FARMAKOLOGI KLINIK
“ANTIDIABETES”
2021
OBJEK 5
ANTIDIABETES
I. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Membuktikan efek hipoglikemik suatu bahan / obat.
b. Agar mahasiswa mengerti mekanisme kerja obat penurun glukosa darah.
c. Agar mahasiswa dapat memahami gejala-gejala dan dasar farmakologi efek toksis
obat penurun glukosa darah.
Koma diabetik adalah koma pada penderita diabetes melitus akibat kadar glukosa darah
terlalu tinggi, biasanya 600 mg/dl atau lebih. Dalam praktik, gejala dan penurunan berat badan
inilah yang paling sering menjadi keluhan utama penderita untuk berobat ke dokter
(Tjokroprawiro, 1998).
Obat Antidiabetes
Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel β pulau Langerhans dalam pankreas.
Berbagai stimulus melepaskan insulin dari granula penyimpanan dalam sel β, tetapi stimulus
yang paling kuat adalah peningkatan glukosa plasma (hiperglikemia). Insulin terikat pada
reseptor spesifik dalam membran sel dan memulai sejumlah aksi, termasuk peningkatan ambilan
glukosa oleh hati, otot, dan jaringan adipose (Katzung, 2002).
Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua
rantai (A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida. Suatu prekursor, yang disebut
proinsulin, dihidrolisis dalam granula penyimpan untuk membentuk insulin dan peptida C
residual. Granula menyimpan insulin sebagai kristal yang mengandung zink dan insulin.
Glukosa merupakan stimulus paling kuat untuk pelepasan insulin dari sel-sel β pulau
Langerhans. Terdapat sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada waktu makan. Sel-sel β
memiliki kanal K+ yang diatur oleh adenosin trifosfat (ATP) intraselular. Saat glukosa darah
meningkat, lebih banyak glukosa memasuki sel β dan metabolismenya menyebabkan
peningkatan ATP intraselular yang menutup kanalATP. Depolarisasi sel Depolarisasi sel β yang
diakibatkannya mengawali influks ion Ca 2+ melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan dan ini
memicu pelepasan insulin (Katzung, 2002).
Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang terdiri dari dua subunit α
dan dua subunit β yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida. Setelah insulin terikat pada
subunit α, kompleks insulin-reseptor memasuki sel, dimana insulin dihancurkan oleh enzim
lisosom. Internalisasi dari kompleks insulin-reseptor mendasari down-regulation reseptor yang
dihasilkan olh kadar insulin tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor
mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit β dan memulai suatu rantai kompleks reaksi-reaksi
yang menyebabkan efek insulin (Neal, 2006).
Perawatan diabetes mellitus diambil dari empat faktor fundamental : pengajaran pasien
tentang penyakit; latihan fisik; diet dan agen-agen hipoglikemia. Agen-agen yang baru
digunakan sebagai kontrol diabetes mellitus adalah obat-obat dari golongan sulfonilurea,
biguanida, turunan thiazolidinedione, dan insulin (diberikan secara injeksi). Meskipun obat-obat
ini telah digunakan secara intensif karena efek yang baik dalam kontrol hiperglikemia, agen-agen
ini tidak dapat memenuhi kontrol yang baik pada diabetes mellitus, tidak dapat menekan
komplikasi akut maupun kronis (Galacia et.al, 2002).
Diabetes adalah gangguan kronis yang khususnya menyangkut metabolismeglukosa dalam tubuh.
Glukosa yang diserap di jaringan otot ditimbun sebagaiglikogen atau dirombak menjadi asam
laktat sedangan jaringan lemak jugamenggunakan glukosa sebagai sumber energi dan substrat
sintesis trigliserida.Penyebab diabetes adalah kekurangan hormon insulin yang berfungsimemanfaatkan
glukosa sebagai sumber energi. Akibatnya, glukosa menjadibertumpuk dalam darah (hiperglikemia) dan
akhirnya diekskresikan melalui urintanpa digunakan (glikosuria). Hal ini menyebabkan produksi
kemih pasien sangatmeningkat, merasa sangat haus, dan berat badan menurun. Untuk
memperingangangguan-gangguan yang ditimbulkan akibat diabetes, maka dibutuhkan obat-
obathipoglikemia yang bekerja meningkatkan sekresi insulin.
Tujuan pengobatan diabetes adalah untuk mengatur kadar gula darah tetap baik sehingga
membuat pasien nyaman dan menghindari hipoglikemia, diperlukan kerja sama yang baik antara
pasien dan dokter dalam menurunkan resiko komplikasi diabetes. Kombinasi sediaan insulin
mungkin dibutuhkan dan kombinasi yang tepat harus ditentukan untuk tiap pasien. Untuk pasien
dengan diabetes akut, pengobatan sebaiknya dimulai dengan memberikan insulin soluble 3 kali
sehari dan insulin kerja sedang pada malam hari. Untuk pasien yang tidak terlalu parah,
pengobatan biasanya dimulai dengan campuran insulin kerja singkat dan sedang (biasanya 30%
insulin soluble dan 70% insulin isophane) diberikan 2 kali sehari; 8 unit dua kali sehari untuk
pasien rawat jalan. Proporsi sediaan insulin kerja singkat dapat ditingkatkan pada pasien dengan
hiperglikemia postprandial yang berat.
Pada praktikum kali ini dengan tujuan untuk membuktikan efek hipoglikemik suatu obat,
mengetahui mekanisme kerja obat penurun glukosa darah serta gejala-gejala dan dasar
farmakologi efek toksis obat penurun glukosa darah dilakukan dengan menggunakan hewan
percobaan yaitu mencit dan ikan nila. Dan antidiabetes yang digunakan adalah glibenklamide,
novorapid, dan novomix
Insulin suntik adalah obat untuk memenuhi kebutuhan insulin pada penderita diabetes.
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pankreas untuk membantu mengendalikan
kadar gula darah. Selain mengatur kadar gula darah, hormon ini juga mengatur metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein. Saat kelenjar pankreas tidak dapat memproduksi insulin dalam
jumlah cukup atau saat insulin yang dihasilkan tidak dapat bekerja dengan optimal, akan terjadi
penumpukan gula di dalam darah. Insulin suntik diperlukan agar tidak terjadi penumpukan gula
di dalam darah. Cara kerja insulin suntik sama dengan insulin alami, yaitu membuat gula dapat
diserap oleh sel dan bisa diolah menjadi energi.
Novorapid adalah merek obat berupa cairan injeksi yang digunakan dengan cara
disuntikkan pada pasien. Obat ini mengandung insulin aspart sebagai bahan aktif utamanya.
Insulin aspart ini merupakan insulin buatan manusia yang menyerupai dengan insulin yang
diproduksi di dalam tubuh secara alami.
Obat ini bekerja dengan menggantikan insulin yang diproduksi secara alami di dalam
tubuh dan dapat diserap cepat. Selain itu, ia juga membantu memindahkan gula dalam darah
menuju jaringan tubuh lainnya sehingga bisa digunakan sebagai sumber energi. Obat ini
digunakan untuk mengobati diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2.
Pada penderita diabetes tipe 1, pasien memang tidak bisa memproduksi insulin secara
alami, sehingga tidak bisa mengontrol jumlah gula darah. Sementara, pada pasien diabetes tipe 2,
tubuh pasien memproduksi insulin namun tidak bekerja sebagaimana mestinya, sehingga gula
darah pun tidak terkontrol. Novorapid adalah obat resep. Maka dari itu, obat ini hanya bisa
didapatkan atau dibeli di apotek jika Anda menyertakan resep dari dokter.
Novomix merupakan golongan insulin analog campuran yang mengandung insulin 70%
Protamin Aspart dan 30% Aspart. Insulin ini digunakan untuk pengobatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus yang membutuhkan insulin. Pada pasien Diabetes Tipe 2, Novomix dapat
diberikan secara tunggal maupun dikombinasikan dengan obat antidiabetik oral jika kombinasi
insulin disetujui dimana glukosa darah pasien tidak terkontrol secara memadai hanya dengan
obat antidiabetik oral saja.
VI. KESIMPULAN
a. Diabetesmelitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan
pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan proses pengaturan sekresi
insulin dari sel-sel beta.
b. Penyebab diabetes adalah kekurangan hormon insulin yang berfungsimemanfaatkan glukosa
sebagai sumber energy.
c. Tujuan pengobatan diabetes adalah untuk mengatur kadar gula darah tetap baik
sehingga membuat pasien nyaman dan menghindari hipoglikemia.
d. Insulin adalah polipeptida yang mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam
dua rantai (A dan B) dan dihubungkan oleh ikatan disulfida.
Adam, J.M.F. 2000. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus yang baru. Cermin Dunia
Kedokteran No. 127.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Diabetes Mellitus. Dirktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta.
Galacia, E. H., A. A. Contreras, L. A. Santamaria, R. R. Ramos, A. A. C. Miranda, L. M. G.
Vega, J. L. F. Saenz, F. J. A. Aguilar.2002. Studies on hypoglycemic activity of mexican
medicinal plants. Proc. West. Pharmacol. Soc. 45: 118-124
Herman, F. 1993. Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita diabetes melitus. Pharos
Bulletin No.1.
Jones, D.B. and Gill, G.V. 1998. Insulin-Dependent Diabetes Mellitus : An Overview . In J.
Pickup and G. Williams (Eds): Textbook of Diabetes. Vol.1. second Edition. Blackwell
Science. United Kingdom.
Katzung, G. Bertram. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Buku 2. Penerbit Salemba Medika.
Jakarta.
Kee, J.L. dan Hayes E. R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Alih Bahasa :
Dr. Peter Anugrah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta .
Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Reinauer, H., P. D. Home, A. S. Kanagasabapathy, C. C. Heuck. 2002. Laboratory Diagnosis
and Monitoring of Diabetes Mellitus. World Health Organization. Geneva.
Soegondo, S. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia
diabetes melitus tipe 2. Editor Aru W. Sudoyo et al. Jilid ke-3. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Studiawan. H., M. H. Santosa. 2005. Uji aktivitas penurun kadar glukosa darah ekstrak daun
Eugenia polyantha pada mencit yang diinduksi aloksan. Media Kedokteran Hewan
21(2):62-65
Sukandar, E. Y., J. I. Sigit, I. K. Adnyana, A. A. P. Setiadi, Kusnandar. 2008. ISO
Farmakoterapi. Penerbit PT. ISFI Penerbitan. Jakarta.
Tjokroprawiro, A. 1998. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta .
Tunbridge, W. M. and Home, P.D. 1991. Diabetes and Endocrinology: In Clinical Practice.
Edward Arnold a Division of Hadder and Stoughton. Great Britain, London.
VIII. LAMPIRAN