Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi. Hipertensi juga sering diartikan sebagai
suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
dari 80 mmHg. Berdasarkan angka kejadianya faktor usia menjadi salah satu penyebab seseorang
terkena hipertensi. Dapat diketahui bahwa semangkin bertambahnya usia terjadi penurunan fungsi
organ sehingga mempengahui fungsi saraf simpatik yang menahan natrium, meningkatnya sekresi
renin sehingga meningkatkan produksi angiotensin II dan aldosteron serta dapat mempengahui
tahapan pembuluh darah, termasuk gangguan pembuluh darah kecil di ginjal. Hipertensi juga dapat di
pengaruhi oleh faktor jenis kelamin yang mana dikatakan bahwa pada wanita lebih rentan terkena
hipertensi dibanding pada laki laki. Penyakit hipertensi cenderung lebih rendah pada jenis kelamin
perempuan dibandingkan dengan laki-laki Selain karna faktor umur dan jenis kelamin, berat badan
atau bisa dihitung dengan indek masa tubuh juga berperan penting dalam pernyebab terjadinya
hipertensi. Gejala yang utama pada penderita hipertensi secara umum sering terjadi yaitu sakit kepala
sampai ke tengkuk bagian belakang dan tengkuk terasa pegal. Hipertensi ini dapat mengakibatkan
terjadinya komplikasi terutama pada sistem kardiovaskuler seperti stroke dan gagal jantung.

Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada


penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah
di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54
tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa
sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat
serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi
tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Alasan penderita
hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan
tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain
(12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek samping obat
(4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%). Pada tahun 2018 jawa barat menduduki
urutan ke 2 sebagai provinsi dengan kasus hipertensi tertinggi di indonesia yaitu sebesar 39,6%.
Angka prevalensi hipertensi di kota bandung pada tahun 2018 di tetapkan sebesar 36,6%.
Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi juga berdampak kepada
mahalnya pengobatan dan pengobatan yang harus di tanggung para penderitanya. Perlu pula di ingat
hipertensi berdampak pula bagi penurunan kualitas hidup. Bila sesorang mengalami tekanan darah
tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan secara rutin dan pengontrolan secara teratur, maka hal ini
akan membawa pada kasus-kasus serius bahkan kematian.tekanan darah tinggi yang terus menerus
mengakibatkan kerja jantung ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi kerusakan pembuluh
darah jantung,ginjal,otak dan mata .
Tekanan darah dapat dikontrol dengan terapi farmakologis dan terapi nonfarmakologis.
Terapi non farmakologis adalah terapi pengobatan tanpa menggunakan obat-obatan. Departemen
kesehatan mencatat ada 20 jenis pengobatan komplementer, terbagi dalam pendekatan dengan ramuan
(aromaterapi, sinshe), dengan pendekatan rohani dan supranatural (meditasi, yoga, reiki) dan dengan
keterampilan (pijat refleksi) . Pijat refleksi adalah terapi yang bersifat holistik. Manfaat pijat terasa
pada tubuh, pikiran, dan jiwa. Pijat melancarkan peredaran darah dan aliran getah bening. Efek
langsung yang bersifat mekanis dari tekanan secara berirama dan gerakangerakan yang digunakan
dalam pijat secara dramatis meningkatkan tingkat aliran darah. Rangsangan yang ditimbulkan
terhadap reseptor saraf juga mengakibatkan pembuluh darah melebar secara refleks sehingga
melancarkan aliran darah yang sangat berpengaruh bagi kesehatan. Hasil penelitian yang dilakukan
Nugroho ( 2012 ) menyimpulkan bahwa pijat refleksi kaki bisa menurunkan tekanan darah pada
tekanan sistolik dan diastolik diperoleh tekanan darah sistolik sebesar 156,5 mmHg dan diastolik
sebesar 98,05 mmHg sedangkan setelah dilakukan pijat refleksi kaki diperoleh tekanan darah sistolik
sebesar 151,5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 93,3 mmHg. Teknik pemijatan berdampak
terhadap lancarnya sirkulasi aliran darah, menyeimbangkan aliran energi di dalam tubuh serta
mengendurkan ketegangan otot. Meskipun teknik pemijatan tidak akan berdampak banyak pada
penderita hipertensi berat, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa massase dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi ringan dan sedang.
Hal ini di dukung penelitian lain oleh jurnal Efektifitas Pijat Refleksi Kaki dan Hipnoterapi
Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi, Efektifitas Latihan Refleksi Kaki
Dengan Menggunakan Tempurung Kelapa Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Primer, Efektifitas Terapi Pijat Refleksi Dan Terapi Benson Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi.

B. Rumusan Masalah
Dengan dukungan teori, pengamatan dan studi literatur bahwa pijat refleksi kaki sebagai terapi
penurunan tekanan darah mampu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di
berbagai tatanan perawatan maka penulis tertarik untuk menggali pertanyaan penelitian:
1. Bagaimana fisiologi penurunan tekanan darah melalui pijat refleksi kaki?
2. Bagaimana proses penurunan tekanan darah menggunakan terapi pijat refleksi kaki?
3. Bagaimana prosedur pijat refleksi kaki untuk menurunkan tekanan darah?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh pijat refleksi kaki terhadap penurunan ekanan darah pada penderita
hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya fisiologi penurunan tekanan darah melalui pijat refleksi kaki
b. Diketahuinya proses penurunan tekanan darah menggunakan terapi pijat refleksi kaki
c. Diketahuinya prosedur pijat refleksi kaki untuk menurunkan tekanan darah
D. Ruang lingkup
Adapun ruang lingkup penelitian dalam literatur review ini yaitu semua jenis eksperimen
yang menggunakan terapi pijat refleksi kaki untuk membantu proses penurunan tekanan
darah.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari terapi pijat refleksi kaki agar mengetahui pengaruh bahwa terapi pijat
refleksi kaki terhadap penderita hipertensi.
Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan sebagai ilmu pengetahuan
bagi perkembangan ilmu keperawatan medikal bedah terkait dengan terapi pijat refleksi
kaki terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
2. Manfaat praktis
a. Bagi institusi kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dalam upaya meningkatkan
pelayanan kesehatan masyarakat khususnya pada pasien hipertensi melalui terapi pijat
refleksi kaki untuk menurunkan tekanan darah.
b. Institusi Stikes Budi Luhur Cimahi
Dapat dijadikan modul pembelajaran pada proses belajar khususnya penurunan
tekanan darah pada pasien diaplikasikan dalam bidang keperawatan, disamping itu
juga diharapkan dapat menambah informasi, sumber, bahan bacaan bagi mahasiswa
dan sebagai referensi di perpustakaan tentang penurunan tekanan darah.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya agar dapat
menjadikan sumber referensi dan informasi dalam mendalami bagaimana ilmu
pengetahuan berkaitan dengan ilmu keperawatan khusunya mengenai pengaruh terapi
pijat refleksi kaki untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai