Anda di halaman 1dari 22

Mini Riset Organisasi dan Kebijakan Pendidikan

“Analisis Implementasi Kebijakan Pembelajaran Selama Pandemi


COVID-19 di SDN 177028 PEANAHUSHUS”

Dosen Pengampu : Eni Yuniastuti, S.Pd., M.Sc.

Disusun Oleh :

Kelompok 4
Evelina Gurning 3173131012
Nabila Anggraini 3173131029
Yohana Manurung 3173131029
Kelas C dan B 2017

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT., dimana atas segala nikmat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Mini Riset yang berjudul “Analisis
Implementasi Kebijakan Selama Pandemi COVID-19 di SDN 177028 di Peanahushus”
sebagai pemenuhan salah satu tugas pada mata kuliah Organisasi dan Kebijakan Pendidikan
di Jurusan Pendidikan Geografi Angkatan 2017. Terima kasih penulis ucapkan kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas, khususnya kepada Ibu Eni
Yuniastuti, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pada mata kuliah tersebut yang telah memberikan
arahan serta bimbingan kepada penulis. Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih
terdapat kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis
sendiri khususnya.

Medan, 20 November 2020

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... iii
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 1
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORITIS ................................................................ 4
A. Landasan Teoritis ........................................................................ 4
B. Penelitian Relevan ...................................................................... 7
C. Kerangka Berpikir ....................................................................... 9
BAB III METODE PENELITIAN..................................................... 10
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 10
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 10
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 10
D. Teknik Analisis Data................................................................. 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 12
A. Identitas Sekolah ....................................................................... 12
B. Kebijakan Pembelajaran Selama Pandemi COVID-19............... 12
C. Proses Sosialisasi Kebijakan ..................................................... 13
D. Impelentasi Kebijakan Pembelajaran Saat Pandemi COVID-19 14
BAB V PENUTUP .............................................................................. 16
A. Kesimpulan ............................................................................... 16
B. Saran......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 17

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir................................................................................................. 9


Gambar 2 Kegiatan Wawancara Bersama Kepala SDN 0177028 Peanahushus .................... 18
Gambar 3 Kegiatan Wawancara Bersama Kepala SDN 0177028 Peanahushus .................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyebaran pandemi virus corona atau COVID-19 telah memberikan tantangan
tersendiri bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Untuk mengantisipasi penularan virus
tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan seperti social distancing, physical
distancing, hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kondisi ini mengharuskan
masyarakat untuk tetap diam di rumah, belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. Akibat
dari kebijakan tersebut membuat sektor pendidikan seperti sekolah maupun perguruan
tinggi menghentikan proses pembelajaran secara tatap muka. Sebagai gantinya, proses
pembelajaran dilaksanakan secara daring yang bisa dilaksanakan dari rumah masing-
masing siswa.
Sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang
pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease
(COVID-19) menganjurkan untuk melaksanakan proses belajar dari rumah melalui
pembelajaran daring. Kesiapan dari pihak penyedia layanan maupun siswa merupakan
tuntutan dari pelaksanaan pembelajaran daring. Pelaksanaan pembelajaran daring ini
memerlukan perangkat pendukung seperti komputer atau laptop, gawai, dan alat bantu
lain sebagai perantara yang tentu saja harus terhubung dengan koneksi internet.
Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan pembelajaran daring sebagai upaya
pencegahan adanya transmisi persebaran COVID-19 di sekolah terutama di ruang kelas.
Maka dari itu, kebijakan ini membuat adanya pembatasan sosial dan pengenyampingan
sistem pembelajaran tatap muka dan sementara akan digantikan dengan pembelajaran
daring lewat beberapa platform digital yang telah dipilih oleh pihak guru dan masing-
masing sekolah. Dalam menjalankan kebijakan yang tentunya membawa wajah baru bagi
pendidikan Indonesia ini tentunya masih terdapat banyak kendala dalam pelaksanaannya,
karena tidak semua sekolah yang pernah melakukan sistem pembelajaran daring ini, maka
wajar baik pihak guru, peserta didik maupun orang tua/wali peserta didik mendapatkan
kendala menghadapi sistem baru ini. Berdasarkan hal-hal di atas, penulisan penelitian ini
menjadi sangat penting agar kita dapat mengetahui bagaimana implementasi kebijakan
pembelajaran daring di tingkat sekolah dasar khusunya pada SDN 177028 di
Peanahushus.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan diuraikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana penerapan kebijakan pembelajaran selama pandemi COVID-19?
2. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pada penerapan kebijakan pembelajaran
selama pandemi COVID-19?
3. Apa saja kendala dalam penerapan kebijakan pembelajaran selama pandemi
COVID-19?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
4. Mengetahui bagaimana penerapan kebijakan pembelajaran selama pandemi
COVID-19.
5. Mengetahui bagaimana sosialisasi yang dilakukan pada penerapan kebijakan
pembelajaran selama pandemi COVID-19.
6. Mengetahuii kendala dalam penerapan kebijakan pembelajaran selama
pandemi COVID-19.

D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai sumber referensi dan bahan masukkan bagaimana keadaan
pembelajaran selama pandemi COVID-19 di SDN Peanahushus.
b. Sebagai bahan referensi untuk menambah wawasan tentang pembelajaran
selama pandemi COVID-19 di SDN Peanahushus.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai bahan pertimbangan untuk dikembangkan dan juga referensi
untuk penelitian lebih lanjut
b. Bagi Masyarakat
Sebagai informasi bagi masyarakat untuk mengetahui keadaan
bagaimana implementasi kebijakan pembelajaran selama masa pandemi
COVID-19.
c. Bagi Pemerintah
2
Dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah khususnya
Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Utara dan Dinas Pendidikan
Kabupaten Tapanuli Utara dalam menangani permasalahan tentang penerapan
kebijakan pembelajaran selama pandemi COVID-19 di Kecamatan Tarutung
Kabupaten Tapanuli Utara

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Kebijakan Pendidikan

Pendidikan juga menjadi bagian dari produk kebijakan public (Sigit Purnomo,
2010). Pertimbangan lainnya kebijakan pendidikan bagian dari kebijakan publik, bisa
dicermati dari 1) kebijakan pendidikan memiliki dampak terhadap masyarakat secara
luas, 2) mengimplementasikan kebijakan pendidikan diperlukan dana publik yang
sangat besar, bahkan alokasi dana dari APBN untuk pendidikan merupakan yang
terbesar jika dibandingkan dengan sektor publik lainnya (Sigit Purnomo, 2010).
Perspektif teoretis, kajian kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kajian
kebijakan publik dibidang pendidikan mengatur regulasi yang berkaitan penyerapan
anggaran, alokasi sumber daya, distribusi sumber, dan tata tertib perilaku pendidik.
(Arif Rohman, 2009).
Oleh karena itu, kebijakan pendidikan pada tingkatan makro menjadi aplikasi
ilmu pendidikan sekaligus bagian dari applied sciences bidang pendidikan di sekolah
dan luar sekolah. Prinsip yang dimiliki ilmu pendidikan tidak berbeda dengan prinsip
dan konsep kebijakan publik pada umumnya. Fungsi pendidikan menjadi rangkaian
dari rumusan kebijakan publik. Termasuk penerapan administrasi pendidikan
diarahkan menunjang pencapaian tujuan pendidikan, begitu juga untuk fungsi serta
strategi lainnya dari konsep manajerial prinsipnya sama dengan apa yang
dimplementasikan dalam lingkup manajemen dikaji dalam kebijakan publik. (Sutapa,
2005).
Pemahaman kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik dapat digali dari
ciri ciri kebijakan publik. Adapun ciri kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik
diantaranya adalah: a) kebijakan tersebut dibuat oleh negara/lembaga yang berkaitan
dengan eksekutif, yudikatif dan legislatif b) kebijakan ditujukan untuk mengatur
kehidupan bersama c) mengatur masalah bersama. Kebijakan pendidikan seringkali di
dengar, dilakukan, tetapi seringkali tidak dipahami sepenuhnya. Kedua kata yaitu
kebijakan dan pendidikan memiliki makna luas dan bervariasi. Kebijakan pendidikan
sesungguhnya lahir dari ilmu pendidikan sebagai ilmu praktis merupakan kesatauan

4
antara teori dan praktik pendidikan yang mengatur kehidupan manusia berkaitan
dengan kebutuhan layanan pendidikan untuk mencerdaskannya.
Arif Rohman (2009:109) menyatakan kebijakan pendidikan merupakan
keputusan untuk pedoman bertindak baik bersifat simple maupun rumit, umum serta
khusus, baik terperinsi maupun sederhana dirumuskan dengan proses politik disertai
tindakan program dan rencana tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan
Keseluruhan tahapan proses dilanjutkan hasil perumusan strategi pendidikan
dijabarkan dari visi. Misi, tujuan dan sasaran pendidikan guna mewujudkan
pendidikan nasional yang unggul dalam suatu decade waktu tertentu (Tilaar dan Riant
Nugroho, 20009). Hasbullah (2015) mengemukakan kebijakan pendidikan sebagai
proses dan hasil perumusan langkah strategis dari lembaga pendidikan dijabarkan dari
visi, misi, tujuan dan sasaran pendidikan, dalam mewujudkan tujuan pendidikan di
suatu masyarakat pada kurun waktu yang ditentukan.
Herry (2015) menyatakan kebijakan pendidikan merupakan pengejawantahan
dari visi dan misi pendidikan berdasarkan filsafat manusia dan politik dalam konteks
situasi politik, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakatnya. Kebijakan pendidikan
diambil oleh pemerintah atau mereka yang memiliki kewenangan, maka apa yang
dikatakan (diputuskan) dan dilakukan oleh pemerintah dalam bidang pendidikan
itulah yang dilaksanakan (Slamet, 2005). Prasojo (2011) kebijakan pendidikan
merupakan suatu pertimbangan didasarkan pada sistem nilai serta beberapa faktor
bersifat situasional. pertimbangannya dijadikan dasar untuk menyelenggarakan
pendidikan bersifat melembaga. Kebijakan pendidikan tentunya menjadi faktor kunci
bagi keunggulan, dan eksistensi Negara dalam kompetisi global, sehingga kebijakan
pendidikan penting mendapatkan prioritas utama untuk ditelaah secara kritis dan
komprehensif (Dharmaningtias, 2013). Hal senada disampaikan Olssen, Codd, dan
O’neil (2004), menyatakan education policy in the twenty-first century is the key to
global security, sustainability and survival...education policies are central to such
global mission… Agar memiliki daya saing dan nilai keekonomian, Margaret E.
Goerzt (2001) mendefenisikan kebijakan pendidikan berkenaan dengan efisiensi dan
efektivitas anggaran pendidikan.

2. Pembelajaran Daring
Pembelajaran online atau pembelajaran virtual dianggap sebagai paradigma
baru dalam proses pembelajarn karena dapat dilakukan cara yang sangat mudah
5
tanpa harus bertatap muka di suatu ruang kelas dan hanya mengandalkan sebuah
aplikasi berbasis koneksi internet maka proses pemebelajaran dapat berlangsung.
Pembelajaran online adalah sebuah jenis proses pembelajaran yang mengandalakan
koneksi internet untuk mengadakan proses pembelajaran. (Kučírková, 2012) dan
(Moore, Dickson-Deane, & Galyen, 2011). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa guru dan siswa dapat melakukan pembelajaran hanya dengan
mengandalakan koneksi internet dan mereka tidak perlu ruang kelas untuk melakukan
proses pembelajaran.
Pembelajaran online pertama kali dikenal karena pengaruh dari perkembangan
pembelajaran berbasis elektronik (e-learning) yang diperkenalkan oleh Universitas
Illionis melalui sistem pembelajaran berbasis komputer (Hardiayanto). Online
learning merupakan suatu sistem yang dapat memfasilitasi siswa belajar lebih luas,
lebih banyak, dan bervariasi. Melalui fasilitas yang disediakan oleh sistem tersebut,
siswa dapat belajar kapan dan dimana saja tanpa terbatas oleh jarak, ruang dan waktu.
Materi pembelajaran yang dipelajari lebih bervariasi, tidak hanya dalam bentuk
verbal, melainkan lebih bervariasi seperti visual, audio, dan gerak. Secara umum,
pembelajaran online sangat berbeda dengan pembelajaran secara konvensional.
Pembelajaran online lebih menekankan pada ketelitian dan kejelian siswa dalam
menerima dan mengolah informasi yang disajikan secara online.
Online learning di Indonesia mulai dirasakaan dari proses pembelajaran
mandiri melalui tugas-tugas yang diberikan. Pembelajaran mandiri lebih menekankan
belajar melalui segala sumber yang dapat mendukung dengan bantuan seminimal
mungkin dari orang lain. Perkembangan online learning mulai kentara saat adanya
pembelajaran jarak jauh. Melalui pembelajran jarak jauh, pemerintah dapat mengatasi
masalah pemerataan pendidikan untuk semua individu. Melalui pembelajaran jarak
jauh proses pembelajaran dikombinasikan dengan e-learning, sejak saat itu online
learning terus berkembang di Indonesia. Online learning di Indonesia berkembang
dengan pesat. Pada awalnya online learning masih dikombinasikan dengan
pembelajaran konvensional untuk melatih siswa untuk lebih mandiri. Melatih
kemandirian belajar untuk siswa di Indonesia bukan suatu hal yang mudah,
dikarenakan sistem pembelajaran terdahulu (pola tradisional) yang beranggapan
bahwa guru merupakan sumber belajar utama. Setelah siswa lebih mandiri barulah
online learning dapat dilakukan secara menyeluruh.

6
Pembelajaran yang sepenuhnya online membutuhkan beberapa persyaratan
utuk siswa, yaitu :
a. ICT literacy: siswa harus memiliki kemampuan awal berupa penguasaan
ICT yang dasar sebagai alat untuk belajar, artinya jika siswa kelas rendah
dimana kemampuan membaca dan menuisnya belum baik, maka tidak
cocok menggunakan online, namun bagi mereka lebih cocok
menggunakan kelas tradisional yang langsung dibimbing oleh guru secara
langsung.
b. Indevedency: online learning membutuhkan kondisi siswa yang sudah
terbiasa untuk belajar mandiri, yaitu memanfaatkan fasilitas belajar online
untuk mempelajari materi, mengerjakan quiz dan berlatih menguasai
kompetensi tanpa harus di bimbing langsung oleh guru. Dalam hal ini
siswa harus memiliki motivasi internal yang tinggi untuk terus belajar
mencapai target dan kondisi seperti ini hanya ada pada siswa kelas tinggi
dan pendidikan tinggi.
c. Creativity and Critical Thinking : fasilitas pembelajaran online sangat
beragam, siswa dapat mempelajari berbagai tools yang tersedia seperti
browsing, chatting, groups discussion, video conferencing, quiz online,
drill online dan lainnya, hal ini menuntut adanya kreativitas siswa untuk
memanfaatkan semua dengan optimal. Dalam hal ini diperlukan kreatifitas
siswa memvariasikan dan menggali pengalaman belajar dengan modus
yang bervariasi. Online learning memfasilitasi konten yang lebih banyak
dari materi yang tersedia di pembelajaran tradisional, sehingga siswa
dituntut untuk memiliki kemampuan kritis untuk memilih, menentukan
dan menyerap pengetahuan mana yang lebih dibutuhkannya.

B. Penelitian Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilaksanaan oleh Adijaya dan Santosa dari
Universitas Esa Unggul Jakarta pada tahun 2018 dengan judul Persepsi Mahasiswa
Dalam Pembelajaran Online menggunakan metode Likert Scale Survey dengan tujuan
untuk mengeksplorasi persepsi mahasiswa terhadap perkuliahan online didapatkan hasil
bahwa : perkuliahan online lebih memberi kemudahan bagi mahasiswa berinteraksi
dengan dosen, interaksi dengan dosen lebih mudah akrab dengan perkuliahan online,
mengutarakan permasalahan yang dihadapi dalam perkuliahan kepada dosen lebih
7
nyaman melalui online seperti email daripada tatap muka, miskomunikasi antara dosen
dan mahasiswa lebih sering terjadi dalam perkuliahan online, dan dapat berkolaborasi
dengan dosen seperti penelitian lebih sering dalam perkuliahan online.
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Yodha et al. dari Universitas
Negeri Malang pada tahun 2018 dengan judul Persepsi Mahasiswa Terhadap Pelaksanaan
E-Learning Dalam Mata Kuliah Sistem Informasi Mahasiswa Jurusan Teknologi
Pendidikan Universitas Negeri Malang menggunakan metode kualitatf deskriptif
bertujuan untuk mengetahui respon mahasiswa jurusan Teknologi Pendidikan mengenai
sistem pembelajaran e-learning didapatkan hasil bahwa : mahasiswa antusias saat
mengikuti pembelajaran menggunakan e-learning, mahasiswa merasakan bahwa jadwal
yang digunakan dalam pemberian materi atau tugas kurang terjadwal, sehingga harapan
mahasiswa adalah adanya pemberian tugas yang terjadwal dan terstruktur.
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Sukardi dan Rahmat dari
Universitas Palangka Raya tahun 2019 dengan judul Pencapaian Hasil Belajar Teori
Kejuruan Ditinjau Dari Persepsi Mahasiswa Pada Pembelajaran Online menggunakan
metode expost-facto bertujuan untuk mengkaji persepsi mahasiswa terhadap lingkungan
pembelajaran online dan pengaruh persepsi mahasiswa pada lingkungan pembelajaran
online terhadap pencapaian hasil belajar teori kejuruan didapatkan hasil bahwa :
pembelajaran online merupakan media yang sangat baik untuk melengkapi pembelajaran
tatap muka.
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Much. Fuad Saifuddin dari
Universitas Ahmad Dahlan tahun 2018 dengan judul Penerapan E-Learning dalam
persepsi mahasiswa bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap e-learning
dan berbagai aspek yang dibutuhkan mahasiswa saat menggunakan e-learning. Hasil
analisis menunjukkan, mahasiswa 98,8% mahasiswa mengetahui e-learning, 86,3%
mendukung pelaksanaan e-learning, dan 77% menyatakan puas dengan pelaksanaan
pembelajaran dengana e-learning. Selain itu, menghasilkan persepsi mahasiswa e-
learning bermanfaat, dapat meningkatkan motivasi, memudahkan memahami materi,
membantu kesiapan dalam perkuliahan. Berdasarkan analisis e-learning dalam pengertian
mahasiswa memiliki aksesibilitas yang tinggi yaitu 91%, dengan penggunaan ringan 83%.
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Anggraini dari Universitas
Pamulang tahun 2018 dengan judul Keefektifan Pembelajaran e-Learning Sebagai
Pengganti Perkuliahan Konvensional Untuk Meningkatkan Kemampuan Analitis
Mahasiswa menggunakan metode paired sample test bertujuan untuk mengetahui
8
keefektifan pembelajaran elektronik (e-learning) sebagai pengganti perkuliahan
konvensional untuk meningkatkan kemampuan analitis mahasiswa didapatkan hasil
bahwa : tidak efektifnya penggunaan e-learning sebagai pengganti perkuliahan
konvensional (non e-learning) sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir
analitis mahasiswa terhadap permasalahan-permasalahan yang ada.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran Tatap Muka (offline)

Pandemi COVID-19

1. Social Distancing
2. Physical Distancing
3. Pembatasan Sosial Skala
Besar (PSBB)

SE Nomor 4 Tahun 2020


tentang Pelaksanaan
Pembelajaran Daring (online) Pendidikan Dalam Masa
Darurat Coronavirus
Disease (Covid-19).

Implementasi Penerapan Kebijakan Pembelajaran Daring


di SDN 177028 Peanahushus

Gambar 1 Kerangka Berpikir

9
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang
menghasilkan informasi berupa catatan dan data deskriptif yang terdapat di dalam teks
yang diteliti dan hasil observasi (Mantra, 2008). Dengan penelitian kualitatif, perlu
dilakukan analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif memberikan gambaran dan
keterangan yang secara jelas, objektif, sistematis, analitis dan kritis mengenai penerapan
kebijakan pembelajaran selama masa pandemi COVID-19 di SDN 177028 Peanahushus
Kecamatan Tarutung. Pendekatan kualitatif yang didasarkan pada langkah awal yang
ditempuh dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, kemudian dilakukan
klasifikasi dan deskripsi.

B. Objek Penelitian
Yang dimaksud objek penelitian, adalah hal yang menjadi sasaran penelitian
Menurut (Supranto, 2000) objek penelitian adalah himpunan elemen yang dapat berupa
orang, organisasi atau barang yang akan diteliti. Objek penelitian dalam penelitian ini
adalah kebijakan pembelajaran yang diterapkan selama pandemi COVID-19..

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada 17 November 2020, pada pukul 09.00 WIB s/d
selesai. Lokasi penelitian di SDN 177028 Peanahusus Kecamatan Tarutung Kabupaten
Tapanuli Utara.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Wawancara
Wawancara (interview) Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Meleong, 2010: 186). Ciri utama wawancara
adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan sumber
informasi. Dalam wawancara sudah disiapkan berbagai macam pertanyaanpertanyaan
tetapi muncul berbagai pertanyaan lain saat meneliti. Pada penelitian ini, narasumber
10
adalah Kepala Sekola SDN 177028 Peanahushus. Terdapat 8 pertanyaan isian yang
diajukan kepada narasumber tersebut.

2. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data melalui
dokumen-dokumen yang ada, serta hal-hal yang berhubungan dengan lokasi yang
diteliti, metode ini peneliti gunakan sebagai metode pelengkap dalam mengumpulkan
data yang diinginkan. Dalam hal ini peneliti menggunakan berbagai sumber referensi,
artikel berita, artikel ilmiah, dan hasil dokumentasi pribadi.

E. Teknik Analisis Data


Penelitian yang akan dilakukan yaitu bersifat kualitatif, menurut sifatnya kualitatif
yaitu data yang abstrak (intangible) atau tidak terukur (Sugiyono, 2007). Jadi proses
analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu setelah data terkumpul,
kemudian data dipilih terlebih dahulu. Selanjutnya penulis akan mengolah dan
menganalisis data hasil penelitian sehingga dapat dijadikan suatu keputusan yang objektif
dengan mengambil kesimpulan yang berdasarkan pada fakta-fakta yang ada dan
merangkainya menjadi jawaban dalam permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Sekolah
Nama : SD NEGERI 177028 PEANAHUSHUS
NPSN :10206181
Kode Pos :22411
Desa/Kelurahan : Hutagalung Siuwaluompu
Kecamatan/Kota : Tarutung
Kabupaten : Kab.Tapanuli Utara
Provinsi : Prov. Sumatera Utara
Status Sekolah : Negeri
Jenjang Pendidikan : SD

B. Identitas Narasumber
Nama Lengkap : Tiruanna Pardede
NIP : 196807032006
Jenis Kelamanin : Perempuan
Alamat : Desa Hutagalung Peanahushus
Profesi : Kepala Sekolah

C. Kebijakan Pembelajaran Selama Pandemi COVID-19


Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber ada dua kebijakan pembelajaran
selama COVID-19 yang diberlakukan di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara.
1. Berdasarkan SE Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam
Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19), maka pembelajaran tatap
muka di sekolah diubah menjadi pembelajaran daring (online).
2. Kurikulum darurat COVID-19 yang telah disiapkan Kemendikbud merupakan
penyederhanaan dari kurikulum nasional. Pada kurikulum tersebut dilakukan
pengurangan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran sehingga guru dan
siswa dapat berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat
untuk kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya. Misalnya untuk jenjang
pendidikan SD modul belajar mencakup rencana pembelajaran yang mudah
dilakukan secara mandiri oleh pendamping baik orangtua maupun wali, dalam
12
pelaksanaan pembelajaran dapat memilih salah satu kurikulum dari tiga opsi
yang ditawarkan:
a) Tetap mengacu pada Kurikulum Nasional
b) Menggunakan kurikulum darurat
c) Melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri.
Guru tidak lagi diharuskan untuk memenuhi beban kerja 24 jam tatap
muka dalam satu minggu sehingga guru dapat fokus memberikan pelajaran
interaktif kepada siswa tanpa perlu mengejar pemenuhan jam.
3. Namun, Pemerintahan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara memperbolehkan
untuk membuka sekolah di daerah zona hijau (aman) dengan arahan dari
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Utara sekolah diperbolehkan
untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar secara tatap muka. Jika ada orang
tua/wali murid yang keberatan, anaknya diperbolehkan untuk tidak mengikuti
kegiatan belajar secara langsung di sekolah, dan apabila masing-masing
kepala sekolah dan komite sekolah menyatakan belum siap untuk
melaksanakan pembelajaran secara langsung, maka mereka diperbolehkan
tidak menggelar pembelajaran tatap muka.

D. Sosialisasi Kebijakan Pendidikan


Berdasarkan hasil wawancara, ada beberapa langkah sosialisasi yang dilakukan
oleh pihak SDN 0177028 Penahushus, pemerintah daerah dan dinas pendidikan di
Kabupaten Tapanuli Selatan.
1) Dinas Pendidikan Tapanuli Utara melakukan koordinasi dengan Dinas
Kesehatan setempat rencana kesiapan untuk melakukan pembelajaran secara
tatap muka dalam situasi COVID-19.
2) SDN 0177028 Peanahushus adalah salah satu sekolah yang melaksanakan
pembelajaran tatap muka pada masa pandemi COVID-19.
3) Siswa SDN 0177028 Peanahushus mengikuti sosialisasi cara mencuci tangan
yang benar dari guru dan juga menerapkan hidup sehat, pemakaian masker, dan
memotivasi siswa untuk tetap semangat melaksanakan pembelajaran dimasa
pandemi COVID-19.
4) Mengistruksikan seluruh warga sekolah untuk melakukan cuci tangan dengan
benar secara rutin dan berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta

13
membersihkan ruangan dan lingkungan sekolah secara rutin dengan
menyemprotkan densifektan (sterilisasi).
5) Memberikan himbauan kepada seluruh warga sekolah yang sakit dengan gejala
demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan sesak nafas untuk dirumah dan
tidak melakukan kontak dengan orang lain.
6) Tidak memberlakukan hukuman/sanksi bagi yang tidak masuk sekolah serta
tidak memberlakukan kebijakan insentif berbasis kehadiran. Mengalihkan tugas
pendidik dan tenaga pendidik yang absen kepada tenaga pendidikan yang lain.
7) Menunda kegiatan yang mengumpulkan banyak orang atau kegiatan
dilingkungan luar sekolah dan melakukan skrining awal berupa pengukuran
suhu tubuh terhadap semua tamu yang datang ke institusi pendidikan.

E. Implementasi Kebijakan Pembelajaran Pada Masa Pandemi COVID-19


1) Pada awalnya kebijakan pendidikan formal yang diterapkan di SDN 0177028
Peanahushus selama masa pandemi COVID-19 adalah dilakukannya penutupan
sekolah, kemudian Dinas Pendidikan Tapanuli Utara memperbolehkan untuk
menerapkan kebijakan pembelajaran tatap muka dengan memprioritaskan
kesehatan dan keselamatan.
2) Kebijakan pembelajaran daring tidak diterapkan, dikarenakan Desa Peanahushus
termasuk wilayah yang masih terpencil dan berada dipedalaman dengan keadaan
masyaraktnya masih kurang sejahtera. Jika pembelajaran daring diterapkan itu
sama saja dengan “tidak adanya pembelajaran yang dilakukan pada siswa”
karena mereka tidak memiliki gadget/laptop dan jaringan internet didesa tersebut
sangat minim.
3) Pelaksanaan pendidikan selama pandemi COVID-19 dengan wacana penerapan
situasi normal yang baru (new normal), adalah dengan menjadwalkan siswa
untuk datang satu hari dalam setiap minggunya dengan agenda memberikan
tugas dan mengumpulkan tugas kepada peserta didik.
4) Melakukan proses belajar mengajar secara luring dengan tatap muka sesuai
dengan arahan Dinas Pendidikan Tapanuli Utara. Dalam hal ini Dinas
Pendidikan Tapanuli Utara memberikan tenaga pengajar dari mahasiswa dalam
kegiatan yang disebut KMP (Kampus Mengajar Perintis) yang melakukan
kegiatan belajar mengajar setiap hari disekolah secara tatap muka dan mengikuti
protokol kesehatan.
14
 Beberapa kendala yang dialami SDN 0177028 Peanahushus dalam
pelaksanaan pembelajaran selama pandemic COVID-19 adalah banyaknya
siswa yang malas untuk pergi kesekolah, namun hal ini tidak bisa dipaksakan
sesuai peraturan yang berlaku, ada beberapa muatan pembelajaran yang tidak
bisa diajarkan kepada siswa secara maksimal, dan kurangnnya perhatian orang
tua dalam mendorong anaknya untuk mengikuti pembelajaran.

15
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) SDN 0177028 Peanahushus adalah salah satu sekolah yang melaksanakan
pembelajaran tatap muka pada masa pandemi COVID-19.
2) Kebijakan pembelajaran daring tidak diterapkan, dikarenakan Desa
Peanahushus termasuk wilayah yang masih terpencil dan berada dipedalaman
dengan keadaan masyaraktnya masih kurang sejahtera. Jika pembelajaran
daring diterapkan itu sama saja dengan “tidak adanya pembelajaran yang
dilakukan pada siswa” karena mereka tidak memiliki gadget/laptop dan
jaringan internet didesa tersebut sangat minim.
3) Dalam melakukan sosialisasi kebijakan pendidikan di masa pandemi COVID-
19 pihak Dinas Pendidikan Tarutung, Dinas Kesehatan Tarutung, dan
pemerintah daerah setempat melakukan koordinasi dengan setiap sekolah
dalam hal pelaksanaan pembelajaran daring. Dimana penerapan pembelajaran
daring disesuaikan dengan kemampuan setiap sekolah.

B. Saran
Sebaiknya dilakukan evaluasi secara menyeluruh terkait penerapan kebijakan
pembelajaran daring masa Pandemi COVID-19, diharapkan evaluasi yang dilakukan
dapat menjadi pedoman untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia disituasi
darurat seperti ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anugrahana, A., 2020. Hambatan, Solusi dan Harapan: Pembelajaran Daring Selama Masa
Pandemi Covid-19 Oleh Guru Sekolah Dasar. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 10(3), pp.282-289.
Astini, N.K.S., 2020. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran tingkat sekolah
dasar pada masa pandemi covid-19. Lampuhyang, 11(2), pp.13-25.
Firman, F. and Rahayu, S., 2020. Pembelajaran Online di Tengah Pandemi Covid-
19. Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 2(2), pp.81-89.
Handarini, O.I. and Wulandari, S.S., 2020. Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study From
Home (SFH) Selama Pandemi Covid 19. Jurnal Pendidikan Administrasi
Perkantoran (JPAP), 8(3), pp.496-503.
Handayani, L., 2020. Keuntungan, Kendala dan Solusi Pembelajaran Online Selama Pandemi
Covid-19: Studi Ekploratif di SMPN 3 Bae Kudus. Journal of Industrial Engineering
& Management Research, 1(2), pp.15-23.
Musfah, J., 2016. Analisis kebijakan pendidikan. Prenada Media.
Putria, H., Maula, L.H. and Uswatun, D.A., 2020. Analisis proses pembelajaran dalam
jaringan (daring) masa pandemi covid-19 pada guru sekolah dasar. Jurnal
Basicedu, 4(4), pp.861-870.
Saleh, A.M., 2020. Problematika Kebijakan Pendidikan Di Tengah Pandemi Dan Dampaknya
Terhadap Proses Pembelajaran Di Indonesia.
Sugiyono, 2018. Metode Penelitian (Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Internet :
http://pgdikdas.kemdikbud.go.id/read-news/pedoman-pembelajaran-pada-masa-pandemi-
covid19-di-sekolah-menengah-pertama (diakses pada tanggal 20 November 2020, pukul
20.00 WIB)
https://mediaindonesia.com/humaniora/336013/pandemi-covid-19-dan-disrupsi-pembelajaran
(diakses pada tanggal 20 November 2020, pukul 20.00 WIB)
https://www.kompas.com/edu/read/2020/08/12/112834471/pendidikan-daring-di-masa-covid-
19?page=all (diakses pada tanggal 20 November 2020, pukul 20.00 WIB)

17
LAMPIRAN

Gambar 2 Kegiatan Wawancara Bersama Kepala SDN 0177028 Peanahushus

Gambar 3 Kegiatan Wawancara Bersama Kepala SDN 0177028 Peanahushus

18

Anda mungkin juga menyukai