Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM PENCERNAAN :
COLITIS
(Dianjurkan untuk memenuhi tugas keperawatan medical bedah )

Dosen pembimbing

Ns. Siti Aminah, M.Kep

Disusun oleh:

Lusi Sri Rahayu

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2020-2021
1. Definisi

Colitis berasal dari kata kolon (usus besar) dan itis (peradangan).

Colitis adalah penyakit berupa peradangan usus besar yang menyebabkan gejala nyeri,
meradang, diare dan perdarahan anus. Usus besar meliputi area dari caecum (tempat
menempel usus buntu/appendiks), kolon ascendant, kolon transversum, kolon descendent,
sigmoid, rektum, dan anus.

2. Etiologi

Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi akut atau kronik oleh virus,
bakteri, dan amoeba, termasuk keracunan makanan. Kolitis dapat juga disebabkan gangguan
aliran darah ke daerah kolon yang dikenal dengan kolitis iskemik. Adanya penyakit autoimun
dapat menyebabkan kolitis, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Cohrn. Kolitis limfositik dan
kolitis kolagenus disebabkan beberapa lapisan dinding kolon yang ditutupi oleh sel-sel
limfosit dan kolagen. Selain itu, kolitis dapat disebabkan zat kimia akibat radiasi dengan
barium enema yang merusak lapisan mukosa kolon, dikenal dengan kolitis kemikal.

Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kolitis ditinjau dari teori Blum dibedakan
menjadi empat faktor, yaitu: faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan,
dan faktor prilaku.

1. Faktor Biologi: Jenis kelamin: Wanita beresiko lebih besar dibanding laki-laki. Usia:
15-25 tahun, dan lebih dari 50 tahun. Genetik/ familial: Riwayat keluarga dengan kolitis

2. Faktor Lingkungan: Lingkungan dengan sanitasi dan higienitas yang kurang baik.
Nutrisi yang buruk

3. Faktor Perilaku: Kegemukan (obesitas). Merokok. Stress / emosi. Pemakaian laksatif


yang berlebihan. Kebiasaan makan makanan tinggi serat, tinggi gula, alkohol, kafein, kacang,
popcorn, makanan pedas. Kurang kesadaran untuk berobat dini. Keterlambatan dalam
mencari pengobatan. Tidak melakukan pemeriksaan rutin kesehatan.

4. Faktor Pelayanan Kesehatan: Minimnya pengetahuan petugas kesehatan. Kurangnya


sarana dan prasarana yang memadai. Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Kekeliruan
dalam diagnosis dan terapi. Tidak adanya program yang adekuat dalam proses skrining awal
penyakit.

Penyebab dari kolitis ada beberapa macam antara lain :

A. Infeksi : Trichuris vulpis, Ancylostoma sp, Entamoeba histolytica, Balantidium coli,


Giardia spp, Trichomonas spp, Salmonella spp, Clostridium spp, Campylobacter spp,
Yersinia enterolitica, Escherichia coli, Prototheca, Histoplasma capsulatum, dan
Phycomycosis
B. Faktor familial/genetic
C. Trauma : benda asing, material yang bersifat abrasif.
D. Alergi : protein dari pakan atau bisa juga protein bakteri.
E. Polyps rektokolon
F. Intususepsi ileokolon
G. Inflamasi : Lymphoplasmacytic, eoshinophilic, granulopmatous, histiocytic
H. Neoplasia : Lymphosarcoma, Adenocarcinoma
I. Sindrom iritasi usus besar (Irritable Bowel Syndrome)

3. Patofisiologi/pathway

4. Manifestasi klinis
a. Anemia
b. Fatigue/ Kelelahan
c. Berat badan menurun
d. Hilangnya nafsu makan
e. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
f. Lesi kulit (eritoma nodosum)
g. Lesi mata (uveitis)
h. Nyeri sendi
i. Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
j. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari
k. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
l. Perdarahan rektum (anus).
m. Rasa tidak enak di bagian perut.
n. Mendadak perut terasa mulas.
o. Kram perut.
p. Sakit pada persendian.
q. Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
r. Anoreksia
s. Dorongan untuk defekasi
t. Hipokalsemia

5. Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan Medis

a. Menangani Inflamasi : Sulfsalazin (Azulfidine) atau Sulfisoxazal (Gantrisin).

b. Antibiotic : Digunakan untuk infeksi.

c. Azulfidin : Membantu dalam mencegah kekambuhan.

d. Mengurangi Peradangan : Kortikosteroid (Bila kortikosteroid dikurangi/ dihentikan,


gejala penyakit dapat berulang.

B. Penatalaksanaan non medis

a. Pendidikan terhadap keluarga dan penderita.

b. Menghindari makanan yang mengeksaserbasi diare.

c. Menghindari makanan dingin, dan merokok karena keduanya dapat meningkatkan


motilitas usus.

d. Hindari susu karena dapat menyebabkan diare pada individu yang intoleransi lactose.

6. Komplikasi

· Perdarahan

· Kolitis Tokolon

· Kanker Kolon (Kanker Usus Besar)

· Fistula dan fisura abses rectal

· Dilatasi toksik atau megakolon


· Perforasi usus

· Karsinoma kolon

7. Konsep Asuhan Keperawatan secara teori


1. Pengkajian

A. Identitas klien
Identitas klien meliputi : nama,tempat tanggal lahir,jenis
kelamin,umur,pekerjaan,pendidikan,alamat,agama,suku bangsa,tanggal masuk rumah
sakit,no. Register/MR,serta penanggung jawab.
B. Keluhan utama
keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri abdomen, diare, tenesmus
intermiten, dan pendarahan rektal. Keluhan nyeri biasanya bersifat kronis, yaitu
berupa nyeri kram pada kuadran periumbilikal kiri bawah. Kondisi rasa sakit bisa
mendahului diare dan mungkin sebagian pasien melaporkan perasaan nyaman setelah
BAB. Diare biasanye disertai darah. Pasien melaporkan mengeluarkan feses cair 10 –
20 kali sehari. Pasien juga mengeluh saat BAB seperti ada yang menghalangi.
C. Riwayat penyakit sekarang

kondisi ringan karena colitis adalah penyakit mukosa yang terbatas pada kolon, gejala
yang paling umum adalah pendarahan anus, diare, dan sakit perut. Pada kondisi colitis
berat terjadi pada sekitar 10 % dari pasien, didapat keluhan lainnya yang menyertai,
seperti peningkatan suhu tubuh, mual, muntah, anoreksia, perasaan lemah, dan
penurunan nafsu makan. Pasien dengan colitis yang parah dapart mengalami
komplikasi yang yang mengancam nyawa, termasuk pendarahan darah, megakolon
toksik atau perforasi usus.

D. Riwayat penyakit dahulu

penting digali untuk menentukan penyakit dasar yang menyebabkan kondisi enteritis
regional. Pengkajian predisposisi seperti genetic, lingkungan, infeksi, imunitas,
makanan dan merokok perlu di dokumentasikan. Anamnesis penyakit sistemik ,
seperti DM, hipertensi, dan tuberkolosis dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian
proferatif.

E. Riwayat kesehatan keluarga


Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga serta bila
ada anggota keluarga yang meninggal maka penyebab kematiannya juga ditanyakan.
F. Pemeriksaan fisik

bervariasi tergantung pada sejauh mana, durasi, dan tingkat keparahan


penyakit.pemeriksaan fisik yang di dapatkan sesuai manifestasi klinik yang muncul
pada colitis ulseratif berat survey umum pasien terlihat lemah dan kesakitan, TTV
mengalami perubahan sekunder dari nyeri dan diare . suhun badan pasien akan naik
≥38,50 C dan terjadi takikardiah. Pengkajian berat badan yang disesuaikan dengan
tinggi badan dapat menimbulkan status nutrisi.

Pada pemeriksaan fisik focus akan didapatkan :

a) sistem pencernaan
- Inspeksi : kram abdomen, Perut didapatkan kembung. Pada kondisi
kronis, status nutrisi bisa didapatkan tanda-tanda kekurangan gizi, seperti
atrofi otot dan pasien terlihat kronis
- Palpasi : nyeri tekan abdomen (tenderness), menunjukkan penyakit parah dan
kemungkinan perforasi. Nyeri lepas dapat terjadi pada kuadran kanan bawah.
Sebuah masa dapat teraba menunjukkan abstruksi atau megakolon.
Pembesaran limpa mungkin menunjukkan hipertensi portal dari hepatitis
autoimun terkait atau kolangitis sklerosis
- Perkusi : nyeri ketuk dan timpani akibat adanya flatulen.
- Auskultasi : bising usus bisa normal, hi[eraktif atau hipoaktif. Nada
gemerincing bernada tinggi dapat ditemukan dalam kasus-kasus obstruksi.
- Takipnea dapat hadir karena sembelit atau sebagai mekanisme kompensasi
asidosi dalam kasus dehidrasi parah.
- Takikardial dapat mewakili anemia atau hipopolemia. Turgor kulit >3 detik
menandakan gejala dehidrasi.
- Perubahan tingkat kesadaran berhubungan dengan penurunan perfusi ke otak.
Pasien dengan episkleritis dapat hadir dengan erythematous yang menyakitkan
mata.
- Oliguria dan anuria pada dehidrasi berat
- Kelemahan fisik umum skunder dari keletihan dan pemakaian energy setelah
nyeri dan diare. Nyeri sendi (arthralgia) adalah gejala umum yang ditemukan
pada penyakit inflamasi usus. Sendi besar seperti lutut, pergelangan kaki,
pergelangan tangan, dan siku, yang paling sering terlibat, tetapi setiap sendi
dapat terlibat. Pada integumen, kulit pucat mungkin mengungkapkan anemia,
penurunan turgor kulit dalam kasus dehidrasi, eritema nodosum dapat terlihat
pada permukaan ekstensor.
G. Pemeriksaan diagnostik
1. GAMBARAN RADIOLOGI
- Foto polos abdomen
- Barium enema
- Ultrasonografi (USG)
- CT-scan dan MRI
2. Pemeriksaan Endoskopi
H. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Tanda mayor Userasi infeksi Diare
Ds :
1. Urgency Kuman
2. Nyeri / kram abdomen
Do : Meningkatkan
1. Defekasi lebih dari tiga kali motilitas
2.Frekuensi peristaltik
meningkat Kesempatan
3.Bising usus hiperaktif absorpsi

Diare

2. Ds : Permeabilitas usus Hipovolemia


1. Merasa lemah meningkat
2. Mengeluh haus
Do : Sekresi air dan
1. Frekuensi nadi meningkat elektrolit
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan nadi menyempit Gangguan
5. Turgor kulit menurun metabolisme air dan
6. Membran mukosa kering elektrolit
7. Volume urin menurun
8. Hematokrit meningkat Hipovolemia
9. Pengisian vena menurun
10.Status mental berubah
11. Suhu tubuh meningkat
12. Konsentrasi urin meningkat
13. Berat badan turun tiba-tiba
3. Tanda mayor Userasi infeksi Defisit nutrisi
Ds : Kuman
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun Meningkatkan
Do : 1. Berat badan menurun motilitas
minimal 10% di bawah rentang
ideal Kesempatan
2. Bising usus hiperaktif absorpsi
3. Otot pengunyah lemah
4. Otot menelan lemah Diare
5. Membran mukosa pucat
6. Sariawan Defisit nutrisi
7. Serum albumin turun
8. Rambut rontok berlebihan
9. Diare
8. Diagnosa

a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi usus ditandai dengan
peningkatan bunyi usus/ peristaltik, defikasi sering dan berair, perubahan warna feses, dan
nyeri abdomen, kram.

b. Hipovolemia berhubungan dengan penurunan volume cairan intravaskular, interstisial


dan/atau intraselular.

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme

9. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan

1. Diare Setelah diberikan Intervensi utama Intervensi utama


berhubungan asuhan
Manajemen diare Pemantauan cairan
dengan keperawatan
inflamasi, selama 2x 24 jam Observasi Observasi
iritasi, atau diharapkan diare
malabsorpsi pasien membaik, 1. Identifikasi 1. untuk
usus ditandai dengan Kriteria penyebab diare mengetahui
identifikasi
dengan hasil penyebab
peningkatan diare
bunyi usus/ 1. Kontrol
peristaltik, pengeluara Terapeutik
n feses Terapeutik
defikasi sering 1. untuk
dan berair, meningkat 1. Berikan asupan
2. Nyeri menamb
perubahan cairan oral ah
warna feses, abdomen
menurun asupan
dan nyeri cairan
abdomen, 3. Konsistens
i feses pada
kram. pasien
membaik
Edukasi
. Edukasi
1. Anjurkan 1. untuk
makanan porsi membantu
kesembuhan
kecil dan sering
pasien
secara bertahap

Intervensi
pendukung
Intervensi pendukung
Mengidentifikasi dan
Manajemen cairan mengelola
keseimbangan cairan

Observasi

1. Untuk mengetahui
Observasi perubahan berat
badan harian
1. Monitor berat badan pasien
harian
Terapeutik
Terapeutik
1. Untuk menambah
1. Berikan asupan asupan cairan
pasien
cairan
Kolaborasi

1. Untuk menambah
Kolaborasi diuresis cairan
1. Kolaborasi
pemberian diuretik

2. Setelah diberikan Intervensi utama


Hipovolemia asuhan
berhubungan keperawatan Menejemen hipovolemia Intervensi utama
dengan selama 2.x 24 jam
penurunan diharapkan Observasi Manajemen syok
volume cairan hipovolemia hipovolemik
1. monitor intake dan
intravaskular, pasien meningkat output cairan Observasi
interstisial dengan kriteria
dan/atau hasil: 1. untuk
intraselular membantu
1. Asupan dalam
cairan menganalisa
meningkat keseimbanga
2. Dehidrasi n cairan dan
menurun derajat
3. Tekanan kekurangan
darah cairan
Terapeutik :
membaik
1. hitung kebutuhan Terapeutik
.
cairan
1. untuk
mengetahui
kebutuhan
Edukasi cairan pada
pasien
1. anjurkan
memperbanyak Edukasi
asupan cairan
oral 1. untuk
menambah
asupan
cairan pada
tubuh

kolaborasi
kolaborasi
1. untuk
1. kolaborasi membantu
pemberian cairan kebutuhan
IV cairan dalam
tubih
intervensi pendukung

manajemen diare
intervensi
pendukung

mengidentifikasi
dan mengelola diare
Observasi dan dampaknya

1. Identifikasi Observasi
penyebab diare
1. untuk
mengetahui
identifikasi
penyebab diare
Terapeutik
Terapeutik
1. Berikan
asupan 1. untuk
cairan oral menambah
asupan cairan
pada pasien
Edukasi

1. Anjurkan
makanan Edukasi
porsi kecil 1. untuk
dan sering membantu
secara kesembuhan
bertahap pasien

3. Defisit nutrisi Setelah diberikan Intervensi utama Intervensi utama


berhubungan asuhan
dengan asupan keperawatan Manajemen nutrisi Promosi berat badan
nutrisi tidak selama 2x 24 jam Observasi Observasi
cukup untuk diharapkan defisit
memenuhi nutrisi pasien 1. identifikasi status 1. untuk
kebutuhan membaik dengan nutrisi mengetahui
metabolisme kriteria hasil : kekurangan
nutrisi
1. porsi pasien
makanan
yang Terapeutik Terapeutik
dihabiskan
1. Lakukan oral 1. untuk
meningkat
hygiene sebelum meningkatka
2. perasaan
makan n selera
cepat
makan
kenyang Edukasi pasien
menurun
3. berat 1. Anjurkan diet yang Edukasi
badan diprogramkan
1. untuk
membaik mempercepa
t proses
penyembuha
n

intervensi
pendukung
Interpensi pendukung
Mengidentifikasi dan
Manajemen cairan mengelola
keseimbangan cairan

Observasi
Observasi
1. Untuk mengetahui
1. Monitor berat perubahan berat
badan harian badan harian
pasien
Terapeutik
Terapeutik
1. Berikan asupan
2. Untuk menambah
cairan
asupan cairan
pasien

Kolaborasi

Kolaborasi Untuk menambah


diuresis cairan
Kolaborasi pemberian
diuretik
Daftar pustaka

Arif, muttaqin dan sari kumala. 2011. Gangguan gastrointestinal aplikasi askep medical
bedah. Jakarta : penerbit salemba medika

Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Jakarta : Salemba Medika, 2012.

Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi keperawatan: Buku Kedokteran, 2012: EGC.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, PPNI :Jakarta
Selatan, 2016

Anda mungkin juga menyukai