Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN MATERI (REVIEW JURNAL)

REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME SERTA


FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Kelompok 2

NAMA : NADIA RAHMI (1806203010026)


SITI ZUHRA (18062030100)
MAULINDA YANI (18062030100)
KELAS :B
PRODI : MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI
MK : MIKROBIOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019
REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME SERTA FAKTOR
YANG MEMPENGARUHINYA

A. REPRODUKSI BAKTERI
Bakteri dapat melakukan reproduksi dengan dua cara yakni reproduksi secara seksual
(generatif) dan reproduksi secara aseksual (vegetatif). Secara aseksual dengan cara
pembelahan biner, pada pembelahan biner, setiap satu bakteri membelah menjadi dua.
Reproduksi bakteri secara seksual dibagi menjadi tiga jenis yaitu, reproduksi dengan
transformasi, reproduksi dngan transduksi, reproduksi dengan konjugasi.

1. Reproduksi Generatif (seksual)


Reproduksi Generatif bakteri adalah reproduksi antar kedua bakteri yang berlainan
melalui peristiwa penggabungan gen (DNA) dari kedua induknya yang bertujuan untuk
menghasilkan bakteri dengan varian gen (DNA) yang baru. Reproduksi generative bakteri
sering disebut paraseksual karena terkesan antara kedua bakteri yang akan menggabungkan
kedua gennya terjadi perkawinan atau penyatuan yang diperantai oleh sexpillus. Secara
terperinci cara reprodukdi generative pada bakteri terurai sebagai bakteri.
a) Konjugasi
Konjugasi adalah peristiwa dimana dua sel bakteri mengadakan rekombinasi bahan-
bahan inti atau DNA atau gen untuk mendapatkan varian yang baru. Prosesnya diawali
dengan terbentuknya sexpilus yang menjadi penghubung dan saluran pemindah DNA antar
kedua bakteri terbentuk. Selanjutnya, DNA donor bergerak melalui sexpilus untuk bergabung
dengn kromosom resipien.
b) Transformasi
Transformasi adalah peristiwa di mana terjadi pembentukan varian baru bakteri atau
rekombinasi gen atau DNA baru pada bakteri dengan bersumber dari DNA donor yang
berasal dari bakteri yang mengalami lisis secara alami. Bakteri yang mengalami lisis alami
elepas DNA-nya kelingkungan dan kemudian akan masuk kedalam sel lain (resipien)
sehingga dapat berintegrasi ke dalam sel resipien.
c) Transduksi

1
Transduksi adalah peristiw di mana pembentukan bakteri rekombinan baru dengan
DNA donor berasal dari sel bakteri yang mengalami lisis karena serangan bakteriofage
(virus). Bakteri yang mengalami lisis karena virus akan melepas fage yang mengandung
DNA bakteri fage yang mengandung DNA bakteri selanjutnya menempel pada bakteri lain
(inang baru) dan berintegrasi dengan kromosom bakteri (inang baru)

2. Reproduksi Vegetatif
Bakteri pada umumnya berkembang biak secara vegetatif dengan pembelahan binner
ke arah transversal. Satu sel bakteri membelah menjadi dua bakteri baru. Pembelahan ini
berlangsung sangat cepat, yaitu 15-20 menit. Reproduksi dalam arti sesungguhnya untuk
menghasilkan individu baru yang jumlahnya lebih banyak dari kedua induknya hanya dapat
dilakukan dengan pembelahan binner, sebab reproduksi secara generative dengan metode
paraseksual pada bakteri hanya menghasilkan individu baru dengan variasi gen yang baru,
tidak menambah jumlah individu baru. Selain itu, pembelahan bakteri juga mempunyai factor
pembatas seperti kekurangan makanan, suh tiak sesuai, hasil sekresi yang meracuni bakteri
itu sendiri, atau adanya organisme pemangsa bakteri.
Reproduksi vegetatif disebut juga reproduksi aseksual (tidak kawin). Terjadi dengan
3 cara yaitu: Pembelahan Biner Melintang, Pertumbuhan Tunas, dan Fragmentasi.
a. Pembelahan Biner Melintang
Proses ini paling umum dijumpai pada
kebanyakan bakteri. Pembelahan biner melintang
adalah suatu proses reproduksi aseksual, setelah
permukaan dinding sel melintang, maka sebuah sel
tunggal membelah menjadi dua sel. Masing-masing
sel baru disebut sel anak. Pada proses pembelahan
selnya, mengakibatkan terbentuknya dua organisme
baru.
Gambar 1. Pembelahan Biner Melintang.
Pembelahan Biner dapat dibagi atas tiga fase, Keterangan gambar:
1. Replikasi DNA dan Elongasi
yaitu sebagai berikut. 2. Dinding sel membran plasma
membelah
 Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang 3. Septum terbentuk dan DNA
terpisah
tumbuh tegak lurus. 4. Sel terpisah menjadi 2 dan setiap
sel mengulangi proses

2
 Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang.
 Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik.
Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya, ada pula
bakteri yang tetap bergandengan setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan bentuk
koloni.
b. Pertumbuhan Tunas
Untuk metode pertumbuhan tunas,
pada sel bakteri reproduksi dimulai dengan
tumbuh dan berkembangnya sebuah
tonkolan kecil pada salah satu ujung sel.
Tunas ini mereplikasi genom, tumbuh
membesar, menjadi sel anakan, dan pada
akhirnya memisahkan diri dari sel induknya
Gambar 2. Pertumbuhan Tunas
untuk menjadi bakteri baru. Pembentukan
tunas bermula dari pertumbuhan bagian sel ke arah luar yang terus membesar hingga
menyamai sel induk, dan akhirnya memisahkan diri menjadi sel baru.
c. Fragmentasi
Selama dalam kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan, bakteri umumnya akan melakukan
reproduksi melalui metode fragmentasi. Protoplasma
bakteri mengalami kompartementalisasi membentuk
gonidia. Setelah kondisi lingkungan mulai
Gambar 3. Fragmentasi
menguntungkan, gonidia ini kemudian menjadi bakteri
baru dengan replikasi genom pada setiap fragmennya. Bakteri berfilamen (seperti
Actinomycetes) melakukan reproduksi dengan menghasilkan konidiospora (spora
reproduktif) yang tumbuh menjadi individu baru. Actinomycetes memproduksi spora pada
bagian ujung filamen sel.

3
B. CARA REPRODUKSI JAMUR ZYGOMYCOTA

Pembiakan aseksual pada jamur zygomycota dengan spora. Daur hidup dimulai dari
pertumbuhan spora menjadi benang hifa yang bercabang-cabang membentuk miselium.
Beberapa hifa akan tumbuh ke atas dan ujungnya menggembung membentuk sporangium.
Sporangium yang masak berwarna hitam. Sporangium kemudian pecah dan spora tersebar.
Spora yang jatuh di tempat sesuai akan tumbuh membentuk miselium baru.

1. Reproduksi seksual
 Hifa dari talus jantan (+) dan talus betina (-) saling berdekatan.
 Masing-masing hifa pada sisi tertentu mengalami pembengkakan dan
pemanjangan. Bagian hifa demikian disebut gametangium.
 Dinding gametangium pecah dan inti (+) bergabung dengan inti (-) membentuk inti
diploid (2n) (peristiwa plasmogami yang diikuti oleh karyogami). Persatuan dua
gametangium (+) dan gametangium (-) membentuk zigospora yang berisi banyak
inti diploid.
 Zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam, di dalamnya juga
berisi makanan cadangan antara lain lemak. Inti diploid hanya satu yang hidup,
yang lainnya mengalami degenerasi. Inti ini membelah secara meiosis dan hanya
satu dapat terus hidup. Zigospora akan beristirahat dalam waktu yang lama.
 Setelah lama beristirahat spora dapat tumbuh jika ada substrat yang cocok ,
membentuk sporangium dengan sporangiofor. Inti haploid membelah secara
mitosis menjadi inti spora yang terbentuk pada sporangium.
 Jika sporangium matang dindingnya akan robek dan sporanya tersebar, menghasilkan
spora (+) dan spora (-).
 Spora tumbuh menjadi miselium baru.

Beberapa contoh anggota Zygomycotina :


 Rhizopus stolonifer/Rhizopus oryzae : saprofit pada bungkil kedelai, bermanfaat untuk
pembuatan tempe.
 Rhizopus nigricans : Rhizopus yang menghasilkan asam fumarat.
 Mucor mucedo : hidup pada roti, kotoran ternak, dan sisa makanan yang mengandung
karbohidrat.
4
 Pilobolus : hidup pada kotoran hewan yang telah terdekomposisi.
 Beauveria bassiana : jamur ini hidup parasit pada insecta yang menyerang larva
serangga.

Review Jurnal
REPRODUKSI INANG BAKTERI ENDOSYMBIONT MEMPERTAHANKAN
SIMBIOSIS JAMUR

Bakterial endosimbion memainkan peran penting bagi banyak organisme, mekanisme


khusus telah berkembang selama evolusi yang menjamin ketergantungan simbiosis selama
atau setelah reproduksi inang. Endosimbion merupakan organisme yang hidup di dalam tubuh
atau sel organisme lain dalam hubungan saling menguntungkan yang disebut endosimbiosis.
Penyakit bibit beras jamur Rhizopus microsporus merupakan contoh unik dari bentuk
kehidupan jamur yang mengandung endobacteria (Burkholderia sp.) Peranan komunitas
bakteri dalam kehidupan inang serangga terutama adalah fungsinya dalam nutrisi inang.
Bakteri endosimbion dapat menghasilkan senyawa essensial yang dibutuhkan oleh serangga
seperti vitamin, asam amino, dan sterol.
Dapat diketahui bahwa dengan tidak adanya endosimbion, inang tidak dapat
memproduksi reproduksi vegetatif. Pembentukan sporangia dan spora dikembalikan hanya
setelah reintroduksi endobakteria. Untuk memantau proses ini, dibuat label GFP kultur
endosimbion. Teknik transformasi laserbeam juga dikembangkan untuk pengenalan bakteri
pertama yang terkontrol ke dalam jamur untuk mengamati perpindahan ke ujung hifa yang
aseptate. Symbiont menghasilkan faktor-faktor yang penting untuk siklus hidup jamur.
Reproduksi inang menjadi sangat tergantung pada bakteri endofungi, yang pada gilirannya
memberikan racun yang sangat kuat untuk mempertahankan habitat dan mengakses nutrisi
dari tanaman yang membusuk.
Interaksi antara jamur dan endobakteria, beberapa contoh hanya terbatas pada
mikoriza arbuskular (AM). Saat ini telah ditemukan simbiosis yang memainkan peran penting
bagi jamur saprotrophic, Rhizopus microsporus, yang menyebabkan kerugian besar pada
pembibitan padi. Sebuah metabolit polyketide antimitotik, rhizoxin, diisolasi dari jamur telah
diidentifikasi sebagai penyebab penyakit tanaman, yang dikenal sebagai hawar semai padi.
5
Fitotoksin tidak diproduksi oleh jamur, tetapi diproduksi oleh bakteri simbiotik dari genus
Burkholderia yang berada di dalam cytosol jamur. Endosimbion diisolasi dalam kultur murni
dan membuktikan kemampuannya untuk memproduksi rhizoxin. Kloning, pengurutan, dan
mutagenesis dari seluruh lokus gen yang mengkode biosintesis rhizoxin dalam genom
symbiont mengungkapkan dasar molekuler untuk produksi toksin. Baru-baru ini telah
ditemukan bahwa rhizonin 'mycotoxin' juga diproduksi oleh endosimbion bakteri.
Jamur yang tidak mampu sporulasi
Miselium bebas-simbion tidak membentuk sporangia atau kolumela (Gambar 1).
Ternyata, jamur hanya menghasilkan hifa, tetapi tidak membedakan dalam keberadaan
endosimbion. Dalam pendekatan alternatif, spora direndam dalam media yang mengandung
ciprofloxacin untuk menghilangkan endobakteria dan kemudian diinkubasi untuk
menghasilkan klon bebas simbion. Jamur yang diisolasi terbukti tidak mampu melakukan
reproduksi vegetatif melalui spora. Kultivasi dari strain bebas-simbion dengan endosimbion
yang terisolasi menghasilkan simbiosis yang utuh, di mana reproduksi aseksual dilakukan
kembali. Untuk mengecualikan efek sekunder yang berpotensi disebabkan oleh antibiotik,
semua strain yang disembuhkan dibiakkan dengan tidak adanya aditif.

Gambar 1. R. microsporus
(A) Gambar menunjukkan hifa, columellae, dan sporangium bundar .
(B) Strain yang tumbuh tidak membentuk sporangia. Skala bar mewakili 30 nm.

6
Penggantian simbiosis dengan laser yang dimediasi oleh mikroinjeksi berlabel GFP
Endobakteria
Host (inang) yang diperbaiki hanya membentuk hifa massal dan sangat tidak mampu
melakukan reproduksi vegetatif melalui spora dalam kondisi laboratorium. Pembentukan
sporangia dan sporulasi secara eksklusif diamati pada tipe bebas dan setelah
menghilangkankan asosiasi bakteri-jamur dengan bakteri hidup. Burkholderia mampu
menyerang sel jamur dengan mekanisme yang belum ditemukan. Proses ini tidak dapat
diprediksikan dalam waktu dan lokasi, jadi digunakan cara dengan memasukkan bakteri
berlabel ke dalam jamur yang sudah diperbaiki.
Untuk hal ini, digunakan prosedur elektroporasi untuk transformasi sel-sel
elektrokompeten dari endobacteria yang terisolasi. Dengan prosedur ini dihasilkan plasmid
(pHTK2) yang mengandung gen penyandi protein fluorescent hijau (GFP), yang sebelumnya
telah digunakan dalam studi biofilm dari cepacia Burkholderia kompleks. Selanjutnya,
teknik untuk pengenalan diarahkan endosimbion berlabel GFP ke dalam miselium jamur
yang diperlukan. Metode yang digunakan untuk transformasi tanaman dengan DNA, yang
melibatkan sinar laser yang digabungkan dengan mikroskop. Balok difokuskan pada
sitoplasma jamur (Gambar 2A), dan beberapa laser terbukti cukup untuk mikroinjeksi di
lokasi tertentu. Proses ini dipantau dengan mikroskop CLS, yang menunjukkan bahwa
bakteri yang diberi label cepat diambil oleh jamur melalui tekanan osmotik (Gambar 2B-
2E). Gerakan bakteri dalam sitosol terlihat jelas. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2
dan 3A, bakteri motil cenderung rentan terhadap kemotaksis dan berpindah ke ujung hifa.
Khususnya, ini adalah wilayah dengan pasokan nutrisi terbaik dan di mana sporangia
terbentuk. Rhizopus adalah jamur yang aseptate dan dengan demikian pergerakan bakteri
tidak dibatasi secara fisik.

Gambar 2. Pemantauan Mikroinjeksi Endosimbion berlabel GFP ke dalam Jamur dan


berpindah dalam Hifa

7
Micrographs (A) - (E) adalah tangkapan layar yang diambil dengan interval 0,5 menit.
Skala bar mewakili 10 nm. Panah merah menunjukkan situs injeksi laser; panah putih
menyoroti bakteri berlabel GFP dan arah perpindahan.

Sporulasi Ketergantungan Endosimbion


4 hari setelah injeksi mikro, pembentukan sporangia terlihat jelas. Pelabelan GFP dari
simbol memungkinkan deteksi dalam sporangia dan juga dalam spora (Gambar 3B – 3D).
Dalam semua spora individu yang diselidiki, endobakteria berbentuk batang berlabel GFP
terlihat jelas. Jadi sporulasi hanya dipicu oleh adanya endobakteria.

Implikasi Ekologis dan Evolusi


Kelangsungan hidup semua bentuk kehidupan yang saling menguntungkan adalah
dengan memastikan transmisi simbion selama atau setelah reproduksi inang. Terlepas dari
cara penularannya, mekanisme spesifik harus berevolusi untuk pemeliharaan simbiosis
sebagai strategi jangka panjang untuk bertahan hidup mikroorganisme yang saling
menguntungkan. Spesies dari genus Burkholderia dikenal sebagai bakteri tanah yang
menyebabkan keracunan pada bahan pangan. Jamur R.microsporus merupakan vektor ideal
untuk penyebaran bakteri di akar baru, dan penyebaran simbiosis yang paling efisien melalui
spora. Jamur, kehilangan kendali atas reproduksi tetapi telah memperoleh agen antimitotik
rhzoxin, yang diproduksi oleh endosimbion, sebagai senjata kimia.
Reproduksi inang yang tergantung pada endosimbion memberikan kontrol yang layak
terhadap transmisi simbion dan mencegah hilangnya hubungan mutualistik. Namun efek
endosimbion pada pertumbuhan dan reproduksi inang hanya terdapat dalam beberapa gejala
hewan, di mana mikroorganisme sering memberikan nutrisi penting. Kekurangan
endosimbion bahkan dapat menyebabkan kemandulan. Sebagai contoh, Xyleborus ferrugi-
neus kumbang yang berkembang dari telur bebas-simbion hanya bereproduksi ketika jamur
mutualistik diinokulasikan ke dalam makanan. Oogenesis dalam kumbang batu tanggal,
Coccotrypes dectyliperda, tergantung pada simbiotik bakteri, dan pada Buchnera simbiosis,
inang mengalami kemandulan ketika kehilangan simbion yang dihasilkan dari kekurangan
nutrisi.

8
Gambar 3. Pemindaian Laser Confocal Micrographs dari Jamur setelah Mikroinjeksi
dengan Bakteri Berlabel
(A) Hifa GFP yang menunjukkan bakteri bermigrasi ke ujung (skala mewakili 25 nm).
(B) Spora vegetatif tunggal yang mengandung endobacterium berlabel GFP berbentuk
batang (skala bar mewakili 2 nm).
(C dan D) Sporangiofor, sporangia, dan spora terbentuk setelah restitusi simbiosis
(cahaya putih dan mode fluoresensi, skala bar mewakili 30 nm.
Asosiasi Rhizopus-Burkholderia merupakan contoh yang menarik untuk evolusi
simbiosis. Secara umum bakteri mengeksploitasi inangnya dengan cara yang kurang saling
menguntungkan. Namun, mengingat manfaat agen antimitotik yang dihasilkan oleh
simbiosis, semua pengamatan menyiratkan pergeseran parasitisme-mutualisme evolusi, dan
akhirnya transisi dari fakultatif ke asosiasi. Endosimbion bakteri masih dapat diisolasi dan
tumbuh dalam kultur murni. Pengurangan genom dari Burkholderia simbion belum
menyebabkan hilangnya fungsi vital.

9
PERTUMBUHAN MIKROORGANISME SERTA FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
1. Pertumbuhan Bakteri
Walaupun bakteri mampu berkembang biak secara cepat, pertumbuhan bakteri juga
dipengaruhi oleh factor suhu, kelembapan, sinar matahari, dan zat kimia. Suhu optimum
untuk pertumbuhan bakteri adalah 27°-30°C. Bakteri dapat tumbuh dengan baik pada
lingkungan yang lembap. Sinar matahari mampu merusak struktur materi genetic bakteri.
Beberapa jenis zat kimia, misalnya antibiotic, dapat merusak bahkan mematikan bakteri.
Pertumbuhan sel-sel bateri dapat dihitung berdasarkan pertumbuhan koloni bakteri.
Hubungan antara jumlah sel bakteri dengan waktu pertumbuhan bakteri dapat dinyatakan
dalam kurva pertumbuhan akteri. Kurva pertumbuhan tersebut terbag dalam bebrapa fase,
yaitu fase permulaan (fase lag) merupakan masa adaptasi bakteri terhadap lingkungannya
yang baru sehingga pertumbuhannya belum maksimal. Fase pembiakan cepat (fase logaritma)
merupakan masa pertumbuhan bakteri yang mulai menurun dan diakhiri dengan fase
kematian (fase penurunan) yang ditandai dengan meningkatnya kematian sel-sel bakteri
sehingga sel-sel bakteri berhenti memperbanyak diri.
Jika kondisi tidak menguntungkan bagi bakteri untuk bertahan hidup maka bakteri
akan membentuk struktur dinding yang kuat yang disebut krista. Bakteri yang berada dalam
bentuk krista, inti selnya berubah menjadi spora sehingga disebut endospora. Dalam keadaan
sebagai endospora, bakteri menjadi tidak aktif dan dapat bertahan hidup selama lebih kurang
50 tahun. Biasanya setelah keadaan lingkungan membaik maka endospor akan pecah
sehingga bakteri dapat memulai kembali aktivitas hidupnya. Bakteri yang memiliki
endospora, misalnya Bacillus sp. dan Clostridum sp.
2. Faktor-faktor pertumbuhan bakteri
Faktor Fisik: Komponen Kimia
 Suhu  Oksigen
 pH  Karbon
 Tekanan Osmotik  Nitrogen
 Nutrien  Posfor
 Air  Sulfur
 Komponen antimikroba

10
Review Jurnal
Penambahan Karbon dan Nitrogen Menyebabkan Perbedaan Pertumbuhan Komunitas
Bakteri dan Jamur Pada Tanah dengan PH Tinggi
Pertumbuhan dan aktivitas mikroba di tanah diatur oleh ketersediaan substrat dan faktor
lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan pH. Salah satunya adalah nutrisi yang membatasi
aktivitas mikroba di tanah, jenis dan tingkat nutrisi tidak hanya akan mempengaruhi tingkat
dekomposisi dalam tanah, tetapi juga dapat mempengaruhi karbon (C). Sulit untuk
membedakan jenis pembatasan menggunakan pengukuran respirasi. Namun, menggunakan
leucine (Leu) ke dalam bakteri sebagai proksi pertumbuhan bakteri dan penggabungan asetat
ke dalam ergosterol sebagai proksi dari pertumbuhan jamur, perubahan dalam pertumbuhan
setelah mengurangi pembatasan nutrisi dalam tanah dapat ditentukan dengan mudah.
Pembatasan nutrisi akan meningkatkan pertumbuhan mikroba. Pertumbuhan mikroba di
tanah sebagian besar dibatasi oleh kurangnya karbon (C). Namun, menambahkan serasah
yang kaya akan karbon (C) dapat menyebabkan pembatasan nitrogen (N).
Tanah asam dari iklim sedang merupakan awal dari pembatasan karbon (C) untuk
pertumbuhan mikroba. Mengurangi pembatasan karbon (C) dengan menambahkan glukosa
yang mudah tersedia di tanah menghasilkan peningkatan respirasi dan pertumbuhan,
sedangkan penambahan N tidak memiliki efek apapun. Peningkatan pertumbuhan sebagian
besar berasal dari bakteri atau jamur tergantung pada jenis substrat yang digunakan untuk
menginduksi pembatasan N. PH tanah telah terbukti kanonik dalam menentukan
keseimbangan antara pertumbuhan jamur dan bakteri di tanah (Rousk et al., 2009, 2011),
dengan pertumbuhan bakteri pada pH tinggi dan jamur pada pH rendah. Dengan demikian,
respon pertumbuhan serta aktivitas jamur dan bakteri setelah mengurangi batasan C dan N
tidak sama.
Penelitian ini menunjukkan perbedaan antara pertumbuhan dan respirasi berdasarkan
evaluasi pembatasan nutrisi. Efek pembatasan C dan N dalam tanah pH tinggi (> 8), tanah
diharapkan dapat menumbuhkan bakteri daripada pertumbuhan jamur. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang kaya nutrisi, tanah liat dari Pravaranagar
(India). Tanah diklasifikasikan sebagai Vertisol, dan nama daerahnya adalah regur (tanah
kapas hitam). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan eksperimental.
11
Keterbatasan nitrogen diinduksi dengan menginkubasi tanah yang diubah dengan substrat
yang kaya C (pati atau jerami) selama 4 minggu. Jerami dipotong, digiling, dan diayak.
Setelah 4 minggu pra-inkubasi, nutrisi yang membatasi pertumbuhan bakteri dan jamur serta
respirasi diukur, untuk membandingkan efek dari pengikatan pembatasan nutrisi pada
aktivitas bakteri dan jamur. Penambahan nutrisi dapat meningkatkan pertumbuhan jamur
atau bakteri, sedangkan pengukuran respirasi dibuat sebagai perbandingan, karena respirasi
sering digunakan untuk menjelaskan jumlah nutrisi yang berbeda. Sebelumnya dikatakan, C
adalah nutrisi pembatas utama dan N adalah nutrisi pembatas sekunder untuk pertumbuhan
bakteri di tanah. Pembatasan nutrisi dan efek mengurangi pembatasan kemudian dipelajari
dengan menambahkan C (sebagai glukosa) atau N (sebagai NH4NO3) dan mengukur
pertumbuhan mikroba dan respirasi setelah 4 hari pada suhu 22 0C.
Pada tanah kontrol, C-terbatas, menambahkan karbon (C) tetapi tidak menambahkan
nitrogen (N) dapat meningkatkan respirasi mikroba dan pertumbuhan bakteri. Dalam tanah
N-terbatas, substrat-diubah, menambahkan karbon (C) hanya dapat meningkatkan respirasi,
sedangkan menambahkan nitrogen (N) dapat meningkatkan respirasi mikroba dan
pertumbuhan. Menginduksi pembatasan N dengan mengubah dengan jerami paling mudah
dideteksi dalam peningkatan pertumbuhan jamur setelah penambahan N, sedangkan dengan
pati, hanya pertumbuhan bakteri yang merespon mengurangi pembatasan N. Dibandingkan
dengan hasil sebelumnya menggunakan tanah dengan pH rendah, efek substrat yang
digunakan untuk menginduksi keterbatasan N lebih penting daripada pH untuk menginduksi
pertumbuhan bakteri atau jamur setelah mengurangi batasan N. Selain itu, mengurangi
batasan N menghasilkan penurunan respirasi bersamaan dengan peningkatan pertumbuhan
mikroba di tanah, menunjukkan tidak ada perubahan drastis dalam efisiensi penggunaan C.

12
Gambar. 1 membatasi nutrisi (C sebagai glukosa dan N sebagai NH4NO3) penambahan
dalam desain faktorial pada respirasi (a), pertumbuhan bakteri (b), pertumbuhan jamur (c),
dan indeks pembatasan C / N (log aktivitas setelah menambahkan C dibagi dengan yang
setelah menambahkan N) (d) dalam tanah liat yang kaya nutrisi dari Pravaranagar, India,
pra-inkubasi tanpa (kontrol) atau dengan penambahan pati ( 40 mg g-1) atau jerami (80 mg
g-1) selama 4 minggu pada 22 ◦C. Nilai adalah sarana dengan kesalahan standar yang
ditunjukkan oleh batang vertikal (n = 4). *, **, dan *** menunjukkan efek signifikan pada P
< 0.05, P < 0.01, dan P < 0.001, masing-masing, dan ns menunjukkan tidak ada efek
signifikan dari C, N atau interaksinya. Data dalam a-c diplotkan sebagai nilai delta, dengan
rata-rata tidak ada penambahan C dan N dalam uji nutrisi pembatas dikurangi, sehingga
menunjukkan respirasi dan pertumbuhan ekstra setelah menambahkan C dan N. Leucine
(Leu) penggabungan dan penggabungan asetat ke dalam ergosterol (Ac-in-erg) masing-
masing diukur sebagai estimasi pertumbuhan bakteri dan jamur. Nilai positif dan negatif
dari indeks pembatasan C / N menunjukkan masing-masing batasan C dan N. CK = hanya
kontrol yang ditambahkan air.

13
14

Anda mungkin juga menyukai