OLEH :
Oleh :
i
LEMBAR PERSETUJUAN
USULAN PENELITIAN
MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
DENPASAR
ii
USULAN PENELITIAN DENGAN JUDUL :
TIM PENGUJI
MENGETAHUI :
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
DENPASAR
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NIM : P071200118013
Jurusan : Keperawatan
Tabanan
1. Tugas Akhir dengan judul Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien Post
ORIF (Open Reduction Interna Fixation) dengan Defisit Perawatan Diri adalah
benar karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain.
2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya saya
sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia
mestinya.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan
Yang Maha Esa karena atas berkatNya-lah penulis dapat menyelesaikan Usulan
Penelitian dengan judul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Typhoid Dengan Hipertermi Pada Ruang Cempaka Di Instalasi Rawat Inap
Rsud Tabanan” tepat pada waktunya. Usulan Penelitian ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan D III RPL di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
Usulan Penelitian ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha penulis
sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH, selaku Direktur Poltekkes
3. Bapak Ners. I Made Sukarja, S.Kep, M.Kep., selaku Ketua Program Studi
v
5. Bapak I Wayan Surasta, SKP., M.Fis selaku pembimbing pendamping yang
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Usulan Penelitian ini
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
USULAN PENELITIAN DENGAN JUDUL........................................................ iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT....................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................v
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................5
BAB II ......................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................6
A. Konsep Dasar Hipertermi pada Tifoid ....................................................................6
BAB III...................................................................................................................18
KERANGKA KONSEP .........................................................................................18
A. Kerangka Konsep ....................................................................................................18
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ...........................19
1. Definisi operasional ..........................................................................................19
BAB IV ..................................................................................................................22
METODE PENELITIAN .......................................................................................22
A. Jenis Penelitian .....................................................................................................22
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................................22
C. Subyek Studi Kasus ..............................................................................................22
D. Fokus Studi ..........................................................................................................22
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ....................................................................22
F. Metode dan Analisa Data .....................................................................................24
G. Etika Studi Kasus .................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................27
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi. Demam paratifoid adalah
2008). Gejala dan tanda kedua penyakit tersebut hamper sama tetapi manifestasi
klinis paratifoid lebih ringan. Kedua penyakit tersebut disebut tifoid. Testimologi
lain yang sering digunakan adalah typhoid fever, paratyphoid fever, typhus dan
masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan
di beberapa negara Asia pada anak usia 5–15 tahun menunjukkan bahwa insidensi
dengan biakan darah positif mencapai 180–194 per 100.000 anak, di Asia Selatan
pada usia 5–15 tahun sebesar 400–500 per 100.000 penduduk, di Asia Tenggara
100–200 per 100.000 penduduk, dan di Asia Timur Laut kurang dari 100 kasus per
tahun 2010 penderita demam tifoid dan paratifoid yang dirawat inap di Rumah
sedangkan pada tahun 2011 jumlah penderita demam typhoid meningkat menjadi
1
Jawa Tengah termasuk tinggi. Hasil telaah kasus di rumah sakit besar di
Komplikasi serius dapat terjadi hingga 10%, khususnya pada individu yang
menderita typhoid lebih dari 2 minggu dan tidak mendapat pengobatan yang
adekuat. Case Fatality Rate(CFR) diperkirakan 1–4% dengan rasio 10 kali lebih
dibandingkan anak usia ≤4 tahun (0,4%). Pada kasus yang tidak mendapatkan
mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, karena penyakit ini bersifat
pengobatan dan pencegahan (Purba et al, 2015). Typhoid juga dapat menurunkan
masa penyembuhan dan pemulihannya yang cukup lama, dan dari aspek ekonomi,
biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Hasil penelitian di 5 (lima) negara Asia
(Cina, Vietnam, India, Pakistan, dan Indonesia), biaya perawatan per penderita di
rumah sakit berkisar antara USD129 di Kolkata (India) dan USD432 di Jakarta
Kolkata, USD67 di Hechi (Cina) dengan biaya tertinggi di Hechi, diikuti Jakarta
Utara, dan Karachi (Pakistan). Biaya semakin meningkat bila disertai pemberian
obat-obatan tambahan atau harga yang lebih mahal dan hari perawatan yang lebih
2
lama. Sebagian besar biaya tersebut ditanggung oleh keluarga,yang merupakan
memperkenalkan istilah typhoid pada tahun 1829. Typhoid atau typhus berasal
dari Bahasa Yunani Typhos yang berarti penderita demam dengan gangguan
kesadaran kemudian gaffky menyatakan bahwa penularan penyakit ini melalui air
dan bukan udara. Gaffky juga berhasil membiakkan salmonella typhi dalam media
kultur pada tahun 1984. Widal tahun 1896 akhirnya menemukan pemeriksaan
tifoid yang masih digunakan sampai saat ini. Wood Word dkk, tahun 1948
melaporkan untuk pertama kalinya bahwa obat yang efektif untuk demam tifoid
adalah klorafenikal.
Pada prinsipnya penyakit tersebut diatas gejala khasnya adalah demam dari
ringan sampai sedang dan berat (hipotermia) untuk itu focus penanganannya
typhoid di rumah sakit. Hal ini di tinjau dari aspek promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif terhadap masalah atau resiko pasien demam typhoid yang dirawat di
Rumah Sakit, seperti menganjurkan klien untuk mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, mengolah makanan hingga matang dan menutup makanan, pola
makan yang teratur, mengurangi makanan pedas dan asam serta istirahat yang
cukup, karena sangat diperlukan guna menekan angka kejadian demam typhoid,
3
pencegahan terhadap typhoid dengan cara mengadakan penyuluhan kesehatan dan
timbul pada pasien dengan demam thypoid, maka penulis tertarik untuk
mengambil kasus demam typhoid sebagai bahan Karya Tulis dengan judul Asuhan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas rumusan masalah pada penelitian ini
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4
d. Mengidentifikasi implementasi klien dengan hipertermi pada pasien dengan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
dengan hipertermi.
5
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai acuan bagi pihak
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Typoid
negatif, tidak berspora, motil, berflagel, berkapsul, tumbuh dengan baik pada suhu
optimal 370C, bersifat fakultatif anaerob dan hidup subur pada media yang
positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif, sedangkan hasil
2010)
2. Etiologi Typoid
antigen dinding sel (O) yang merupakan lipopolisakarida dan bersifat spesifik
grup. Antigen flagella (H) yang merupakan komponen protein berada dalam
flagella dan bersifat spesifik spesies. Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida
dan berada di kapsul yang melindungi seluruh permukaan sel. Antigen ini
merupakan bagaian terluar dari dinding sel, terdiri dari antigen O yang sudah
pada Salmonella Typhi merupakan bagian terluar yang terletak diluar membrane
padapatogenesis demam tifoid dan antigen yang penting dalam mekanisme respon
imun host. OMP berfungsi sebagai barier mengendalikan masuknya zat dan cairan
ke membrane sitoplasma selain itu berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan
Salmonella typhi biasanya ditularkan oleh unggas yang terkontaminasi, juga dapat
ditularkan melalui hewan peliharaan yang terinfeksi seperti kura – kura, reftil, penyakit
demam tifoid disebabkan oleh kuman salmonella typhi yang masuk ke dalam tubuh
melalui makanan atau minuman yang tercemar baik pada waktu memasak ataupun
melalui tangan dan obat masak yang kurang bersih (Wijaya, 2013).
3. Patofisiologi DemamTifoid
saluran nafas, urin dan tinja dalam jangka waktu yang bervariasi. Patogenesis
demam tifoid melibatkan 4 proses mulai dari penempelan bakteri ke lumen usus,
masuk kedalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana
asam banyak bakteri yang mati. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus
halus, melekatpada sel mukosa kemudian menginvasi dan menembus dinding usus
7
tepatnya di ileum dan yeyunum. Sel M, sel epitel yang melapisi Peyer’spatch
2008)
Bakteri mencapai folikel limfe usus halus menimbulkan tukak pada mukosa
mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi
hati dan limpa. Setelah periode inkubasi, Salmonella Typhi keluar dari habitatnya
sumsum tulang, kandung empedu dan Peyer’spatch dari ileum terminal. Ekskresi
bakteri di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui
nekrosis intestinal ataupun sel hati dan secara sistemik menyebabkan gejala klinis
pada demam tifoid. Penularan Salmonella Typhi sebagian besar jalur fekaloral,
yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari
penderita atau pembawa kuman, biasanya keluar bersama dengan feses (Ganong,
2012).
a. Pengertian hipertemia
b. Etiologi hipertemia
8
Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan di kisaran 37’C oleh
pusat pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur suhu tersebut
selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari
metabolisme dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru sehingga suhu
tubuh dapat dipertahankan dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh
kita memiliki fluktuasi harian yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika
yang disebabkan kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak. Hal ini serupa
dengan pengaturan set point (derajat celsius) pada remote AC yang bilamana set
pointnya dinaikkan maka temperatur ruangan akan menjadi lebih hangat. Suatu
nilai suhu tubuh dikatakan demam jika melebihi 37,2 ‘C pada pengukuran di pagi
hari dan atau melebihi 37,7’C pada pengukuran di sore hari dengan menggunakan
suhu yang lebih rendah sekitar 0.5’C jika dibandingkan dengan termometer mulut
secara tepat. Sebagian besar kasus demam memang disebabkan oleh berbagai
dengan adanya infeksi dalam tubuh. Namun sebenarnya ada banyak proses lainnya
selain infeksi yang dapat menimbulkan gejala demam antara lain alergi, penyakit
autoimun, kelainan darah dan keganasan. Berbagai proses tersebut akan memicu
yang lebih lanjut akan memicu pelepasan zat tertentu yang bernama prostaglandin
sehingga akan menaikkan set point di pusat pengaturan suhu di otak. Pelepasan
9
prostaglandin tersebut yang merupakan dalang dari timbulnya berbagai gejala
yang sering menyertai demam yaitu badan meriang, pegal-linu dan sakit kepala.
Set point di pusat pengatur suhu di otak yang tiba-tiba naik tersebut akan membuat
tubuh merasa bahwa suhu badan berada dibawah nilai normal akibatnya pembuluh
darah akan menyempit untuk mencegah kehilangan panas badan dan tubuh akan
mulai menggigil untuk menaikkan suhu tubuh. Jadi menggigil dapat dikatakan
suatu tahapan awal dari kenaikan suhu tubuh dalam proses demam. Dengan
demikian, gejala menggigil, demam, sakit kepala, dan badan pegal-linu merupakan
satu paket gejala yang disebabkan oleh proses yang sejalan (Rendy , 2012)
Selain itu terdapat pula kondisi ‘demam’ lainnya namun yang tidak disebabkan
oleh kenaikan set point di pusat pengatur suhu di otak, yaitu dikenal sebagai
hipertermia. Pada hipertermia, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi yang
disebabkan oleh peningkatan suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga terjadi
kegagalan mekanisme pelepasan panas. Hipertermia antara lain dijumpai pada heat
stroke (tersengat panasnya udara lingkungan), aktivitas fisik yang berlebihan pada
cuaca panas serta dikarenakan efek dari beberapa jenis obat-obatan seperti ekstasi.
1) Variasi diurnal
Suhu tubuh bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu terendah manusia yang
tidur pada malam hari dan bangun sepanjang siang terjadi pada awal pagi dan
10
2) Kerja jasmani/ aktivitas fisik Setelah latihan fisik atau kerja jasmani suhu
tubuh akan naik terkait dengan kerja yang dilakukan oleh otot rangka. Setelah
3) Jenis kelamin Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih
tinggi daripada wanita. Suhu tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat
ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi hari saat bangun meningkat 0,3-0,5°C.
Udara lingkungan yang lembab juga akan meningkatkan suhu tubuh karena
tubuh
Tabel 1
11
e. Dampak
Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang
didapatkan, sehingga keseimbangan zat gula dan garam menjadi terganggu, akibatnya
tubuh tidak dapat berfungsi secara normal. andungan air di dalam tubuh manusia yang
sehat adalah lebih dari 60% total berat badan (Rendy 2012).
1. Pengkajian
pengkajian skrining untuk menentukan normal atau abnormal yang nantinya akan
resiko (NANDA, 2018). Pengkajian keperawatan dilakukan dengan dua tahap yaitu
yang harus dikaji yakni respirasi, sirkulasi, nutrisi dan cairan, eliminasi, aktivitas
pembelajaran, interaksi sosial, keamanan dan proteksi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017).
12
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 2. Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor Objektif
Subjektif
(tidak tersedia) 6. Kulit merah
7. Kejang
8. Takikardi
9. Takipnea
10. Kulit terasa hangat
2. Diagnosa
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik
yang berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
yang merupakan suatu kondisi suhu tubuh yang meningkat di atas rentang normal
tubuh.
3. Perencanaan
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
komponen yaitu label merupakan nama dari intervensi yang menjadi kata kunci
13
yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan
mendukung perubahan perilaku atau pola hidup sehat dan termasuk dalam
memulihkan suhu tubuh normal (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Dalam
konsultasi tim kesehatan lain, modifikasi asuhan keperawatan dan catat informasi
Tabel 2
Perencanaan Hipertermia
14
Takipnea menurun 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan lingkungan yang
diinginkan
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipas permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari
6. Lakukan pendinginan eksternal (misl.
Selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,
aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau
aspiri
8. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
Intervensi Pendukung
Edukasi Analgesia Terkontrol
Obervasi
1. Identidikasi kesiapan, kemampuan
menerima informasi
2. Identifikasi kemampuan keluarga
dalam menggunakan analgesia
terkontrol
Edukasi
1. Jelaskan alasan, waktu dan cara
pemberian analgesia terkontrol
2. Jelaskan efek samping
15
4. Implementasi
(Kozier, 2010). Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
edukasi dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Implementasi
5. Evaluasi
(Tarwoto & Wartonah, 2015). Evaluasi dapat berupa evaluai struktur, proses dan
hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik
16
data informasi berupa ungkapan keluhan pasien, O (Objective) merupakan data
perbandingan data antara data subjective dan data objective dengan tujuan dan
lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa data (Asmadi, 2008)
17
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau ikatan antara konsep
satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang diteliti (Setiadi, 2013). Berdasarkan
teori dan kajian pustaka, dapat disusun sebuah kerangka pemikiran dari penelitian
3) Jenis kelamin
4) Lingkungan
Hipertermia :
1. Pengkajian keperawatan Dampak :
2. Diagnosa keperawatan 1. Dehidrasi
Proses penyakit
3. Perencanaan keperawatan
4. Implementasi
keperawatan
5. Evaluasi keperawatan
: Tidak Diteliti
: Diteliti
: Ada Hubungan
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
ini akan diteliti satu variabel yaitu, Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien
1. Definisi operasional
persepsi maka perlu disusun definisi operasional yang merupakan penjelasan dari
Tabel 2
Definisi Operasional Asuhan Keperawatan pada Pasien Typoid dengan
Hipertermia
No Variabel Definisi Operasional
19
implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
20
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
terhadap suatu permasalahan yang terdiri dari 1 (satu) unit tunggal namun dianalisis
Penelitian ini akan dilakukan di Institusi Rawat inap RSUD Tabanan pada
Subjek studi kasus ini adalah peneliti mengambil 2 orang yang mengalami
D. Fokus Studi
Fokus studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pasien typhoid dengan
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data premier dan sekunder. Data premier
pemeriksa yang dilakukan oleh peneliti (Setiawan A,.2010). Dalam penelitian ini
22
data premier diperoleh dari responden dan keluarga dengan teknik wawancara
Data sekunder diperoleh dari rekam medik/register. Pada rekam medik dan
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Hidayat, 2010). Jadi
data tersebut diperoleh langsung oleh responden melalui satu pertemuan atau
b. Pemeriksaan adalah melihat apakah kondisi yang ada sesuai dengan apa yang
23
F. Metode dan Analisa Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
1. Pengolahan Data
dikembalikan responden.
disajikan kemudian.
2. Penyajian Data
Penyajian data pada penelitian ini adalah teks naratif. Kerahasiaan dari klien
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
kemudian dibandingkan lagi dengan hasil studi kasus terdahulu dan secara teoritis
Etika studi kasus merupakan masalah yang sangat penting dalam studi kasus
mengingat hal ini dilakukan berhadapan langsung dengan manusia, oleh karena itu
24
etika penelitian harus dilakukan. Adapun yang harus dilakukan dalam etika studi
a. Informed Consent
penjelasan tentang perlakuan dan dampak yang timbul dari penelitian yang
dilakukan. Informed Consent dimulai dengan pernyataan dari salah satu pihak
disebut dengan penawaran. Kemudian diikuti dengan pernyataan dari pihak lain
asasi manusia (subjek penelitian) dalam hubungan peneliti dan pasien yaitu hak
atas informasi yang dikaitkan dengan hak untuk menentukan nasib sendiri
(Wasis, 2008).
menghendaki agar dirinya tidak diekspos kepada khayalak ramai. Apabila sifat
2008).
c. Confidentially (Kerahasiaan)
25
Prinsip confidentially memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. Hal ini diperlukan karena
kerahasiaan partisipan dapat terancam karena deskripsi yan rinci selama proses
26
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: EGC.
2018-2020. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.). Jakarta: EGC.
Graha Ilmu.
27
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia :
Tim Pokja SDKI PPNI, D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (I).
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
28
Lampiran 1
Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian
Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien Typoid dengan Defisit Hipertermia
Waktu
No Kegiatan Jan 2019 Feb 2019 Mar 2019 Apr 2019 Mei 2019 Jun 2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi pendahuluan
2 Penyusunan proposal
3 Seminar proposal
4 Revisi proposal
5 Pengesahan proposal
6 Pengurusan izin penelitian
7 Pengumpulan data
8 Analisis data
9 Penyusunan laporan
10 Sidang hasil penelitian
11 Revisi laporan
12 Pengumpulan KTI
29
Lampiran 2
Rencana Anggaran Biaya Penelitian
No Keterangan Biaya
1 Tahap Persiapan
a. Pencetakan Proposal Rp 200.000,00
b. Penggadaan Proposal Rp 350.000,00
c. Revisi Proposal Rp 250.000,00
2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengurusan Izin Penelitian Rp 200.000,00
b. Penggadaan Lembar Pengumpulan Data Rp 100.000,00
3 Tahap Akhir
a. Penggadaan Laporan Rp 300.000,00
b. Revisi Laporan Rp 250.000,00
c. Biaya Tidak Terduga Rp 200.000,00
Tanggal Penelitian :
A. PENGKAJIAN
Kejang
Takikardia
Takipnea
31
B. RUMUSAN DIAGNOSA
Observasi
NO Diagnosa Keperawatan (PES)
Ya Tidak
1 Problem
Hipertermia
2 Etiology
Proses penyakit
3 Symptoms
Kejang
Takikardia
Takipnea
32
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dilakukan
33
Identidikasi kesiapan, kemampuan menerima
informasi
D. IMPLEMENTASI
Dilakukan
NO Implementasi Ya Tidak
34
Melakukan pendinginan eksternal (misl. Selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
E. Evaluasi
Dilakukan
NO Evaluasi Ya Tidak
Kejang menurun
Takikardi menurun
Takipnea menurun
35
36