
lapisan lendir. Selain itu, Sebagian dari sel prokariotik ada yang
mempunyai pigmen fotosintesis seperti yang dapat ditemukan pada
Cyanobacteria.

Sel prokariotik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1
a. Sitoplasma bersifat difus dan bergranular. Hal ini dikarenakan adanya
ribosom yang melayang di sitoplasma sel.
b. Sel prokariotik memiliki membran plasma yang berbentuk dua lapis
fosfolipid. Fungsinya adalah untuk memisahkan bagian dalam sel dari
lingkungannya serta sebagai filter.
c. Tidak memiliki organel yang dikelilingi membran.
d. Memiliki dinding sel kecuali pada mycoplasma dan thermoplasma.
e. Pada umumnya memiliki kromosom sirkuler dan sel prokariotik tidak
memiliki inti sejati karena DNA tidak terselubung oleh membran.
f. Dapat membawa elemen DNA ekstrakromosom yang disebut plasmid,
yang umumnya sirkuler (bulat). Plasmid umumnya membawa fungsi
tambahan, misalnya resistensi antibiotik.
g. beberapa prokariotik memiliki flagela yang berfungsi sebagai alat
gerak.
h. umumnya memperbanyak diri dengan pembelahan biner (Dr. Padoli.,
2016).
2. Sel Eukariotik
Sel eukariotik mempunyai inti sejati yang diselimuti membran inti.
Inti sel mengandung bahan genetis berupa genome/ DNA. Seluruh bahan
genetis tersebut tersusun dalam suatu kromosom. Di dalam kromosom
terdapat DNA yang berasosiasi dengan suatu protein yang disebut histon.
Kromosom dapat mengalami pembelahan melalui proses yang dikenal
sebagai mitosis. Sel eukariotik juga mengandung organel-organel seperti
mitokondria dan kloroplas yang mengandung sedikit DNA (Mayasari,
2020).
Sel prokariotik dan sel eukariotik memiliki persamaann dan
perbedaan. Persamaannya adalah kedua sel ini sama-sama memiliki asam
nukleat, protein, lipid, dan karbohidrat. Sedangkan perbedannya dapat
dilihat pada tabel di bawah :

Pembeda Sel Prokariotik Sel Eukariotik


Ukuran 1-10 μm 10-100 μm
Tipe inti Tidak ada inti sejati Terdapat inti sejati
DNA Sirkuler Linear

2
Sintesis Berlangsung di Sintesis RNA di dalam
RNA/Protein sitoplasma inti dan sintesis protein
di dalam sitoplasma
Ribosom 50 s dan 30 s 60 s dan 40 s
Struktur Sederhana Terstruktur dengan
sitoplasma adanya membrane
intraseluler dan
sitoskeleton
Pergerakan sel Flagela yang tersusun Flagela dan silia yang
atas protein flagellin tersusun atas protein
tubulin
Mitokondria Tidak ada Satu sampai beberapa
lusin (beberapa tidak
memiliki mitokondria)

Kloroplas Tidak ada Pada alga dan tanaman


Organisasi Umumnya satu sel Sel tunggal, koloni, dan
organisme tingkat tinggi
dengan sel terspesialisasi
Pembelahan sel Pembelahan biner Mitosis dan sitokenesis
Jenis Organisme Bakteri dan archae Protista, fungi, tanaman,
dan hewan
(Putri et al., 2017).

C. Morfologi Bakteri

Arti kata morfologi adalah pengetahuan tentang bentuk (morphos).


Morfologi dalam cabang ilmu biologi adalah ilmu tentang bentuk organisme,
terutama hewan dan tumbuhan yang mencakup bagian-bagiannya. Adapun
Terkait dengan bentuk sel bakteri, terdapat tiga bentuk dasar, yaitu:
1. Sel bakteri berbentuk bola atau kokus
Berdasarkan atas pengelompokkan selnya, bentuk kokus ini kemudian
dikelompokkan menjadi:
a. Dilokokus, yaitu penataan sel bakteri kokus dalam kelompok dua-dua
sel.

3
b. Streptokokus, yaitu rangkaian sel bakteri kokus membentuk rantai
panjang atau pendek.
c. Tertrad, yaitu penataan sel bakteri kokus dalam kelompok empat-
empat sel, membentuk persegi empat.
d. Stafilokokus, yaitu kumpulan sel-sel bakteri kokus yang tidak beraturan
(bergerombol) membentuk seperti penataan buah anggur.
e. Sarcina, yaitu kumpulan sel-sel bakteri kokus membentuk kubus, yang
terdiri dari delapan sel atau lebih.
2. Sel bakteri berbentuk batang atau basil (Bacillus)
Bentuk bakteri basil, akan membentuk beberapa macam
pengelompokkan selnya, yaitu.
a. Diplobasil, yaitu penataan sel bakteri basil yang berkelompok dua-dua
sel, atau berpasangan (dua-dua sel).
b. Streptobasil, yaitu penataan sel bakteri basil yang membentuk rantai.
3. Sel bakteri berbentuk spiral
Bakteri yang berbentuk spiral, tidak membentuk pengelompokkan
atau saling menempelkan dinding selnya dengan dinding sel bakteri lain.
Bakteri spiral selalu berada secara terpisah-pisah (tunggal). Masing-
masing spesies berbeda dalam panjang sel, serta ketegaran dinding selnya.
Bakteri yang ukurannya pendek dengan spiral yang tidak lengkap,
dikelompokkan ke dalam bakteri berbentuk koma atau vibrio. Gambar
berikut menunjukkan bentuk dasar sel bakteri.

4
a. Penataan sel kokus: pembelahan dalam satu bidang, menghasilkan
diplokolus dan streptokokus. Pembelahan dalam dua bidang,
menghasilkan tetrad. Pembelahan dalam tiga bidang, menghasilkan
sarcina. Pembelahan dalam banyak bidang, menghasilkan stafilokokus.
b. Penataan sel basil.
c. Penataan sel spiral (Boleng, 2015).
Bakteri memiliki ukuran yang sangat bervariasi tergantung
spesiesnya, namun pada umumnya berkisar antara 0,5 – 1,0 x 2,0 – 5 μm.
Artinya untuk mencapai panjang 1 cm, maka harus disusun secara
memanjang sebanyak 10.000 bakteri yang panjang selnya 1 μm dari satu
ujung ke ujung lainnya. Sebagai contoh bakteri Staphylococcus sp dan
Streptococcus sp. yang berbentuk bola (spherical) mempunyai diameter
berkisar antara 0,75 – 1,25 μm. Bakteri tifoid dan disentri yang berbentuk
batang mempunyai lebar 0,5 – 1 μm dengan panjang 2 – 3 μm. Namun
demikian ukuran sel bakteri pada umumnya jarang ada yang lebih besar
dari 100 μm. Oleh karena mata telanjang manusia tidak mampu melihat
benda yang diameternya lebih kecil dari 0,1 mm atau 100 μm, maka sangat
diperlukan alat bantu yang disebut mikroskop untuk mempelajarinya.
Meskipun demikian, saat ini pengetahuan kita mengenai ukuran bakteri
yang sangat kecil telah berubah dengan diketemukannya bakteri dengan
ukuran yang sangat besar yaitu Epulopiscium fishelsoni. Bakteri ini
mempunyai ukuran 1.000.000 (sejuta) kali dari bakteri pada umumnya.
Lebar selnya mencapai 0,5 mm (bandingkan dengan E. coli yang memiliki
lebar sekitar 0,5 nm). Penemuan sel prokariot ini akan mengubah
pemahaman kita mengenai batasan ukuran bakteri (Hafsan, 2011).
D. Struktur Bakteri

Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu struktur dasar dan struktur
tambahan. Struktur dasar dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri, meliputi
dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula
penyimpanan. Sedangkan struktur tambahan hanya dimiliki oleh jenis bakteri
tertentu. Struktur ini meliputi : kapsul, flagellum, pili, fimbria, kromosom,

5
vakuola gas dan endospora. Untuk dapat memahami struktur bakteri, dapat
dipelajari gambar di bawah ini :

Sumber : http://microbyologyconceps.blogspot.morphology-of-bacteria-part-i-html,
1. Struktur dasar
a. Dinding sel
Kebanyakan bakteri mempunyai dinding sel. Dinding sel tersebut
terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran tertentu pada sel bakteri.
Dinding sel bersifat elastik dan terletak diantara kapsula dan membran
sitoplasma. Susunan kimia dinding sel sangat kompleks dan dapat
terdiri dari beberapa macam bentuk seperti selulosa, hemiselulosa,
khitin (karbohidrat, protein, lemak yang mengandung unsur N)
tergantung dari spesies bakteri. Dinding sel ditemukan pada semua
bakteri hidup bebas kecuali pada Mycoplasma.
Fungsi dinding sel adalah :
1) Memberi perlindungan terhadap protoplasma
2) Berperan penting dalam perkembangbiakan sel
3) Mengatur pertukaran zat dari luar sel dan oleh karena itu dinding
sel mempengaruhi kegiatan metabolisme dan melindungi
protoplasma dari pengaruh zat-zat racun
4) Sebagai pertahanan bakteri agar dapat bertahan hidup dalam
lingkungannya
5) Mempertahankan tekanan osmotik bakteri. Tekanan osmotik di
dalam bakteri berkisar antara 5-20 atmosfir.
b. Membran Sel
Membran sel merupakan bungkus dari protoplasma. Membran sel
terletak didalam dinding sel dan tidak terikat dengan dinding sel.

6
Berdasarkan pengujian sitokimia, membran sel menunjukkan adanya
protein lipida dan asam-asam nukleat. Membran sel menyerap cat-cat
basa lebih kuat dari pada sitoplasma. Membran yang menyelubungi
sitoplasma ini tersusun atas lapisan fosfolipid dan protein.
Fungsi membran sel antara lain :
1) Transport bahan makanan secara selektif.
2) Pada spesies aerob merupakan tempat transport elektron dan
oksidasi-fosforlasi
3) Tempat ekspresi bagi eksoenzim yang hidrolitik.
4) Mengandung enzim dan molekul-molekul yang berfungsi pada
biosintesa DNA.
5) Mengandung reseptor protein untuk system kemotaktik
6) Mengatur keluar masuknya zat-zat
7) Berperan dalam proses pembelahan sitoplasma menjadi 2 bagian,
diikuti dengan pembentukan dinding pemisah.
c. Sitoplasma
Merupakan isi sel yang berupa cairan, disebut juga dengan
protoplasma. Protoplasma merupakan koloid yang mengandung
karbohidrat, protein, enzim-enzim, belerang, kalsium karbonat dan
volutin. Komponen-komponen sitoplasma terdiri dari :
1) Inti
Adanya inti pada bakteri dapat dilihat dengan mikroskop
elektron, ini merupakan daerah yang tidak tembus cahaya elektron
dan di dalamnya terkandung asam deoksiribonukleat (ADN). Inti
bakteri tidak memiliki membran sehingga termasuk dalam
organisme prokariotik
2) Ribosom
Ribosom merupakan suatu partikel sitoplasma. Kumpulan
polyribosome merupakan rantai ribosom yang menempel pada m
RNA. Jumlah ribosom bervariasi sesuai dengan kondisi
pertumbuhan, sel tumbuh cepat dalam medium yang sesuai,
mengandung lebih banyak ribosom dibandingkan dengan sel

7
tumbuh lambat dalam medium yang kurang memadai. Ribosom
bakteri terletak menyebar di sitoplasma. Hal ini terjadi karena
bakteri tidak mempunyai membran inti. Organel ini berfungsi
sebagai tempat sintesis protein.
3) Granula Sitoplasma / granula penyimpan makanan
Granula berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan
makanan karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang
dibutuhkan. Sama seperti ribosom, granula penyimpanan makanan
tersebar pada sitoplasma. Granula penyimpanan ini berfungsi untuk
menyimpan makanan pada beberapa bakteri. Di dalam sitoplasma
sel prokariot, terdapat granula-granula yang mengandung berbagai
substansi, seperti glikogen, metafosfat anorganik, asam
polihidroksibutirat, belerang atau senyawa yang mengandung
nitrogen, yang biasanya digunakan sebagai cadangan nutrisi bagi
sel, substansi cadangan tersebut di kenal dengan badan inklusi.
Jenis inklusi tertentu terdapat di dalam satu spesies bakteri,
sedangkan pada spesies lain tidak memilikinya. Oleh karena itu,
jenis inklusi sering kali digunakan untuk mengidentifikasi spesies
bakteri.
4) Plasmid
Kebanyakan bakteri memiliki plasmid. Plasmid dapat dengan
mudah didapat oleh bakteri. Namun, bakteri juga mudah untuk
menghilangkannya. Plasmid dapat diberikan kepada bakteri
lainnya dalam bentuk transfer gen horizontal.
2. Struktur Tambahan
Struktur tambahan hanya dimiliki oleh jenis bakteri tertentu. Yang
termasuk kedalam struktur tambahan adalah kapsul, flagelum, pilus/pili,
klorosom, vakuola gas dan endospora.
a. Kapsul atau lapisan lendir
Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada
jenis bakteri tertentu. Kebanyakan bakteri mempunyai lapisan lendir
yang menyelubungi dinding sel seluruhnya Jika lapisan lendir ini

8
cukup tebal maka bungkus ini disebut kapsula. Kapsul tersusun atas
polisakarida dan air.

Fungsi kapsula :
1) Melindungi sel terhadap faktor lingkungan (kekeringan)
2) Sebagai pengikat antar sel.
b. Flagel
Flagel atau bulu cambuk adalah suatu benang halus yang keluar
dari sitoplasma dan menembus dinding sel yang digunakan bakteri
sebagai alat pergerakan. Banyak spesies bakteri yang bergerak
menggunakan flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk lengkung
dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel.
Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel
bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikron, dan panjangnya
melebihi panjang sel bakteri. Flagella dilekatkan pada tubuh sel bakteri
oleh struktur kompleks yang mengandung kait dan badan basal. Kait
ini berupa struktur pendek yang melengkung yang berfungsi sebagai
sendi antara motor pada struktur basal dengan flagella.

Sumber : http://www.yalescientific.org,
c. Pili
Pili adalah benang-benang halus yang menonjol keluar dari dinding
sel. Pili mirip dengan flagel tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter
lebih kecil dan tersusun dari protein. Kebanyakan terdapat pada bakteri
gram negative. Panjang pili sekitar 0.5-20 mikron. Pili tersusun
melingkari sel, dan mempunyai jumlah kurang lebih 150 buah tiap sel.

9
Seperti flagel, pili juga berpangkal pada protoplasma. Pili mengandung
protein yang disebut pillin. Pada garis besarnya pili merupakan alat
untuk melekat, misalnya dengan adanya pili sel-sel beberapa bakteri
dapat melekat dekat dengan permukaan medium cair dimana kadar
oksigennya lebih baik. Pili juga dapat melekatkan sel satu dengan sel
lainnya. Fungsi pelekatan sel ini penting pada peristiwa konjugasi.
Konjugasi adalah peristiwa penggabungan sel-sel jantan dengan betina.
Sel-sel bakteri jantan dilengkapi dengan Pili khusus yang disebut Pili
sex.

Sumber : http://mentarib1ru.blogspot.co.id/pili-bakteri.html,
d. Klorosom
Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran
plasma dan mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk
proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang
melakukan fotosintesis.
e. Vakuola gas
Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan
berfotosintesis. Dengan mengatur jumlah gas dalam vakuola gasnya,
bakteri dapat meningkatkan atau mengurangi kepadatan sel mereka
secara keseluruhan dan bergerak ke atas atau bawah dalam air.
f. Spora (Endospora)
Beberapa bakteri dapat membentuk endospora (spora). Endospora
yaitu struktur berbentuk bulat atau bulat lonjong, bersifat Sangat
membias cahaya, sukar dicat dan sangat resisten terhadap faktor-faktor
luar yang buruk. Fungsi spora pada bakteri bukan sebagai alat

10
reproduksi seperti halnya pada fungi. Spora bakteri mempunyai arti
lain yaitu bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri
terhadap pengaruh buruk dari luar. Endospora mengandung sedikit
sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal
tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap
kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jadi, jika kondisi
lingkungan tidak menguntungkan, maka bakteri pembentuk spora akan
mengubah bentuk vegetatifnya menjadi spora. Kondisi tersebut
dinamakan fase sporulasi.

(Putri et al., 2017).

E. Reproduksi

Bakteri, seperti makhluk hidup lainnya, melakukan reproduksi untuk


mempertahankan spesiesnya. Sel bakteri dapat bereproduksi dengan baik, jika
didukung oleh keberadaan nutrisi dan factor-faktor lain yang dibutuhkan.
Perbanyakan sel bakteri, melalui proses reproduksinya, menentukan
pertumbuhan sel bakteri. Bakteri adalah makhluk uniseluler. Oleh karena itu,
pertambahan jumlah sel bakteri, berarti juga terjadi pertambahan jumlah
individu pada spesies bakteri tersebut.

11
Cara-cara reproduksi pada mikroorganisme umumnya secara aseksual,
yaitu dengan pembelahan sel. Hasil dari proses pembelahan sel adalah
terbentuknya dua sel anak. Oleh karena itu, jika semua faktor pertumbuhan
terpenuhi untuk terjadinya proses pembelahan sel, maka dalam waktu tertentu,
akan dihasilkan sejumlah besar sel anak baru.
Bila sel bakteri diinokulasikan ke dalam satu medium pertumbuhan
yang optimum, maka dalam waktu singkat, akan terjadi kenaikan jumlah sel
yang cukup tinggi. Dalam rentang waktu yang sama, tidak semua bakteri
mengalami kenaikan jumlah sel yang sama dalam kondisi medium yang sama.
1. Pembelahan Biner Melintang
Proses ini paling umum dijumpai pada kebanyakan bakteri.
Pembelahan biner melintang adalah suatu proses reproduksi aseksual,
setelah pembentukan dinding sel melintang, maka sebuah sel tunggal
membelah menjadi dua sel. Masing-masing sel baru tersebut disebut sel
anak. Gambar 7.1 menunjukan pembelahan biner melintang pada sel
bakteri. Pada proses pembelahan selnya, mengakibatkan terbentuknya dua
organisme baru. Pada tumbuhan dan hewan tingkat tinggi (multiseluler),
pembagian sel hanya akan mengakibatkan pertumbuhan individunya.

12
(Boleng, 2015).

2. Proses lain
Ada beberapa spesies bakteri yang dapat bereproduksi dengan cara
lain yaitu: produksi spora vegetatif, fragmentasi pertumbuhan berfilamen
dengan masing-masing fragmen menghasilkan pertumbuhan dan
penguncupan.
Proses pembelahan sel telah menampakkan perubahan struktur
sebagai berikut:
a. Terdapat kenaikan jumlah bahan inti, yang terpisah menjadi dua unit.
Masing-masing sel anak mendapat satu unit.
b. Dinding sel dan membran sel tumbuh meluas ke dalam sitoplasma
pada suatu titik di tengah-tengah sumbuh panjang sel. Pada perbatasan
tersebut, dua lapisan bahan diding sel.
c. Pembentukan mesosom menjadi lebih jelas. Mesosom mempunyai
kaitan dengan pembentukan septum dan juga memungkinkan
perpautan dengan daerah inti. Meskipun kuman-kuman tidak
mempunyai kumparan mitotik, selaput melintang yang terbentuk dapat

13
memisahkan dua kromosom seasal yang terbentuk, karena replikasi
kromosomal. Hal ini terjadi karena melekatnya kromosom pada
selaput sel (Boleng, 2015).
F. Pertumbuhan Bakteri

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi


atau masa zat suatu organisme, misalnya untuk makhluk makro dikatakan
tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau bertambah berat. Pada
organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan
koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar
atau subtansi atau masa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak.
Pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba
itu sendiri.
1. Faktor
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme
dibedakan menjadi dua faktor, yaitu faktor fisik dan faktor kimia,
termasuk nutrisi dalam media kultur. Faktor fisik meliputi temperatur, pH,
tekanan osmotik, dan cahaya, sedangkan faktor kimia meliputi nutrisi dan
media pembiakan.
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau
subtansi atau masa zat suatu organisme, misalnya untuk makhluk makro
dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau
bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan
sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran
koloni yang semakin besar atau subtansi atau masa mikroba dalam koloni
tersebut semakin banyak. Pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai
pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri.
a) Temperatur
Temperatur menentukan aktifitas enzim yang terlibat dalam
aktifitas kimia. Peningkatan suhu 10oC mampu meningkatkan aktifitas
sebesar 2 kali lipat. Pada temperatur yang sangat tinggi akan terjadi
denaturasi protein yang tidak dapat kembali (irreversible), sebaliknya
pada temperatur yang sangat rendah aktifitas enzim akan berhenti.

14
Bakteri dapat tumbuh pada berbagai suhu dari mendekati
pembekuan sampai mendekati ke titik didih air. Bakteri yang tumbuh
paling baik di tengah kisaran ini disebut sebagai mesophiles, yang
mencakup semua patogen manusia dan oportunis. Ada tiga jenis
bakteri berdasarkan tingkat toleransinya terhadap suhu lingkungan,
yaitu:
1) psikrofil, yaitu mikroorganisme yang suka hidup pada suhu
dingin, dapat tumbuh paling baik pada suhu optimum di bawah
20oC
2) mesofil, yaitu mikroorganisme yang dapat hidup secara maksimal
pada suhu sedang, mempunyai suhu optimum di antara 20-50oC
3) termofil, yaitu mikroorganisme yang tumbuh optimal atau suka
pada suhu tinggi, mikroorganisme ini sering tumbuh pada suhu di
atas 40oC. Bakteri jenis ini dapat hidup di tempat-tempat yang
panas bahkan di sumber-sumber mata air panas. Bakteri tipe ini
pernah ditemukan pada tahun 1967 di yellow stone park, bakteri
ini hidup dalam sumber air panas bersuhu 93-94oC.

b) pH
Peningkatan dan penurunan konsentrasi ion hidrogen dapat
menyebabkan ionisasi gugus dalam protein, amino, dan karboksilat,
yang dapat menyebabkan denaturasi protein yang mengganggu
pertumbuhan sel. Mikroorganisme asidofil, tumbuh pada kisaran pH
optimal 1,0-5,3, mikroorganisme neutrofil, tumbuh pada kisaran pH
optimal 5,5-8,0, mikroorganisme alkalofil, tumbuh pada kisaran pH
optimal 8,5-11,5, sedangkan mikroorganisme alkalofil eksterm
tumbuh pada kisaran pH optimal > 10.
c) Tekanan osmosis
Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran
semipermeabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam
media. Dalam larutan hipotonik, air akan masuk ke sel
mikroorganisme, sedangkan dalam larutan hipertonik, air akan keluar

15
dari dalam sel mikroorganisme, berakibat membran plasma mengkerut
dan lepas dari dinding sel (plasmolisis), sel secara metabolik tidak
aktif. Mikroorganisme yang mampu tumbuh pada lingkungan
hipertonik dengan kadar natrium tinggi dikenal dengan halofil,
contohnya bakteri dalam laut. Mikroorganisme yang mapu tumbuh
pada konsentrasi garam yang sangat tinggi ( > 33% NaCl) disebut
halofil ekstrem, misalnya Halobacterium halobium.
d) Oksigen
Berdasarkan kebutuhan oksigen, dikenal dengan
mikroorganisme aerob dan anaerob. Mikroorganisme aerob
memerlukan oksigen untuk bernapas, sedangkan mikroorganisme
anaerob tidak memerlukan oksigen untuk bernapas, justru adanya
oksigen akan menghambat pertumbuhannya. Mikroorganisme anaerob
fakultatif, menggunakan oksigen sebagai pernapasan dan fermentasi
sebagai alternatif tetapi dengan laju pertumbuhan rendah.
Mikroorganisme mikroaerofilik dapat tumbuh baik dengan oksigen
kurang dari 20%.

e) Radiasi
Sumber radiasi dibumi adalah sinar matahari yang mencakup
cahaya tampak, radiasi ultraviolet, sinar infra merah, dan gelombang
radio. Radiasi yang berbahaya bagi mikroorganisme adalah radiasi
pengionisasi, yaitu radiasi dari gelombang panjang yang sangat pendek
dan berenergi yang menyebabkan atom kehilangan elektron (ionisasi).
Pada level rendah radiasi pengionisasi dapat mengakibatkan mutasi
yang mengarah ke kematian, sedangkan pada radiasi tinggi bersifat
lethal.
f) Nutrisi
Nutrisi merupakan substansi yang diperlukan untuk biosintesis
dan pembentukan energi. Ada dua jenis nutrisi mikroorganisme, yaitu
makrolemen dan mikroelemen. Makroelemen adalah elemen-elemen
nutrisi yang diperlukan dalam jumlah banyak (gram). Makroelemen

16
meliputi karbon (C), oksigen(O), hidrogen (H), nitrogen (N), sulfur
(S), pospor (P), kalium (K), magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan besi
(Fe). C, H, O, N, dan P diperlukan untuk pembentukan karbohidrat,
lemak, protein, dan asam nukleat. K diperlukan oleh sejumlah enzim
untuk mensintesis protei, dan Ca+ berperan dalam resistensi endospora
bakteri terhadap panas. Mikroelemen yaitu elemenelemen nutrisi yang
diperlukan dalam jumlah sedikit (dalam takaran mg hingga ppm),
meliputi mangan (Mn), zinc (Zn), kobalt (Co), Nikel (Ni), dan tembaga
(Cu). Mikroelemen kadang merupakan bagian enzim atau kofaktor
yang membantu katalisis dan membentuk protein.
g) Media kultur
Bahan nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan
mikroorganisme di laboratorium disebut media kultur. Pengetahuan
tentang habitat normal mikroorganisme sangat membantu dalam
pemilihan media yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme di
laboratorium. Berdasarkan konsistensinya, media kultur
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu media cair (liquid media),
media padat (solid media), dan semisolid.
2. Fase
Ada empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme, yaitu fase
lag, fase log, fase stasioner, dan fase kematian.
a) Fase lag merupakan fase adaptasi yaitu fase penyesuaian
mikroorganisme pada suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak
adanya peningkatan jumlah sel, hanya peningkatan ukuran sel. Lama
fase lag tergantung pada kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan
media pertumbuhan.
b) Fase log merupakan fase di mana mikroorganisme tumbuh dan
membelah pada kecepatan maksimum, tergantung pada genetika
mikroorganisme, sifat media, dan kondisi pertumbuhan. Sel baru
terbentuk dengan laju konstan dan masa yang bertambah secara
eksponensial, oleh karena itu fase log disebut juga fase eksponensial.

17
c) Fase stasioner adalah pertumbuhan mikroorganisme berhenti dan
terjadi keseimbangan antara sel yang membelah dengan jumlah sel
yang mati. Pada fase ini terjadi akumulasi produk buangan yang
toksik. Pada sebagian besar kasus pergantian sel terjadi pada fase
stasioner.
d) Fase kematian merupakan keadaan dimana jumlah sel yang mati
meningkat, dan faktor penyebabnya adalah ketidaktersediaan nutrisi
dan akumulasi produk buangan yang toksik (Dr. Padoli, 2016).
G. Penyakit Yang Disebabkan Bakteri
Berikut merupakan beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri :

No Nama Bakteri Penyakit


1 Salmonella typhosa Tifus
2 Shigella Dysenteriae Disentri basiler
3 Vibrio Comma Kolera
4 Haemophilus Influenza Influensa
5 Diplococcus Pneumoniae Pneumonia (Radang Paru-Paru)
6 Mycobacterium Tuberculosis TBC paru-paru
7 Clostridium Tetani Tetanus
8 Neiseria Gonorrhoeae Kencing Nanah
9 Neiseria Meningitis Meningitis (Radang Selaput Otak)
10 Treponema Pallidum Sifilis atau Lues atau Raja Singa
11 Mycobacterium Leprae Lepra (Kusta)

DAFTAR PUSTAKA

Boleng, D. T. (2015). Bakteriologi konsep-konsep Dasar.

Dr. Padoli. (2016). Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan.

Hafsan. (2011). Mikrobiologi Umum.

Hidayati, P. I. (2016). Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Universitas Kanjuruan


Malang, 1–5. repository.unikama.ac.id/656/1/BUKU AJAR
MIKROBIOLOGI.pdf

Mayasari, ulfayani. (2020). Mikrobiologi. https://doi.org/10.1007/BF01620495

18
Putri, M., Sukini, & Yodong. (2017). Mikrobiologi.

19

Anda mungkin juga menyukai