Anda di halaman 1dari 5

DP3 SEBAGAI CERMINAN LAYANAN PRIMA PEMERINTAH ( Fuad Hartadi *, Mahasiswa Pasca Sarjana MM UGM )

Pendahuluan Layanan publik yang dilakukan pemerintah selama ini masih belum memuaskan masyarakat. Kenyataan ini seringkali di keluhkan konsumen bila menggunakan bahasa perusahaan. Namun tetap saja layanan pemerintah masih belum berubah secara signifikan. Pegawai pemerintah (PNS) masih merasa, apapun kinerja yang dihasilkan tidak berdampak terhadap gaji/penghasilan yang diperoleh setiap bulan. Sehingga kurang termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya. Jauh berbeda dengan perusahaan (sektor privat) yang selalu dituntut kinerjanya, setiap karyawan dituntut untuk menghasilkan kinerja yang baik. Apabila kinerja karyawan buruk maka akan berdampak terhadap penghasilannya. Membandingkan sektor publik dan sektor privat memang dapat dianggap berbeda, namun pada prinsipnya sama-sama melayani kebutuhan orang lain. Hasil survei Integritas yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2009 yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan publik Indonesia baru mencapai skor 6,64 dari skala 10 untuk Instansi Pusat, sedangkan pada tahun 2008 skor untuk pelayanan publik di daerah sebesar 6,69. Skor Integritas menunjukkan karakteristik kualitas dalam pelayanan publik seperti ada tidaknya suap, ada tidaknya Standard Operating Procedure (SOP), kesesuaian proses pelayanan dengan SOP yang ada, keterbukaan informasi, keadilan dan kecepatan dalam pemberian pelayanan dan kemudahan masyarakat melakukan pengaduan. (http://www.lan.go.id/) Indeks Integritas Nasional turun dibandingkan tahun sebelumnya (dari 6,5 di tahun 2009 menjadi 5,42 di tahun 2010). Salah satunya disebabkan oleh menurunnya kualitas pelayanan publik di beberapa unit layanan baik di instansi pusat, instansi vertikal maupun pemerintah kota. Selain itu menurunnya indeks integritas nasional disebabkan pula oleh perluasan sebaran geografis mencakup wilayah Indonesia bagian timur serta perluasan sebaran unit layanan terhadap instansi vertikal di 22 kota besar. Dengan menurunnya Indeks Integritas Nasional maka diperlukan upaya perbaikan layanan publik secara lebih optimal. (http://www.kpk.go.id/ )
1

Kenyataan kenyataan tersebut belum cukup untuk mendongkrak kinerja layanan Pemerintah terhadap masyarakat. Meskipun perbaikan-perbaikan sudah dilakukan baik dipusat maupun di daerah. Perubahan akan terjadi apabila terkait erat dengan kepentingan individu atau golongan. Seseorang akan berusaha sekuat tenaga apabila kepentingannya untuk hidup (kebutuhan pokok atau sekunder) terganggu atau dirangsang. Pemerintah perlu memperhatikan keterkaitan tersebut. Penilaian kinerja pegawai Pemerintah dinilai dalam suatu daftar yang disebut Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (DP3). Penilaian kinerja pada pegawai (DP3) yang dilakukan rutin setiap tahun perlu mengkaitkan kepentingan pegawai (kebutuhan pokok atau sekunder) dengan tingkat pelayanan pada masyarakat (konsumen). Kebutuhan pokok pegawai tentu saja berkaitan erat dengan gaji atau penghasilan yang diterima setiap bulannya, dan kebutuhan sekunder berkaitan dengan kenaikan pangkat pegawai. DP3 tidak hanya sekedar penilaian rutin, berdasarkan intuisi atau DP 3 tahun lalu, tetapi sangat berhubungan dengan kinerja pegawai. Pegawai yang mempunyai kinerja baik perlu dirangsang penghasilannya, sedangkan pegawai yang kinerjanya kurang perlu diganggu penghasilannya (insentifnya). Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1979 Tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (DP3) belum dilaksanakan secara obyektif dan mengacu pada kinerja pegawai. Sebagaimana disampaikan Akhyar Effendi, Kepala Bagian Administrasi pada Pusat
Kajian Kinerja Sumber Daya Aparatur LAN, dalam Jurnal Penelitian Manajemen Pegawai Negeri Sipil Yang Effektif.

Proses penilaian pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang lebih dikenal dengan sebutan DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaaan) sangatlah subyektif. Unsurunsur yang dijadikan dasar penilaian sangat sumir apabila dikaitkan dengan pelaksanaan pekerjaaan secara nyata sehari-hari karena setiap unsur tersebut sangat sulit diukur keberhasilannya. Akibatnya, hasil penilaiannya tidak mampu membedakan antara PNS yang berkinerja baik dengan mereka yang berkinerja sebaliknya. (Manajemen Pegawai Negeri Sipil yang Efektif, Akhyar Efendi dkk)

Layanan Prima vs Layanan Publik Pengertian pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan, dengan menggunakan segala sumber daya yang ada. Pelayanan prima yang diberikan pada
2

pelanggan akan berdampak positif bagi perusahaan. Pelanggan merasa kebutuhannya dapat dipenuhi dengan baik. Dengan pelayanan prima pelanggan akan tetap terus berhubungan dengan perusahaan. Pada sektor privat hal ini menjadi sangat berarti karena berdampak positif pada keuntungan perusahaan. Bagaimana dengan sektor publik ? Pelayanan prima yang diberikan sektor publik pada masyarakat tidak berdampak langsung terhadap keuntungan perusahaan. Keuntungan yang didapat sektor publik masih terbatas pada Pimpinan tertinggi. Sebagai contoh pelayanan prima rumah sakit pemerintah daerah, masyarakat akan memberikan apresiasi yang tinggi terhadap Direktur rumah sakit tersebut, atau pada kepala daerah tersebut. Sementara pegawai yang memberikan pelayanan prima kurang mendapat apresiasi. Bahkan cenderung sama dengan pegawai yang tidak memberikan pelayanan prima. Masyarakat dihadapkan pada pilihan mau dilayani atau tidak, bila tidak mau dilayani maka keperluanya tidak akan terpenuhi, karena tidak ada saingannya, sehingga mau tidak mau masyarakat akan tetap menggunakan layanan tersebut. Keadaan demikian menempatkan masyarakat pada posisi yang lemah. Pelayanan yang buruk pada suatu instansi pemerintah tidak serta merta berdampak buruk pada instansi tersebut. Sebagai contoh Buruknya pelayanan listrik tidak serta merta berdampak buruk pada PLN. Masyarakat hampir mustahil mencari pengganti listrik. Jauh berbeda dengan buruknya pelayanan suatu hotel akan berakibat fatal pada hotel tersebut. Pengertian Pelayanan Publik adalah Segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur negara sebagai abdi masyarakat. (KepMenPAN Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003) Pelayanan prima kepada masyarakat sebagaimana dalam KepMenPAN nomor 63 tahun 2003 tersebut merupakan kewajiban pegawai pemerintah. Semestinya berdasarkan KepMenPAN Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 ,DP3 mampu mencerminkan nilai dari kinerja seorang pegawai. DP 3 bersifat sangat rahasia, namun bagi atasan bukan hal yang rahasia. Berdasarkan nilai-nilai DP3 pegawai seorang atasan dapat mengambil keputusan untuk memperbaiki kinerja Instansinya. Namun dalam kenyataannya penilaian DP3 masih sangat subyektif, sehingga diperlukan perbaikan,
3

agar DP3 mampu mencerminkan kinerja pegawai. Sehingga Layanan Publik yang dilaksanakan pemerintah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat

Perbaikann Penilaian Kinerja dengan DP 3 Unsur unsur penilaian DP3 yaitu (1) kesetiaan; (2) prestasi kerja; (3) tanggungjawab; (4) ketaatan; (5) kejujuran; (6) kerjasama; (7) prakarsa; dan (8) kepemimpian. Unsur unsur tersebut bila dirinci menjadi indikator-indikator terlaksananya suatu unsur , maka penilaian DP 3 dapat lebih obyektif. Penilaian tersebut akan menunjukkan kinerja pegawai. Sebagai contoh seorang pegawai yang melayani pembuatan KTP, dalam aturan selesai 3 hari kerja. Jika pada kenyataannya lebih dari 3 hari kerja maka kinerja pegawai tersebut belum baik. Indikator ini akan berpengaruh pada penilaian unsur prestasi kerja, tanggungjawab, kerjasama, dan kepemimpinan kepala instansi tersebut. Indikator-indikator penilaian tersebut bila dijabarkan secara rinci dan mengkaitkan dengan pelaksanaan tugas pegawai akan mencerminkan kinerja pegawai. Penilaian yang dilakukan setiap tahun tersebut mencerminkan kinerja pegawai tiap tahunnya, sehingga kenaikan nilai DP3 tiap tahun berarti juga kenaikan kinerja instansi tiap tahunnya. Apakah penilaian tersebut sudah sesuai dengan yang diharapkan ? untuk menjawab pertanyaan tersebut tentu saja dibutuhkan kesadaran dan keinginan yang baik dari semua pegawai dan penilai. Pegawai harus sadar bahwa ia ditugaskan untuk melayani masyarakat sebaik mungkin. Hasil dari pelayanan yang baik adalah kenaikan penghasilan atau pangkat. Perbaikan sistem dan budaya kerja juga perlu dilakukan, agar tercipta sistem dan budaya yang baik.

* Penulis adalah Guru SMK N 1 Gedangsari, dan juga Mahasiswa Pasca Sarjana MM UGM, kelas khusus Diknas Konsentrasi Manajemen Kepengawasan)

Anda mungkin juga menyukai