SISTEM PERKEMIHAN :
PIELONEPRITIS
(Dianjurkan untuk memenuhi tugas keperawatan medical bedah )
Dosen pembimbing
Disusun oleh:
2020-2021
1. Definisi
. Pieolonefritis adalah peradangan pada pieulun dengan manisfestasi pembentukan
jaringan parut pada ginjal dan dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal ,gagal ginjal
,pembentukan abses (misalnya nefrik,perinefrik) syok,sepsis atau kegagalan multiseluler.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari
salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis, tubula dan jaringan
interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi oleh bakteri enterit (paling umum adalah
Escherichia Coli) yang telah menyebar dari kandung kemih ke ureter dan ginjal akibat
refluks vesikouretral. Penyebab lain pielonefritis mencakup obstruksi urine atau infeksi,
trauma, infeksi yang berasal dari darah, penyakit ginjal lainnya, kehamilan, atau gangguan
metabolik.
2. Etiologi
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar)
merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50%
infeksi ginjal di rumah sakit. Selain E.coli bakteri lain yang juga turut serta dapat
mengakibatkan pielonefritis seperti Klebsiella, golongan Streptokokus. Infeksi biasanya
berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih. Pada saluran kemih yang sehat,
naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan
organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai
penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau
arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi ginjal. Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui
aliran darah. Keadaan lainnya yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi ginjal adalah:
a. Kehamilan
b. kencing manis
c. keadaan-keadaan yang menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh untuk
melawan infeksi.
3. Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas
aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang
masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke
ureter (saluran kemih bagianatas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan
tibalah ke ginjal, yang kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu
24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter
dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau
obstruksi saluran kemih yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor.
Patogenesis infeksi saluran kemih sangat kompleks, karena tergantung dari banyak
faktor seperti faktor pejamu (host) dan faktor organisme penyebab. Bakteri dalam urin dapat
berasal dari ginjal, ureter, vesika urinaria atau dari uretra. Beberapa faktor predisposisi
pielonefritis adalah obstruksi urin, kelainan struktur, urolitiasis, benda asing, refluks. Bakteri
uropatogenik yang melekat pada pada sel uroepitelial, dapat mempengaruhi kontraktilitas otot
polos dinding ureter, dan menyebabkan gangguan peristaltik ureter. Melekatnya bakteri ke sel
uroepitelial, dapat meningkatkan virulensi bakteri tersebut (Hanson, 2009 dalam Kusnawar,
2010).
Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin layer yang berfungsi sebagai
anti bakteri. Rusaknya lapisan ini akibat dari mekanisme invasi bakteri seperti pelepasan
toksin dapat menyebabkan bakteri dapat melekat, membentuk koloni pada permukaan
mukosa, masuk menembus epitel dan selanjutnya terjadi peradangan. Bakteri dari kandung
kemih dapat naik ke ureter dan sampai ke ginjal melalui lapisan tipis cairan (films of fluid),
apalagi bila ada refluks vesikoureter maupun refluks intrarenal. Bila hanya vesika urinaria
yang terinfeksi, dapat mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos vesika urinaria, akibatnya
rasa ingin miksi terus menerus (urgency) atau miksi berulang kali (frekuensi), dan sakit
waktu miksi (disuria). Mukosa vesika urinaria menjadi edema, meradang dan perdarahan
(hematuria). Infeksi ginjal dapat terjadi melalui collecting system. Pelvis dan medula ginjal
dapat rusak, baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat refluks berupa atrofi ginjal.
Pada pielonefritis akut dapat ditemukan fokus infeksi dalam parenkim ginjal, ginjal dapat
membengkak, infiltrasi lekosit polimorfonuklear dalam jaringan interstitial, akibatnya fungsi
ginjal dapat terganggu.
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim.
Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan
berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring. Pielonefritis kronis
muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal mengalami perubahan
degeneratif dan menjadi kecilserta atrophic. Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang
menjadi gagal ginjal.
PATHWAY
Invasi kuman bakteri kesaluran
kemih
KETIDAKMAMPUAN PERTAHANAN
LOKAL TERHADAP INFEKSI
Reaksi infeksi
inflamasi lokal , nyeri
Resiko kekambuhan Reaksi infeksi inflamasi sistemik
lokal ,dan iritasi pada
infeksi saluran kemih
saluran kemih
Anoreksia,mual,demam,mengigil,pen
urunan berat badan ,kelemahan
Nyeri pinggang, Hematuria,
nyeri perut, disuria, piuria
nyeri panggul, dan urgensi
nyueri tekan
pada sudut
Peningkatan suhu tubuh ,Intake nutsi
kostovetebrata
yang kurang ,kelemahan fisik umum Perubahan
dan kondisi penyakit. eliminasi urine
nyeri
Hipertermia,Ketikseimbangan
nutrisikurang dari kebutuhan
tubuh,kecemasan
4. Manisfestasi Klinik
Gejala pada klien dengan pielonefritisbiasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam,
menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, mual dan muntah. Selain itu, beberapa penderita
menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah biasanya sering berkemih dan nyeri
ketika berkemih.
Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut berkontraksi
kuat. Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang disebabkan oleh
kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya
batu ginjal.
Berikut tanda dan gejala pielonefritis akut.
a. Pielonefritis akut
1. Demam
2. Menggigil
3. nyeri panggul
4. nyeri tekan pada sudut kostovetebral (CVA)
5. lekositosis
6. adanya bakteri dan sel darah putih pada urin
7. disuria
8. biasanya terjadi pembesaran ginjal disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi.
5. Penatalaksanaan
1. Pemeriksaan medis menurut Barbara K.Timby dan Nancy E.Simth tahun 2009:
a. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif. Terapi
kausal dimulai dengan kotrimoksazol 2 tablet 2x sehari atau ampisilin 500 mg 4x sehari
selama 5 hari. Setelah diberikan terapi antibiotik 4– 6 minggu, dilakukan pemeriksaan
urin ulang untuk memastikan bahwa infeksi telah berhasil diatasi.
b. Pada penyumbatan,kelainan struktural atau batu,mungkin perlu dilakukan pembedahan
dengan merujuk ke rumah sakit.
c. Di anjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas
mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan
ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces.
d. Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti
trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa
ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.
E. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman, dan
meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologi tambahan
antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-
Banthine)
Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan tidak pernah
mengalami infeksi saluran kemih, antara lain dengan memperhatikan cara membersihkan
setelah buang air besar, terutama pada wanita. Senantiasa membersihkan dari depan ke
belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal tersebut untuk mencegah kontaminasi bakteri
dari feses sewaktu buang air besar agar tidak masuk melalui vagina dan menyerang uretra.
Pada waktu pemasangan kateter harus diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat agar tidak
terjadi infeksi.
6. Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut:
1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area
medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila ginjal, terutama pada
penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yangdekat sekali
dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dansistem kaliks mengalami
supurasi, sehingga ginjal mengalami pereganganakibat adanya pus.
3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluaske dalam
jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Prognosis pielonefritis akut ialah :
a. Pielonefritis akut Prognosis pielonefritis baik bila memperlihatkan penyembuhan
klinis maupun bakteriologis terhadap antibiotic.
7. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama klien, nomor RM,umur, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, agama,
alamat, tanggal MRS, diagnosa medis.
B. Keluhan Utama
E. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Seorang anak dengan penyakit pielonefritis didapatkan keadaan umum yang lemah dan
lemas.
b. Kesadaran
Klien dengan pielonefritis umumnya tidak mengalami penurunan kesadran dan kompos
mentis.
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah klien mengalami peningkatan tekanan darah atau hipertensi tekanan darah
tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya penyulit seperti syok sklerotik
arteri renal yang sering adanya peningkatan tekanan darah secara bermakna atau
penurunan fungsi sistemik akan terjadi penurunan system sistolik dibawah 90 mmhg
yang memberikan indikasi terjadinya syok sepsis, denyut nadi juga meningkat, suhu
tubuh meningkat dapat mencapai 39,4°C, dan frekuensi pernapasan pada klien juga
meningkat di atas 24x/menit.
B1 (Breathing ). Bila tidak melibatkan infeksi sistemik , pola nafas dan jalan nafas
kondisi efektif walau secara frekuensi mengalami peningkatan.
B2 (Blood). Pada wajah, biasanya tidak didapatkan adanya perubahan walau secara
frekuensi denyut jantung mengalami peningkatan. Perfusi perifer dalam batas normal
,akral hangat,CRT <3 detik
B(Brain). Pada wajah biasanya tidak didapatkan adanya perubahan ,kongjuntiva tidak
ananemis ,sclera tidak ikterik,mukosa mulut tidak mengalami peradangan. Status
neurologis tidak mengalami perubahan, tingkat kesadaran dalam batas normal dimana
orientasi .
B4(Bladder)
Inspeksi tidak adanya pembesaran pada suprapubic ,tidak ada kelainan pada
genitalia eksterna. Didapatkan adanya hematuria ,piuria , dan urgensi. Pada
pieolenefritis yang mengenai kedua ginjal sering didapatkan penurunan urine
output karena terjadi penurunan dari fungsi ginjal .
Palpasi sering didapatkan distensi kandung kemih. Pada palpasi ,area
kostevebrata sering didapatkan adanya perasaan tidak nyaman dan mungkin
didapatkan adanya massa dari pembesaran gimjal akibat infiltrasi interstisial sel
sel infalamasi pada palpasi ginjal.
Perkusi perkusi pada sudut kostovebrata memberikan stimulus nyeri local di
sertai suatu penjalaran nyeri kepinggang dan perut.
Auskultasi tidak didapatkan adanya bruit ginjal.
B5 (Bowel). Didapatkan adanya mual dan munth ,serta anoreksia sehingga sering didapatkan
penurunan BB terutama pada penderita pielonefritis kronik. Penurunan peristaltic usus sering
didapatkan.
B6(Bone). Didapatkan malaise dan adanya kelemahan fisik secara umum.
Pemeriksaan Urologi
a. Pemeriksaan ginjal
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran atau pembengkakan
pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas dan mengkaji ada atau tidaknya nyeri
tekan. Ginjal teraba membesar.
1. Inspeksi
a) Dapat dilihat ada atau tidaknya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen
sebelah atas
b) Ekspresi atau mimik wajah meringis
c) Klien tampak menggigil
d) Klien tampak memegang area pinggang atau abdomen
e) Klien tampak tidak bisa menahan BAK
2. Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan memakai dua tangan. tangan
kiri diletakkan di sudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan
tangan kanan meraba ginjal dari depan.
a) Terdapat nyeri pada pinggang dan perut
b) Adanya pembengkakan ginjal (ginjal membesar)
c) Dahi dan kulit tubuh teraba panas
3. Perkusi
Dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kosto-vertebra (yaitu sudut yang
dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra). Pada klien pielonefritis akan
terdengar suara tenderness
4. Auskultasi
Suara usus melemah seperti ileus paralitik.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urinalisis
Merupakan pemeriksaan yang paling sering dikerjakan pada kasus-kasus urologi.
Pemeriksaan ini meliputi uji:
1) Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine
2) Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/PH, protein, dan gula dalam
urine
3) Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder), atau bentukan
lain di dalam urine.
Pada Klien yang menderita pielonefritis saat pemeriksaan urinalisis ditemukan
adanya piuria, bakteriuria (terdapat bakteri di dalam urine), dan hematuria
(terkandung sel-sel darah merah di dalam urine).
1) Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting adanya infeksi
saluran kemih atau ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
2) Hematuria positif bila terdapat 5-10 eritosit/LPB sediment air kemih. Hematuria
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus
ataupun urolitiasis.
b. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit, laju
endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit. Pada Klien dengan
pielonefritis, hasil pemeriksaan darah rutinnya menunjukkan adanya leukositosis
(menurunnya jumlah atau kadar leukosit di dalam darah) disertai peningkatan laju
endap darah.
c. Test Faal Ginjal
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar kreatinin,
kadar ureum, atau BUN (blood urea nitrogen), dan klirens kreatinin. Pemeriksaan
BUN, ureum atau kreatinin di dalam serum merupakan uji faal ginjal yang paling
sering dipakai di klinik. Sayangnya kedua uji ini baru menunjukkan kelainan pada
saat ginjal sudah kehilangan 2/3 dari fungsinya.
Maka daripada itu, Klienpielonefritis baru akan menunjukkan adanya penurunan faal
ginjal bila sudah mengenai kedua sisi ginjal.
d. Kultur Urine
Pemeriksaan ini dilakukan bila ada dugaan infeksi saluran kemih. Pada pria, urine
yang diambil adalah sample urine porsi tengah (mid stream urine), pada wanita
sebaiknya diambil melalui kateterisasi, sedangkan pada bayi dapat diambil urine dari
aspirasi suprapubik atau melalui alat penampung urine.
Jika didapatkan kuman di dalam urine, dibiakkan di dalam medium tertentu untuk
mencari jenis kuman dan sekaligus sensitifitas kuman terhadap antibiotika yang
diujikan. Pada Klien dengan pielonefritis, hasil pemeriksaan kultur urinenya terdapat
bakteriuria.
G. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
keperawatan
Tanda mayor Invasi kuman bakteri Nyeri b.d reaksi
1 DS: kesalularan kemih inflamasi akibat
Klien mengeluh nyeri infeksi pada
Ketidak mampuan pieulum dan
DO: pertahanan local terhadap parenkim ginjal.
- Tampak infeksi
meringis
- Bersikap Penempelan bakteri di
protektif uretelium dan paremkim
- Gelisah ginjal
- Frekuensi nadi
meningkat
- Sulit tidur Pieolonefritis akut
Tanda minor
DS:- Reaksi infeksi inflamasi
DO: lokal , nyeri lokal , iritasi
- Tekanan darah pada saluran kemih.
meningkat
- Pola nafas Nyeri pada pinggang ,
berubah nyeri perut ,nyeri
- Nafsu makan panggul, nyeri tekan pada
berubah sudut kostovertebral.
- Proses
berpikir
terganggu Nyeri
- Diaforesis
Tanda mayor Invasi kuman bakteri Hipertermia b.d
2 DS:- kesalularan kemih respons sistemik
DO: sekunder pada
Suhu tubuh klien Ketidak mampuan pieulum dan
diatas nilai normal. pertahanan local terhadap paremkim ginjal.
infeksi
Tanda minor
DS:-
DO: Penempelan bakteri di
- Kulit merah uretelium dan paremkim
- Kejang ginjal
- Takikardi
- Takipnea Pieolonefritis akut
- Kulit terasa
- hangat. Reaksi inflamasi sistemik
hipertermia
Tanda minor
DS:- Penempelan bakteri di
DO:- uretelium dan paremkim
ginjal
Pielonefritis akut
Hematuria, disuria,
urgensi dan piuria
Perubahan eliminasi urine
Tanda mayor : Invasi kuman bakteri Ketidakseimangan
4 DS;- kesalularan kemih nutrisi kurang dari
DO: kebutuhan tubuh b.d
- BB menurun Ketidak mampuan intake nutrisi yang
minimal 10% pertahanan local terhadap tidak adekuat ,efek
dibawah infeksi sekunder dari
rentang ideal anoreksia,mual,dan
Tanda minor: muntah.
DS: Penempelan bakteri di
- Cepat kenyang uretelium dan paremkim
setelah makan. ginjal
- Kram nyeri
abdomen. Invansi kuman bakteri ke
- Nafsu makan saluran kemih.
menurun.
DO: Ketidakmampuan
- Bising usus pertahanan lokal terhadap
hiperaktif infeksi.
- Otot penguyah
lemah. Pieolonefritis
- Otot menelan
lemah. Reaksi infeksi inflamasi
- Membrane sistemik
mukosa pucat
Anoreksia,mual .
Resiko kekambuhan
8. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d reaksi inflamasi akibat infeksi pada pieulum dan parenkim ginjal.
2. Hipertermia b.d respons sistemik sekunder pada pieulum dan paremkim ginjal.
3. Perubahan eliminasi urine b.d reaksi inflamasi saluran kemih dan iritasi saluran
kemih.
4. Ketidakseimangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak
adekuat ,efek sekunder dari anoreksia,mual,dan muntah.
5. Resiko kekambuhan infeksi saluran kemih b.d tidak terpajannya pemenuhan informasi
kesadaran sumber informasi ,rencana perawatan rumah.
9. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kolaborasi Kolaborasi
1) Kolaborasi 1) Diet sesuai
dengan ahli gizi dengan
kebutuhan
nutrisi klien
5. Resiko Tujuan : dalam Observasi Observasi
kekambuhan waktu 1x24 jam 1) Kaji tingkat 1) Dengan
infeksi saluran informasi pengetahuan mengetahui
kemih b.d tidak kesehatan klien tentang tingkat
terpajanya terpenuhi. intervensi pengetahuan
pemenuhan Kriteria hasil: menurunkan klien dapat
informasi - Pasien resiko memberikan
kesadaran mampu kekambuhan dan pendidikan
sumber menjelaska rencana yang sesuai
informasi n kembali perawatan di dengan
rencana penkes rumah pengetahuan
perawatan yang klien secara
rumah. diberikan . efisien dan
Klien termotivasi efektif
untuk menjelaskan Terapeutik Terapeutik
penjelasan yang 1) Informasikan 1) Urine keruh,
telah diberikan. bahwa sangat gejala
penting untuk disuria, dan
control bila frekuensi
terdapat merupakan
perubahan pada gejala
eliminasi urine kekambuhan
Edukasi
1) Menejemen
nyeri
Edukasi dilakukan
1) Beri informasi untuk
tentang peningkatan
manajemen kontrol nyeri
nyeri pada klien
keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane . 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta EGC
Doenges, Marilyn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. Jakarta
: EGC
Nursalam, dkk, 2008, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan ,
Jakarta. Salemba Medika