Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI KLINIK
“ANTIDIABETES”

OLEH : YELLIA SYAFITRI (1901078)


S1-4B
KELOMPOK
KAMIS, 27 MEI 2021
NAMA DOSEN : apt. NOVIA SINATA, M.Si
NAMA ASISTEN :
JIHAN FAHIRA SASMITO
MARGARETTA FEBIOLA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU

2021

OBJEK 5
ANTIDIABETES

I. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Membuktikan efek hipoglikemik suatu bahan / obat.
b. Agar mahasiswa mengerti mekanisme kerja obat penurun glukosa darah.
c. Agar mahasiswa dapat memahami gejala-gejala dan dasar farmakologi efek toksis
obat penurun glukosa darah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Diabetesmelitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada


metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta.
Insulin, yang diahasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan
kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan
dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara
kualitas maupun kuantitas, keseimbangan tersebut akan terganggu, dan kadar glukosa darah
cenderung naik (hiperglikemia) (Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan
glukosuria yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
yang diakibatkan kurangnya insulin yang diproduksi oleh sel β pulau Langerhans kelenjar
Pankreas baik absolut maupun relatif (Herman, 1993; Adam, 2000; Sukandar, 2008). 
Kelainan metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme karbohidrat. Oleh
karena itu, diagnosis diabetes melitus selalu berdasarkan kadar glukosa dalam plasma darah
(Herman, 1993; Adam, 2000).
Diabetes melitus merupakan salah satu jenis penyakit yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari rendahnya sekresi insulin,
gangguan efek insulin, atau keduanya. Diabetes mellitus bukan merupakan patogen melainkan
secara etiologi adalah kerusakan atau gangguan metabolisme. Gejala umum diabetes adalah
hiperglikemia, poliuria, polidipsia, kekurangan berat badan, pandangan mata kabur, dan
kekurangan insulin sampai pada infeksi. Hiperglikemia akut dapat menyebabkan sindrom
hiperosmolar dan kekurangan insulin dan ketoasidosis. Hiperglikemia kronik  menyebabkan
kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan metabolisme sel, jaringan dan organ.
Komplikasi jangka panjang diabetes adalah macroangiopathy, microangiopathy, neuropathy,
katarak, diabetes kaki dan diabetes jantung (Reinauer et al, 2002).
Gejala  penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lainnya tidak selalu
sama. Gejala yang disebutkan dibawah ini adalah gejala yang umumnya timbul dengan tidak
mengurangi kemungkinan adanya variasi gejala lain. Ada pula penderita diabetes melitus yang
tidak menunjukkan gejala apa pun sampai pada saat tertentu (Tjoktoprawiro, 1998).
1. Pada permulaan, gejala yang ditunjukkan meliputi “tiga P” yaitu:
a. Polifagia (meningkatnya nafsu makan, banyak makan)
b. Polidipsia (meningkatnya rasa haus, banyak minum)
c. Poliuria (meningkatnya keluaran urin, banyak kencing)
Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus meningkat, bertambah
gemuk, mungkin sampai terjadi kegemukan. Pada keadaan ini jumlah insulin masih dapat
mengimbangi kadar glukosa dalam darah (Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
2. Bila keadaan diatas tidak segera diobati, kemudian akan timbul gejala yang
disebabkan oleh kurangnya insulin, yaitu :
a. Banyak minum
b. Banyak kencing
c. Berat badan menurun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu)
d. Mudah lelah
e. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual jika kadar glukosa darah
melebihi 500 mg/dl, bahkan penderita akan jatuh koma (tidak sadarkan diri)
dan disebut koma diabetik.

Koma diabetik adalah koma pada penderita diabetes melitus akibat kadar glukosa darah
terlalu tinggi, biasanya 600 mg/dl atau lebih. Dalam praktik,  gejala dan penurunan berat badan
inilah yang paling sering menjadi keluhan utama penderita untuk berobat ke dokter
(Tjokroprawiro, 1998).

Kadang-kadang penderita diabetes melitus tidak menunjukkan gejala akut (mendadak),


tetapi penderita tersebut baru menunjukkan gejala setelah beberapa bulan atau beberapa tahun
mengidap penyakit diabetes melitus. Gejala ini dikenal dengan gejala kronik atau
menahun (Katzung, 2002).
Gejala kronik yang sering timbul pada penderita diabetes adalah seperti yang disebut
dibawah ini :
1. Kesemutan
2. Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum
3. Rasa tebal pada kulit telapak kaki, sehingga kalau berjalan seperti diatas bantal atau
kasur
4. Kram
5. Capai, pegal-pegal
6. Mudah mengantuk
7. Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
8. Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita
9. Gigi mudah goyah dan mudah lepas
10. Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten, dan Para ibu hamil sering mengalami
gangguan atau kematian janin dalam kandungan, atau melahirkan bayi dengan berat
lebih dari 3,5 kg.   (Tjokroprawiro, 1998).

Klasifikasi dan Etiologi Diabetes Mellitus


1. Diabetes Mellitus tergantung Insulin (DMTI, tipe 1)
Diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI atau IDDM) merupakan istilah yang
digunakan untuk kelompok pasien diabetes mellitus yang tidak dapat bertahan hidup
tanpa pengobatan insulin. Penyebab yang paling umum dari IDDM ini adalah terjadinya
kerusakan otoimun sel-sel beta (β) dari pulau-pulau Langerhans (Katzung, 2002).
Kebanyakan penderita IDDM berusia masih muda, dan usia puncak terjadinya serangan
adalah 12 tahun. Namun demikian, 10% pasien diabetes diatas 65 tahun merupakan
pengidap IDDM (Katzung, 2002).
IDDM dapat juga disebabkan adanya interaksi antara faktor-faktor lingkungan dengan
kecenderungan sebagai pewaris penyakit diabetes mellitus. Hal ini menunjukkan bahwa
IDDM dapat timbul karena adanya hubungan dengan gen-gen pasien dan dapat pula
dipicu oleh faktor lingkungan yang ada, termasuk bermacam-macam virus (Jones and
Gill, 1998; Tunbridge and Home, 1991).
2. Diabetes mellitus tidak tergantung Insulin (DMTTI ,Tipe II)
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI atau NIDDM) merupakan istilah yang
digunakan untuk kelompok diabetes mellitus yang tidak memerlukan pengobatan dengan
insulin supaya dapat bertahan hidup, meskipun hampir 20% pasien menerima insulin
dengan tujuan untuk membantu mengontrol kadar glukosa darah. NIDDM biasanya
ditunjukkan oleh adanya kombinasi yang beragam dari tahanan insulin dan kekurangan
insulin (Tunbridge and Home, 1991).

Obat Antidiabetes
Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel β pulau Langerhans dalam pankreas.
Berbagai stimulus melepaskan insulin dari granula penyimpanan dalam sel β, tetapi stimulus
yang paling kuat adalah peningkatan glukosa plasma (hiperglikemia). Insulin terikat pada
reseptor spesifik dalam membran sel dan memulai sejumlah aksi, termasuk peningkatan ambilan
glukosa oleh hati, otot, dan jaringan adipose (Katzung, 2002).
Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua
rantai (A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Suatu prekursor, yang disebut
proinsulin, dihidrolisis dalam granula penyimpan untuk membentuk insulin dan peptida C
residual. Granula menyimpan insulin sebagai kristal yang mengandung zink dan insulin.
Glukosa merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan insulin dari sel-sel β pulau
Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada waktu makan. Sel-sel β
memiliki kanal K+ yang diatur oleh adenosin trifosfat (ATP) intraselular. Saat glukosa darah
meningkat, lebih banyak glukosa memasuki sel β dan metabolismenya menyebabkan
peningkatan ATP intraselular yang menutup kanalATP. Depolarisasi sel Depolarisasi sel β yang
diakibatkannya mengawali influks ion Ca 2+ melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan dan ini
memicu pelepasan insulin (Katzung, 2002).
Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari dua subunit α
dan dua subunit β yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida. Setelah insulin terikat pada
subunit α, kompleks insulin-reseptor memasuki sel, dimana insulin dihancurkan oleh enzim
lisosom. Internalisasi dari kompleks insulin-reseptor mendasari down-regulation reseptor yang
dihasilkan olh kadar insulin tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor
mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit β dan memulai suatu rantai kompleks reaksi-reaksi
yang menyebabkan efek insulin (Neal, 2006).
Perawatan diabetes mellitus diambil dari empat faktor fundamental : pengajaran pasien
tentang penyakit; latihan fisik; diet dan agen-agen hipoglikemia. Agen-agen yang baru
digunakan sebagai kontrol diabetes mellitus adalah obat-obat dari golongan sulfonilurea,
biguanida, turunan thiazolidinedione, dan insulin (diberikan secara injeksi). Meskipun obat-obat
ini telah digunakan secara intensif karena efek yang baik dalam kontrol hiperglikemia, agen-agen
ini tidak dapat memenuhi kontrol yang baik pada diabetes mellitus, tidak dapat menekan
komplikasi akut maupun kronis (Galacia et.al, 2002).

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat : alat suntik, jarum oral, timbangan, alat penanda, silet / gunting, backer glass
dan timbangan hewan.
b. Bahan : glukosa, NaCl 0,9 %, glibenclamid, diamox dan insulin.
c. hewan uji : mencit, ikan nila.

IV. PROSEDUR KERJA


1. Timbang hewan ( mencit ) dan tandai.
2. Selanjutnya lakukan hal seperti tercantum pada tabel.
3. Berikan larutan glukosa dengan dosis 2 mg/kg bb secara oral 5 menit setelah
pemberian obat penurun glukosa darah.
4. Darah mencit diambil sebanyak 1 tetes dengan cara memotong ekor mencit 1 cm ke
ujung, lalu dipijit sampai darah keluar yang langsung diteteskan ke strip pengukur
glukosa darah.
5. Ukur kadar glukosa darah pada mencit 15 menit setelah pemberian obat.
6. Untuk percobaan B, berikan ikan dengan dosis obat sesuai dengan tabel B.
7. Amati gejala yang timbul, catat waktu timbulnya gejala tersebut. Lihat gejala yang
muncul, mulai dan bertambah, atau berkurang aktivitas, pernafasan, dll sampai
konvulsi dan mati.
8. Tabelkan hasil saudara, bahas dan tarik kesimpulannya.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BB VAO Kadar Glukosa Darah


KLP PERLAKUAN (kg) (ml)
30 menit 90 menit 150 menit
1 Kontrol Na CMC 0.028 0.028 120 125 mg/dL 122 mg/dL
mg/dL
2 Glibenklamid 1 mg/kgBB 0.022 0.22 110 88 mg/dL 65 mg/dL
mg/dL
3 Glibenklamid 1,5 mg/kgBB 0.028 0.42 135 100 mg/dL 63 mg/dL
mg/dL
4 Novorapid 25 ui/kgBB 0.027 0.027 125 93 mg/dL 65 mg/dL
mg/dL
5 Novorapid 50 ui/kgBB 0.023 0.023 100 60 mg/dL 42 mg/dL
mg/dL
6 Novomix 25 ui/kgBB 0.022 0.022 115 91 mg/dL 60 mg/dL
mg/dL
7 Novomix 50 ui/kgBB 0.024 0.024 110 96 mg/dL 55 mg/dL
mg/dL
8 Novomix 100 ui/kgBB 0.027 0.027 118 95 mg/dL 44 mg/dL
mg/dL

Diabetes adalah gangguan kronis yang khususnya menyangkut metabolismeglukosa dalam tubuh.
Glukosa yang diserap di jaringan otot ditimbun sebagaiglikogen atau dirombak menjadi asam
laktat sedangan jaringan lemak jugamenggunakan glukosa sebagai sumber energi dan substrat
sintesis trigliserida.Penyebab diabetes adalah kekurangan hormon insulin yang berfungsimemanfaatkan
glukosa sebagai sumber energi. Akibatnya, glukosa menjadibertumpuk dalam darah (hiperglikemia) dan
akhirnya diekskresikan melalui urintanpa digunakan (glikosuria). Hal ini menyebabkan produksi
kemih pasien sangatmeningkat, merasa sangat haus, dan berat badan menurun. Untuk
memperingangangguan-gangguan yang ditimbulkan akibat diabetes, maka dibutuhkan obat-
obathipoglikemia yang bekerja meningkatkan sekresi insulin.
 Tujuan pengobatan diabetes adalah untuk mengatur kadar gula darah tetap baik sehingga
membuat pasien nyaman dan menghindari hipoglikemia, diperlukan kerja sama yang baik antara
pasien dan dokter dalam menurunkan resiko komplikasi diabetes. Kombinasi sediaan insulin
mungkin dibutuhkan dan kombinasi yang tepat harus ditentukan untuk tiap pasien. Untuk pasien
dengan diabetes akut, pengobatan sebaiknya dimulai dengan memberikan insulin soluble 3 kali
sehari dan insulin kerja sedang pada malam hari. Untuk pasien yang tidak terlalu parah,
pengobatan biasanya dimulai dengan campuran insulin kerja singkat dan sedang (biasanya 30%
insulin soluble dan 70% insulin isophane) diberikan 2 kali sehari; 8 unit dua kali sehari untuk
pasien rawat jalan. Proporsi sediaan insulin kerja singkat dapat ditingkatkan pada pasien dengan
hiperglikemia postprandial yang berat.
Pada praktikum kali ini dengan tujuan untuk membuktikan efek hipoglikemik suatu obat,
mengetahui mekanisme kerja obat penurun glukosa darah serta gejala-gejala dan dasar
farmakologi efek toksis obat penurun glukosa darah dilakukan dengan menggunakan hewan
percobaan yaitu mencit dan ikan nila. Dan antidiabetes yang digunakan adalah glibenklamide,
novorapid, dan novomix
Insulin suntik adalah obat untuk memenuhi kebutuhan insulin pada penderita diabetes.
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas untuk membantu mengendalikan
kadar gula darah. Selain mengatur kadar gula darah, hormon ini juga mengatur metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein. Saat kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin dalam
jumlah cukup atau saat insulin yang dihasilkan tidak dapat bekerja dengan optimal, akan terjadi
penumpukan gula di dalam darah. Insulin suntik diperlukan agar tidak terjadi penumpukan gula
di dalam darah. Cara kerja insulin suntik sama dengan insulin alami, yaitu membuat gula dapat
diserap oleh sel dan bisa diolah menjadi energi.
Novorapid adalah merek obat berupa cairan injeksi yang digunakan dengan cara
disuntikkan pada pasien. Obat ini mengandung insulin aspart sebagai bahan aktif utamanya.
Insulin aspart ini merupakan insulin buatan manusia yang menyerupai dengan insulin yang
diproduksi di dalam tubuh secara alami.
Obat ini bekerja dengan menggantikan insulin yang diproduksi secara alami di dalam
tubuh dan dapat diserap cepat. Selain itu, ia juga membantu memindahkan gula dalam darah
menuju jaringan tubuh lainnya sehingga bisa digunakan sebagai sumber energi. Obat ini
digunakan untuk mengobati diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2.
Pada penderita diabetes tipe 1, pasien memang tidak bisa memproduksi insulin secara
alami, sehingga tidak bisa mengontrol jumlah gula darah. Sementara, pada pasien diabetes tipe 2,
tubuh pasien memproduksi insulin namun tidak bekerja sebagaimana mestinya, sehingga gula
darah pun tidak terkontrol. Novorapid adalah obat resep. Maka dari itu, obat ini hanya bisa
didapatkan atau dibeli di apotek jika Anda menyertakan resep dari dokter.
Novomix merupakan golongan insulin analog campuran yang mengandung insulin 70%
Protamin Aspart dan 30% Aspart. Insulin ini digunakan untuk pengobatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus yang membutuhkan insulin. Pada pasien Diabetes Tipe 2, Novomix dapat
diberikan secara tunggal maupun dikombinasikan dengan obat antidiabetik oral jika kombinasi
insulin disetujui dimana glukosa darah pasien tidak terkontrol secara memadai hanya dengan
obat antidiabetik oral saja.

Mekanisme Kerja Glibenklamide yaitu menstimulasi pankreas untukmemproduksi insulin


dan meningkatkan sensitivitas sel beta terhadap glukosa.Sulfonilurea dapat menormalkan
produksi glukosa di hati dan secara parsialmembalikkan resistensi insulin pada pasien diabetes
melitus tipe II. Glibenklamidehanya bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang pankreasnya masih
mampumemproduksi insulin dengan baik. Pada penggunaan per oral glibenklamiddiabsorpsi
sebagian secara cepat dan tersebar keseluruh cairan ekstrasel, sebagianbesarterikat dengan
protein plasma. 
Pemberian glibenklamid secara oral akan diabsorbsi melalui saluran cernadengan cukup
efektif dan memiliki waktu paruh sekitar 4 jam. Dosis awal untukdiabetes melitus tipe 2 adalah
2,5 mg -5 mg, dilanjutkan dosis pemeliharan 5 mg- 0 mg.Setelah absorbsi, obat ini tersebar ke
seluruh cairan ekstrasel. Dalam plasmasebagian besar terikat pada protein plasma terutama
albumin (70%-90%). Untukmencapai kadar optimal glibenklamid akan lebih efektif jika
diminum 30 menitsebelum makan. Mula kerja (onset) glibenklamid: kadar insulin serum
mulaimeningkat 15-60 menit setelah pemberian dosis tunggal. Kadar puncak dalam
darahtercapai setelah 2-4 jam. Setelah itu kadar mulai menurun, 24 jam setelah pemberiankadar
dalam plasma hanya tinggal sekitar 5%. Masa kerja sekitar 15 sampai 24 jam.Metabolisme
glibenklamid sebagian besar berlangsung dengan jalanhidroksilasi gugus sikloheksil pada
glibenklamid, menghasilkan satu metabolitdengan aktivitas sedang dan beberapa metabolit
inaktif.Metabolit utama (M1)merupakan hasil hidroksilasi pada posisi 4-trans, Metabolit kedua
(M2) merupakanhasil hidroksilasi 3-cis, sedangkan metabolit lainnya belum
teridentifikasi.Semuametabolit tidak ada yang diakumulasi.Hanya 25-50 % metabolit diekskresi
melaluiginjal, sebagian besar diekskresi melalui empedu dan dikeluarkan bersamatinja.Waktu
paruh eliminasi sekitar 15-16 jam, dapat bertambah panjang apabilaterdapat kerusakan hati atau
ginjal. Bila pemberian dihentikan, obat akan bersihkeluar dari serum setelah 36 jam.
Glibenklamid tidak diakumulasi di dalam tubuh,walaupun dalam pemberian berulang.
Faktor kesalahan yang mungkin dapat mempengaruhi data ialah waktupengecekan kadar
glukosa darah pada setiap kelompok yang tidak seragam,penimbangan tikus yang tidak akurat, keadaan
fisiologis yang dapat mempengaruhikerja obat, serta perhitungan dosis yang salah.

VI. KESIMPULAN
a. Diabetesmelitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan
pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi
insulin dari sel-sel beta.
b. Penyebab diabetes adalah kekurangan hormon insulin yang berfungsimemanfaatkan glukosa
sebagai sumber energy.
c. Tujuan pengobatan diabetes adalah untuk mengatur kadar gula darah tetap baik
sehingga membuat pasien nyaman dan menghindari hipoglikemia.
d. Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam
dua rantai (A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Adam, J.M.F. 2000. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus yang baru. Cermin Dunia
Kedokteran No. 127.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Diabetes Mellitus. Dirktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta.
Galacia, E. H., A. A. Contreras, L. A. Santamaria, R. R. Ramos, A. A. C. Miranda, L. M. G.
Vega, J. L. F. Saenz, F. J. A. Aguilar.2002. Studies on hypoglycemic activity of mexican
medicinal plants. Proc. West. Pharmacol. Soc. 45: 118-124
Herman, F. 1993. Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes melitus. Pharos
Bulletin No.1.
Jones, D.B. and Gill, G.V. 1998. Insulin-Dependent Diabetes Mellitus : An Overview . In J.
Pickup and G. Williams (Eds): Textbook of Diabetes. Vol.1. second Edition. Blackwell
Science. United Kingdom.
Katzung, G. Bertram. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Buku 2. Penerbit Salemba Medika.
Jakarta.
Kee, J.L. dan Hayes E. R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Alih Bahasa :
Dr. Peter Anugrah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .
Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Reinauer, H., P. D. Home, A. S. Kanagasabapathy, C. C. Heuck. 2002. Laboratory Diagnosis
and Monitoring of Diabetes Mellitus. World Health Organization. Geneva.
Soegondo, S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia
diabetes melitus tipe 2. Editor Aru W. Sudoyo et al. Jilid ke-3. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Studiawan. H., M. H. Santosa. 2005. Uji aktivitas penurun kadar glukosa darah ekstrak daun
Eugenia polyantha pada mencit yang diinduksi aloksan. Media Kedokteran Hewan 
21(2):62-65
Sukandar, E. Y., J. I. Sigit, I. K. Adnyana, A. A. P. Setiadi, Kusnandar. 2008. ISO
Farmakoterapi. Penerbit PT. ISFI Penerbitan. Jakarta.
Tjokroprawiro, A. 1998. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta .
Tunbridge, W. M.  and Home, P.D. 1991. Diabetes and Endocrinology: In Clinical Practice.
            Edward Arnold a Division of Hadder and Stoughton. Great Britain, London.

VIII. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai