Anda di halaman 1dari 29

PETA KONSEP BERBASIS INFOGRAFIK DALAM

MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA


PEMBELAJARAN DARING MASA PANDEMI COVID-19

PENDIDIKAN

Diusulkan Oleh :

1. Irvan Koiril Anas (1908076078)

2. Melisa Nur Kibtiah (1908076077)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2020
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis Ilmiah : Peta Konsep Berbasis Infografik dalam


Mengatasi Miskonsepsi Siswa pada
Pembelajaran Daring Masa Pandemi Covid-
19
2. Sub Tema : Pendidikan
3. Data ketua kelompok

a. Nama Lengkap : Irvan Khoiril Anas

b. NIM : 1908076078

c. Perguruan Tinggi : UIN Walisongo Semarang

d. Alamat Rumah : RT 19 RW 04 Purwosari Patebon Kendal

e. No. Telepon / Hp : 081912887190

f. Alamat e-mail : irvankhoirulanas@gmail.com

4. Nama anggota kelompok : Melisa Nur Kibtiah

5. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : Lenni Khotimah Harahap, M.Pd

b. NIP : 199212202019032019

c. Alamat Rumah : Perumahan Bukit mandiri Beringin RT 2

RW 16, Beringin

d. No. Telepon / HP : 081227915344

Semarang, 24 Juli 2020


Dosen Pendamping Ketua Tim

Lenni Khotimah Harahap, M.Pd Irvan Khoiril Anas


NIP : 199212202019032019 1908076078
Surat Pernyataan

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Ketua : Irvan Khoiril Anas

Tempat, Tanggal Lahir : Kendal, 11 Maret 2001

Perguruan Tinggi : UIN Walisongo Semarang

Nomor Telepon / HP : 081912887190

Nama Anggota 1 : Melisa Nur Kibtiah

Nomor Telepon / HP : 083148677142

Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 27 Mei 2001

Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul "Peta Konsep Berbasis
Infografik dalam Mengatasi Miskonsepsi Siswa pada Pembelajaran Daring Masa
Pandemi Covid-19" adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan
plagiat atau duplikat dari karya tulis orang lain serta belum pernah menjuarai di
kompetisi serupa. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Panitia LKTIN Gelar Karya
Online Mahasiswa 2020 berupa diskualifikasi dari kompetisi. Demikian surat ini
dibuat dengan sebenar-benarnya, untuk data dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 24 Juli 2020

Ketua Tim

Irvan Khoiril Anas


1908076078
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
LEMBAR PERNYATAAN ORISINILITAS KARYA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB I (Pendahuluan)

A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.......

D. Manfaat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
......

BAB II (Kajian Pustaka)

A. Pendidikan era 4.0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

B. Pandemi Covid-19 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

C. Pembelajaran Daring . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

D. Miskonsepsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

E. Peta Konsep Berbasis Infografik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB III (Metode Penelitian)

A. Jenis Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

B. Waktu dan Tempat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

C. Populasi dan Sampel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

D. Teknik Pengumpulan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

E. Teknik Analisis Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


D. BAB IV (Hasil dan Pembahasan)

A. Tahap Analisis (Analysis) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


..

B. Tahap Perencanaan (Design) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

C. Tahap Pengembangan (Development) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


.....

D. Tahap implementasi (implementation) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


.....

E. Tahap Evaluasi (Evaluation) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB V (Penutup)

A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
PETA KONSEP BERBASIS INFOGRAFIK DALAM
MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA
PEMBELAJARAN DARING MASA PANDEMI COVID-19
(Irvan Khoiril Anas¹, Melisa Nur Kibtiah²)
(¹Pendidikan Kimia, UIN Walisongo)
(²Pendidikan Kimia, UIN Walisongo)
(irvankhoirulanas@gmail.com)

ABSTRAK

Covid-19 adalah wabah penyakit yang muncul di akhir tahun 2019. Di Indonesia,
wabah ini mulai menyebar pada awal tahun 2020. Pemerintah Indonesia berupaya agar
covid-19 tidak menyebar lebih luas. Untuk itu, pemerintah mewajibkan masyarakat agar
melakukan aktivitas secara online. Salah satu bidang yang terdampak adanya covid-19
adalah pendidikan. Pendidikan harus tetap berjalan dengan baik meskipun covid-19
semakin luas menyebar. Maka pendidikan dilaksanakan di rumah atau sistem daring. Hal
ini untuk memutus rantai penyebaran covid-19. Sistem daring dinilai membosankan,
kurang efektif, serta tidak membuahkan hasil yg sama dengan sekolah tatap muka. Selain
itu sistem daring juga menyebabkan miskonsepsi pada siswa. Tujuan penelitian ini adalah
mencari solusi atas permasalahan pembelajaran daring. Permasalahan ini secara garis
besar berupa kejenuhan dalam belajar dan terjadinya miskonsepsi pada siswa. Adapun
Metode penelitian yang digunakan adalah Development Research dengan model ADDIE
(Analysis, Design, Development, Implementation and Evaluation). Pada penelitian ini
diperoleh produk pembelajaran berupa peta konsep berbasis infografik. Berdasarkan
dari hasil penelitian peta konsep berbasis infografik layak digunakan sebagai
alternatif pembelajaran daring. Respon dari 10 siswa tentang produk ini sangat
baik. Mereka menjadi lebih mudah memahami materi yang ada. Selain itu,
bentuknya yang menarik menumbuhkan semangat dalam belajar. Sehingga peta
konsep berbasis infografik ini dapat mengatasi kejenuhan belajar dan miskonsepsi
siswa.

Kata kunci : Covid-19, Daring, Miskonsepsi, Peta Konsep, Infografik


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman modern sekarang atau yang dikenal dengan revolusi industri
4.0 merupakan zaman di mana kita bisa menjangkau apa pun dengan mudah.
Revolusi industri 4.0 menggenggam kemajuan teknologi dengan segala
manfaatnya. Pada era revolusi industri 4.0 beberapa hal terjadi tanpa batas
melalui teknologi komputasi dan data yang tidak terbatas. Hal ini dipengaruhi
oleh perkembangan internet dan teknologi digital yang masif sebagai dasar
pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin (Risdianto, 2019). Teknologi
dapat bermanfaat ketika penggunanya memiliki kemampuan yang memadai.
Untuk itu, pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber
daya manusia. Pendidikan adalah proses pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan serta menambah wawasan. Menurut Sumaatmadja
(2002), pendidikan merupakan multidisiplin dan interdisiplin serta cross
dicipline pengetahuan (Syamsuar, 2018). Di era 4.0, pendidikan harus
mengoptimalkan penggunaan teknologi untuk mempermudah proses
pembelajaran. Dari berbagai teknologi yang telah tersedia, pengetahuan tidak
hanya dapat diperoleh dari guru atau pun buku cetak. Tetapi, pengetahuan bisa
didapatkan dari e-book, jurnal, video youtube dan internet. Internet
memungkinkan kita mendapat informasi apa saja dan dari mana saja.

Tahun 2020 merupakan tahun di mana krisis kesehatan terjadi. Krisis ini
terjadi karena adanya wabah penyakit berupa virus yang dinamakan covid-19
(virus korona yang menyebar pada akhir tahun 2019). Virus korona adalah
virus yang dapat menyebar dengan cepat melalui kontak langsung dengan
benda (khasanah, 2020). Awal mulanya, virus korona muncul dan menyebar di
China tepatnya kota yang bernama Wuhan. Di Indonesia, virus korona
menyebar secara luas pada awal tahun 2020. Pemerintah Indonesia merespon
wabah ini dengan mengimbau warga negaranya untuk menerapkan mencuci
tangan menggunakan sabun, menjaga jarak aman minimal 30 cm, menghindari
menyentuh wajah, mempraktikan etika bersin dan batuk sesuai prosedur
kesehatan, segera periksa ke dokter bila mengalami gejala demam, batuk pilek,
letih lesu, sakit tenggorokan, dan gangguan pernafasan. Hal tersebut menjadi
upaya pencegahan pandemi covid-19. Pandemi adalah penyebaran penyakit
baru ke seluruh dunia (Handayani, 2020).

Pandemi covid-19 menyebabkan perubahan pola aktivitas masyarakat.


Sebelum pandemi covid-19, masyarakat beraktivitas seperti biasa dan
berkomunikasi secara langsung (tatap muka). Sedangkan semenjak adanya
pandemi covid-19, masyarakat melakukan aktivitas secara online. Begitu pun
sekolah yang dilakukan melalui media sosial. Pandemi covid-19 mengharuskan
elemen pendidikan untuk mempertahankan pembelajaran secara online
(Herliandry, 2020). Sekolah online/daring merupakan salah satu akibat dari
adanya pandemik covid-19 . Dengan memanfaatkan teknologi yang ada, guru
mendorong siswanya untuk berperan aktif dalam pembelajaran yang berarti
guru hanya sebagai fasilitator saja (Cholik, 2017). Sekolah di rumah dengan
menggunakan smartphone atau laptop tentu serba terbatas dalam penjelasan.
Hal ini menjadi tantangan dalam pembelajaran online. Untuk itu, sebagai
pengajar sudah sepantasnya memberikan penjelasan-penjelasan secara kreatif
pada siswanya agar lebih mudah dipahami dan lebih mudah diingat serta tidak
membosankan.

Dalam menghadapi Pandemi Covid-19 proses pembelajaran sepenuhnya


dilakukan online. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kontak langsung dan
menekan penyebaran wabah tersebut. Pola pembelajaran online menuai
berbagai masalah. Dari 10 orang yang kami wawancarai mereka mengalami
permasalahan yang hampir sama, yaitu kesulitan memahami materi dan
mengalami kebosanan dalam belajar. Permasalahan ini timbul akibat gaya
mengajar online yang memberikan bejibun tugas dan minim pemberian
pemahaman materi.

Pola pembelajaran online menuntut siswa untuk memahami materi dari


akses internet yang tersedia. Hal ini menunjukan bahwa internet merupakan
sentral dari proses pembelajaran. Konsep dari pembelajaran tersebut memiliki
potensi miskonsepsi yang cukup tinggi. Pasalnya, didalam internet berbagai
pemahaman ada didalamnya, sehingga siswa akan berpotensi mengalami
miskonsepsi dalam memahami suatu materi. Miskonsep sendiri merupakan
penafsiran siswa mengenai suatu konsep tidak sesuai dengan konsep yang
disepakati oleh para ahli (Suparno, 2013). Dari hasil wawancara kepada 10
siswa dengan memberikan soal-soal terkait model atom terjadi miskonsepsi
pada siswa. Miskonsepsi mereka terletak pada materi perkembangan teori
atom.

Dari berbagai permasalahan diatas kami menawarkan solusi berupa peta


konsep berbasis infografik. Peta konsep merupakan suatu gambar (visual),
tersusun atas konsep-konsep yang saling berkaitan sebagai hasil dari pemetaan
konsep (Kadir, 2004). Adapun infografik adalah singkatan dari informasi dan
grafik (Alrwele, 2017). Dengan menggunakan peta konsep siswa akan
mengetahui alur pembahasan dan memermudah dalam memahami suatu materi
sehingga bisa mengurangi potensi miskonsepsi. Peta konsep yang dibuat dalam
infografik akan menjadi lebih menarik karena infografik tidak Cuma tersusun
atas tulisan tetapi ada berbagai garis, gambar dan corak warna yang bisa
menghilangkan kesan monoton pada proses pembelajaran dan menumbuhkan
semangat siswa dalam belajar.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kelayakan peta konsep berbasis infografik dalam mengatasi


miskonsepsi siswa pada pembelajaran daring masa pandemi Covid-19?
2. Bagaimana respon siswa terhadap peta konsep berbasis infografik dalam
mengatasi miskonsepsi siswa pada pembelajaran daring masa pandemi
Covid-19?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kelayakan peta konsep berbasis infografik dalam


mengatasi miskonsepsi siswa pada pembelajaran daring masa pandemi
Covid-19.

2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap peta konsep berbasis infografik


dalam mengatasi miskonsepsi siswa pada pembelajaran daring masa
pandemi Covid-19.

D. Manfaat

1. Dengan peta konsep berbasis infografik dapat mengatasi miskonsepsi siswa


pada pembelajaran daring masa pandemi Covid-19.

2. Dapat menghilangkan kejenuhan siswa pada pembelajaran daring masa


pandemi Covid-19.

3. Dapat meningkatkan efektifitas belajar siswa pada pembelajaran daring masa


pandemi Covid-19.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan era 4.0

Teknologi semakin berkembang dari tahun ke tahun. Manusia hidup di


bawah canggihnya teknologi untuk mempermudah segala aktivitas. Sebagai
manusia, sudah sepantasnya mengikuti perkembangan zaman. Untuk itu, perlu
pengetahuan yang cukup agar bisa memanfaatkan teknologi secara optimal.
Selain itu, pengetahuan juga berguna agar manusia tidak menyalahgunakan
teknologi yang dapat mengakibatkan teknologi memperbudak manusia.
Perkembangan teknologi mengakibatkan banyak dampak. Salah satunya adalah
revolusi industri (Syamsuri, 2018). Revolusi industri adalah kemajuan
teknologi yang besar disertai perubahan sosial, ekonomi, dan budaya. Tahun
2020 termasuk dalam revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 adalah era
digital di mana sebuah mesin terhubung melalui sistem internet atau cyber
system (Syamsuar, 2018).

Menghadapi kemajuan teknologi bukanlah hal yang mudah. Canggihnya


teknologi harus setara dengan pengetahuan yang ada. Pengetahuan adalah hal
yang wajib dimiliki oleh manusia. Pengetahuan diperoleh dari proses
pembelajaran. Proses pembelajaran atau pendidikan adalah Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Risdianto, 2019). Definisi tersebut mewakili
bahwa betapa pentingnya pendidikan bagi umat manusia. Pendidikan sangat
penting untuk mengasah ketrampilan manusia serta membentuk karakter baik.
Pendidikan juga menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia Indonesia agar bisa bersaing dengan negara lain (Risdianto,
2019). Pendidikan era 4.0 menjadi semakin praktis. Pengetahuan bisa
didapatkan dari berbagai sumber. Banyak sekali sumber-sumber ilmu
pengetahuan yang tidak melulu didapatkan dari sekolah. Hal ini merupakan
salah satu dampak positif teknologi pada era ini.

Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu memberikan


pengetahuan seluas-luasnya pada siswa. Menurut Fisk 2017, ada sembilan tren
kecenderungan pendidikan 4.0 yaitu belajar pada waktu dan tempat yang
berbeda, pembelajaran individual, siswa memiliki pilihan dalam menentukan
bagaimana mereka belajar, pembelajaran berbasis proyek, pengalaman
lapangan, interpretasi data, penilaian beragam, keterlibatan siswa, dan
mentoring (Lase, 2019). Kecenderungan tersebut menjadi tugas guru untuk
bisa benar benar memahamkan siswanya dalam pengetahuan.

B. Pandemi Covid-19

Tahun 2020 adalah tahun terjadinya pandemi covid-19 di seluruh dunia.


Pandemi adalah penyebaran penyakit baru ke seluruh dunia (Handayani, 2020).
Virus korona atau biasa disebut covid-19 adalah sebuah virus yang berasal dari
keluarga yang sama dengan virus korona yang menjadi penyebab dari penyakit
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut
Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus korona yang muncul
di akhir tahun 2019 ini berbeda jenis dengan virus korona penyebab dari
penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan
Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (Pakpahan, 2020).
Virus ini sangat menggemparkan dunia dan menjadi wabah yang sangat
menakutkan karena dapat menular dalam waktu yang sangat singkat.
Di Indonesia, virus korona sendiri mulai menyebar pada awal tahun
2020. Virus korona menyebar semakin luas di Indonesia sehingga
menyebabkan perubahan aktivitas sehari-hari di Indonesia. Sebelum adanya
wabah ini, orang-orang melakukan aktivitas seperti biasa dan kontak langsung
dengan orang lain tanpa adanya rasa takut. Setelah menyebarnya virus korona
ini, aktivitas tersebut diganti menjadi aktivitas yang dilakukan secara online
yaitu dengan memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang bisa menghubungkan antara
satu orang dengan lain. Untuk beberapa orang, seperti para pemula, saat ini
adalah waktu paling intens dari sebelumnya. Secara cepat, terjadi perubahan di
seluruh dunia yang berarti semua diminta untuk terlibat aktivitas online agar
tetap dapat melakukan aktivitas seperti biasanya hanya saja berbeda media
(Komalasari, 2020).

Pemerintah Indonesia mengupayakan berbagai cara agar dapat memutus


persebaran virus korona ini. Upaya pemerintah Indonesia di antaranya adalah
menganjurkan pemakaian masker ketika keluar rumah, menggunakan hand
sanitizer, menjaga jarak atau social distancing (Handayani, 2020). Selain itu,
upaya pemerintah juga dilakukan melalui sebuah iklan layanan masyarakat.
Iklan tersebut berisi anjuran kepada seluruh warga negara agar selalu menjaga
kebersihan diri dan lingkungan sekitar. Namun, terkadang masih banyak
pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat terhadap imbauan dari
pemerintah. Pandemi covid-19 berdampak sangat parah pada sektor ekonomi
dan sosial. Selain beberapa orang kehilangan pekerjaan, peluang ekonomi,
kesehatan dan pendidikan merupakan faktor yang jelas terdampak pada fase
penting kehidupan (Azmi, 2020).

C. Pembelajaran Daring

Pada masa menyebarnya covid-19, pendidikan atau sekolah dilaksanakan


di rumah. Sekolah di rumah menggunakan smartphone atau laptop adalah salah
satu upaya untuk memutus rantai penyebaran virus korona. Sekolah di rumah
sering disebut dengan daring (dalam jaringan). Pembelajaran daring merupakan
pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas,
konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis
interaksi pembelajaran (Sadikin, 2020).

Sistem pendidikan yang berkualitas tidak terlepas dari keberhasilan guru


dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran (Oktavian, 2020).
Untuk itu, sebagai guru harus banyak mempelajari sistem mengajar yang dapat
membantu pemahaman siswa menjadi lebih mudah. Terlebih, tahun ini sistem
pembelajaran dilakukan secara daring. Guru harus lebih tegas dalam
pembelajaran dan benar-benar harus menjadikan siswanya satu pemahaman
dengan yang disampaikannya. Belajar melalui smartphone atau laptop tentu
tidak sebaik pembelajaran tatap muka di kelas.

Pembelajaran daring dengan memanfaatkan teknologi yang ada, guru


mendorong siswanya untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Hal ini yang
berarti guru hanya dijadikan sebagai fasilitator saja (Cholik, 2017).
Pembelajaran secara daring tentu saja berat bagi siswa. Dengan waktu yang
terbatas, dan penjelasan yang singkat membuat siswa menjadi lebih sulit untuk
mengerti apa yang guru sampaikan. Sebagai pengajar, tentu harus memiliki
banyak inovasi pembelajaran agar suasana pembelajaran daring tidak
membosankan.

D. Miskonsepsi

Dalam proses pembelajaran sering muncul istilah miskonsepsi.


Miskonsepsi merupakan penafsiran siswa mengenai suatu konsep tidak sesuai
dengan konsep yang disepakati oleh para ahli (Suparno, 2013). Hal ini wajar
terutama dalam memahami pelajaran yang membutuhkan nalar tinggi seperti
ilmu kimia (Yunitasari, 2013). Ilmu kimia merupakan pelajaran yang banyak
memiliki konsep yang bersifat abstrak, sehingga dalam memahaminya siswa
membutuhkan analogi atau model tertentu (Gabel, 1999). Oleh karena itu,
potensi miskonsepsi timbul selaras dengan peluang munculnya berbagai
pemahaman dalam suatu materi.

Pada pembelajaran online omemiliki potensi miskonsepsi yang tinggi.


Menurut Moore, Dickson-Deane, dan Galyen pembelajaran online merupakan
pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksebilitas,
konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis
interaksi pembelajaran (Firman, 2020). Dari pengertian tersebut siswa memiliki
keleluasaan dalam mencari sumber dari konsep suatu materi. Hal ini
menguntungkan karena bisa menambah referensi untuk pembelajaran, tetapi
disisi lain berpotensi membingungkan siswa. Pasalnya, sering kali terdapat
konsep pemahaman materi yang berbeda-beda sehingga bisa menimbulkan
miskonsepsi. Ditambah lagi pola pembelajaran online yang melulu soal tugas
sehingga peran guru memahamkan materi kepada siswanya sangat minim.
Apalagi guru dan dosen masih banyak belum mahir mengajar dengan
menggunakan teknologi internet atau media sosial terutama di berbagai daerah
(Purwanto, 2020). Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi
permasalahan miskonsepsi adalah dengan peta konsep berbasis infografik.

E. Peta Konsep Berbasis Infografik

Peta konsep adalah bagan gambar yang menunjukkan suatu daerah yang
berisi konsep yang diwakili dengan kata kunci yang dihubungkan satu dengan
yang lainnya menggunakan tanda hubung. Konsep tersebut berupa kata atau
ide pokok yang mewakili Kejadian atau benda. Tanda hubung yang
melingkupinya mewakili rantai sebuah konseptual untuk menunjukkan bahwa
suatu konsep bersifat konseptual dan logis maka dihubungkan dengan suatu
alat antara dua konsep atau lebih dengan menggunakan peta konsep
(Trisnawati, 2012).

Penggunaan media peta konsep bagus dalam proses pembelajaran. Hal


ini karena poin-poin yang akan dipelajari sudah diketahui. Selain itu, dengan
runtutnya materi siswa lebih mudah dalam memahami materi. Peta konsep
dalam proses belajar mengajar juga memperjelas pemahaman guru dan siswa
dalam menfokuskan konsep-konsep dalam beberapa ide utama (Novak &
Gowin, 2006). Alberta (2005) menjelaskan, bahwa peta konsep dapat
digunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah di dalam pendidikan
sebagai pilihan solusi atau sebagai alternatif. Pembiasaan dalam penggunaan
peta konsep dalam pendidikan juga dapat menambah keuntungan pada proses
pembelajaran terutama dalam pemahaman materi. Oleh karena itu peta konsep
bisa menjadi salah satu solusi dalam menyikapi miskonsepsi pada siswa.

Pola pembelajaran online yang terkesan membosankan butuh suatu hal


yang menarik. Oleh karena itu perlunya peran infografik sebagai konten kreatif
yang bisa memunculkan semangat dalam belajar. Infografik adalah singkatan
dari informasi dan grafik (Alrwele, 2017). Infografik dapat memainkan peran
penting dalam menyederhanakan informasi dan meningkatkan pemrosesan data
kepada pembaca sehingga menjadi lebih mudah dan cepat dipahami
(Damyanov & Tsankov, 2018). Dari perspektif ilmu pembelajaran, infografik
bukan hanya sebagai sumber belajar, tetapi juga sebagai alat kognitif untuk
belajar. Kehadiran infografik dapat merepresentasikan visual dari data dan ide
dan telah banyak digunakan sebagai alat kognitif untuk membangun
pengetahuan dan memfasilitasi pemahaman pembaca tentang suatu fenomena
(Gebre, 2018).

Penggunaan infografik adalah langkah penting menuju pengembangan


pendekatan pedagogis yang mengacu pada visual (Martix & Hodson, 2014).
Hal ini karena: (1) siswa lebih suka visualisasi informasi; (2) menggunakan
gambar di kelas dapat menjadi alat penting untuk mendorong literasi visual
secara umum di antara semua siswa dengan berbagai karakteristik; (3) kegiatan
merancang diagram atau representasi visual oleh siswa membantu mereka
untuk berpikir kritis.

Menurut Krum, tujuan infografik adalah sama dengan public speaking.


Tujuan dari infografik dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu untuk
menginformasikan, menghibur dan mempersuasi siswa sehingga siswa
memberikan perhatian, menyempatkan untuk membaca, menyimpulkan dan
melakukan aksi sesuai apa yang ada di dalam infografik (Krum, 2013).
Sehingga perpaduan peta konsep dengan infografik dapat mengurangi
miskonsepsi siswa terhadapi suatu konsep materi dan menyingkirkan kesan
membosankan pada proses pembelajaran online.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode Development Research dengan


model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation and
Evaluation). Keunggulan model ini dapat digunakan dengan praktis dan
sitematis. Selain itu, cocok untuk mendesain dan mengembangkan aktivitas
pembelajaran. Dengan prinsip demikian, prosedur penelitian ini terdiri dari
pengembangan media pembelajaran dan pelaksanaan penelitian. Penelitian
terkait peta konsep berbasis infografik dalam mengatasi miskonsepsi siswa
pada pembelajaran daring masa pandemi Covid-19 ini mengimplementasikan
langkah-langkah penelitian ADDIE. Dengan metode ADDIE ini, tahapan
prosedur pengembangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Tahap Analisis (Analysis)

Tahap analisis merupakan tahap menganalisis perlunya membuat


infografik serta kelayakan infografik sebagai inovasi sistem pembelajaran
daring selama pandemi covid-19. Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap
beberapa siswa tentang pemahaman suatu materi. Selain itu, juga dilakukan
analisis tentang pola pembelajaran daring. Analisis ini dilakukan dengan
wawancara via whatsapp. Dalam wawancara tersebut siswa diberi sepuluh
pertanyaan terkait pemahaman soal dan kondisi pembelajaran daring. Dari
data tersebut didapatkan beberapa permasalahan dalam proses belajar
mengajar. Tujuan dari analisis ini untuk mengetahui potensi miskonsepsi
siswa terhadap konsep suatu materi. Di samping itu juga untuk mengetahui
kendala dalam pembelajaran online yang dimungkinkan bisa menimbulkan
miskonsepsi.

2. Tahap Design (Perancangan)

Pada tahap perancangan, peneliti menyiapkan produk awal atau


rancangan produk. Kegiatan ini berupa penyimpulan data yang didapatkan.
Dari kesimpulan tersebut diperoleh inti dari permasalahan berupa kejenuhan
dalam belajar dan terjadinya miskonsepsi siswa terhadap suatu materi. Oleh
karena itu disiapkan inovasi yang bersifat menarik dan struktural untuk
menjawab problematika tersebut.

3. Tahap Development (Pengembangan)

Development dalam model ADDIE merupakan kegiatan realisasi


rancangan produk. Dalam tahap desain, telah disusun kerangka konseptual
penerapan media pembelajaran baru. Disini kerangka yang dibuat kemudian
diimplementasikan pada media yang digunakan. Media disini berupa peta
konsep berbasis infografik. Dari data yang digunakan dibuatlah susunan
konsep materinya. Selanjutnya direlasikan materi satu dengan yang lainnya
dan yang terakhir merubah penampilan materi tersebut ke bentuk infografik.

4. Tahap Implementation (Penerapan)

Tahap ini merupakan tahap penerapan dari produk yang dihasilkan.


Produk yang berupa peta konsep berbasis infografik dicoba pada kelas kecil
yang berisi 10 siswa. Tujuannya untuk menjawab permasalahan terkait
kejenuhan dan miskonsepsi siswa pada pembelajaran daring. Nantinya siswa
diberikan peta konsep berbasis infografik, kemudian siswa disuruh untuh
memahami materi dalam produk tersebut. Pada akhirnya siswa kembali
diberikan soal seputar pemahaman materi dan tanggapan dengan pola
pembelajaran peta konsep berbasis infografik
5. Tahap Evaluate (Evaluasi)

Pada tahap evaluasi dilakukan pembenahan terhadap produk


peta konsep berbasis infografik. Setelah produk tersebut diberikan kepada
10 siswa, melewati wawancara didapatkan beberapa koreksi yang harus
dibenahi. Sehingga pada tahap ini peneliti mencoba memperbaiki produknya
agar bisa maksimal dalam mengatasi problem yang ada. Dalam tahap ini
juga dilakukan penilaian terhadap kualitas produk. Hal ini sebagai jalan
untuk melihat seberapa efektif produk yang dihasilkam untuk mengatasi
problem yang ada.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2020 melalui aplikasi


whatsapp sebagai tempat observasi dan pengambilan data. Waktu yang
digunakan untuk penelitian ini adalah 10 hari. Dalam 10 hari tersebut sudah
termasuk menganalisis, merancang, mengembangkan, menguji coba produk,
dan mengevaluasi.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 10 SMA. Setiap

sekolah memiliki kualitas pendidikan yang berbeda-beda. Begitu pun

karakteristik gurunya tentu memiliki cara mengajar yang berbeda pula.

Untuk penelitian ini, diambil 10 siswa kelas 10 SMA. 10 siswa tersebut dari

SMA yang berbeda-beda. Karena keterbatasan waktu, tenaga, dana, fasilitas,

dan adanya pandemi covid-19 yang membatasi aktivitas seperti biasa serta

lainnya untuk mendukung penelitian ini, maka sampel yang digunakan

dalam penelitian ini hanyalah 10 siswa dari SMA yang berbeda.

Alasan menetapkan siswa kelas 10 SMA sebagai sampel penelitian

adalah karena kelas 10 adalah tahun pertama mengenal mata pelajaran

kimia. Untuk itu, sebagian besar terdapat miskonsepsi.


D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian pengembangan media

pembelajaran kimia ini disesuaikan dengan model pengembangan yang

digunakan yaitu ADDIE yang dikembangkan oleh Dick & Carry (1996).

Untuk itu, teknik pengumpulan data yang digunakan berupa studi pustaka,

tes, lembar angket, lembar instrumen penilaian media dan dokumentasi.

Studi pustaka digunakan untuk mengumpulkan teori-teori relevan dalam

penelitian. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami pokok bahasan yang dikembangkan. Lembar angket siswa

digunakan untuk mengetahui hasil peningkatan motivasi siswa terhadap

pengembangan media pembelajaran kimia yang digunakan. Lembar

instrumen penilaian media digunakan untuk mengevaluasi kebutuhan dalam

pengembangan media pembelajaran yang diberikan kepada para ahli untuk

mendapatkan kelayakan pengembangan. Dokumentasi digunakan untuk

melengkapi data hasil angket dan observasi sesuai dengan tahapan

pelekasanaan penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Dalam tahap awal pengembangan teknik pengumpulan data dilakukan

dengan cara mewawancara 10 siswa kelas 10 SMA. Data yang diperoleh

pada tahap ini digunakan untuk tahap mendesain media pembelajaran yang

akan dikembangkan.

Kriteria Kelayakan Media Pembelajaran

No Rata-rata Kriteria Variabel


1 4,2 – 5,0 Sangat layak

2 3,4 – 4,2 Layak

3 2,6 – 3,4 Cukup layak dan tidak perlu direvisi

4 1,8 – 2,6 Kurang layak sebagian isi direvisi

5 1,0 – 1,8 Tidak layak dan perlu direvisi

(Widoyoko, 2012)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil inovasi pembelajaran peta konsep berbasis infografik menggunakan


model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation)
yaitu sebagai berikut:

A. Tahap Analisis (Analysis)


Pada tahap ini dilakukan analisis kendala pembelajaran. Analisis ini
berupa wawancara terhadap 10 siswa secara online. Dalam wawancara tersebut
diberikan pertanyaan seputar materi model atom dan pendapat tentang
pembelajaran online. Dari analisis ini didapatkan 10 siswa mengalami
miskonsepsi terhadap materi model atom. Miskonsepsi ini terjadi pada
perbedaan gambar model atom. Selain itu semua siswa juga mengalami
miskonsepsi pada pertanyaan tentang kelebihan dan kekurangan setiap model
atom. Dari 10 siswa mereka mengungkapkan sulitnya memahami materi
selama pembelajaran daring. Selain itu mereka mengalami kejenuhan dalam
belajar karena hanya diberi tugas. Dari permasalahan tersebut dimungkinkan
timbul miskonsepsi pada 10 siswa.

B. Tahap Perencanaan (Design)


Pada tahap perancangan, peneliti menyiapkan produk awal atau
rancangan produk. Kegiatan ini berupa penyimpulan data yang didapatkan.
Dari kesimpulan tersebut diperoleh inti dari permasalahan berupa kejenuhan
dalam belajar dan terjadinya miskonsepsi siswa terhadap suatu materi. Oleh
karena itu disiapkan inovasi yang bersifat menarik dan struktural untuk
menjawab problematika tersebut.
Produk yang ditawarkan oleh peneliti adalah peta konsep berbasis
infografik. Dalam tahap ini disiapkan materi yang akan dipaparkan. Kemudian
seperti pada gambar 1 dan gambar 2 dibuat plot penempatan materi pada desain
infografiknya. Selain itu juga menyiapkan font beserta ukuran agar bisa sesuai
dengan desain.

1 2

Gambar 1 dan 2. Rancangan Peta konsep Berbasis Infografik

C. Tahap Pengembangan (Development)


Development dalam model ADDIE merupakan kegiatan realisasi
rancangan produk. Dalam tahap ini kerangka yang sudah dibuat direalisasikan.
Materi yang sudah disiapkan kemudian dimasukkan pada plot penempatan
yang sudah dirancang. Setelah memasukkan materi selanjutnya disusun secara
rapi, baik rata kanan kirinya maupun keselarasan warnanya. Hasil produk ini
seperti pada gambar 3 dan gambar 4.
3 4
Gambar 3 dan 4. Pengembangan Peta Konsep Berbasis Infografik

D. Tahap Implementasi (implementation)


Pada tahap implementasi, kami memberikan infografik tersebut pada 10
siswa yg telah kami wawancarai. Dengan infografik tersebut, para siswa lebih
bisa memahami materi perkembangan model atom dengan mudah karena disitu
telah jelas dituliskan bagaimana perkembangan atom dari teori atom dalton
sampai teori mekanika kuantum dan bagaimana perbedaan masing-masing
teori. Untuk itu, infografik tersebut bisa mengurangi adanya miskonsepsi
dalam pembelajaran daring masa pandemi covid-19. Selain itu, infografik juga
bisa mewakili cara penyampaian guru secara singkat. Dengan infografik, siswa
lebih mudah mempelajari dan mengingatnya sehingga proses pembelajaran
berjalan lebih efektif. Infografik memberikan materi secara singkat dan jelas.
Sehingga bisa membuat pemahaman siswa jauh lebih mudah dibandingkan
dengan penjelasan secara rinci oleh guru.
E. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Pada tahan evaluasi, setelah kami memberikan peta konsep berbasis
infografik kepada 10 siswa, kami mendapatkan beberapa kritik dan saran.
Kritiknya yaitu pada infografik yang kami berikan memiliki tulisan yang kecil,
namun susunan materinya sudah bagus serta menjadikan pembaca lebih mudah
untuk mengingat karena penjelasannya singkat dan tertata. Selain itu, sarannya
adalah warna dari infografik kurang variatif, namun sudah cukup menarik
untuk dipelajari. Setelah para siswa diberikan infografik tersebut, respon
mereka sebagian besar merasa terbantu. Dengan infografik, mereka bisa lebih
paham bagaimana perbedaan dari perkembangan teori model atom serta
kekurangan dan kelebihan dari masing-masing teori atom. Dari respon siswa
teresebut, mewakili bahwa infografik yang kami buat layak menjadi alternatif
sistem pembelajaran daring pada masa covid-19. Dari beberapa kritik tersebut
kami akan memperbaikinya agar kedepannya bisa lebih layak lagi untuk
digunakan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian peta konsep berbasis infografik layak
digunakan sebagai alternatif pembelajaran daring. Respon dari 10 siswa
tentang produk ini sangat baik. Mereka menjadi lebih mudah memahami materi
yang ada. Selain itu, bentuknya yang menarik menumbuhkan semangat dalam
belajar. Sehingga peta konsep berbasis infografik ini dapat mengatasi
kejenuhan belajar dan miskonsepsi siswa.

B. Saran
Saran pada penelitian ini lebih banyak lagi sampel yang digunakan. Hal
ini bertujuan agar memperkuat data-datanya. Selain itu mungkin perlunya
variasi warna pada desainnya agar siswa lebih tertarik pada produk yamg
ditawarkan. Kedepannya diharapkan peneliti lebih jeli dalam melakukan proses
analisis kebutuhan, agar solusi yang ditawarkan bisa menjawab semua
persoalan.
DAFTAR PUSTAKA

Alberta C. 2005. A concept mapping toll to handle multiple formalisms.


Knowledge science, Canada: Institute University of Calgary.

Alrwele, N. S. (2017). Effects of Infographics on Student Achievement and


Students' Perceptions of the Impacts of Infographics. Journal of Education
and Human Development. 6 (3) : 104-117.

Azmi, Doni. 2020. Kebangkitan Nasional; Pemuda Melawan Pandemi Global.


Jurnal Hukum dan Keadilan. 4 (1) : 186

Cholik, Cecep Abdul. 2017. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi


untuk Meningkatkan Pendidikan di Indonesia. Jurnal Ilmiah Indonesia. 2
(6).

Damyanov, I., & Tsankov, N. (2018). The role of infographics for the
development of skills for cognitive modeling in education. International
Journal of Emerging Technologies in Learning (iJET). 13 (1), 82-92.

Firman, dan Sari Rahayu Rahman. 2020. Pembelajaran Online di Tengah Pandemi
Covid-19. Indonesian Journal of Educational Science (IJES). 2 (2).

Gebre, E. (2018). Learning with Multiple Representations: Infographics as


Cognitive Tools for Authentic Learning in Science Literacy| Apprendre
avec des reprsentations multiples: l'infographie de presse comme outil
cognitif pour l'apprentissage authentique en science. Canadian Journal of
Learning and Technology/La revue canadienne de l’apprentissage et de la
technologie. 44 (1).

Gabel, D. 1999. Improving Teaching and Learning through Chemistry Education


Research: A Look to the Future. Journal of Chemical Education. 76 (4) :
548 – 554.
Handayani, Rina Tri. 2020. Pandemi Covid-19, Respon Imun Tubuh, dan Herd
Immunity. Jurnal Ilmiah STIKES Kendal. 10 (3).

Herliandry, Luh devi, dkk. 2020. Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19.
Jurnal Teknologi Pendidikan. 22 (1).

Kadir. 2004. Efektivitas Strategi Peta Konsep dalam pembelajaran sains dan
matematika. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 51:10.

khasanah, Dian Ratu Ayu Uswatun. 2020. Pendidikan Dalam Masa Pandemi
Covid-19. Jurnal Sinestesia. 10 (1).
Komalasari, Rita. 2020. Manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi di Masa
Pandemi Covid 19. Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi. 7 (1) : 139.

Krum, R. 2013. Cool Infographics: Effective Communication with Data Visualization


and Design. Indiana: John Wiley & Sons, Inc

Lase, Delipiter. 2019. Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Sundermann. 1 (1).

Martix, S., & Hodson, J. (2014). Teaching with infographics: practising new digital
competencies and visual literacies. Journal of pedagogic development.

Widoyoko, Eko Putro. (2012). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta :

Pustaka Belajar.

Novak JD, Gowin DB. 2006. Learning How to Learn. Cambridge University Press. New
York. P.93.

Oktavian, Riskey, dan Riantina Fitra Aldya. 2020. Pembelajaran Daring


Terintegrasi Di Era Pendidikan 4.0. Jurnal Pendidikan dan Ilmu
Pengetahuan. 20 (2).

Pakpahan, Roida. 2020. Analisa Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam


Pembelajaran Jarak Jauh di Tengah Pandemi Virus Korona Covid 19.
Journal of Information System,
applied, management, accounting and research. 4 (4) : 30.

Purwanto, Agus, dkk. 2020. Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap
Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. Journal of education, Pshychology
and Counseling. 2 (1).

Risdianto, Eko. 2019. Analisis Pendidikan Indonesia Era Revolusi Industri 4.0.

Sadikin, Ali. 2020. Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19. Jurnal


Ilmiah Pendidikan Biologi. 6 (2).

Suparno, Paul. 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika.
Jakarta: PT. Grasindo.

Syamsuar, dan Reflianto. 2018. Pendidikan dan Tantangan Pembelajaran Berbasis


Teknologi Informasi di Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Ilmiah Teknologi
Pendidikan. 6 (2).

Trisnawati, Demi, Sarwi, dan Sugianto. 2012. Penerapan Peta Konsep pada Pokok
Bahasan Tekanan untuk Mendeskripsikan Penguasaan Konsep Siswa. Unnes
Physics Education Journal. 1 (1).

Yunitasari wahyu, Endang Susilowati2, dan Nanik Dwi Nurhayati2. 2013. Pembelajaran
Direct Instruction Disertai Hierarki Konsep Untuk Mereduksi Miskonsepsi Siswa
Pada Materi Larutan Penyangga Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 2
Sragen Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK). 2 (3).

Anda mungkin juga menyukai