Tulang yang menyusun rangka tubuh terbentuk sejak masa embrio. Pada saat masa
embrio, tulang tersusun dari jaringan embrional mesodern yang berupa sel- sel
mesenkim.
Lebih lanjut, sel – sel mesenkim tersebut selanjutnya membentuk calon sel- sel tulang
yang dinamakan dengan osteogenik. Osteogenik tersebut selanjutnya tumbuh
menjadi sel – sel tulang muda yang dinamakan dengan osteoblas.
Selain osteoblas ada pula osteoklas. Osteoklas merupakan sel dengan ukuran yang
besar, memiliki inti yang banyak. Osteoklas memiliki fungsi untuk memindahkan
matriks, dan membuat rongga untuk membentuk tulang yang baru.
Lebih lanjut, rongga diisi oleh osteoblas atau sel pembentuk tulang yang membentuk
osteosit dari arah dalam menuju arah luar. Osteosit ini tersusun secara konsentris
sehingga membentuk lapisan- lapisan atau lamela di mana dibagian tengahnya
terdapat sistem Haversi.
Kemudian, di sekeliling sel – sel tulang berisi senyawa protein yang nantinya menjadi
matrik tulang. Lalu, penambahan senyawa kapur dan fosfor yang akan menyebabkan
tulang menjadi keras.
Pelajari juga: Sistem Koordinasi: Sistem Saraf, Alat Indra dan Sistem Hormon
pada Manusia
Tulang keras berdasarkan sturtur kepadatan matriknya kemudian dibagi lagi menjadi
dua. Yang terdiri dari tulang kompak dan tulang spon.
Jenis – jenis tulang tersebut dapat dijabarkan dalam kolom di bawah ini
Tulang Pipa Tulang Pipih Tulang Pendek
Tulang pipa dibagi menjadi tiga bagian. Bagian- bagian tersebut yaitu bagian tengah
yang dinamakan dengan diafise, kedua ujungnya dinamakan dengan epifise, dan
diantara epifise dan diafise ada suatu bagian yang dinamakan dengan cakra epifise.
Cakra epifise ini terdiri atas tulang rawan. Ini merupakan daerah pertumbuhan
memanjang pada tulang sehingga dapat menyebabkan pertambahan tinggi badan
pada manusia.
Bagian tengah tulang pipa atau diafise ada sumsum tulang. Sumsum tulang ini
merupakan suatu kumpulan pembuluh darah dan saraf, sumsum tulang pipa berupa
sumsum merah dan kuning.
Grolier dalam Susilowarno menyatakan bahwa sumsum merah sebagai suatu tempat
pembentukan sel darah merah atau eritrosit. Sedangkan sumsum kuning merupakan
tempat pembentukan sel – sel lemak.
Tulang rawan atau kartilago. Tulang rawan ini memiliki sifat yang lentur atau elastis.
Pada orang dewasa, tulang rawan dapat dijumpai di telingan, ujung hidung, dan ruas
antartulang belakang.
Tulang rawan ini disusun oleh sel – sel tulang rawan yang dinamakan dengan
kondrosit. Kondrosit yang matang dibentuk dari sel- sel tulang rawan muda yang
dinamakan dengan kondroblas. Kondroblas ini ada pada selaput tulang rawan atau
perikondrium. Kondroblas ini mengelilingi tulang rawan pada orang dewasa.
Kondrosit merupakan sel – sel yang bulat dan berukuran besar dengan sebuah
nukleus yang bening dan dua buah atau lebih nukleolus atau anak inti sel. Kondrosit
ini ada dalam ruang – ruang di dalam matriks tulang rawan yang dinamakan dengan
lakuna.
Matriks pada tulang rawan pada umumnya berupa kartilako hialin yang homogen dan
jernih. Dinding lakuna menebal membentuk kapsula rawan.
Suatu ruangan yang berwarna bening terlihat di antara kapsula dan dinding sel yang
dapat mengakibatkan adanya penyusutan kondrosit selama hidupnya yang segera
dipecah untuk membentuk kondrosit – kondrosit yang matang.
Kemudian, di dalam suatu lakuna yang tunggal pada umumnya terdapat dua buah sel
tulang rawan. Namun, terkadang ada tiga, empat atau lebih sel – sel dalam sebuah
lakuna.
Kumpulan sel – sel seperti ini dinamakan dengan sarang sel atau sel – sel isogenik.
Sel – sel multiple yang ada di sebuah lakuna merupakan sel – sel bersaudara dari
turunan satu sel kondroblas tunggal.
Tulang rawan hialin. Kata hialin atau hyalin memiliki arti seperti gelas. Tulang rawan
hialin memiliki warna putih kebiru- biruan dan pada keadaan segar terlihat berwarna
bening. Kondrosit ini ada dalam lakuna yang berdinding licin pada matriks tulang.
Tulang rawan hialin ada pada: pertama, semua rangka janin yang belum menjadi
tulang, kedua, tulang rawan iga, ketiga, tulang rawan sendi pada persendi –
sendian, keempat, tulang –tulang rawan hidung, trakea, dan bronkus.
Tulang rawan serat atau fibrosa. Tulang rawan serat memiliki warna buram keputihan
dan memiliki sifat yang keras. Jumlah sel – selnya lebih sedikit dan berdiri sendiri atau
mengelompok.
Tulang rawan serat dikelilingi oleh sebuah kapsul dari matriks tulang rawan. Tulang
rawan serat dapat ditemui di segmen tulang belakang.
Tulang rawan elastin. Tulang rawan elastin ini memiliki warna buram kekuningan,
memiliki sifat yang fleksibel dan elastis. Sel – selnya sama dengan sel- sel tulang
rawan hialin dan dapat berdiri sendiri atau secara kelompok.
Kemudian, tulang rawan elastin ini dapat dijumpai pada telingan luar dan epigiotis atau
tulang rawan yang menutup oleh celah menuju trakea.
Setelah memahami tentang jenis- jenis dari tulang. Selanjutya akan dijelaskan tentang
sistem rangka pada sub bab selanjutnya.
Fungsi rangka. Sistem rangka pada tubuh manusia sebagai suatu komponen dari
sistem gerak memiliki fungsi – fungsi yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kelompok Aksial
Nama Tulang Jumlah Macam Tulang
Tulang – tulang yang menyusun sistem rangka saling berhubungan satu sama lain.
Hubungan antar tulang dinamakan persendian atau artikulasi. Guna memperkuat
sendi dan memudahkan pergerakan dibutuhkan beberapa komponen penunjang.
Komponen – komponen penunjang tersebut terdiri dari ligamen, kapsul sendi, cairan
sinovial, dan tulang rawan hialin. Masing – masing komponen dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Tulang rawan hialin yaitu jaringan tulang rawan yang menutupi kedua tujung tulang
yang membentuk persendian. Perlindungan ini penting digunakan untuk menjaga
benturan yang keras.
Cairan sinovial yaitu suatu cairan pelumas pada ujung – ujung tulang yang ada
pada bagian kapsul sendi.
Ligamen yaitu jaringan ikat yang berguna untuk mengikat bagian luar ujung tulang
yang membentuk persendian. Kemudian, mencegah berubahnya posisi tulang atau
dislokasi.
Kapsul sendi yaitu lapisan serabut yang berfungsi untuk melapisi sendi dan
menghubungkan dua tulang yang membentuk persendian. Pada bagian
persendian yang memiliki kapsul sendi terdapat rongga.
Selanjutnya, berdasarkan kemungkinan gerak yang dimunculkan, persendian dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu diatrosis, amfiartosis, dan sinartrosis. Perbedaan
antara ketiga gerak tersebut dapat dijelaskan di bawah ini.
Diartrosis. Diartrosis ini pergerakannya sangat leluasa. Contoh dari diartrosis yaitu
sebagai berikut. Pertama, sendi engsel yang terdiri dari siku, lutut, dan tulang jari.
Kedua, sendi pelana terdiri dari ibu jari, antarmetakarpal, dan karpal.
Ketiga, sendi putar terdiri dari tulang tengkorak dengan atlas, lengan atas dengan
pengumpil. Keempat, sendi luncur pada ruas – ruas tulang belakang. Kelima, sendi
peluru terdiri dari tulang lengan dengan belikat, tulang pada dengan tulang pinggul.
Setelah mempelajari tentang semua hal yang berkaitan denga tulang, selanjutnya
dijelaskan tentang otot pada sub bab di bawah ini.
Otot
Otot yang ada pada tubuh manusia dikenal dengan daging. Otot merupakan suatu
kumpulan sel – sel otot yang jumlahnya lebih dari 600 macam. Otot merupakan suatu
tali yang menarik tulang sehingga memungkinkan munculnya pergerakan.
Oleh sebab itu, otot dinamakan sebagai alat gerak aktif. Sebagai alat gerak aktif, otot
memiliki tiga karakteristik yang terdiri dari kontrakbilitas, ekstensibilitas, dan
elastisitas. Masing –masing dapat dijelaskan sebagai berikut.
Jenis Otot
Otot memiliki beberapa jenis. Sebagai alat gerak, secara struktural dan fungsional,
otot dapat dibedakan menjadi tiga yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung. Guna
memahami tentang otot lurik, sebelumnya harus dipahami terlebih dahulu tentang
letaknya.
Otot lurik. Otot lurik ini letaknya menempel pada rangka sehingga sering dinamakan
dengan otot rangka. Otot rangka terdiri dari sel – sel atau sarkomer serabut silinder
yang panjang. Di mana setiap serabut panjang berisi berkas serat panjag yang lebih
kecil yang dinamakan dengan miofibril.
Kemudian, di dalam miofibril ada bangunan seperti tumpukan batu bata yang
dinamakan dengan sarkomer. Pada sarkomer ada filamen – filamen tebal yang berisi
protein miosin. Di mana filamen tebal tersebut tumpang tindih dengan filamen tipis
yang mengandung protein aktin.
Setiap berkas di dalam otot dibungkus oleh fasiapropria. Kemudian, otot atau
dagingnya ini dibungkus oleh fasia superfisialis. Setiap sel otot rangka atau lurik
mempunyai banyak inti yang letaknya tersebar.
Ukuran sel otot rangka atau lurik ini panjangnya 1 mm- 30 mm dengan diameter 10-
100 mm. Kemudian, serabut otot mudah terlihat karena tersusun secara serat lintang
atau heterogen. Sifat kerja dari sel otot rangka atau lurik ini sadar atau volunter
sehingga reaksi terhadap rangsang sangat cepat.
Otot polos. Otot polos dapat ditemui di organ – organ dalam seperti usus dan saluran
pernapasan. Otot polos hanya mmeiliki satu ini yang berada di tengah. Ukuran dari
otot polos ini panjangnya 0,02 – 0,5 mm, dengan diameter 8-10 mm.
Serabut otot sukar terlihat. Hal tersebut disebabkan serabut otot ini tersusun sejajar
atau homogen. Sifat kerja dari otot polos yaitu tidak sadar atau involunter. Kemudian,
reaksi terhadap rangsang lambat.
Otot jantung. Otot jantung ini terletak di dinding jantung. Adapun karakteristik dari
otot jantung memiliki percabangan yang dinamakan dengan synsitium.
Struktur yang dimiliki oleh otot jantung ini seperti otot lurik. Namun berisi satu dan
bekerjanya secara tidak sadar atau involunter. Ukuran panjang otot jantung yaitu 0.06-
0,08 dengan diameter 10-15 mm.
Kemudian, serabut ototnya mudah terlihat. Hal tersebut disebabkan tersusun secara
heterogen. Reaksi terhadap rangsang ritmis dan otomatis namun lebih cepat jika
dibandingkan dengan otot polos.
Demikian pemaparan tentang otot lurik, otot polos, dan otot jantung. Selanjutnya
bagaimana aktivitas dari otot?
Aktivitas otot. Aktivitas otot dalam menggerakkan tulang dengan melakukan dua
cara yaitu kontraksi dan relaksasi. Mekanisme kontraksi otot diawali dengan
rangsangan yang diterima oleh saraf. Kemudian, diteruskan ke otot pada bagian yang
peka yaitu asetikolin.
Lebih lanjut, asetikolin akan terurai menjadi asetyl dan kolin sehingga dapat
merangsang terbentuknya miogen. Miogen ini akan memacu aktin dan miosin untuk
bergabung membentuk protein kontraksi aktomiosin sehingga menyebabkan otot
dapat memendek atau kontraksi.
Mekanisme kontraksi otot dapat dijelaskan secara lengkap dan berurutan dapat
dijelaskan sebagai berikut
Pertama, pusat motorik yang ada pada otak mengirim ke otot melalui saraf
motorik. Kedua, rangsang yang sampai pada ujung akson kemudian akan dilanjutkan
ke neuro humor atau hormon saraf beruspa asetilkolin menuju pada reseptor otot.
Ketiga, setelah sampai pada reseptor otot, energi dilepaskan untuk menguraikan
asetikolin menjadi asetil dan kolin sehingga dapat merangsang terbentuknya miogen.
Kemudian, terbentuknya miogen dapat memacu aktin bergeser untuk bergabung
dengan miosin membentuk aktomiosin sehingga menyebabkan zona H menjadi
mengecill.
Mengecilnya zona H dapat menyebabkan otot memendek, membesar, dan mengeras
yang dinamakan dengan kontraksi. Keempat, setelah otot berkontraksi ujung saraf
motorik mengeluarkan zat peetralisir neurohumor yang berupa enzim kolinesterasi
dan Mono Amina Oksida disingkat MAO.
Lebih lanjut, kondisi otot dalam keadaan kontraksi dan relaksasi dapat dijabarkan
sebagai berikut.
Keadaan pada serabut otot 1. Miosin berada di luar ruang 1. Miosin bergeser di dalam
aktin ruang aktin
2. Aktomiosin bertambah 2. Panjang aktomiosin menjadi
panjang berkurang
3. Zona Z menjadi memendek 3. Zona Z menjadi bertambah
4. Zona H menjadi lebih panjang panjang
5. Ukuran otot lebih panjang dari4. Zona H menjadi lebih pendek
ukuran semula
Aktivitas kontraksi otot dapat berlangsung, hal tersebut disebabkan adanya energi dari
peristiwa peruraian ATP dan Kreatin Phosphat yang tidak membutuhkan oksigen
sehingga dinamakan dengan fase anaerob.
Lebih lanjut, peruraian ATP dan Kreatin Phospat dapat dijelaskan sebagai berikut.
Energi hasil peruraian dari ATP dan kreatin fosfat di atas hanya cukup digunakan
untuk kegiatan otot selama 15 detik. Hal tersebut seperti lari spirit 100 meter.
Energi yang dihasilkan dari peruraian glikogen yang dapat ensuplai ATP dalam jumlah
yang banyak dapat digunakan untuk aktivitas otot selama 30-40 detik yang seperti lari
400 meter.
Kemudian, pada saat relaksasi otot melakukan aktivitas sintesis energi. Sintesis
energi ini membutuhkan oksigen sehingga dinakmakan fase aerob.
Energi otot yang disintesis pada saat relaksasi ini diperoleh dari simpnanan glukosa
di dalam otot yaitu glikogen. Skema dari pemecahan glikogen menjadi
energi dapat dijelaskan sebagai berikut
Pada peristiwa pemecahan glikogen menjadi energi diperoleh hasil sampingan yang
berupa asam laktat. Apabila tersedia cukup oksigen, asam laktat di dalam tubuh dapat
diuraikan menjadi karbon dioksida dan air sehingga tidak bersifat racun bagi sel.
Namun, jika kurang tersedia oksigen di dalam otot, asam laktat akan tertimbun di
dalam otot dan dapat menyebabkan otot pegal –pegal, linu, dan terasa lelah.
Kandungan asam laktat dalam jumlah besar dapat menyebabkan menjadi kram atau
kejang otot.
Selanjutnya, perlekatan otot dan macam kerja otot. Otot harus bersambungan dengan
tulang agar dapat menggerakkan tulang. Sambungan yang terjadi antara otot dengan
tulang ini dinamakan dengan tendon.
Berdasarkan cara melekatnya, tendon dibagi menjadi dua, yaitu origo dan insersi.
Adapun penjelasan masing –masing yaitu sebagai berikut.
Origo merupakan suatu ujung otot yang melekat pada tulang dan tidak dapat bergerak
pada saat otot berkontraksi. Otot yang berorigo dua dinamakan dengan otot bisep.
Sedangkan otot yang berorigo tiga dinamakan dengan otot trisep.
Insersi merupakan ujung otot yang melekat pada tulang dan akan bergerak pada saat
otot berkontraksi.
Untuk mendapat jenis gerak tertentu dan dapat kembali padaposisi semula setidaknya
diperlukan paling sedikit dua macam otot. Lebih lajnjut, berdasarkan tujuan kerjanya,
otot dibedakan menjadi otot antagonis dan sinergis. Adapun penjelasan masing-
masing dari kedua otot tersebut sebagai berikut.
Otot antagonis. Otot antagonis merupakan dua otot atau lebih yang memiliki tujuan
kerja berlawanan. Apabila otot yang satu berkontraksi, maka otot pasangannya
relaksasi atau sebaliknya.
Contoh dari otot antagonis yaitu otot bisep dan trisep. Otot bisep pada lengan atas
bagian depan dengan otot trisep pada lengan atas bagian belakang. Otot bisep
mengalami kontraksi dan otot trisep relaksasi menyebabkan lengan bawah terangkat
atau tangan membengkok.
Lalu sebaliknya, jika otot bisep relaksasi dan trisep kontraksi menyebabkan lengan
bawah diturunkan atau tangan menjadi lurus.
Otot sinergis. Otot sinergis merupakan dua otot atau lebih yang bekerja sama untuk
tujuan yang sama. Otot sinergis akan mengalami kontraksi dan relaksasi secara
bersama- sama.
Contoh dari otot sinergis yaitu pronator kuadratus dan pronator teres dalam
menimbulkan gerakan menengah maupun menelungkupkan telapak tangan.
Setelah memahami tentang kerja otot, selanjutnya akan dijelaskan tentang macam
gerakan tulang bersama dengan otot di bawah ini.
Macam gerakan tulang bersama otot. Persendian memunculkan gerak yang sangat
bervariasi yang dikontrol oleh otot. Adapun macam gerakan yang dihasilkan yaitu
sebagai berikut.
Pertama, adduksi dan abduksi. Adduksi merupakan suatu gerak yang mendekati
tubuh. Sedangkan abduksi merupakan suatu gerak yang menjauhkan dari tubuh.
Adapun contohnya yaitu mengacungkan jari tangan dan meluruskan tangan sejajar
dengan sumbu tubuh.
Kedua, supinasi dan pronasi. Supinasi merupakan suatu gerak yang
menengadahkan tangan. Sedangkan, pronasi merupakan suatu gerak yang
menelungkupkan tangan.
Ketiga, flesi dan ekstensi. Fleksi merupakan suatu gerak membengkokkan atau
menekuk. Sedangkan ekstensi merupakan suatu gerak untuk meluruskan. Contoh
dari gerak ini yaitu gerakan yang ditimbulkan oleh lutut, siku, ruas- ruas jari, dan bahu.
Keempat, elevasi dan depresi. Elevasi merupakan suatu gerak mengangkat.
Sedangkan, depresi merupakan suatu gerak menurunkan. Adapun contoh dari gerak
ini yaitu gerakan rahang bawah dalam membuka dan menutup mulut.
Kelima, inversi dan eversi. Inversi merupakan suatu gerak memiringkan atau
membuka telapak kaki ke arah dalam. Sedangkan eversi merupakan suatu gerak
memiringkan telapak kaki ke arah luar.
Demikian penjelasan tentang gerakan tulang bersama otot. Lebih lanjut, tulang dan
otot juga mengalami kelainan. Di bagian selanjutnya akan dijelaskan tentang macam
– macam kelainan dari tulang dan otot, yaitu sebagai berikut.
Gangguan pada sistem rangka dapat terjadi disebabkan oleh adanya gangguan
secara fisik, gangguan secara fisiologi, gangguan persendian, dan gangguan
kedudukan pada tulang belakang. Lebih lanjut, dapat dijelaskan di bawah ini
Gangguan pada tulang. Merupakan gangguan retak dan patah tulang atau fraktura.
Fraktura ada yang sederhana dan kompleks. Fraktura sederhana jika tulang yang
retak tidak melukai organ tubuh yang lain yang ada disekitarnya.
Sedangkan, fraktura kompleks jika patah tulang yang menyebabkan otot dan kulit
terluka. Kemudian, greenstick merupakan tulang retak sebagian dan tidak sampai
terpisah. Comminuted merupakan tulang retak menjadi beberapa bagian namun
masih tetap bertahan di dalam otot.
Gangguan tulang belakang. Gangguan ini dibagi menjadi skoliosis, kifosis, lordosis,
dan subluksasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
Subluksasi merupakan gangguan tulang belakang pada segmen leher sehingga
posisi kepala tertarik ke kanan ataupun ke kiri. Sedangkan lordosis merupakan
gangguan jika ruas tulang belakang bagian lumbal atau pinggang tertarik ke depan
sehingga pada posisi tegak, kepala seperti tertarik ke belakang.
Skoliosis merupakan tulang belakang melengkung ke arah samping sehingga
terkesan badan melengkung ke kiri atau ke kanan. Sedangkan kifosis merupakan
terjadi perubahan arah kelengkungan tulang belakang ke daerah punggung sehingga
nampak bungkuk.
Gangguan persendian. Gangguan ini dibagi menjadi lima, yaitu dislokasi, terkilir atau
keseleo, ankilosis, artritis eksudatif, dan artritis sika. Adapun penjelasannya masing –
masing yaitu sebagai berikut.
Artritis sika merupakan gangguan di mana sendi terasa sakit yang disebabkan oleh
berkurangnya minyak sendi. Artritis eksudatif merupakan gangguan di mana sendi
terasa sakit jika digerakkan karena peradangan getah sendi.
Dislokasi merupakan gangguan di mana pergeseran sendi akibat sobek atau
tertariknya ligamen. Terkilir atau keseleo merupakan gangguan di mana tertariknya
ligamen karena gerakan mendadak, keleseo disertai dengan rasa sakit dan
peradangan sendi.
Ankilosis merupakan gangguan di mana sendi tidak dapat digerakkan sebab seolah
–olah tulang sendi menjadi menyatu.
Gangguan fisiologi. Gangguan ini dibedakan menjadi tiga yaitu rakitis, mikrosefalus,
dan osteoporosis. Osteoporosis merupakan gangguan tulang dengan gejala rapuh
tulang keras yang diakibatkan oleh berkurangnya hormon kelamin pria atau wanita.
Rakitis merupakan penyakit tulang karena kurangya vitamin D sehingga tulang
menjadi kurang keras. Kemudian, mikrosefalus merupakan gangguan pada
pertumbuhan tulang tengkorak karena kurangnya zat kapur.
Setelah memahami tentang gangguan pada tulang, selanjutnya dijelaskan tentang
kelainan otot manusia.
Macam – macam kelainan otot manusia. Kelainan ini dibedakan menjadi sembilan
jenis yaitu atropi, hipertopi, kejang otot, kaku leher, tetanus, miastenia gravis, distrofi
otot, hernia abdominalis, dan cedera hamstring.
Cedera hamstring merupakan sobeknya otot atau peradangan otot hamstring pada
paha akibat adanya gerakan yang keras dan mendadak. Hernia abdominalis
merupakan sobeknya otot dinding perut yang lemat mengakibatkan usus melorot
masuk ke rongga perut bagian bawah.
Distrofi otot merupakan suatu penyakit otot kronis sejak anak – anak, hal ini diduga
merupakan keturunan. Atropi merupakan gangguan otot yang mengecil dan
kehilangan kemampuan kontraksi sehingga penurunan ukurannya mencapai 25%.
Hal tersebut dapat terjadi disebabkan poliomielitis.
Hipertopi merupakan otot menjadi lebih besar dan kuat sebab sering dilatih secara
berlebihan. Kejang otot merupakan otot tidak mampu lagi melakukan kontraksi karena
bekerja terus menerus. Tetanus merupakan kejang otot terus menerus yang
disebabkan oleh adanya bakteri Clostridium tetani.
Kaku leher atau stiff merupakan suatu keadaan leher kaku dan sakit jika digerakkan
yang disebabkan oleh otot trapesium leher mengalami peradangan.
Miastenia gravis merupakan otot yang berangsur- angsur lemah dan menyebabkan
kelumpuhan bahkan kematian yang penyebabnya adalah kekebalan tubuh atau
menurunnya aktivitas kelenjar tiroid.
Demikian pemaparan tentang kelainan pada tulang dan otot. Pemabahasan yang
selanjutnya akan memparkan tentang teknologi yang berhubungan dengan sistem
gerak. Seperti yang diketahui bahwa perkembangan zaman mampu melahirkan suatu
alat yang berfungsi untuk mengatasi masalah gangguan pada sistem gerak.
Teknologi yang Berhubungan dengan
Kelainan Sistem Gerak
Teknologi ini berkaitan dengan tangan dan kaki palsu elektronik, sendi buatan,
antroskop, dan doping. Masing –masing dapat dijelaskan di bawah ini.
Doping. Doping merupakan suatu penggunaan zat kimia buatan untuk meningkatkan
kinerja tubuh, khususnya pada kinerja otot dan tulang. Tidak dapat dipungkiri bahwa
doping mampu meningkatkan prestasi atlet.
Namun, memberikan efek samping yang berbahaya bagi kesehatan. Akibatnya,
doping dilarang dalam olah raga dunia. Ada berbagai macam doping, namun hanya
ada satu macam doping yang berhubungan langsung dengan otot dan tulang, yaitu
doping steroid anabolik dan beta 2-aganik.
Tangan dan kaki palsu elektronik. Hal ini untuk membantu orang yang organ geraknya
diamputasi. Pembuatan kaki dan tangan palsu dibuat sedemikian rupa sehingga mirip
dengan yang asli, jika dibungkus dengans sarung tangan.
Kemiripan tersebut terdiri dari bentuk, ukuran, ruas, dan beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan. Bahkan sekarang tangan dan kaki palsu telah dilengkapi dengan sirkuit
elektronik dan baterai kecil yang tahan lama.
Kedua jari dan ibu jari tangan dapat digerakkan oleh mesin bertenaga listrik. Tangan
palsu bertenaga listrik ini dinamakan dengan myoelectric, memiliki semacam otot yang
digerakkan oleh aliran listrik.
Otot – otot lengan palsu ditegangkan oleh servo sehingga menghasilkan sinyal –
sinyal listrik. Kemudian, sensor melacak sinyal dan memperbesar.
Demikian pemaparan tentang sistem gerak pada tubuh manusia, mulai dari tulang
sampai otot. Sekaligus diberikan pemaparan tentang kelainan pada tulang dan otot.
Semoga artikel ini membantu kalian dalam memahami sistem gerak manusia. Selamat
belajar.
Referensi:
Susilowarno, R.G., Hartono, R.S., Mulyadi, Enik Mutiarsih, Murtiningsih, dan Umiyati.
2007.Biologi untuk SMA /MA Kelas XI. Jakarta; Grasindo.
Sistem rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk
hidup. Sistem rangka umumnya dibagi menjadi tiga tipe: eksternal, internal, dan basis cairan
(rangka hidrostatik), walaupun sistem rangka hidrostatik dapat pula dikelompokkan secara
terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak adanya struktur penunjang.
Rangka manusia dibentuk dari tulang tunggal atau gabungan (seperti tengkorak) yang
ditunjang oleh struktur lain seperti ligamen, tendon, otot, dan organ lainnya. Rata-rata
manusia dewasa memiliki 206 tulang, walaupun jumlah ini dapat bervariasi antara individu.