Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM PERNAPASAN :
COR PULMONALE
(Dianjurkan untuk memenuhi tugas keperawatan medical bedah )

Dosen pembimbing

Ns. Siti Aminah, M.Kep

Disusun oleh:

Lusi Sri Rahayu

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2020-2021
1. Definisi

Kor Pulmonal merupakan suatu kondisi di mana ventrikel kanan mengalami pembesaran
(dengan atau tanpa gagal jantung kanan) akibat adanya penyakit yang mempengaruhi struktur
atau fungsi paru-paru (Smeltzer, 2010). Tekanan arteri pulmonar pada klien dengan kor pulmonal
dapat mencapai 45 mm Hg atau lebih. Penyebab paling sering adalah penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK) yang parah. Kondisi lain yang menjadi penyebab kor pulmonal adalah kondisi
yang membatasi fungsi ventilasi; kondisi yang memicu hipoksemia atau asidosis, dan kondisi
yang mengurangi peredaran darah di paru-paru serta gangguan lain, seperti gangguan sistem
saraf, otot pernafasan, dan dinding dada.

2. Etiologi

Paru-paru bergantung pada jantung untuk mengangkut darah dari tubuh ke paru-paru.
Hipertensi pulmonal adalah jenis peningkatan tekanan di arteri paru-paru dan berakibat pada
ventrikel kanan jantung. Hal tersebut terjadi akibat ventrikel kanan harus mengatasi tekanan
tinggi di paru-paru untuk memaksa darah masuk ke paru-paru. Tekanan yang meningkat ini
menyebabkan transportasi darah ke paru-paru tidak efektif. Hipertensi pulmonal yang tidak
diobati adalah penyebab paling umum kor pulmonal. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
komplikasi kesehatan ini termasuk emboli paru-paru, penyakit paru obstruktif kronik, kerusakan
jaringan paru-paru, sleep apnea, dan cystic fibrosis.

3. Patofisiologi

Beratnya pembesaran ventrikel kanan pada pulmonary heart disease berbanding lurus
dengan fungsi pembesaran dari peningkatan afterload. Jika resistensi vaskuler paru meningkat
dan relative tetap, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru, peningkatan curah jantung
sebagaimana terjadi pada pengerahan tenaga fisik, maka dapat meningkatkan tekanan arteri
pulmonalis secara bermakna. Afterload ventrikel kanan secara kronik meningkat jika volume paru
membesar, seperti pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pemanjangan pembuluh paru,
dan kompresi kapiler alveolar.
Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan pada suatu waktu akan
mempengaruhi jantung serta menyebabkan pembesaran ventrikel kanan. Kondisi ini seringkali
menyebabkan terjadinya gagal jantung. Beberapa kondisi yang menyebabkan penurunanan
oksigenasi paru dapat mengakibatkan hipoksemia ( penurunan PaO2 ) dan hipercapnea
( peningkatan PaCO2), yang nantinya akan mengakibatkan insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan
hiperkapnea akan menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonal dan memungkinkan terjadinya
penurunan vaskularisasi paru seperti pada emfisema dan emboli paru. Akibatnya akan terjadi
peningkatan ketahanan pada sistem sirkulasi pulmonal, yang akan menjadikannya hipertensi
pulmonal. Tekanan rata-rata pada arteri baru ( arterial mean preassure) adalah 45mmHg, jika
tekanan ini meningkat dapat menimbulkan pulmonary heart disease. Ventrikel kanan akan
hipertropi dan mungkin akan diikuti gagal jantung kanan.

Gangguan paru-paru restriktif

Gangguan paru-paru obstruksi

Perubahan fungsional paru-paru


Perubahan anatomi
pembuluh darah paru-paru
Hiposekmia dan hiperkapnia

Polisitemia
Pengurangan jaringan Asidosis
vaskular paru-paru

Peningkatan resistensi Vasokontriksi arteri pulmonal


vaskular paru-paru

Hipertensi pulmonal

Hipertensi ventrikel kanan

Kor Pulmonal
4. Manifestasi Klinis

Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antara satu penderita yang satu dengan yang
lain tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan pulmonary heart disease.
Cor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat, kadang-kadang didapatkan
batuk-batuk, dan hemoptisis.
Cor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak sputum).
Cor pulmonal dengan hipertensi pulmonal primer : sesak napas dan sering pingsan jika
beraktifitas (exertional syncope).
Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan : bengkak pada perut dan kaki serta cepat
lelah.
Gejala predominan pulmonary heart disease yang terkompensasi berkaitan dengan
penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik, dispnea karena olahraga, wheezing respirasi,
kelelahan dan kelemahan. Jika penyakit paru sudah menimbulkan gagal jantung kanan, gejala -
gejala ini lebih berat. Edema dependen dan nyeri kuadran kanan atas dapat juga muncul.
Tanda- tanda pulmonary heart disease misalnya sianosis, clubbing, vena leher distensi, ventrikel
kanan menonjol atau gallop (atau keduanya), pulsasi sternum bawah atau epigastrium prominen,
hati membesar dan nyeri tekan, dan edema dependen.
Gejala- gejala tambahan ialah:
1. Sianosis
2. Kurang tanggap/ bingung
3. Mata menonjol

5. Penatalaksaaan

a. Penatalaksaan Medis

1) Tujuan pengobatan adalah untuk memperbaiki ventilasi dan mengobati penyakit paru
yang mendasarinya; serta manifestasi penyakit jantung.

2) Pemberian oksigen dilakukan untuk mengurangi tekanan arteri pulmonal dan


resistensi pembuluh darah paru. Untuk klien dengan hipoksia berat, berikan terapi
oksigen terus menerus (24 jam/hari).

3) Tingkat oksigen darah dinilai dengan oksimetri nadi dan analisis gas darah arteri.
4) Fisioterapi dada dilakukan untuk menurunkan akumulasi sekret/mukus jalan napas.
Selain itu, dapat diberikan bronkodilator untuk meningkatkan kemampuan ventilasi.

5) Terapi bronkodilator diberikan pada kasus dengan etiologi gangguan obstruktif.

6) Lakukan intubasi dan ventilasi mekanis (jika diperlukan) jika terjadi kegagalan
pernapasan.

7) Jika klien mengalami gagal jantung (heart failure), hipoksemia, dan hiperkapnia,
segera tangani untuk memperbaiki curah jantung.

8) Edema periferal dan preload ventrikel kanan dikurangi dengan istirahat, restriksi
natrium, dan diuretik.

9) Jika diindikasikan (misalnya, pada kegagalan ventrikel kiri), digitalis dapat diberikan.

10) Infeksi paru-paru harus segera diobati karena hal ini akan memperburuk hipoksemia
dan kor pulmonal.

11) Pemberian kortikosteroid

12) Pemberian vasodilator

b. Penatalaksaan non Medis


1) Tirah baring, anjuran untuk diet rendah garam Tirah baring mencegah memburuknya
hipoksemia yang akan lebih menaikkan lagi tekanan arteri pulmonalis. Garam perlu
dibatasi tetapi tidak secara berlebihan karena klorida serum yang rendah akan
menghalangi usaha untuk menurunkan hiperkapnia.
2) Tindakan preventif, yaitu berhenti merokok olahraga dan teratur, serta senam
pernapasan sangat bermanfaat walaupun harus dalam jangka panjang. (handz-
superners, 2015)

6. Komplikasi

Komplikasi dari pulmonary heart disease diantaranya:


a) Sinkope
b) Gagal jantung kanan
c) Edema perifer
d) Kematian
7. Klasifikasi

Secara umum cor pulmonale dibagi menjadi dua bentuk:


1. Cor Pulmonale Akut
Yaitu dilatasi mendadak dari ventrikel kanan dan dekompensasi
2. Cor Pulmonale Kronik
Merupakan jenis pulmonale yang paling sering terjadi. Dinyatakan sebagai hipertropi
ventrikel kanan akibat penyakit paru atau pembuluh darah atau adanya kelainan pada toraks,
yang akan menyebabkan hipertensi dan hipoksia sehingga terjadi hipertropi ventrikel kanan.
(somantri, 2012:131)

8. Pengkajian

A. Identitas klien

a) Kor pulmonal dapat terjadi pada orang dewasa dan pada anak-anak. Untuk orang dewasa,
kasus yang paling sering ditemukan adalah pada lansia.
b) Untuk kasus anak-anak, umumnya terjadi kor pulmonal akibat obstruksi saluran napas
atas, seperti hipertrofi tonsil dan adenoid.
c) Jenis pekerjaan yang dapat menjadi risiko terjadinya kor pulmonal adalah para pekerja
yang sering terpapar polusi udara dan kebiasaan merokok.
d) Lingkungan yang menjadi pemicu kor pulmonal adalah lingkungan (yang dekat) dengan
daerah perindustrian dan kondisi rumah yang kurang memenuhi persyaratan rumah yang
sehat.
B. Keluhan utama

Klien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada

C. Riwayat penyakit saat ini


Pada klien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak,
nyeri dada, batuk yang tidak produktif perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhan tersebut. Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktivitas ringan
sampai berat:
i.Seperti apa kelemahan melakukan aktivitas yang dirasakan, biasanya disertai sesak napas.
ii.Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau keseluruhan sistem otot rangka dan apakah
disertai ketidakmampuan dalam melakukkan pergerakan.
iii. Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
iv. Kapan timbulnya keluhan kelemahan dalam beraktivitas, seberapa lamanya kelemahan
dalam beraktivitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun saat beraktivitas tertentu.
D. Riwayat penyakit dahulu
Klien dengan kor pulmonal biasanya memiliki riwayat penyakit, seperti penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang paling
sering adalah klien dengan riwayat hipertensi pulmonal.
E. Pemeriksaan fisik
a) B₁ (Breath)
i) Pola napas : irama tidak teratur
ii) Suara napas : wheezing, ronchi, rales
iii) Sesak napas (+)
b) B₂ (Blood)
i) Irama jantung : ireguler BJ₁ / BJ₂
ii) Nyeri dada (+)
iii) Bunyi jantung : murmur
iv) CRT : dapat lebih dari 3 detik
v) Akral : dingin lembap
vi) Pembesaran vena jugularis
vii) Edema tungkai
c) B₃ (Brain)
i) Nyeri kepala
ii) Penurunan kesadaran
d) B₄ (Bladder)
Jumlah urine kurang dari 0.5 cc/kg BB/jam
e) B₅ (Bowel)
Peristaltik kurang dari 5x/menit
F. Pemeriksaan diagnostik
Kor Pulmonal didiagnosis menggunakan pemeriksaan fisik dan tes medis. Dokter akan
mencari irama jantung abnormal, retensi cairan, dan distensi vena jugularis. Pemeriksaan darah
perlu dilakukan untuk mendeteksi kadar antibodi dan peptida natriuretik.
Peptida natriuretik adalah asam amino yang disekresioleh jantung dan hepar. Pemeriksaan
diagnostik juga meliputi:

1) CT Scan

2) Ekokardiogram, pemeriksaan menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan


gambaran jantung

3) X-ray toraks, untuk pemeriksaan adanya kelainan pada toraks

4) Scan paru-paru, digunakan untuk mendeteksi pembekuan darah

5) Tes fungsi paru-paru, untuk melihat fungsi paru-paru

6) Kateterisasi jantung kanan

G. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

1. Tanda Mayor Penyempitan/obstruksi Gangguan pertukaran gas


Ds: Dispnea proksimal dari bronkus pada
Do: tahap ekspirasi dan inspiras
1. PCO₂ meningkat/menurun
2. PO₂ menurun Tekanan partial oksigen di
3. Takikardia alveoli
4. pH arteri meningkat/menurun
5. Bunyi napas tambahan Konsentrasi O₂ dalam darah
Tanda Minor menurun
Ds:
1. Pusing Hipoksemia
2. Penglihatan kabur
Do:
1. Sianosis
2. Diaforesis
3. Gelisah
4. Napas cuping hidung
5. Pola napas abnormal
(cepat/lambat,
regular/ireguler,
dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal (mis.
Pucat, kebiruan)
7. Kesadaran menurun

2. Tanda Mayor Suplai darah dan O₂ ke Pola napas tidak efektif


Ds: Dispnea jantung berkurang
Do:
1. Penggunaan otot bantu pernapasan Penurunan cardiac output
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola napas abnormal ( misal Tekanan darah menurun
takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne- Kelemahan dan keletihan
stokes)

Tanda Minor
Ds: Ortopnea
Do:
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah

3.Tanda mayor Respon fisiologis otot jantung Penurunan curah jantung


Ds:
1. Perubahan irama jantung
1) Palpasi Frekuensi denyut jantung
2. Perubahan preload Peningkatan kerja saraf
1) Lelah simpatis
3. Perubahan afterload Peningkatan kebutuhan O2
1) Dispnea
Asidosis tingkat jaringan
4. Perubahan kontraktilitas
1) Paroxysmal noctural
Pengaruh jaringan lanjut
dyspnea (PND)
2) Ortopnea
Iskemia miokard
3) Batuk
Do:
Penurunan curah jantung
1. Perubahan irama jantung
1) Bradikardia/Takikardia
2) Gambaran EKG aritmia atau
gangguan konduksi
2. Perubahan preload
1) Edema
2) Distensi vena jugularis
3) Central venous pressure (CVP)
meningkat/menurun
4) Hepatomegali
3. Perubahan afterload
1) Tekanan darah
meningkat/menurun
2) Nadi perifer teraba lemah
3) Capillary refill time > 3 detik
4) Oliguria
5) Warna kulit pucat dan/atau
sianosis
4. Perubahan kontraktilitas
1) Terdengar suara jantung S3
dan/atau S4
2) Ejection fraction (EF) menurun
Tanda Minor
Ds:
1. Perubahan preload (tidak tersedia)
2. Perubahan after load (tidak
tersedia)
3. Perubahan kontraktilitas (tidak
tersedia)
4. Perilaku/emosiaonal
1) Cemas
2) Gelisah
Do:
1. Perubahan preload
1) Murmur jantung
2) Berat badan bertambah
3) Pulmonary artery wedge
pressure (PAWP) menurun
2. Perubahan afterload
1) Pulmonary vascular resistance
(PVR) meningkat/menurun
2) Systemic vascular resitance
(SVR) meningkat/menurun
3. Perubahan kontraktilitas
1) Cardiac index (CI) menurun
2) Left ventricular stroke work
index (LVSWI) menurun
3) Stroke volume index (SVI)
menurun
4. Perilaku/emosional (tidak tersedia)

4.Tanda Mayor Tekanan partial oksigen di Perfusi jaringan tidak


Ds: - alveoli efektif
Do: Konsentrasi O₂ dalam darah
1. Pengisian kapiler > 3 detik menurun
2. Nadi perifer menurun atau tidak
teraba Hipoksemia
3. Akral teraba dingin
4. Warna kulit pucat Suplai darah dan O₂ke
5. Turgor kulit menurun jantung berkurang
Tanda Minor
Ds: Penurunan cardiac output
1. Parastesia
2. Nyeri ekstremitas (klaudikasi Penurunan curah jantung
intermiten)
Do:
1. Edema
2. Penyembuhan luka lambat
3. Indeks ankle-brachial < 0,90
Bruit femoral

9. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia secara reversible/menetap


2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan respon fisiologis otot jantung
4. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan menurunnya curah jantung
10. Intervensi Keperawatan

No Dx Tujuan Intervensi Rasional

1. Mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat Observasi 1.Untuk mengetahui


untuk keperluan tubuh. 1. Monitor frekuensi, frekuensi pernapasan
Dengan Kriteria hasil : irama, kedalaman apakah sudah normal atau
- Klien tidak mengalami sesak dan upaya napas belum
napas. 2. Monitor pola napas 2. Untuk mengetahui status
- Tanda-tanda vital dalam batas 3. Monitor kesehatan pasien
normal kemampuan batuk 3.Dapat meningkatkan
- Tidak ada tanda-tanda sianosis. efektif pengeluaran sputum
- Pao2 dan paco2 dalam batas 4. Auskultasi bunyi 4.Bersihan jalan napas
normal napas yang tidak efektif dapat
- Saturasi O2 dalam rentang dimanifestasikan dengan
normal adanya bunyi nafas
adventisius

Terapeutik 1.Untuk mengetahui respon


1. Dokumentasikan klien
hasil pemantauan
Edukasi 1.untuk menjelaskan semua
1. Jelaskan prosedur prosedur yang akan dialami
dan tujuan pasien
pemantauan 2. untuk memberikan
2. Informasikan hasil informasi mengenai hasil
pemantauan kepada klien

4. a. Respiratory status: Observasi 1. Untuk mengetahui


ventilation 1. Monitor frekuensi, frekuensi pernapasan
b. respiratory status :airway irama, kedalaman apakah sudah normal
patency dan upaya napas atau belum
c. vital sign status 2. Monitor pola napas ( 2. Untuk mengetahui
Kriteria hasil: seperti bradipnea, status kesehatan pasien
- Mendemontrasikan batuk takipnea) 3. Dapat meningkatkan
efektif dan suara napas yang 3. Monitor pengeluaran sputum
bersih, tidak ada sianosis dan kemampuan batuk 4. Untuk mengeluarkan
dispnea (mampu mengeluarkan efektif sekret yang tertahan
sputum, mampu bernapas 4. Monitor adanya dari jalan napas
dengan mudah, tidak ada produksi sputum 5. Untuk mengeluarkan
pursed lips) 5. Monitor adanya sekret yang tertahan
- Menunjukkan jalan napas yang sumbatan jalan dari jalan napas
paten (klien tidak merasa napas 6. Untuk mengetahui
tercekik, irama napas, 6. Palpasi kesimetrisan kesimetrisan ekspansi
frekuensi pernapasan dalam ekspansi paru paru
rentang normal, tidak ada suara 7. Auskultasi bunyi 7. Untuk mengetahui
napas abnormal napas perkembangan status
- Tanda-tanda vital dalam kesehatan pasien dan
rentang normal (tekanan darah, mencegah komplikasi
nadi, pernapasan) lanjutan

1.Untuk
mengetahui dini
adanya gangguan
respirasi
berkelanjutan
Terapeutik 2. Untuk
1. Atur interval mengetahui
pemantauan perkembangan
respirasi sesuai keadaan klien
kondisi pasien
2. Dokumentasikan 1. untuk menjelaskan
hasil pemantauan semua prosedur yang
akan dialami pasien
2. untuk memberikan
informasi mengenai
hasil kepada klien
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan

3. a. Cardiac pump effectiveness Observasi 1. Untuk mengetahui


b. circulation status 1. Identifikasi secara dini mengenai
c. vital sign status tanda/gejala primer tanda dan gejala
Kriteria hasil: penurunan curah 2. Untuk mengetahui
- Tanda vital dalam rentang jantung secara dini mengenai
normal (tekanan darah, nadi, 2. Identifikasi tanda dan gejala
respirasi) tanda/gejala 3. Untuk mengetahui
- Dapat mentoleransi aktivitas, sekunder penurunan keadaan umum pasien
tidak ada kelelahan curah jantung 4. Untuk mengetahui
- Tidak ada edema paru, perifer 3. Monitor tekanan adanya tanda-tanda
dan tidak ada asites darah dehidrasi
- Tidak ada penurunan 4. Monitor intake dan 5. Untuk mengetahui
kesadaran output cairan perkembangan status
5. Monitor keluhan kesehatan dan
nyeri dada mencegah komplikasi
6. Monitor aritmia lanjutan
6. Untuk mengetahui
perkembangan status
kesehatan dan
mencegah komplikasi
lanjutan

1. Posisikan pasien
Terapeutik dengan posisi semi
1. Posisikan pasien fowler atau fowler
semi fowler atau untuk mengurangi
fowler sesak
2. Berikan diet jantung 2. Untuk
yang sesuai memaksimalkan
3. Beri dukungan jantung memompa
emosional dan darah
spiritual 3. Dapat menurunkan
4. Berikan oksigen tingkat kecemasan
untuk klien
mempertahankan 4. Untuk
saturasi oksigen meningkatkan
pengiriman
oksigen ke paru

1. Frekuensi jantung
atau tekanan darah
tidak normal
Edukasi sebagai respon
1. Anjurkan terhadap aktivitas
beraktivitas fisik 2. Untuk
sesuai toleransi meningkatkan
2. Anjurkan berhenti derajat kesehatan
merokok pasien

1. Antiaritmia
mengontrol kondisi
aritmia (denyut
jantung berdetak
Kolaborasi terlalu cepat,
1. Kolaborasi terlalu cepat,
pemberian terlalu lambat, atau
antiaritmia tidak teratur)
4 a. Circulation status Observasi 1. Sirkulasi perifer
. b. Tissue prefusion : cerebral 1. Periksa sirkulasi meningkatkan
Kriteria hasil: perifer oksigen yang
a. Mendemonstrasikan status sirkulasi disuplai ke otak
yang ditandai:
1) Tekanan sistole dan diastole dalam Terapeutik 1. Untuk
rentang yang diharapkan 1. Hindari pemasangan menghindari
2) Tidak ada ortostatik hipertensi infus atau tertutupnya
3) Tidak ada tanda-tanda peningkatan pengambilan darah jaringan dan suplai
tekanan intrakranial di area keterbatasan oksigen
perfusi
Edukasi 1. Frekuensi jantung atau
1. Anjurkan tekanan darah tidak
berolahraga rutin normal sebagai respon
terhadap aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: CV Pentasada Media Edukasi

Somantri, I. (2012). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba
Medika

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV Trans Info
Media

Nurarif .A.H. dan kusuma. H. (2015).APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai