Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM PERKEMIHAN :
PIELONEPRITIS
(Dianjurkan untuk memenuhi tugas keperawatan medical bedah )

Dosen pembimbing

Ns. Siti Aminah, M.Kep

Disusun oleh:

Lusi Sri Rahayu

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2020-2021
1. Definisi
. Pieolonefritis adalah peradangan pada pieulun dengan manisfestasi pembentukan
jaringan parut pada ginjal dan dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal ,gagal ginjal
,pembentukan abses (misalnya nefrik,perinefrik) syok,sepsis atau kegagalan multiseluler.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari
salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis, tubula dan jaringan
interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit (paling umum adalah
Escherichia Coli) yang telah menyebar dari kandung kemih ke ureter dan ginjal akibat
refluks vesikouretral. Penyebab lain pielonefritis mencakup obstruksi urine atau infeksi,
trauma, infeksi yang berasal dari darah, penyakit ginjal lainnya, kehamilan, atau gangguan
metabolik.
2. Etiologi
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar)
merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50%
infeksi ginjal di rumah sakit. Selain E.coli bakteri lain yang juga turut serta dapat
mengakibatkan pielonefritis seperti Klebsiella, golongan Streptokokus. Infeksi biasanya
berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat,
naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan
organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai
penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau
arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi ginjal. Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui
aliran darah. Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:
a. Kehamilan
b. kencing manis
c. keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk
melawan infeksi.

3. Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas
aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang
masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke
ureter (saluran kemih bagianatas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan
tibalah ke ginjal, yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu
24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter
dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau
obstruksi saluran kemih yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor.
Patogenesis infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena tergantung dari banyak
faktor seperti faktor pejamu (host) dan faktor organisme penyebab. Bakteri dalam urin dapat
berasal dari ginjal, ureter, vesika urinaria atau dari uretra. Beberapa faktor predisposisi
pielonefritis adalah obstruksi urin, kelainan struktur, urolitiasis, benda asing, refluks. Bakteri
uropatogenik yang melekat pada pada sel uroepitelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot
polos dinding ureter, dan menyebabkan gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri ke sel
uroepitelial, dapat meningkatkan virulensi bakteri tersebut (Hanson, 2009 dalam Kusnawar,
2010).
Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi sebagai
anti bakteri. Rusaknya lapisan ini akibat dari mekanisme invasi bakteri seperti pelepasan
toksin dapat menyebabkan bakteri dapat melekat, membentuk koloni pada permukaan
mukosa, masuk menembus epitel dan selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari kandung
kemih dapat naik ke ureter dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis cairan (films of fluid),
apalagi bila ada refluks vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila hanya vesika urinaria
yang terinfeksi, dapat mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika urinaria, akibatnya
rasa ingin miksi terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali (frekuensi), dan sakit
waktu miksi (disuria). Mukosa vesika urinaria menjadi edema, meradang dan perdarahan
(hematuria). Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system. Pelvis dan medula ginjal
dapat rusak, baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat refluks berupa atrofi ginjal.
Pada pielonefritis akut dapat ditemukan fokus infeksi dalam parenkim ginjal, ginjal dapat
membengkak, infiltrasi lekosit polimorfonuklear dalam jaringan interstitial, akibatnya fungsi
ginjal dapat terganggu.
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim.
Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan
berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis
muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan
degeneratif dan menjadi kecilserta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang
menjadi gagal ginjal.
PATHWAY
Invasi kuman bakteri kesaluran
kemih

KETIDAKMAMPUAN PERTAHANAN
LOKAL TERHADAP INFEKSI

Penempelan bakteri di ureterium


pieulum dan paremkim ginjal

Invasi kuman bakteri kesaluran Invasi kuman bakteri kesaluran


kemih kemih

Reaksi infeksi
inflamasi lokal , nyeri
Resiko kekambuhan Reaksi infeksi inflamasi sistemik
lokal ,dan iritasi pada
infeksi saluran kemih
saluran kemih

Anoreksia,mual,demam,mengigil,pen
urunan berat badan ,kelemahan
Nyeri pinggang, Hematuria,
nyeri perut, disuria, piuria
nyeri panggul, dan urgensi
nyueri tekan
pada sudut
Peningkatan suhu tubuh ,Intake nutsi
kostovetebrata
yang kurang ,kelemahan fisik umum Perubahan
dan kondisi penyakit. eliminasi urine

nyeri

Hipertermia,Ketikseimbangan
nutrisikurang dari kebutuhan
tubuh,kecemasan

4. Manisfestasi Klinik
Gejala pada klien dengan pielonefritisbiasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam,
menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, mual dan muntah. Selain itu, beberapa penderita
menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah biasanya sering berkemih dan nyeri
ketika berkemih.
Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut berkontraksi
kuat. Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang disebabkan oleh
kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya
batu ginjal.
Berikut tanda dan gejala pielonefritis akut.
a. Pielonefritis akut
1. Demam
2. Menggigil
3. nyeri panggul
4. nyeri tekan pada sudut kostovetebral (CVA)
5. lekositosis
6. adanya bakteri dan sel darah putih pada urin
7. disuria
8. biasanya terjadi pembesaran ginjal disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi.

5. Penatalaksanaan

1. Pemeriksaan medis menurut Barbara K.Timby dan Nancy E.Simth tahun 2009:
a. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif. Terapi
kausal dimulai dengan kotrimoksazol 2 tablet 2x sehari atau ampisilin 500 mg 4x sehari
selama 5 hari. Setelah diberikan terapi antibiotik 4– 6 minggu, dilakukan  pemeriksaan
urin ulang untuk memastikan bahwa infeksi telah berhasil diatasi.  
b. Pada penyumbatan,kelainan struktural atau batu,mungkin perlu dilakukan  pembedahan
dengan merujuk ke rumah sakit.
c. Di anjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan
ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces.
d. Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti
trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa
ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.
E. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman, dan
meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologi tambahan
antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-
Banthine)

2. Penatalaksanaan non medis :


a) Minum banyak air atau cairan tidak diperkenankan minum yang mengandung
alcohol.
b) Air putih dan minuman asam dapat membuat beberapa jenis bakteri tidak dapat
bertahan di kandung kemih membantu anda menghindarikambuhnya infeksi.
c) Jangan menahan buang air kecil untuk waktu waktu yang lama , anda sebaiknya
buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan seks untuk mencegah adanya bakteri
d) Hilangkan batu ginjal jika anda memilikinya. Melakukan tes prostat secara berkala
dan mengobatinya jika terdapat pembesaran.
e) Jangan mengomsumsi obat obatan herbal yang dapat menyebabkan beberapa
penyakit ginjal lainnya.
f) Minum banyak air (sekitar 2,5 liter) untuk membantu pengosongankandung kemih
serta kontaminasi urin.
g) Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal
h) Banyak istirahat di tempat tidur.
i) Terapi antibiotika.

Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan tidak pernah
mengalami infeksi saluran kemih, antara lain dengan memperhatikan cara membersihkan
setelah buang air besar, terutama pada wanita. Senantiasa membersihkan dari depan ke
belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal tersebut untuk mencegah kontaminasi bakteri
dari feses sewaktu buang air besar agar tidak masuk melalui vagina dan menyerang uretra.
Pada waktu pemasangan kateter harus diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat agar tidak
terjadi infeksi.

6. Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut:
1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area
medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila ginjal, terutama pada
penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yangdekat sekali
dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dansistem kaliks mengalami
supurasi, sehingga ginjal mengalami pereganganakibat adanya pus.
3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluaske dalam
jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Prognosis pielonefritis akut ialah :
a. Pielonefritis akut Prognosis pielonefritis baik bila memperlihatkan penyembuhan
klinis maupun  bakteriologis terhadap antibiotic.

7. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama klien, nomor RM,umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, agama,
alamat, tanggal MRS, diagnosa medis.

Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,pekerjaan,


alamat serta hubungan dengan klien

B. Keluhan Utama

Klien dengan penyakit pielonefritis biasanya mengeluhkan nyeri di punggung bagian


bawah, dan juga gejala yang timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, mual dan
muntah.
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji seberapa lamanya gejala berlangsung (saat proses masuknya bakteri ke kandung
kemih sehingga menyebabkan infeksi), nyeri abdomen atau punggung belakang, demam
atau gejala peradangan lainnya, perubahan selera makan, penurunan berat badan, dan
kebiasaan buang air kecil/BAK (frekuensi, warna, dll). Perhatikan juga adanya riwayat
transfusi darah, dan penggunaan obat-obat intravena.

D. Riwayat Kesehatan Dahulu


Kaji penyakit kesehatan terdahulu Klien yang dapat berhubungan dengan timbulnya
penyakit pielonefritis yang diderita. Misalnya infeksi saluran kemih/ISK, kencing manis,
batu ginjal, riwayat kehamilan pada wanita yang memungkinkan terjadinya infeksi oleh
bakteri yang naik dari saluran kemih bawah, dipermudah oleh stasis urine akibat adaptasi
kehamilan.

E. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Seorang anak dengan penyakit pielonefritis didapatkan keadaan umum yang lemah dan
lemas.
b. Kesadaran
Klien dengan pielonefritis umumnya tidak mengalami penurunan kesadran dan kompos
mentis.
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah klien mengalami peningkatan tekanan darah atau hipertensi tekanan darah
tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya penyulit seperti syok sklerotik
arteri renal yang sering adanya peningkatan tekanan darah secara bermakna atau
penurunan fungsi sistemik akan terjadi penurunan system sistolik dibawah 90 mmhg
yang memberikan indikasi terjadinya syok sepsis, denyut nadi juga meningkat, suhu
tubuh meningkat dapat mencapai 39,4°C, dan frekuensi pernapasan pada klien juga
meningkat di atas 24x/menit.
B1 (Breathing ). Bila tidak melibatkan infeksi sistemik , pola nafas dan jalan nafas
kondisi efektif walau secara frekuensi mengalami peningkatan.

B2 (Blood). Pada wajah, biasanya tidak didapatkan adanya perubahan walau secara
frekuensi denyut jantung mengalami peningkatan. Perfusi perifer dalam batas normal
,akral hangat,CRT <3 detik

B(Brain). Pada wajah biasanya tidak didapatkan adanya perubahan ,kongjuntiva tidak
ananemis ,sclera tidak ikterik,mukosa mulut tidak mengalami peradangan. Status
neurologis tidak mengalami perubahan, tingkat kesadaran dalam batas normal dimana
orientasi .

B4(Bladder)
 Inspeksi tidak adanya pembesaran pada suprapubic ,tidak ada kelainan pada
genitalia eksterna. Didapatkan adanya hematuria ,piuria , dan urgensi. Pada
pieolenefritis yang mengenai kedua ginjal sering didapatkan penurunan urine
output karena terjadi penurunan dari fungsi ginjal .
 Palpasi sering didapatkan distensi kandung kemih. Pada palpasi ,area
kostevebrata sering didapatkan adanya perasaan tidak nyaman dan mungkin
didapatkan adanya massa dari pembesaran gimjal akibat infiltrasi interstisial sel
sel infalamasi pada palpasi ginjal.
 Perkusi perkusi pada sudut kostovebrata memberikan stimulus nyeri local di
sertai suatu penjalaran nyeri kepinggang dan perut.
 Auskultasi tidak didapatkan adanya bruit ginjal.

B5 (Bowel). Didapatkan adanya mual dan munth ,serta anoreksia sehingga sering didapatkan
penurunan BB terutama pada penderita pielonefritis kronik. Penurunan peristaltic usus sering
didapatkan.
B6(Bone). Didapatkan malaise dan adanya kelemahan fisik secara umum.

Pemeriksaan Urologi
a. Pemeriksaan ginjal
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran atau pembengkakan
pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas dan mengkaji ada atau tidaknya nyeri
tekan. Ginjal teraba membesar.

1. Inspeksi
a) Dapat dilihat ada atau tidaknya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen
sebelah atas
b) Ekspresi atau mimik wajah meringis
c) Klien tampak menggigil
d) Klien tampak memegang area pinggang atau abdomen
e) Klien tampak tidak bisa menahan BAK
2. Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan memakai dua tangan. tangan
kiri diletakkan di sudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan
tangan kanan meraba ginjal dari depan.
a) Terdapat nyeri pada pinggang dan perut
b) Adanya pembengkakan ginjal (ginjal membesar)
c) Dahi dan kulit tubuh teraba panas
3. Perkusi
Dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kosto-vertebra (yaitu sudut yang
dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra). Pada klien pielonefritis akan
terdengar suara tenderness
4. Auskultasi
Suara usus melemah seperti ileus paralitik.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urinalisis
Merupakan pemeriksaan yang paling sering dikerjakan pada kasus-kasus urologi.
Pemeriksaan ini meliputi uji:
1) Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine
2) Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/PH, protein, dan gula dalam
urine
3) Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder), atau bentukan
lain di dalam urine.
Pada Klien yang menderita pielonefritis saat pemeriksaan urinalisis ditemukan
adanya piuria, bakteriuria (terdapat bakteri di dalam urine), dan hematuria
(terkandung sel-sel darah merah di dalam urine).
1) Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting adanya infeksi
saluran kemih atau ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
2) Hematuria positif bila terdapat 5-10 eritosit/LPB sediment air kemih. Hematuria
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus
ataupun urolitiasis.
b. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit, laju
endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit. Pada Klien dengan
pielonefritis, hasil pemeriksaan darah rutinnya menunjukkan adanya leukositosis
(menurunnya jumlah atau kadar leukosit di dalam darah) disertai peningkatan laju
endap darah.
c. Test Faal Ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar kreatinin,
kadar ureum, atau BUN (blood urea nitrogen), dan klirens kreatinin. Pemeriksaan
BUN, ureum atau kreatinin di dalam serum merupakan uji faal ginjal yang paling
sering dipakai di klinik. Sayangnya kedua uji ini baru menunjukkan kelainan pada
saat ginjal sudah kehilangan 2/3 dari fungsinya.
Maka daripada itu, Klienpielonefritis baru akan menunjukkan adanya penurunan faal
ginjal bila sudah mengenai kedua sisi ginjal.
d. Kultur Urine
Pemeriksaan ini dilakukan bila ada dugaan infeksi saluran kemih. Pada pria, urine
yang diambil adalah sample urine porsi tengah (mid stream urine), pada wanita
sebaiknya diambil melalui kateterisasi, sedangkan pada bayi dapat diambil urine dari
aspirasi suprapubik atau melalui alat penampung urine.
Jika didapatkan kuman di dalam urine, dibiakkan di dalam medium tertentu untuk
mencari jenis kuman dan sekaligus sensitifitas kuman terhadap antibiotika yang
diujikan. Pada Klien dengan pielonefritis, hasil pemeriksaan kultur urinenya terdapat
bakteriuria.

2. Pemeriksaan Radiologi (Pencitraan)


a. Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto skrinning untuk
pemeriksaan kelainan-kelainan urologi. Klien dengan pielonefritis, pada hasil
pemeriksaan foto polos abdomen menunjukkan adanya kekaburan dari bayangan
otot psoas dan mungkin terdapat bayangan radio-opak dari batu saluran kemih.
b. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pielografi Intra Vena (PIV) atau Intravenous Pyelography (IVP) atau dikenal dengan
Intra Venous Urography atau urografi adalah foto yang dapat menggambarkan
keadaan sistem urinaria melalui bahan kontras radio-opak. Pencitraan ini dapat
menunjukkan adanya kelainan anatomi dan kelainan fungsi ginjal.
Hasil pemeriksaan PIV pada Klien pielonefritis terdapat bayangan ginjal membesar
dan terdapat keterlambatan pada fase nefrogram.
c. Sistografi
Adalah pencitraan buli-buli dengan memakai kontras. Dari sistogram dapat dikenali
adanya tumor atau bekuan darah di dalam buli-buli. Pemeriksaan ini juga dapat
untuk menilai adanya inkontinensia stress pada wanita dan untuk menilai adanya
refluks vesiko-ureter.
d. Uretrografi
Adalah pencitraan urethra dengan memakai bahan kontras. pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui dan menilai panjang striktura urethra, trauma urethra,
dan tumor urethra atau batu non-opak pada urethra.
e. Pielografi Antegrad
Adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas dengan dengan cara memasukkan
kontras melalui sistem saluran (kaliks) ginjal.
f. Pielografi Retrograd (RPG)
Adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas (dari ginjal hingga ureter) dengan cara
memasukkan kontras radio-opak langsung melalui kateter ureter yang dimasukkan
transurethra.

G. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
Tanda mayor Invasi kuman bakteri Nyeri b.d reaksi
1 DS: kesalularan kemih inflamasi akibat
Klien mengeluh nyeri infeksi pada
Ketidak mampuan pieulum dan
DO: pertahanan local terhadap parenkim ginjal.
- Tampak infeksi
meringis
- Bersikap Penempelan bakteri di
protektif uretelium dan paremkim
- Gelisah ginjal
- Frekuensi nadi
meningkat
- Sulit tidur Pieolonefritis akut
Tanda minor
DS:- Reaksi infeksi inflamasi
DO: lokal , nyeri lokal , iritasi
- Tekanan darah pada saluran kemih.
meningkat
- Pola nafas Nyeri pada pinggang ,
berubah nyeri perut ,nyeri
- Nafsu makan panggul, nyeri tekan pada
berubah sudut kostovertebral.
- Proses
berpikir
terganggu Nyeri
- Diaforesis
Tanda mayor Invasi kuman bakteri Hipertermia b.d
2 DS:- kesalularan kemih respons sistemik
DO: sekunder pada
Suhu tubuh klien Ketidak mampuan pieulum dan
diatas nilai normal. pertahanan local terhadap paremkim ginjal.
infeksi
Tanda minor
DS:-
DO: Penempelan bakteri di
- Kulit merah uretelium dan paremkim
- Kejang ginjal
- Takikardi
- Takipnea Pieolonefritis akut
- Kulit terasa
- hangat. Reaksi inflamasi sistemik

Anoreksia, mual, demam,


mengigil

hipertermia

Tanda mayor Invasi kuman bakteri Perubahan eliminasi


3 DS: kesalularan kemih urine b.d reaksi
Keinginan berkemih inflamasi saluran
yang kuat disertai Ketidak mampuan kemih dan iritasi
inkonentesia pertahanan local terhadap saluran kemih
DO: infeksi

Tanda minor
DS:- Penempelan bakteri di
DO:- uretelium dan paremkim
ginjal

Pielonefritis akut

Reaksi infeksi inflamasi


lokal,nyeri lokal, iritasi
pada saluran kemih

Hematuria, disuria,
urgensi dan piuria
Perubahan eliminasi urine
Tanda mayor : Invasi kuman bakteri Ketidakseimangan
4 DS;- kesalularan kemih nutrisi kurang dari
DO: kebutuhan tubuh b.d
- BB menurun Ketidak mampuan intake nutrisi yang
minimal 10% pertahanan local terhadap tidak adekuat ,efek
dibawah infeksi sekunder dari
rentang ideal anoreksia,mual,dan
Tanda minor: muntah.
DS: Penempelan bakteri di
- Cepat kenyang uretelium dan paremkim
setelah makan. ginjal
- Kram nyeri
abdomen. Invansi kuman bakteri ke
- Nafsu makan saluran kemih.
menurun.
DO: Ketidakmampuan
- Bising usus pertahanan lokal terhadap
hiperaktif infeksi.
- Otot penguyah
lemah. Pieolonefritis
- Otot menelan
lemah. Reaksi infeksi inflamasi
- Membrane sistemik
mukosa pucat

Anoreksia,mual .

5 Tanda mayor: Invansi kuman bakteri ke Resiko kekambuhan


DS:ketidaktahuan klie saluran kemih. infeksi saluran
terhadap informasi kemih b.d tidak
tentang pieolonefritis. Ketidakmampuan terpajannya
DO:- pertahanan lokal terhadap pemenuhan
infeksi. informasi kesadaran
Tanda minor sumber informasi
DS:- Pieolonefritis ,rencana perawatan
DO:- rumah.
Pemenuhan informasi

Resiko kekambuhan

8. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d reaksi inflamasi akibat infeksi pada pieulum dan parenkim ginjal.
2. Hipertermia b.d respons sistemik sekunder pada pieulum dan paremkim ginjal.
3. Perubahan eliminasi urine b.d reaksi inflamasi saluran kemih dan iritasi saluran
kemih.
4. Ketidakseimangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak
adekuat ,efek sekunder dari anoreksia,mual,dan muntah.
5. Resiko kekambuhan infeksi saluran kemih b.d tidak terpajannya pemenuhan informasi
kesadaran sumber informasi ,rencana perawatan rumah.

9. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Dx kep Tujuan dan criteria Intervensi keperawatan Rasional


o hasil
Nyeri akut Setelah dilakukan  Observasi  Observasi
berhubungan tindakan 1) Identfikasi 1) Nyeri
dengan reaksi keperawatan Lokasi, merupakan
inflamasi selama 3x24 jam karakteristik, durasi, pengalaman
respons klien tidak frekuensi, kualitas subyektif dan
inflamasi akibat mengalami nyeri, dan intensitas nyeri harus
infeksi pada dengan kriteria dijelaskan
pielum dan hasil: oleh klien
parenkim ginjal. a.mampu identifikasi
mengontrol nyeri karakteristik
( tahu penyebab nyeri
nyeri, mampu merupakan
menggunakan suatu hal
tehnik yang amat
nonfarmakologi penting untuk
untuk mengurangi memilih
nyeri, mencari intervensi
bantuan) dari terapi
b. melaporkan yang
bahwa nyeri diberikan
berkurang dengan 2) Untuk
menggunakan 2) Identifikasi skala menentukan
manajemen nyeri nyeri kualitas nyeri
c. tanda vital dalam yang
rentan normal dirasakan
3) Identifikasi 3) Tindakan ini
Tupen respon nyeri non merupakan
- Mampu verbal identifikasi
mengenali mengkaji rasa
nyeri nyeri yang
( skala, dirasakan
intensitas, klien
frekuensi  Terapeutik
dan tanda  Terapeutik 1) Istirahat akan
nyeri ) 1) Fasilitasi menurukan
- Menyataka istirahat tidur O2 jaringan
n rasa perifer
nyaman sehingga
setelah akan
nyeri meningkatka
berkurang n suplai
- Tidak darah ke
mengalami jaringan
gangguan 2) Tindakan ini
tidur 2) Berikan tekhnik merupakan
farmakologis memungkink
untuk an klien
mengurangi rasa untuk
nyeri mendapatkan
rasa kontrol
terhadap
nyeri
 Edukasi
 Edukasi 1) Memberikan
1) Jelaskan strategi tekhnik
meredakan nyeri dikstrasi,
2) Anjurkan relaksasi
menggunakan dapat
analgetik secara menurunkan
cepat stimulus
internal yang
dapat
memblok
nyeri
2) Analgetik
memblok
lintasan nyeri
sehingga
nyeri akan
berkurang
 Kolaborasi
 Kolaborasi 1) Agen-agen
1) Kolaborasi ini secara
pemberian sistematik
analgetik bila menghasilkan
perlu relaksasi
umum
menurunkan
inflamasi
2. Hipertermi b.d Setelah dilakukan  Observasi  Observasi
respons tindakan 1) Identifikasi 1) Untuk
sistemik keperawatan penyebab mengetahui
sekunder pada selama 3x24 jam hipertermia adanya reaksi
pieulum dan klien menunjukan: infeksi
parenkim ginjal Suhu tubuh dalam 2) Monitor suhu 2) Peningkatan
batas normal sesering suhu tubuh
dengan kriteria mungkin bisa menjadi
hasil : stimulus
a.suhu 36-370C perubahan
b. tanda-tanda vital cairan yang
dalam batas normal dapat
c. tidak ada rasa mengganggu
mengigil, tidak ada control dari
pusing, merasa sistem syaraf
nyaman pusat
 Terapeutik  Terapeutik
1) Penuhi hidrasi 1) Pemenuhn
cairan tubuh hidrasi cairan
tubuh
bertujuan
untuk
meningkatka
n produksi
urine
2) Berikan kompres 2) Memberikan
dingin di kepala respons
dan aksila dingin pada
pusat
pengatur
panas dan
pembuluh
darah besar
3) Manajemen 3) Membantu
lingkungan yang meningkatka
tenang n kondisi
penyembuha
n klien
 Edukasi  Edukasi
1) Pertahankan 1) Untuk
tirah baring total mempertahan
selama fase akut kan kondisi
fisiologis dan
menghilangk
an stress pada
otot-otot
tubuh
 Kolaborasi  Kolaborasi
1) Kolaborasi 1) Antipiretik
pemberian bertujuan
terapi untuk
antipiretik membantu
dan menurunkan
antimikroba suhu tubuh
sedangkan
antimikroba
dapat
mengurangi
inflamasi
sekunder dari
toksin
3. Perubahan Setelah dilakukan  Observasi  Observasi
eliminasi urine tindakan 1) Identifikasi 1) Mengetahui
b.d reaksi kepperawatan tanda dan gejala fungsi ginjal
inflamasi selama 3x24 jam retensi atau
saluran kemih gangguan eliminasi inkontinensia
dan iritasi dapat teratasi urine
saluran kemih secara optimal 2) Monitor 2) Mengetahui
sesuai kondisi eliminasi urine perubahan
klien dengan adanya
kriteria hasil: perubahan
- Tidak ada urine
keluhan  Terapeutik  Terapeutik
iritasi 1) Catat waktu- 1) Mengetahui
dalam waktu haluaran fungsi ginjal
melakukan urine
miksi  Edukasi  Edukasi
seperti 1) Anjurkan untuk 1) Mempercepat
disuria dan miksi setiap 3-4 dan
urgensi jam meningkatka
- Produk n pembilasan
urine 50 cc/ pada saluran
jam, urine kemih
tidak keruh 2) Anjurkan klien 2) Membantu
atau urine untuk minum mempertahan
yang keluar dan mengukur kan fungsi
berwarna asupan cairan ginjal
kuning dan haluaran
jernig urine
Tupen :
Setelah dilakukan  Kolaborasi  Kolaborasi
tindakan 1) Kolaborasi 1) Antimikroba
keperawatan 1x24 pemberian bersifat
jam diharapkan antimikroba bakterisid
klien bisa dapat
berkemih seperti membunuh
biasanya kuman yang
diberikan
sesuai uji
sensivitas
4. Ketidakseimban Tujuan : dalam  Observasi  Observasi
gan nutrisi waktu 1x24jam 1) Identifikasi 1) Membantu
kurang dari pasien akan faktor penyebab mengkaji
kebutuha tubuh mempertahankan mual keadaan klien
b.d intake kebutuhan nutrisi 2) Monitor mual 2) Memonitor
nutrisi yang yang adekuat status nutisi
tidak adekuat, Kriteria hasil: klien
efek sekunder - Membuat  Terapeutik  Terapeutik
dari anoreksia pilihan diet 1) Sajikan makanan 1) Meningkatka
mual muntah untuk yang mudah di n selera
memenuhi cerna, keadaan makan dan
kebutuhan hangat intake makan
nutrisi yang 2) Anjurkan klien 2) Meningkatka
adekuat untuk makan n nafsu
sedikit tapi makan
sering
 Edukasi  Edukasi
1) Anjurkan klien 1) Agar klien
untuk tidak terjadi
menghindari penumpukan
makanan yang asam
banyak lambung
mengandung gas sehingga
dan asam menyebabkan
klien untuk
muntah

 Kolaborasi  Kolaborasi
1) Kolaborasi 1) Diet sesuai
dengan ahli gizi dengan
kebutuhan
nutrisi klien
5. Resiko Tujuan : dalam  Observasi  Observasi
kekambuhan waktu 1x24 jam 1) Kaji tingkat 1) Dengan
infeksi saluran informasi pengetahuan mengetahui
kemih b.d tidak kesehatan klien tentang tingkat
terpajanya terpenuhi. intervensi pengetahuan
pemenuhan Kriteria hasil: menurunkan klien dapat
informasi - Pasien resiko memberikan
kesadaran mampu kekambuhan dan pendidikan
sumber menjelaska rencana yang sesuai
informasi n kembali perawatan di dengan
rencana penkes rumah pengetahuan
perawatan yang klien secara
rumah. diberikan . efisien dan
Klien termotivasi efektif
untuk menjelaskan  Terapeutik  Terapeutik
penjelasan yang 1) Informasikan 1) Urine keruh,
telah diberikan. bahwa sangat gejala
penting untuk disuria, dan
control bila frekuensi
terdapat merupakan
perubahan pada gejala
eliminasi urine kekambuhan
 Edukasi
1) Menejemen
nyeri
 Edukasi dilakukan
1) Beri informasi untuk
tentang peningkatan
manajemen kontrol nyeri
nyeri pada klien
keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane . 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta EGC

Doenges, Marilyn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. Jakarta
: EGC

Nursalam, dkk, 2008, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan ,
Jakarta. Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai