Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan yang efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin. Setiap pemimpin perlu
memiliki aspek-aspek kepribadian pemimpin dapat menunjang hubungan yang efektif dengan anggota
organisasinya. Kesuksesan atau kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh banyak hal, yang salah
satunya adalah kepemimpinan yang berjalan dalam organisasi tersebut.

Banyak orang yang memiliki pengalaman serta jabatan sebagai pemimpin dalam perusahaan maupun
organisasi. Sebagian dari para pemimpin tersebut benar-benar dihormati secara moral sebagai
pemimpin, namun sebagian lagi kurang dihormati. Untuk itu, diperlukan etika diri untuk menjadi
seorang pemimpin agar terbuka jalan menjadi pemimpin yang baik dan bisa dihormati oleh bawahannya
atau anak buahnya.

Ada kalanya mereka yang berada pada posisi sebagai pemimpin lupa, bahwa mereka dianggap berhasil
justru pada saat mereka dapat membawa anggota atau anak buah mereka untuk maju, berkembang,
mencapai kualitas yang baik. Artinya keberhasilan seorang pemimpin tidak lepas dari anak buah atau
anggotanya yang mendukung. Dan sepatutnya seorang pemimpin harus bersikap professional dan
bekerja dengan memperhatikan kepentingan bersama dan membangun lingkungannya, bukan hanya diri
sendiri.

Untuk itu diperlukan suatu ilmu dan cara untuk menjadi pemimpin yang baik sehingga tercipta
kepemimpinan yang efektif dan organisasi yang dipimpin dapat mencapai suatu keberhasilan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas. Ada permasalahan-permasalahan yang harus
diselesaikan. Permasalahan tersebut antara lain : 
1.  Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin
2.Adakah teori-teori untuk menjadi seorang pemimpin yang baik
3.Apa dan bagaimana menjadi pemimpin yang melayani
4.Apa dan bagaimana menjadi pemimpin sejati
5.Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah 
1. Untuk mengkaji bagaimana menjadi pemimpin yang baik yang dapat membawa keberhasilan bagi
organisasi atau perusahaan
2. Untuk melaksanakan tugas kepemimpinan dalam rangka Ujian Tengah Semester dari Bapak Widiyanto
Hadi, SE, S.Kom.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Hakikat Menjadi Seorang Pemimpin

Ada tiga teori yang menyatakan penyebab seseorang menjadi pemimpjn

1.      Teori Genetis (Heredity Theory)

Disebutkan ‘leader are born and not made ‘ seseorang menjadi pemimpin karena ia dilahirkan dengan
bakat-bakat kepemimpinan.Secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fatalis atau
deterministis

2.      Teori Sosial

Ini pun teori ekstrim. Inti ajarannya “ leader are made and not born” jadi berlawanan dengan teori
genetis bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin bila diberikan pendidikan dan pengalaman yang
cukup.

3.      Teori Ekologis

Sebagai reaksi dari kedua hal itu bahwa seorang hanya berhasi menjadi pemimpin yang baik bila ia pada
waktu kelahirannya memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat-bakat itu kemudian dikembangkkan
melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk
mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang dimilikinya.

Namun, pada hakikatnya menjadi seorang pemimpin memang semudah memasak ikan kecil. Sangat
cepat dan gampang. Kadang seseorang  khawatir berbuat salah, sehingga gagal melaksanakan fungsinya.
Memang perasaan semacam itu tidak bisa dihilangkan seluruhnya, namun dapat dicegah agar tidak
terjadi pada orang lain. Pada hakikatnya sebagai seorang pemimpin, yang penting adalah bertindak
tanpa menyakiti atau merugikan orang lain. Sehingga orang yang dipimpin tidak perlu khawatir akan
terlukai. Sebaliknya mereka justru akan mencari kesempatan untuk melakukan hal-hal yang benar.

Biasanya, bila kita bertemu dengan kekuatan yang lebih kecil, kita berada pada posisi untuk
menpengaruhi mereka. Namun bila kita bertemu dengan kekuatan yang lebih besar maka kita
menciptakan kesempatan untuk memperoleh jalan kita. Sehingga bila kita ingin manjadi seorang
pemimpin, maka kita harus selalu selalu rendah hati dan mau berbagi pada anak buah kita. Dengan
demikian semua orang akan menjadi senang.

Sebagai pemimpin , kita juga tidak boleh memandang remeh orang lain. Kita harus selalu ada dan
terbuka bagi semua orang. Kita harus tetap bersikap tenang dan belajar untuk menghargai hidup sehari-
hari. Sebagai pemimpin yang baik, kita dituntut untuk memperhatikan detail, mulai dengah hal yang
kecil sampai hal yang paling besar. Bila dalam perjalanan kita mendapati sebuah masalah, kita harus
memecahkan masalah sampai pada hal yang paling mendasar dan menuntaskan pekerjaan kita sebelum
menjadi beban.

Sebagai seorang pemimpin kita juga harus siap menghadapi berbagai tugas-tugas yang sulit. Namun kita
harus yakin bahwa dengan persiapan yang matang maka tugas-tugas sesulit apapun dapat diselesaikan
dengan mudah. Kita harus yakin bahwa setiap proyek besar selalu memiliki langkah-langkah. Jadi kita
harus mencari langkah sederhana itu dan menghindarai cara-cara yang sulit. Sebagai seorang pemimpin
kita juga tidak boleh menjanjikan apa yang tidak dapat kita capai. Dan kita juga tidak boleh
menyepelekan tugas, karena akan menyulitkan diri sendiri.

2.2  Teori-Teori Menjadi Pemimpin yang Baik

Salah satu kriteria pemimpin yang baik adalah yang dapat diteladani kebaikannya. Pemimpin yang baik
minimal harus memiliki karakteristik umum seorang pemimpin. Karakteristik ini lebih sering disebut
atribut kepemimpinan. Menurut M.P Garnder (1987), karakteristik kepemimpinan itu sendiri meliputi :

1.     Vitalitas fisik dan stamina. Atribut ini sangat penting walaupun kebanyakan tidak dituntut dalam
merekrut seorang pemimpin. Dikatakan penting karena ia misalnya, masih harus mampu
mengumpulkan orang untuk suatu rapat di malam hari setelah bekerja keras seharian, memimpin
perdebatan yang berlangsung selama berjam-jam, kadang-kadang sampai subuh, atau mewakili
organisasi dimana-mana

2.    Intelegensia. Kepandaian seseorang harus juga mencakup kemampuannya untuk menggabungkan


data yang sulit, kompleks dan data yang dipertanyakan denga prakiraan-prakiraan intuitif untuk tiba
pada pembuktian bahwa data itu benar. Ia juga harus memiliki kemampuan untuk mengharagai teman
sekerjanya, bahkan juga mereka yang menentang kebijaksanaannya.

3.    Kemampuan menerima tanggung jawab. Ada orang yang mau menerima jabatan pemimpin, tetapi
tidak rela bertanggung jawab atas apa yang diperbuat organisasinya. Untuk mengelak, ia
mempersalahkan semua bawahannya , memecat atau mengalihtugaskan mereka, sungguhpun ada di
antara tindakan mereka yang didasarkan atas perintah atau kebijaksanaan pemimpin

4.   Kompetensi Penugasan. Seorang pemimpin harus mampu melaksankan apa yang ditugaskan
kepadanya. Semua jenis pekerjaan, walaupun bukan ia yang mengerjakan, perlu diketahui seluk belukny,
situasinya, dan lingkungan tempat pekerjaan itu dilaksanakan. Pendeknya ia perlu mengetahui seluruh
system dalam organisasinya, untuk mencegah kemungkinan putusnya komunikasi dan mata rantai
perintah. Juga, dimaksudkan untuk mencegah adanya pihak yang ingin mengelabui pemimpin dengan
memberikan informasi yang keliru.

5.  Memahanai kebutuhan orang lain. Pemimpin perlu mengetahui , memahami dan member perhatian
pada kebutuhan, bawahan dan orang-orang yang bekerja disekitarnya, serta pihak-pihak luar yang
berkepentingan dengan organisasinya.

6.    Terampil berurusan dengan orang . Pokok ini berkaitan dengan inteligensisa dan kemampuan
memahami kebutuhan orang lain

7.    Ingin berhasil. Pemimpin harus mau memperoleh hasil yang lebih baik. Ia harus tau apa yang hendak
dicapai dan berkeinginan untuk mengejar sasaran itu. Kalau ia hanya mau memimpin tetapi tidak
tertarik akan hasil usaha yang dikerja, maka ia tidak tepat disebut sebagai pemimpin

8.   Kemampuan memotivasi. Memberikan motivasi terhadap bawahan dan orang sekitar merupakan
syarat bagi seorang pemimpin. Akan tetapi yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa ia harus memiliki
kemampuan untuk itu. Ia mengetahui syarat itu, tetapi tidak mampu melakukannya, maka
kepemimpinannya menjadi kurang bermakna. Jadi, ia perlu mengetahui bagaimana menggerakkan
orang, memperkuat keyakinan dari bawahan atau pengikutnya,d an berbagai hal lain

9.  Keberanian, keteguhan dan ketahanan pribadi. Seorang pemimpin tidak akan berhenti menghadapi
berbagai tantangan. Ia tidak boleh berani hanya satu kali, tetapi berkali-kali , sekarang dan seterusnya.
Ia harus tabah menerima risiko yang berulang-ulang. Kalah-menang , jalan terus.

10.  Kemampuan memenangkan kepercayaan. Tidak begitu mudah membuat orang lain percaya pada
sesorang pemimpin, apalagi pemimpin yang baru. Di amerika serikat, seorang calon presiden harus
berkampanye berkali-kali , beratur kali menampilkan pribadinya di depan orang banyak, menyampaikan
programnya sedemikian rupa untuk mencoba memenangkan kepercayaan dari rakyat Amerika. Akan
tampak di situ sejauh mana ia mampu membangun kredibilitasnya sehingga ia dapat memenangkan
pemilihan umum. Pemimpin organisasi nonprofit tidak luput dari persyaratan kemampuan untuk
memenangkan kepercayaan staffnya, anggota-anggotanya dan dari masyarakat yang mereka layani.

11.  Kemampuan untuk memanajemeni, memutuskan dan menetapkan prioritas. Seorang pemimpin


mungkin sudah menghafal tugas-tugas itu, bahkan selalu mengucapkannya dalam pidato berbagai
kesempatan. Ia berbicara berapi-api mengenai prioritas, pentingnya keputusan dan manajemen, tetapi
ia sendiri belum mampu melaksanakannya. Apabila ia menyadari bahwa ia mempunyai kelemahan
dalam bidang itu,ia harus belajar, mengikuti berbagai kursus atau pendidikan tambahan
12.  Adaptasi dan Fleksibilitas. SEorang pemimpin tidak boleh kakku. Jika ia gagal dalam satu usaha ia
harus beralih ke pendekatan lain. Kalau masih gagal, mencoba lagi yang lain.

Seorang pemimpin yang baik juga harus mempunyai sifat-sifat kepemimpinan seperti yang diutarakan
oleh Ordway Tead dalam bukunya yang berjudul The Art of Leadership, sifat-sifat kepemimpinan itu
meliputi antara lain :

a.       Energy

b.      Selera memimpin

c.       Enthusiasm

d.      Ramah tamah

e.       Integrate (pemersatu)

f.       Kemahiran teknis

g.      Sanggup mengambil keputusan, artinya seorang pemimpin diharuskan dapat dan berani
mengambil keputusan

h.      Intelegensi (cerdik dan cendekia)

i.        Kecapakan mengajar

j.        Iman yang kuat dalam menghadapi berbagai masalah

Sedangkan menurut Chester L. Barnard, pemimpin yang baik hanya harus memiliki dua hal  atau
kelebihan. Dua hal itu adalah :

a.  Kelebihan atau superioritas teknik di bidang bidang kepemimpinan. Pada kelebihan teknik
kepemimpinan tercakup perihal kelebihan sang pemimpin di bidang keterampilan fisik dan teori.
Keterampilan fisik dimaksudkan bahwa sang pemimpin mempunyai keahlian di bidang fisik dan ilmu
kepemimpinan

b.  Kelebihan dalam kebulatan tekat memimpin. Hal ini dimaksudkan bahwa  sang pemimpin
mempunyai tekat bulat dan kemauan keras untuk memimpin bawahannya demi tercapainya apa yang
dituju (goal) dengan sukses

2.3  Pemimpin yang Melayani


Kepimpinan adalah pelayanan bukan kekuasaan. Eka Darmaputera menyumbangkan pemikiran dengan
mengatakan bahwa tanpa unsur pelayanan, unsur-unsur kepemimpinan yang lain hanya memungkinkan
seseorang menjadi seorang pemimpin yang terampil ( a skilled leader) atau seorang pemimpin yang
mampu (a capable leader), tetapi belum dapat memberinya kualifikasi sebagai seoran pemimpin yang
sejati ( a true leader).

Pemimpin sejati adalah pemimpin yang punya sikap mental seorang pelayan. Seorang pemimpin dapat
menjadi pemimpin yang melayani hanya bila ia menghayati makna perannya sebagi orang yang
melayani. Salah satu ciri khas pemimpin yang melayani adalah melakukan komunikasi proaktif dan
bersifat dua arah. Dengan demikian ia tidak menghindar dari berbagai masalah atau konflik, dalam
pekerjaannya sehari-hari  ia akan mendahulukan orang lain. Ia juga membuat orang lain terinspirasi,
terdorong , belajar dan mengikuti teladannya. Pendekatannya bukanlah merupakan pendekatan
kekuasaan tetapi pendekatan hubungan atau relasional.

Pemimpin  itu sendiri pada hakikatnya melayani bukan dilayani. Seorang kepala negara atau kepala
pemerintahan yang dipilih secara demokratis pada hakikatnya adalah seorang pelayan, bahkan pesuruh
masyarakat. Karena itu pemimpin tidak boleh sombong.

Pemimpin yang melayani juga berarti pemimpin yang mau bekerja sama bersama rekan-rekan
sekerjanya. Ini pula yang disampaikan oleh tokoh leadership, Rpbert K. Greenlead dalam bukunya
Servant of Leadership
Kepemimpinan yang melayani terjadi apabila seorang pemimpin berusaha mencapai tujuan organisasi
yang dipimpinnya dengan mencoba memberikan memfasilitasi kepentingan para pengikutnya. Ada
beberapa karakteristik pemimpin yang melayani : 
1.            Memfokuskan diri untuk memenuhi kebutuhan orang lain 
Keberhasilan sebuah lembaga atau organisasi yang dipimpinnya semata-mata bukan karena kehebatan
“Aku Sang Pemimpin”, tapi juga karena rekan kerjanya. Untuk itu pemimpin yang melayani harus
mampu melihat kebutuhan orang lain,dalam hal ini adalah para pengikutnya. Ketika kita mampu dan
sanggup memenuhi kebutuhan pengikutnya, maka yakinlah semua pengikut akan berjalan sesuai
dengan rel yang telah ditentukan, karena di situlah mereka mendapatakan zona kenyamanan kerja 
2.            Mengembangkan potensi pengikutnya 
Pemimpin yang baik memiliki  karakteristik yang mampu melihat akan talenta dan potensi yang dimilkiki
oleh pengikutnya. Sebuah kapal dapat berlabuh di tengah lautan yang luas bukan hanya karena angin
yang membawanya atau cuaca baik yang melingkupinya , tapi dari kerja keras awak kapal. Yang
kesemuanya memiliki berbagai keahlian dari mulai nahkoda hingga penjaga bara atau mesin penggerak
kapal tersebut. Demikian juga dalam sebuah organisasi/lembaga. Organisasi/lembaga yang bagus
pastilah memiliki orang-orang yang hebat. Nah , di situlah tugas pemimpin, mampukah mengembangkan
potensi yang ada, baik potensi diri sebagai leader, maupun potensi pengikutnya. Berikan kesempatan
untuk setiap pengikut mengembangkan potensi yang ada. Bukan otokrasi pada mereka. Bukan Ke-
Akuan yang ada tetapi memberikan pendapat dan kesempatan untuk berkembang. 
3.            Membimbing dan motivasi 
Membimbing dan memberikan motivasi itu yang seharusnya berulang bagi seorang leader pada setiap
pengikutnya, Ada 4P untuk menjadikan kita sukses dan berhasil. Personal, Push, Process dan Product.
Personal atau individu adalah unsure utama orang menjadi sukses, berikutnya adalah push atau
dorongan. Dorongan dapat terjadi atau diberikan dari mana saja. Satu di antaranya adalah bimbingan
dan motivasi dari orang lain. Dalam hal ini adalah leadernya. Inilah yang akhirnya berproses pada diri
sendiri sehingga menghasilkan produk yang memuaskan. Hampir setiap minggu saya selalu memberikan
bimbingan dan motivasi pada guru-guru baik lewat sms maupun lewat e-mail. 
4.            Memfasilitasi pendewasaan diri dan perkembangan pribadi untuk rekan kerja 
Sebagai seorang leader kita harus siap dengan pengetahuan yang satu-dua langkah ke depan lebih jauh
daripada pengikutnya. Di situlah visi dan misi pribadi harus ada dan berani ditampilkan di depan para
pengikutnya. Artinya, kita harus mampu memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih sebagai
pendewasaan diri dan perkembangan pribadi, yang mampu dijadikan contoh dan model bagi
pengikutnya. Saya setiap bulannya selalu membeli minimal satu buku dan saya harus membacanya, lalu
setelah buku itu selesai say abaca, saya akan letakkan di lemari buku yang berada di ruang guru dengan
asumsi rekan-rekan guru dapat juga membacanya untuk bersama-sama mengembangkan pribadi
masing-masing untuk menjadi good leader. 
5.            Pendengar yang baik 
Sejauh mana kita sebagai pemimpin mampu meluangkan waktu memahami dan mendengarkan. Itulah
ada dua hal yang luar biasa. Stephen Covey dalam habit ke-5nya mengatakan bahwa mendengarkan
secara tulus adalah mendengarkan dengan mata, hati dan telingamu.Artinya, pemimpin yang baik
adalah mereka yang mampu menjadi bukan hanya Cuma mendengar tetapi juga memahami apa yang
didengarkan. Selamilah lawan si pembicara dengan seksama, dan cobalah bersikap seperti cermin. Kalau
kita mengibaratkan seperti cermin artinya kita mampu menempatkan diri kita bak ubahnya si
pembicara. Kita merasakan saat mendengarkan lawan bicara kita, itulah perasaan kita 
6.            Membangun sikap kekeluargaan 
Pemimpin yang melayani harus memiliki karakteristik untuk membangun sikap kekeluargaan. Semua
permasalah dapat diselesaikan dengan baik bukan berlaku sikap yang dibentuk terhadap atasan dan
bawahan. Tapi menciptakan bahwa semua adalah rekan sekerja, semua adalah keluarga. Ibaratnya kita
adalah satu tubuh, tidak mungkin jari akan mengatakan saya lebih penting, atau  jantung berkata : tanpa
aku maka tubuh tidak dapat berbuat apa-apa, atau kaki akan mengatakan : tanpa aku maka apa artinya
tubuh ini. Semua bagian tubuh adalah satu, itulah yang namanya keluarga. Banyak yang bisa kita lakukan
untuk teman-teman kita, saling memberi, saling menerima, dan saling support satu sama lain.

Itulah enam karakteristik yang harusnya dimiliki oleh seorang pemimpin yang mau melayani. Do
something for another people and do the best for others people. Layanilah orang lain sebelum Anda
dilayani oleh orang lain. This is a servant leadership.

Esensi modal kepemimpinan yang melayani itu sendiri adalah melayani yang dipimpin, entah itu
karyawan, konstituen , pelanggan atau masyarakat luas. Dalam model ini, memimpin pada hakikatnya
melayani secara tulus. Robert K. Greenlaf juga menjelaskan bahwa kepemimpinan pelayan adalah suatu
kepemimpinan yang berawal dari perassan tulus yang timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk
melayani, yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani. Perasaan tulus yang muncul dari suara hati
itulah yang menghadirkan hasrat untuk menjadi pemimpin yang berbasis pada pelayanan.

Kepemimpinan yang melayani juga merupakan salah satu strategi untuk meraih kemenangan. Dengan
menerapkan pendekatan Servant Leadership maka pemimpin dapat mengembangkan kekuatan
kerjasama tim dan loyalitas pendukung. Pendekatan-pendekatan yang diterapakan dalam Servant
Leadership itu sendiri berciri : 
1.            Menghargai orang lain (value people) 
Bisa ditunjukkan dengan cara mempercayai orang lain, melayani kebutuhan orang lain lebih dulu,banyak
mendengarkan orang lain. Hal ini bisa ditunjukkan dengan memberi imbalan atau reward bagi
bawahannya yang bekerja dengan baik 
2.            Mengembangkan orang lain(develop people) 
Dijelaskan dengan cirri-ciri emmberikan kesempatan pada pengikutnya untuk belajar dan berkembang. 
3.            Membangun komunitas (build community) 
Dicirikan dengan membanguh hubungan personal, jejaring social (social network) yang kuat,
berkolaborasi dengan orang lain dan bisa menghargai perbedaan. 
4.            Menunjukkan otentitas(display authenticity) 
Dicirikan dengan punya integritas yang tinggi, terbuka terhadap pendapat dan mau belajar dari saran
orang lain serta bertanggung jawab 
5.            Mendedikasikan kepemimpinan
6.            Mendelegasikan kewenangan dan mendistribusikan jabatan(share leadership)  
dicirikan dengan mendelagasikan kewenangan dan membagikan kekuasaan atau jabatan serta
mempromosikan orang lain.

2.4  Menjadi Pemimpin Sejati

Pemimpin yang sejati tetap bisa memimpin dengan atau tanpa jabatan. Seorang  yang memiliki jabatan
formal yang tinggi, tetapi orang tidak mengenalnya sebagai seorang pemimpin. Ia berada dalam bayang-
bayang sosok yang lebih berpengaruh daripada dirinya, yang mendiktekan kebijakan strategi kepadanya.
Adakalanya sosok yang tidak punya jabatan lebih berpengaruh dari pemimpin formal. Menurut Sanborn,
factor utama dalam kepemimpinan yang pertama adalah pengaruh. Dan untuk mengembangkan
pengaruh, tidak mesti punya jabatan. Walaupun orang yang punya jabatan lebih berpeluang untuk
mengembangkan pengaruhnya , termasuk melalui paksaan
Kepemimpinan yang sejati tidaklah dianugerahkan oleh jabatan atau terbatas bagi para eksekutif .
Kepemimpinan diperlihatkan lewat tindakan kita sehari-hari dan cara kita mempengaruhi kehidupan
orang di sekeliling kita. Karakteristik yang dimiliki pemimpin sejati diantaranya :
-          Bertindak dengan tujuan, bukannya dihambat oleh aktvitas tanpa konsep

-          Peduli dan mau mendengarkan orang lain

-    Mencari cara mendorong orang berkontribusi dan berkembang bukannya berfokus pada pencapain
pribadi saja

-    Menciptakan warisan berupa prestasi dan kontribusi dalam segala bidang yang mereka kerjakan

Pemimpin sejati selalu mengusung komitmen akan kesempurnaan dalam apa pun yang ia kerjakan, baik
di atas panggung maupun di balik layar. Kriteria utama pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang
mempunyai visi, strategi dan kemampuna untuk menjelmakan visinya menjadi suatu kenyataan.
Pemimpin yang sejati juga mendedikasikan energi mereka pada tugas-tugas penting yang dapat
memenuhi kebutuhan pengikut mereka,.

Selain itu pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang menjalankan kepemimpinannya dengan tulus,
sehingga semua perilakunya dilihat sebagai perilaku autentik yang dapat dipercaya oleh anggota
komunitasnya. Pemimpin seperti ini akan menjadi pemimpin yang efektif, kareni dia diakui oleh anggota
sebagai panutan yang dapat diandalkan dan dipercaya.

Kepemimpinan yang dijalani dengan tulus biasanya bersifat melayani pengikut. Kepemimpinan yang
melayani bersifat transformasional, artinya praktik kepemimpinan itu akan membantu anggota
menyadari kelebiah dan keterbatasan dirinya sendiri, mendewasan, dan membangkitkan semangat
anggota untuk memunculkan keberdayaannya demi mewujudkan suatu cita-cita bersama. Jadi,
kepemimpinan yang ingin anggota komunitasnya dapat berperan sebagai pemimpin di lingkungan
masing-masing. Pemimpin bukan hanya perlu menjadi transformasional , melainkan juga perlu menjadi
sinergistik dan visioner. Pemimpin perlu menjadi sinergistik, karena pemimpin yang baik juga perlu
menyadari bahwa ia hanya dapat mencapai hasil yang maksimal apabila seluruh anggota komunitas
kerjanya dapat bekerja sama mewujudkan suatu cita-cita bersama. Pemimipin yang baik bukan hanya
orang yang bisa mengajak orang bekerja besamanya, melainkan yang terutama dibutuhkan darinya
adalah  kemampuannya untuk mengajak anggota yang lain untuk memadukan kapabilitasnya
membangun suatu kapabilitas kolektif terpadu yang siap untuk dikerahkan dalam proses penciptaan
nilai. Perpaduan yang sinergistik ini dapat dicapai apabila di antara anggota yang bekerja sama ada rasa
saling percaya yang tulus

2.5  Hubungan Kearifan Lokal dengan Kepemimpinan

Kearifan lokal adalah sikap, pandangan, dan kemampuan suatu komunitas di dalam mengelola
lingkungan rohani dan jasmaninya, yang memberikan kepada komunitas itu daya-tahan dan daya-
tumbuh di dalam wilayah di mana komunitas itu berada. Dengan kata lain, kearifan lokal adalah jawaban
kreatif terhadap situasi geografis-geopolitis, historis, dan situasional yang bersifat lokal.
Salah satu cara memetakan kearifan lokal dapat dilakukan dengan mengidentifikasi tiga ranah (domain)
tempat kearifan lokal itu berlaku. Ranah pertama adalah hubungan antara manusia dengan manusia;
kedua, hubungan manusia dengan alam; dan ketiga hubungan manusia dengan Tuhan atau Sang
Pencipta.

Contoh-contoh kearifan local yang dimiliki Indonesia yang dapat memperkaya nilai-nilai kepemimpinan
kiata adalah

a.    Ajaran Ki Hajar Dewantara yang terkenal, yakni: Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa,
tut wuri handayani (yang bermakna: yang di depan memberi teladan, yang di tengah memberi
semangat, dan yang di belakang memberi dorongan)

b.  Ajaran dalam Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabu, yang berisi ajaran 18 prinsip kepemimpinan. 
menurut beberapa sumber  prinsip kepemimpinan ini diduga kuat pernah diterapkan oleh Mahapatih
Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit tempo dulu. 18 prinsip kepemimpinan itu meliputi :

1.   ‘Wijaya’. Artinya pemimpin harus mempunyai jiwa tenang, sabar dan bijaksana serta tidak lekas
panik dalam menghadapi berbagai macam persoalan. Hanya dengan jiwa yang tenang masalah akan
dapat dipecahkan.

2.  ‘Mantriwira’; Artinya pemimpin harus berani membela dan menegakkan kebenaran dan keadilan
tanpa terpengaruh tekanan dari pihak manapun.

3.   ‘Natangguan’; Artinya pemimpin harus mendapat kepercayaan dari masyarakat dan berusaha
menjaga kepercayaan yang diberikan tersebut sebagai tanggung jawab dan kehormatan.

4.  ‘Satya Bhakti Prabhu’; Pemimpin harus memiliki loyalitas kepada kepentingan yang lebih tinggi dan
bertindak dengan penuh kesetiaan demi nusa dan bangsa.

5.   ‘Wagmiwak’; Pemimpin harus mempunyai kemampuan mengutarakan pendapatnya, pandai


berbicara dengan tutur kata yang tertib dan sopan serta mampu menggugah semangat masyarakatnya.

6.   ‘Wicaksaneng Naya’; Artinya pemimpin harus pandai berdiplomasi dan pandai mengatur strategi dan
siasat.

7.   ‘Sarjawa Upasama’; Artinya seorang pemimpin harus rendah hati, tidak boleh sombong, congkak,
mentang-mentang jadi pemimpin dan tidak sok berkuasa.

8.   ‘Dhirotsaha’ ; Artinya pemimpin harus rajin dan tekun bekerja, memusatkan rasa, cipta, karsa dan
karyanya untuk mengabdi kepada kepentingan umum

9.   ‘Tan Satrsna’; Maksudnya seorang pemimpin tidak boleh pilih kasih terhadap salah satu golongan,
tetapi harus mampu mengatasi segala paham golongan, sehingga dengan demikian akan mampu
mempersatukan seluruh potensi masyarakatnya untuk menyukseskan cita-cita bersama.
10. ‘Masihi Samasta Bhuwana’; Maksudnya seorang pemimpin mencintai alam semesta dengan
melestarikan lingkungan hidup sebagai karunia Tuhan dan mengelola sumber daya alam dengan sebaik-
baiknya demi kesejahteraan rakyat.

11. ‘Sih Samasta Bhuwana’; Maksudnya seorang pemimpin dicintai oleh segenap lapisan masyarakat dan
sebaliknya pemimpin mencintai rakyatnya.

12. ‘Negara Gineng Pratijna’; Maksudnya seorang pemimpin senantiasa mengutamakan kepentingan


negara dari pada kepentingan pribadi ataupun golongan, maupun keluarganya.

13. ‘Dibyacitta’ ; Maksudnya seorang pemimpin harus lapang dada dan bersedia menerima pendapat
orang lain atau bawahannya (akomodatif dan aspiratif).

14.  ‘Sumantri’ ; Maksudnya seorang pemimpin harus tegas, jujur, bersih dan berwibawa.

15.  ‘Nayaken Musuh’; Maksudnya dapat menguasai musuh-musuh, baik yang datang dari dalam
maupun dari luar, termasuk juga yang ada di dalam dirinya sendiri.

16.  ‘Ambek Parama Artha’; Maksudnya pemimpin harus pandai menentukan prioritas atau
mengutamakan hal-hal yang lebih penting bagi kesejahteraan dan kepentingan umum.

17.  ‘Waspada Purwa Artha’; pemimpin selalu waspada dan mau melakukan mawas diri (introspeksi)
untuk melakukan perbaikan.

18.  ‘Prasaja’: Artinya seorang pemimpin supaya berpola hidup sederhana (Aparigraha), tidak berfoya-
foya atau serba gemerlap.

c.  Ajaran dalam Serat Wedhatama, yang ditulis oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya
Mangkunegara IV (1811-1881). Inti dari ini  adalah bahwa untuk memiliki martabat di tengah kehidupan,
orang harus mampu meraih tiga hal, yakni: kedudukan (wirya), kekayaan (arta), dan kepandaian
(winasis). Konon, Mangkunegara IV merumuskan nilai-nilai ini berdasarkan pengalaman hidup
Panembahan Senopati (1587), pendiri Kerajaan Mataram, yang dikenal bersikap ksatria dan andap asor
(rendah hati).

d.      Ajaran dalam Hasta Brata.Menurut ajaran ini, seorang pemimpin harus bias melakoni 8 perilaku
(yang disimbolkan dengan unsur alam), yakni:

1.      Bumi (sifat murah hati),

2.      Dahana/api (berani dan berwibawa)

3.      Samudra (adil dan bijaksana)

4.      Maruta/angin (ada di mana-mana, dekat dengan rakyat)

5.      Angkasa (punya hati dan pikiran yang luas)


6.      Surya/matahari (memberi energi kehidupan)

7.      Candra/bulan (lembut)

8.      Kartika/bintang (menjadi teladan dan pedoman)

e.  Ajaran dari etnis Minang yaitu berupa konsep kepemimpinan “ditinggikan satu ranting, didahulukan
satu langkah”, artinya seorang pemimpin dihormati bukan karena bisa bertindak semaunya. Sebab,
kalau sampai bertindak salah, ia akan dihujat habis-habisan.

Namun nilai-nilai kepemimpinan lokal yang berdasarkan pada kearifan lokal seperti contoh di atas di
popular di kalangan masayarakat. Hal ini menurt Tjahjono Soejodibroto disebabkan karena Indonesia
tidak mempopulerkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini. Hal ini juga didukung karena tidak ada pihak
yang menjabarkan secara serius dan mendalami istilah-istilah itu untuk kemudian dikaitkan dengan
realitas yang ada. Factor pendukung lainnya adalah pemerintah yang tidak pernah serius memberi
insentif untuk mengembangkan potensi nilai kearifan lokal ini hingga semua dibiarkan berjalan sendiri
tanpa bantuan negara, dan nilai lokal tersebut tenggelam oleh nilai global yang bersifat kapitalis.

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

1.   Menjadi pemimpin pada hakikatnya tidak sulit, asal mengerti konsep-konsep kepemimpinan itu
sendiri

2.      Pemimpin yang baik minimal harus memiliki kriteria umum sebagai seorang pemimpin

3.   Pada hakikatnya kepemimpinan adalah melayani. Karena kepemimpinan adalah pelayanan dan
ketulusan

4.      Pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang memiliki sikap melayani dan ketulusan

5.    Indonesia memiliki banyak nilai-nilai kearifan local yang dapat dijadikan nilai-nilai kepemimpinan
yang baru.

3.2  Saran

1.      Para calon pemimpin hendaknya harus tahu persis seperti apa sebenarnya kepemimpinan,
sehingga pada saat menjadi pemimpin tahu bagaimana harus bersikap
2.      Para pemimpin hendaknya benar-benar melaksanakan tugas dan wewenangnya. Sebab
keberadaan pemimpin dalam suatu organisasi yang dipimpinnya akan lebih banyak bergantung pada
keberadaan pemimpin.

DAFTAR PUSTAKA

1.      M.Herujito, Yayat.2001.Dasar-dasar Manajemen.Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia.

2.      Alfian, M.Alfan.2009.Menjadi Pemimpin Politik.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

3.      Sanborn,Mark.2008.Semua Orang Bisa Jadi Pemimpin.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

4.      Salusu, J.1996.Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan


Nonprofit.Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia.

5.      Goenawan,Goenardjoadi.2006.Mata Air untuk Dahaga Jiwaku(Perspektif Baru Dalam Mencapai


Kesadaran Spiritual Bisnis).Jakarta:Elex Media Komputindo.

6.      Kartakusumah,Berliana.2006.Pemimpin Adiluhung Genealogi Kepemimpiman


Kontemporer.Jakarta:Teraju Mizan Publika

7.      Kristo M,Thomas.2009.Suara Pemimpin.Jakarta:Elex Media Komputindo

8.      Mardi Hartanto, Frans.2009.Paradigma Baru Manajemen Indonesia.Bandung:Mizan Utama

Anda mungkin juga menyukai