Anda di halaman 1dari 48

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TYPHOID


DENGAN HIPERTERMI PADA RUANG CEMPAKA
DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD TABANAN

OLEH :

I NYOMAN PASEK SUBRATA


P071200118013

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2019
USULAN PENELITIAN

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TYPHOID


DENGAN HIPERTERMI PADA RUANG CEMPAKA
DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD TABANAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah
Jurusan Keperawatan
Program DIII
RPL

Oleh :

I NYOMAN PASEK SUBRATA


P071200118013

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TYPHOID

DENGAN HIPERTERMI PADA RUANG CEMPAKA


DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD TABANAN

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping :

Ns.I Wayan Sukawana, S.Kep.M.Pd. I Wayan Surasta, SKP., M.Fis


NIP. 196709281990031001 NIP. 1965123111987031015

MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
DENPASAR

I Dewa Putu Gede Putra Yasa, SKp,M.Kep,SP.MB


NIP. 197108141994021001

ii
USULAN PENELITIAN DENGAN JUDUL :

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TYPHOID


DENGAN HIPERTERMI PADA RUANG CEMPAKA
DI INSTALASI RAWAT INAP
RSUD TABANAN

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI


PADA HARI :
TANGGAL :

TIM PENGUJI

1. I Dewa Putu Gede Putra Yasa, SKp,M.Kep,SP.MB (Pembahas) (................)


NIP. 197108141994021001

1. Ns.I Wayan Sukawana, S.Kep.M.Pd. (Pembimbing 1) (................)


NIP. 196709281990031001

3. I Wayan Surasta, SKP., M.Fis (Pembimbing 2) (................)


NIP. 1965123111987031015

MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
DENPASAR

I.D.P.G. Putra Yasa, SKp,M.Kep,SP.MB


NIP. 197108141994021001

iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : I Nyoman Pasek Subrata

NIM : P071200118013

Program Studi : RPL

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2019

Alamat : Br. Pakuaji, Desa Mundeh Kangin, Selemadeg Barat,

Tabanan

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Tugas Akhir dengan judul Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien Post

ORIF (Open Reduction Interna Fixation) dengan Defisit Perawatan Diri adalah

benar karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain.

2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya saya

sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia

menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Denpasar, Maret 2019


Yang membuat pernyataan

I Nyoman Pasek Subrata


P071200118013

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan
Yang Maha Esa karena atas berkatNya-lah penulis dapat menyelesaikan Usulan
Penelitian dengan judul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Typhoid Dengan Hipertermi Pada Ruang Cempaka Di Instalasi Rawat Inap
Rsud Tabanan” tepat pada waktunya. Usulan Penelitian ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan D III RPL di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
Usulan Penelitian ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha penulis

sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu

melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH, selaku Direktur Poltekkes

Kemenkes Denpasar yang telah memberikan kesempatan menempuh program

pendidikan D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar.

2. Bapak I.D.P.G. Putra Yasa, SKp,M.Kep,SP.MB., selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar yang telah memberikan

kesempatan dalam menyelesaikan Usulan Penelitian ini.

3. Bapak Ners. I Made Sukarja, S.Kep, M.Kep., selaku Ketua Program Studi

Diploma III Keperawatam Poltekkes Kemenkes Denpasar yang telah

memberikan bimbingan secara tidak langsung selama pendidikan di Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar serta atas dukungan moral dan

perhatian yang diberikan kepada penulis.

4. Bapak Ns. I Wayan Sukawana, S.Kep.,M.Pd., selaku pembimbing utama yang

selalu menyempatkan banyak waktu untuk memberikan masukan, pengetahuan

dan bimbingan dalam menyelesaikan Usulan Penelitian ini.

v
5. Bapak I Wayan Surasta, SKP., M.Fis selaku pembimbing pendamping yang

telah banyak memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam

menyelesaikan Usulan Penelitian ini.

6. Rekan- rekan saya di kelas RPL D-III Jurusan Keperawatan Politeknik


Kesehatan Denpasar yang telah memotivasi dan membantu dalam menyusun
tugas ini.
7. Istri dan Anak serta keluarga penulis yang telah memberikan dukungan baik

secara moral maupun material.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Usulan Penelitian ini

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran objektif yang bersifat membangun

untuk tercapainya kesempurnaan dalam penyusunan Usulan Penulisan ini.

Denpasar, April 2019

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
USULAN PENELITIAN DENGAN JUDUL........................................................ iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT....................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................v
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................5
BAB II ......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................6
A. Konsep Dasar Hipertermi pada Tifoid ....................................................................6
BAB III...................................................................................................................18
KERANGKA KONSEP .........................................................................................18
A. Kerangka Konsep ....................................................................................................18
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ...........................19
1. Definisi operasional ..........................................................................................19
BAB IV ..................................................................................................................22
METODE PENELITIAN .......................................................................................22
A. Jenis Penelitian .....................................................................................................22
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................................22
C. Subyek Studi Kasus ..............................................................................................22
D. Fokus Studi ..........................................................................................................22
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ....................................................................22
F. Metode dan Analisa Data .....................................................................................24
G. Etika Studi Kasus .................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................27

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerangka Konsep………………………………………………… 18

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tanda dan Gejala Hipertermia ................................................................... 6

Tabel 2 Perencanaan Hipertermia..……………………………………....…..…. 14

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan ................................................................................. 29

Lampiran 2 Rincian Anggaran Biaya .................................................................... 30

Lampiran 1 Format Pengumpulan Data ................................................................ 31

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam typhoid (selanjutnya disebut tifoid) merupakan penyakit infeksi akut

usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi. Demam paratifoid adalah

penyakit sejenis yang disebabkan oleh salmonella paratyphi A, B dan C(Hidayat,

2008). Gejala dan tanda kedua penyakit tersebut hamper sama tetapi manifestasi

klinis paratifoid lebih ringan. Kedua penyakit tersebut disebut tifoid. Testimologi

lain yang sering digunakan adalah typhoid fever, paratyphoid fever, typhus dan

paratyphus abdonimalis atau demam enterik.

Berdasarkan WHO penyakit menular ini masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan

menyebabkan 216.000–600.000 kematian. Studi yang dilakukan di daerah urban

di beberapa negara Asia pada anak usia 5–15 tahun menunjukkan bahwa insidensi

dengan biakan darah positif mencapai 180–194 per 100.000 anak, di Asia Selatan

pada usia 5–15 tahun sebesar 400–500 per 100.000 penduduk, di Asia Tenggara

100–200 per 100.000 penduduk, dan di Asia Timur Laut kurang dari 100 kasus per

100.000 penduduk. (Purba et al, 2015).

Penderita demam typhoid di Indonesia tercatat 81,7

per 100.000 (Depkes RI, 2013). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia

tahun 2010 penderita demam tifoid dan paratifoid yang dirawat inap di Rumah

Sakit sebanyak 41.081 kasus dan 279 diantaranya meninggal dunia,

sedangkan pada tahun 2011 jumlah penderita demam typhoid meningkat menjadi

46.142 penderita. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian demam typhoid di

1
Jawa Tengah termasuk tinggi. Hasil telaah kasus di rumah sakit besar di

Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan jumlah kasus typhoid

dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk dan

kematian diperkirakan sekitar 0,6–5 (Purba et al, 2015).

Komplikasi serius dapat terjadi hingga 10%, khususnya pada individu yang

menderita typhoid lebih dari 2 minggu dan tidak mendapat pengobatan yang

adekuat. Case Fatality Rate(CFR) diperkirakan 1–4% dengan rasio 10 kali lebih

tinggi pada anak usia lebih tua (4%)

dibandingkan anak usia ≤4 tahun (0,4%). Pada kasus yang tidak mendapatkan

pengobatan, CFR dapat meningkat hingga 20%. Di Indonesia, typhoid harus

mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, karena penyakit ini bersifat

endemis dan mengancam kesehatan masyarakat. Permasalahannya semakin

kompleks dengan meningkatnya kasus-kasus karier (carrier) atau relaps dan

resistensi terhadap obat-obat yang dipakai, sehingga menyulitkan upaya

pengobatan dan pencegahan (Purba et al, 2015). Typhoid juga dapat menurunkan

produktivitas kerja, meningkatkan angka ketidakhadiran anak sekolah, karena

masa penyembuhan dan pemulihannya yang cukup lama, dan dari aspek ekonomi,

biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Hasil penelitian di 5 (lima) negara Asia

(Cina, Vietnam, India, Pakistan, dan Indonesia), biaya perawatan per penderita di

rumah sakit berkisar antara USD129 di Kolkata (India) dan USD432 di Jakarta

Utara (Indonesia), sedangkan biaya non perawatan berkisar antara USD13 di

Kolkata, USD67 di Hechi (Cina) dengan biaya tertinggi di Hechi, diikuti Jakarta

Utara, dan Karachi (Pakistan). Biaya semakin meningkat bila disertai pemberian

obat-obatan tambahan atau harga yang lebih mahal dan hari perawatan yang lebih

2
lama. Sebagian besar biaya tersebut ditanggung oleh keluarga,yang merupakan

15% pendapatan keluarga per tahun (Purba et al, 2015).

Sejarah typhoid dimulai saat ilmuan Prancis bersama Pierre Louis

memperkenalkan istilah typhoid pada tahun 1829. Typhoid atau typhus berasal

dari Bahasa Yunani Typhos yang berarti penderita demam dengan gangguan

kesadaran kemudian gaffky menyatakan bahwa penularan penyakit ini melalui air

dan bukan udara. Gaffky juga berhasil membiakkan salmonella typhi dalam media

kultur pada tahun 1984. Widal tahun 1896 akhirnya menemukan pemeriksaan

tifoid yang masih digunakan sampai saat ini. Wood Word dkk, tahun 1948

melaporkan untuk pertama kalinya bahwa obat yang efektif untuk demam tifoid

adalah klorafenikal.

Pada prinsipnya penyakit tersebut diatas gejala khasnya adalah demam dari

ringan sampai sedang dan berat (hipotermia) untuk itu focus penanganannya

adalah pada demam perawatan demamam dan kolaborasi dengan tindakan

penanganan infeksi. Melihat kompleksnya masalah yang timbul dari penderita

typhoid ini membutuhkan peranan keperawatan dalam penanggulangan demam

typhoid di rumah sakit. Hal ini di tinjau dari aspek promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif terhadap masalah atau resiko pasien demam typhoid yang dirawat di

Rumah Sakit, seperti menganjurkan klien untuk mencuci tangan sebelum dan

sesudah makan, mengolah makanan hingga matang dan menutup makanan, pola

makan yang teratur, mengurangi makanan pedas dan asam serta istirahat yang

cukup, karena sangat diperlukan guna menekan angka kejadian demam typhoid,

mulai dari peningkatan promosi kesehatan, pencegahan, pengobatan dan

pemulighan derajat kesehatan klien. Perawat diharapkan untuk mensosialisasikan

3
pencegahan terhadap typhoid dengan cara mengadakan penyuluhan kesehatan dan

memberikan pendidikan kesehatan tentang typhoid kepada masyarakat luas agar

berpartisipasi aktif dalam menanggulangi typhoid dan mencegah penyakit.

Berdasarkan data uraian latar belakang dan kompleksitas permasalahan ang

timbul pada pasien dengan demam thypoid, maka penulis tertarik untuk

mengambil kasus demam typhoid sebagai bahan Karya Tulis dengan judul Asuhan

keperawatan dengan demam typhoid dengan Hpertermi di RSUD Tabanan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah pada penelitian ini

adalah “Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien typhoid dengan

Hipertermi di RSUD Tabanan?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan diatas maka tujuan penelitian

ini dapat dirumuskan :

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan

pada pasien typhoid dengan hipertermi di RSUD Tabanan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasikan pengkajian klien dengan hipertermia pada pasien

dengan typhoid di RSUD Tabanan

b. Mengidentifikasikan diagnosa klien dengan hipertermi pada pasien dengan

typhoid di RSUD Tabanan

c. Mengidentifikasi intervensi klien dengan hipertermi pada pasien dengan

typhoid di RSUD Tabanan

4
d. Mengidentifikasi implementasi klien dengan hipertermi pada pasien dengan

typhoid di RSUD Tabanan

e. Mengidentifikasi evaluasi klien dengan hipertermi pada pasien dengan

typhoid di RSUD Tabanan

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Ilmu Keperawatan

Memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan

terutama pemberian asuhan keperawatan professional terutama dalam

penatalaksaan Demam Typhoid.

b. Bagi Ilmu Kesehatan

Memberikan informasi dan sumbangan ilmu pengetahuan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada Demam Typhoid sehingga dapat

meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan.

c. Bagi Institusi Rumah Sakit

Memberikan informasi kepada pihak rumah sakit sebagai bahan

evaluasi terhadap proses penatalaksanaan asuhan keperawatan dengan

meningkatkan kualitas asuhan.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Demam Typhoid

dengan hipertermi.

5
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai acuan bagi pihak

institusi kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai

dengan standar praktik asuhan keperawatan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hipertermi pada Tifoid

1. Pengertian Typoid

Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akutyang disebabkan oleh

bakteri Salmonella Typhi. Bakteri Salmonella Typhi berbentuk batang, Gram

negatif, tidak berspora, motil, berflagel, berkapsul, tumbuh dengan baik pada suhu

optimal 370C, bersifat fakultatif anaerob dan hidup subur pada media yang

mengandung empedu. Isolat kuman Salmonella Typhi memiliki sifat-sifat gerak

positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif, sedangkan hasil

negative pada reaksi indol, fenilalanindeaminase, urease dan DNase (Sudoyo,

2010)

2. Etiologi Typoid

Bakteri Salmonella Typhi memiliki beberapa komponen antigen antara lain

antigen dinding sel (O) yang merupakan lipopolisakarida dan bersifat spesifik

grup. Antigen flagella (H) yang merupakan komponen protein berada dalam

flagella dan bersifat spesifik spesies. Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida

dan berada di kapsul yang melindungi seluruh permukaan sel. Antigen ini

menghambatprosesa glutinasi antigen O oleh anti O serum dan melindungi

antigen O dari proses fagositosis. Antigen Vi berhubungan dengan daya invasive

bakteri dan efektivitas vaksin. Salmonella Typhi menghasilkan endotoksin yang

merupakan bagaian terluar dari dinding sel, terdiri dari antigen O yang sudah

dilepaskan, lipopolisakarida dan lipid A. Antibodi O, H dan Vi akan membentuk


antibodi agglutinin di dalam tubuh. Sedangkan, Outer Membran Protein (OMP)

pada Salmonella Typhi merupakan bagian terluar yang terletak diluar membrane

sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan

sekitarnya. OMP sebagain besar terdiri dari protein purin, berperan

padapatogenesis demam tifoid dan antigen yang penting dalam mekanisme respon

imun host. OMP berfungsi sebagai barier mengendalikan masuknya zat dan cairan

ke membrane sitoplasma selain itu berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan

bakteriosin (Sudoyo, 2010)

Salmonella typhi biasanya ditularkan oleh unggas yang terkontaminasi, juga dapat

ditularkan melalui hewan peliharaan yang terinfeksi seperti kura – kura, reftil, penyakit

demam tifoid disebabkan oleh kuman salmonella typhi yang masuk ke dalam tubuh

melalui makanan atau minuman yang tercemar baik pada waktu memasak ataupun

melalui tangan dan obat masak yang kurang bersih (Wijaya, 2013).

3. Patofisiologi DemamTifoid

Salmonella Typhi dapat hidup didalam tubuh manusia. Manusia yang

terinfeksi bakteri Salmonella Typhi dapat mengekskresikannya melalui secret

saluran nafas, urin dan tinja dalam jangka waktu yang bervariasi. Patogenesis

demam tifoid melibatkan 4 proses mulai dari penempelan bakteri ke lumen usus,

bakteri bermultiplikasi di makrofag Peyer’spatch, bertahan hidup dialiran darah

dan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke

lumen intestinal. Bakteri Salmonella Typhi bersama makanan atau minuman

masuk kedalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana

asam banyak bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus

halus, melekatpada sel mukosa kemudian menginvasi dan menembus dinding usus

7
tepatnya di ileum dan yeyunum. Sel M, sel epitel yang melapisi Peyer’spatch

merupakan tempat bertahan hidup dan multiplikasi Salmonella Typhi (Asmadi,

2008)

Bakteri mencapai folikel limfe usus halus menimbulkan tukak pada mukosa

usus. Tukak dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Kemudian

mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi

sistemik sampai ke jaringan Reticulo Endothelial System (RES) di organ

hati dan limpa. Setelah periode inkubasi, Salmonella Typhi keluar dari habitatnya

melalui duktus torasikus masuk ke sirkulasi sistemik mencapai hati, limpa,

sumsum tulang, kandung empedu dan Peyer’spatch dari ileum terminal. Ekskresi

bakteri di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui

feses.Endotoksin merangsang makrofag di hati, limpa, kelenjar limfoid intestinal

dan mesenterika untuk melepaskan produknya yang secara lokal menyebabkan

nekrosis intestinal ataupun sel hati dan secara sistemik menyebabkan gejala klinis

pada demam tifoid. Penularan Salmonella Typhi sebagian besar jalur fekaloral,

yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari

penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama dengan feses (Ganong,

2012).

4. Hipertermia Pada Typoid

a. Pengertian hipertemia

Hipertermia merupakan suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh

(Tim Pokja SDKI PPNI, 2017)

b. Etiologi hipertemia

8
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan di kisaran 37’C oleh

pusat pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur suhu tersebut

selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari

metabolisme dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru sehingga suhu

tubuh dapat dipertahankan dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh

kita memiliki fluktuasi harian yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika

dibandingkan pagi harinya (Wijaya, 2013)

Demam merupakan suatu keadaan dimana terdapat peningkatan suhu tubuh

yang disebabkan kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak. Hal ini serupa

dengan pengaturan set point (derajat celsius) pada remote AC yang bilamana set

pointnya dinaikkan maka temperatur ruangan akan menjadi lebih hangat. Suatu

nilai suhu tubuh dikatakan demam jika melebihi 37,2 ‘C pada pengukuran di pagi

hari dan atau melebihi 37,7’C pada pengukuran di sore hari dengan menggunakan

termometer mulut. Termometer ketiak akan memberikan hasil nilai pengukuran

suhu yang lebih rendah sekitar 0.5’C jika dibandingkan dengan termometer mulut

sehingga jenis termometer yang digunakan berpengaruh dalam pengukuran suhu

secara tepat. Sebagian besar kasus demam memang disebabkan oleh berbagai

penyakit infeksi dan peradangan sehingga gejala demam seringkali diidentikkan

dengan adanya infeksi dalam tubuh. Namun sebenarnya ada banyak proses lainnya

selain infeksi yang dapat menimbulkan gejala demam antara lain alergi, penyakit

autoimun, kelainan darah dan keganasan. Berbagai proses tersebut akan memicu

pelepasan pirogen, yaitu mediator penyebab demam, ke dalam peredaran darah

yang lebih lanjut akan memicu pelepasan zat tertentu yang bernama prostaglandin

sehingga akan menaikkan set point di pusat pengaturan suhu di otak. Pelepasan

9
prostaglandin tersebut yang merupakan dalang dari timbulnya berbagai gejala

yang sering menyertai demam yaitu badan meriang, pegal-linu dan sakit kepala.

Set point di pusat pengatur suhu di otak yang tiba-tiba naik tersebut akan membuat

tubuh merasa bahwa suhu badan berada dibawah nilai normal akibatnya pembuluh

darah akan menyempit untuk mencegah kehilangan panas badan dan tubuh akan

mulai menggigil untuk menaikkan suhu tubuh. Jadi menggigil dapat dikatakan

suatu tahapan awal dari kenaikan suhu tubuh dalam proses demam. Dengan

demikian, gejala menggigil, demam, sakit kepala, dan badan pegal-linu merupakan

satu paket gejala yang disebabkan oleh proses yang sejalan (Rendy , 2012)

Selain itu terdapat pula kondisi ‘demam’ lainnya namun yang tidak disebabkan

oleh kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak, yaitu dikenal sebagai

hipertermia. Pada hipertermia, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi yang

disebabkan oleh peningkatan suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga terjadi

kegagalan mekanisme pelepasan panas. Hipertermia antara lain dijumpai pada heat

stroke (tersengat panasnya udara lingkungan), aktivitas fisik yang berlebihan pada

cuaca panas serta dikarenakan efek dari beberapa jenis obat-obatan seperti ekstasi.

c. Faktor yang mempengaruhi hipertermia

Faktor yang dapat mempengaruhi hipertermia yaitu variasi diurnal, kerja

jasmani/aktivitas, jenis kelamin, lingkungan (Wijaya, 2013).

1) Variasi diurnal

Suhu tubuh bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu terendah manusia yang

tidur pada malam hari dan bangun sepanjang siang terjadi pada awal pagi dan

tertinggi pada awal malam.

10
2) Kerja jasmani/ aktivitas fisik Setelah latihan fisik atau kerja jasmani suhu

tubuh akan naik terkait dengan kerja yang dilakukan oleh otot rangka. Setelah

latihan berat, suhu tubuh dapat mencapai 40°C.

3) Jenis kelamin Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih

tinggi daripada wanita. Suhu tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat

ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi hari saat bangun meningkat 0,3-0,5°C.

4) Lingkungan Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh.

Udara lingkungan yang lembab juga akan meningkatkan suhu tubuh karena

menyebabkan hambatan penguapan keringat, sehingga panas tertahan di dalam

tubuh

d. Tanda dan gejala

Tabel 1

Tanda dan Gejala Hipertermia

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor Objektif
Subjektif
(tidak tersedia) 1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
Tim Pokja SDKI PPNI, D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (I). Jakarta: Dewan

Pengurus Pusat PPNI.

11
e. Dampak

Salah satu dampak yang ditimbulkan dari hipertermia yaitu dehidrasi.

Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang

didapatkan, sehingga keseimbangan zat gula dan garam menjadi terganggu, akibatnya

tubuh tidak dapat berfungsi secara normal. andungan air di dalam tubuh manusia yang

sehat adalah lebih dari 60% total berat badan (Rendy 2012).

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Typoid dengan Hipertemia

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan yaitu menilai informasi yang dihasilkan dari

pengkajian skrining untuk menentukan normal atau abnormal yang nantinya akan

dipertimbangkan dalam kaitannya dengan diagnosis yang berfokus masalah atau

resiko (NANDA, 2018). Pengkajian keperawatan dilakukan dengan dua tahap yaitu

pengumpulan data/informasi subjektif dan objektif, dan melalui peminjaman

informasi riwayat pasien pada rekam medik (Muttaqin, 2011).Pengkajian terdiri

dari dua yaitu pengkajian skrinning dan pengkajian mendalam. Pengkajian

skrinning dilakukan ketika menentukan apakah keadaan tersebut normal atau

abnormal, jika beberapa data ditafsirkan abnormal maka dilakukan pengkajian

mendalam untuk mendapatkan diagnosa akurat. Terdapat 14 jenis subkategori data

yang harus dikaji yakni respirasi, sirkulasi, nutrisi dan cairan, eliminasi, aktivitas

dan istirahat, neurosensori, reproduksi dan seksualitas, nyeri dan kenyamanan,

integritas ego, pertumbuhan dan perkembangan, kebersihan diri, penyuluhan dan

pembelajaran, interaksi sosial, keamanan dan proteksi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2017).

Adapun data yang perlu di kaji pada pasien hipertermia

12
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 2. Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor Objektif
Subjektif
(tidak tersedia) 6. Kulit merah
7. Kejang
8. Takikardi
9. Takipnea
10. Kulit terasa hangat

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik

yang berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons individu,

keluarga atau komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

Diagnosa keperawatan yang difokuskan pada penelitian ini adalah hipertemia,

yang merupakan suatu kondisi suhu tubuh yang meningkat di atas rentang normal

tubuh.

3. Perencanaan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat

yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran

(outcome) yang diharapkan. Komponen intervensi keperawatan terdiri atas tiga

komponen yaitu label merupakan nama dari intervensi yang menjadi kata kunci

untuk memperoleh informasi terkait intervensi tersebut, definisi merupakan makna

dari label intervensi keperawatan, dan tindakan merupakan rangkaian aktivitas

13
yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan

(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Klasifikasi intervensi keperawatan hipertermia termasuk dalam kategori

lingkungan yang merupakan intervensi keperawatan yang ditujukan untuk

mendukung perubahan perilaku atau pola hidup sehat dan termasuk dalam

subkategori keamanan dan proteksi yang memuat kelompok intervensi yang

memulihkan suhu tubuh normal (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Dalam

perencanaan keperawatan dibuat prioritas dengan kolaborasi pasien dan keluarga,

konsultasi tim kesehatan lain, modifikasi asuhan keperawatan dan catat informasi

yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan pasien dan penatalaksanaan

klinik. Perencanaan keperawatan pasien dengan defisit perawatan hipertermia

disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2
Perencanaan Hipertermia

Diagnosa Tujuan Perencanaan Keperawatan


Keperawatan SLKI SIKI
1 2 3
hipertermia Setelah dilakukan intervensi Intervensi Utama
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 Manajemen Hipertemi
proses penyakit jam, maka hipertermi dapat Observasi
di atasi, dengan kriteria hasil 1. Identifikasi penyebab hipertermia
: misalnya ( dehidrasi, terpapar
 Suhu tubuh dalam lingkungan panas, penggunaan
rentang normal incubator)
 Kulit merah menurun 2. Monitor suhu tubuh
 Kejang menurun 3. Monitor kadar elektrolit

 Takikardi menurun 4. Monitor haluaran urine

14
 Takipnea menurun 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan lingkungan yang
diinginkan
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipas permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari
6. Lakukan pendinginan eksternal (misl.
Selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,
aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau
aspiri
8. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
Intervensi Pendukung
Edukasi Analgesia Terkontrol
Obervasi
1. Identidikasi kesiapan, kemampuan
menerima informasi
2. Identifikasi kemampuan keluarga
dalam menggunakan analgesia
terkontrol
Edukasi
1. Jelaskan alasan, waktu dan cara
pemberian analgesia terkontrol
2. Jelaskan efek samping

15
4. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat

melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya

(Kozier, 2010). Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang

dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.

Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik,

edukasi dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi

keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat. Sebelum

melakukan tindakan, perawat harus mengetahui alasan mengapa tindakan tersebut

dilakukan. Implementasi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap. Fase pertama

merupakan fase persiapan yang mencakup pengetahuan tentang validasi rencana,

implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase kedua merupakan

puncak implementasi keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Fase ketiga

merupakan transmisi perawat dan pasien setelah implementasi keperawatan selesai

dilakukan (Asmadi, 2008).

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan

(Tarwoto & Wartonah, 2015). Evaluasi dapat berupa evaluai struktur, proses dan

hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik

selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah

program selesai dan mendapatkan informasi efektivitas pengambilan keputusan

(Deswani, 2011). Dalam perumusan evaluasi keperawatan menggunakan empat

komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni S (Subjective) merupakan

16
data informasi berupa ungkapan keluhan pasien, O (Objective) merupakan data

berupa hasil pengamatan, penilaian, dan pemeriksaan, A (Assesment) merupakan

perbandingan data antara data subjective dan data objective dengan tujuan dan

kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi

sebagian atau tidak teratasi, dan P (Planning) merupakan rencana keperawatan

lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa data (Asmadi, 2008)

17
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau ikatan antara konsep

satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang diteliti (Setiadi, 2013). Berdasarkan

teori dan kajian pustaka, dapat disusun sebuah kerangka pemikiran dari penelitian

ini dalam bentuk bagan sebagai berikut.


Faktor yang memengaruhi:
1) Variasi diurnal
2) Kerja jasmani/ aktivitas

3) Jenis kelamin

4) Lingkungan

Hipertermia :
1. Pengkajian keperawatan Dampak :
2. Diagnosa keperawatan 1. Dehidrasi
Proses penyakit
3. Perencanaan keperawatan
4. Implementasi
keperawatan
5. Evaluasi keperawatan

: Tidak Diteliti

: Diteliti

: Ada Hubungan
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian

ini akan diteliti satu variabel yaitu, Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien

Typoid dengan Hipertermia.

1. Definisi operasional

Definisi operasional adalah penentuan sifat yang dipelajari sehingga menjadi

variabel yang dapat diukur (Sugiyono, 2015). Untuk menghindari perbedaan

persepsi maka perlu disusun definisi operasional yang merupakan penjelasan dari

variabel sebagai berikut.

Tabel 2
Definisi Operasional Asuhan Keperawatan pada Pasien Typoid dengan
Hipertermia
No Variabel Definisi Operasional

1 Gambaran Asuhan Gambaran asuhan keperawatan pada

Keperawatan Pada Pasien pasien post orif dengan defisit perawatan

Typhoid Dengan Hipertermi diri merupakan suatu asuhan keperawatan

Pada Ruang Cempaka Di secara menyeluruh (komprehensif) dan

Instalasi Rawat Inap Rsud berkesinambungan untuk mengatasi

Tabanan defisit perawatan diri, mulai dari

pengkajian keperawatan, diagnosa

keperawatan, perencanaan keperawatan,

19
implementasi keperawatan dan evaluasi

keperawatan.

20
21
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Karya tulis ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menggambarkan atau

mendeskripsikan suatu keadaan atau peristiwa secara objektif. Penelitian ini

menggunakan desain studi kasus yaitu rancangan penelitian yang dilakukan

terhadap suatu permasalahan yang terdiri dari 1 (satu) unit tunggal namun dianalisis

secara mendalam dan dilaporkan secara naratif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Institusi Rawat inap RSUD Tabanan pada

C. Subyek Studi Kasus

Subjek studi kasus ini adalah peneliti mengambil 2 orang yang mengalami

penyakit demam typhoid dan bersedia menjadi responden.

D. Fokus Studi

Fokus studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pasien typhoid dengan

hipertermi di Instalasi Rawat Inap RSUD Tabanan

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data premier dan sekunder. Data premier

diperoleh secara langsung dari responden dengan menjawab pertanyaan atau

pemeriksa yang dilakukan oleh peneliti (Setiawan A,.2010). Dalam penelitian ini

22
data premier diperoleh dari responden dan keluarga dengan teknik wawancara

serta pemeriksaan untuk mendapatkan data subjektif dan objektif.

Data sekunder diperoleh dari rekam medik/register. Pada rekam medik dan

register dapat dilihat diagnosa pasien dan terapi yang diberikan.

2. Cara Pengumpulan Data

a. Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data

dimana peneliti mendapatkan keterangan (responden) atau bercakap – cakap

berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Hidayat, 2010). Jadi

data tersebut diperoleh langsung oleh responden melalui satu pertemuan atau

percakapan. Wawancara dilakukan kepada pasien/keluarga, perawat yang

menangani pasien dan dokter yang merawat pasien tersebut.

b. Pemeriksaan adalah melihat apakah kondisi yang ada sesuai dengan apa yang

diharapkan (Saryono, 2011). Adapun pemeriksaan yang dilakukan yaitu

pemeriksaan umum, fisik dan penunjang.

c. Observasi merupakan metode mengumpulkan data dengan mengamati langsung

dilapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi melihat,

merekam, menghitung dan mencatat kejadian (Saryono, 2011)

3. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini instrument pengumpulan data yang digunakan adalah

pedoman wawancara dan lembar observasi

4. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tensimeter, stethoscope,

thermometer, jam tangan, senter, bak instrument. Bahan yang digunakan

adalah handscoon, masker, larutan alcohol dan larutan klorin.

23
F. Metode dan Analisa Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

domain. Analisis ini digunakan untuk menganalisis gambaran objek penelitian

secara umum namun relatif utuh tentang objek penelitian tersebut.

1. Pengolahan Data

Dalam pengolahan data berisi :

a. Penyuntingan (editing) yaitu memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang

dikembalikan responden.

b. Pengkodean (coding) yaitu pemberian simbol

c. Tabulating yaitu menyusun dan menghitung data hasil pengkodean untuk

disajikan kemudian.

2. Penyajian Data

Penyajian data pada penelitian ini adalah teks naratif. Kerahasiaan dari klien

dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari klien.

3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan

hasil-hasil wawancara terhadap klien/keluarga, perawat dan dokter. Data

kemudian dibandingkan lagi dengan hasil studi kasus terdahulu dan secara teoritis

dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosa,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

G. Etika Studi Kasus

Etika studi kasus merupakan masalah yang sangat penting dalam studi kasus

mengingat hal ini dilakukan berhadapan langsung dengan manusia, oleh karena itu

24
etika penelitian harus dilakukan. Adapun yang harus dilakukan dalam etika studi

kasus ini adalah :

a. Informed Consent

Informed Consent atau persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian

merupakan suatu bentuk persetujuan subjek penelitian setelah mendapatkan

penjelasan tentang perlakuan dan dampak yang timbul dari penelitian yang

dilakukan. Informed Consent dimulai dengan pernyataan dari salah satu pihak

(peneliti) untuk mengikat dirinya atau menawarkan suatu perjanjian yang

disebut dengan penawaran. Kemudian diikuti dengan pernyataan dari pihak lain

(subjek penelitian) untuk menerima penawaran tersebut atau disebut

penerimaan. Informed Consent merupakan suatu upaya untuk perlindungan hak

asasi manusia (subjek penelitian) dalam hubungan peneliti dan pasien yaitu hak

atas informasi yang dikaitkan dengan hak untuk menentukan nasib sendiri

(Wasis, 2008).

b. Anonimity (Tanpa Nama)

Tanpa nama sangat dianjurkan karena sering kali subjek penelitian

menghendaki agar dirinya tidak diekspos kepada khayalak ramai. Apabila sifat

penelitian memang menuntut peneliti mengetahui identitas subjek, ia sudah

harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu serta mengambil langkah-

langkah dalam menjaga kerahasiaan dan melindungi jawaban tersebut (Wasis,

2008).

c. Confidentially (Kerahasiaan)

25
Prinsip confidentially memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang sudah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. Hal ini diperlukan karena

kerahasiaan partisipan dapat terancam karena deskripsi yan rinci selama proses

penelitian (Afiyanti & Rachmawati, 2014).

26
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Deswani. (2011). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta.

Ganong, W. F. (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (22nd ed.). Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hidayat, A. A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep

dan Proses Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.

Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan

Praktik (7th ed.). Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2011). Pengkajian Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinik.

Jakarta: EGC.

NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi

2018-2020. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.). Jakarta: EGC.

Rendy,. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Sudoyo, W. A. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. In B. Setiyohadi, I. Alwi,

K. M. Simadibrata, & S. Setiati (Eds.). Jakarta: Interna Publishing.

Sugiyono. (2015). METODE PENELITIAN PENDIDIKAN PENDEKATAN

KUANTITATIF, KUALITATIF DAN R&D. Bandung: Alfabeta.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

27
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :

Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SDKI PPNI, D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (I).

Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :

Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Wijaya, A. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Bengkulu: Nuha Medika.

28
Lampiran 1
Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian
Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien Typoid dengan Defisit Hipertermia

Waktu
No Kegiatan Jan 2019 Feb 2019 Mar 2019 Apr 2019 Mei 2019 Jun 2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi pendahuluan
2 Penyusunan proposal
3 Seminar proposal
4 Revisi proposal
5 Pengesahan proposal
6 Pengurusan izin penelitian
7 Pengumpulan data
8 Analisis data
9 Penyusunan laporan
10 Sidang hasil penelitian
11 Revisi laporan
12 Pengumpulan KTI

29
Lampiran 2
Rencana Anggaran Biaya Penelitian

Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien Typoid dengan Defisit


Hipertermi

Alokasi dana yang diperlukan diperlukan dalam penelitian ini direalisasikan


sebagai berikut :

No Keterangan Biaya
1 Tahap Persiapan
a. Pencetakan Proposal Rp 200.000,00
b. Penggadaan Proposal Rp 350.000,00
c. Revisi Proposal Rp 250.000,00

2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengurusan Izin Penelitian Rp 200.000,00
b. Penggadaan Lembar Pengumpulan Data Rp 100.000,00

3 Tahap Akhir
a. Penggadaan Laporan Rp 300.000,00
b. Revisi Laporan Rp 250.000,00
c. Biaya Tidak Terduga Rp 200.000,00

Total biaya Rp 1.850.000,00


Lampiran 3

LEMBAR PENGUMPULAN DATA


Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Typhoid Dengan Hipertermi Pada
Ruang Cempaka Di Instalasi Rawat Inap Rsud Tabanan
Judul Penelitian : Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Typhoid
Dengan Hipertermi Pada Ruang Cempaka Di Instalasi
Rawat Inap Rsud Tabanan
Kode Responden :

Tanggal Penelitian :

A. PENGKAJIAN

Tanda dan Gejala


NO DS, DO, dan Masalah Keperawatan
Ya Tidak
1 Hipertermia

Suhu tubuh diatas nilai normal

Kejang

Takikardia

Takipnea

Kulit terasa hangat

31
B. RUMUSAN DIAGNOSA

Observasi
NO Diagnosa Keperawatan (PES)
Ya Tidak

1 Problem

Hipertermia

2 Etiology

Proses penyakit

3 Symptoms

Suhu tubuh diatas nilai normal

Kejang

Takikardia

Takipnea

Kulit terasa hangat

32
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Dilakukan

NO Intervensi Keperawatan (SIKI) Ya Tidak

Identifikasi penyebab hipertermia misalnya (


dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan
incubator)

Monitor suhu tubuh

Monitor kadar elektrolit

Monitor haluaran urine

Monitor komplikasi akibat hipertermia

Sediakan lingkungan lingkungan yang diinginkan

Longgarkan atau lepaskan pakaian

Basahi dan kipas permukaan tubuh

Berikan cairan oral

Ganti linen setiap hari

Lakukan pendinginan eksternal (misl. Selimut


hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)

Hindari pemberian antipiretik atau aspiri

Berikan oksigen jika perlu

Anjurkan tirah baring

Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit


intravena, jika perlu

33
Identidikasi kesiapan, kemampuan menerima
informasi

Identifikasi kemampuan keluarga dalam


menggunakan analgesia terkontrol

Jelaskan alasan, waktu dan cara pemberian analgesia


terkontrol

Jelaskan efek samping

D. IMPLEMENTASI

Dilakukan

NO Implementasi Ya Tidak

Mengidentifikasi penyebab hipertermia misalnya (


dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan
incubator)

Memonitor suhu tubuh

Memonitor kadar elektrolit

Memonitor haluaran urine

Memonitor komplikasi akibat hipertermia

Menyediakan lingkungan lingkungan yang


diinginkan

MeLonggarkan atau lepaskan pakaian

Membasahi dan kipas permukaan tubuh

Memberikan cairan oral

mengganti linen setiap hari

34
Melakukan pendinginan eksternal (misl. Selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)

Mengindari pemberian antipiretik atau aspirin

memberikan oksigen jika perlu

Menganjurkan tirah baring

Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit


intravena, jika perlu

Mengidentidikasi kesiapan, kemampuan menerima


informasi

Mengidentifikasi kemampuan keluarga dalam


menggunakan analgesia terkontrol

Menjelaskan alasan, waktu dan cara pemberian


analgesia terkontrol

Menjelaskan efek samping

E. Evaluasi

Dilakukan

NO Evaluasi Ya Tidak

Suhu tubuh dalam rentang normal

Kulit merah menurun

Kejang menurun

Takikardi menurun

Takipnea menurun

35
36

Anda mungkin juga menyukai