DASAR DASAR PENYAKIT DAN PENATALAKSANAANNYA SKENARIO 2 SAKIT TELAN
KASUS Budi kelas II SD pulang dari sekolah mengeluh lelah dan tenggorokannya sakit untuk menelan. Sore harinya tubuhnya demam, sakit kepala, mual dan muntah. Oleh orangtuanya dibawa ke dokter. Hasil pemeriksaan didapatkan suhu aksiler 39 C, faring dan tonsil membengkak (T2-2) berwarna merah. Penderita diminta melakukan pemeriksaan laboratorium usap tenggorokan dan pemeriksaan darah rutin. Hasil pemeriksaan darah didapatkan leukosit 15.000/ml, usap langsung tenggorok didapatkan kuman bentuk kokus gram positif bergandengan seperti rantai. Dokter memberikan terapi simtomatik dan amoksisilin. Setelah 3 hari panas Budi belum turun, sendi sendinya terasa sakit yang berpindah pindah, nafas terasa berat (ampeg). Setelah ditanyakan, ternyata obat yang dari dokter tidak diminum secara teratur. Dokter memerlukan beberapa pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk diagnosis dan pencegahan komplikasi.
I. Terminologi 1. Suhu aksiler : Suhu tubuh yang diperiksa di ketiak, 0,3 0,6 o C lebih rendah dari suhu oral (dewasa : 35,8-37,3 o C, anak : 36,8-37 o C) 2. Faring : Termasuk dalam sistem pernafasan dan saluran cerna (aerodigestivus), dibagi 3, nasofaring, orofaring, laringofaring. (dibaca lagi batas-batasnya) 3. Pemeriksaan laboratorium usap tenggorokan : 2
Tes lab untuk mengisolasi dan mengidentifikasi organisme yang dapat menyebabkan infeksi pada tenggorokan. Dilakukan jika ada dugaan radang tenggorokan karena bakteri streptokokus. 4. Terapi simptomatik : Pengobatan yang diarahkan untuk menghilangkan gejala penyakit pasien. Tidak harus dengan obat, bisa dengan kompres. 5. Amoksisilin : Turunan penisilin semisintetik dan stabil dalam suasana asam lambung diabsorbsi dengan cepat dan baik dalam saluran pencernaan dan efektif untuk semua infeksi. Obat yang umum digunakan untuk infeksi karena bakteri, tidak untuk virus dan jamur. Bekerjanya menghambat sintesis dinding sel kuman. Diberikan secara oral atau intravena. 6. Tonsil : Masa jaringan yang bulat dan kecil dan tersusun dari jaringan limfoid. Berfungsi sbg sistem pertahanan tubuh spesifik dan non spesifik. Pada anak besar, lalu akan mengecil bertahap pada saat pubertas. Ada 3 jenis : tonsil palatine, tonsil lingua, dan tonsil pharyngea (adenoid) merupakan cincin limfoid/cincin boldeyer. Untuk mencegah infeksi saluran nafas dan faring. 7. T2-2 : Ukuran besarnya tonsil kanan-kiri. T dari 0 sampai 4 T0 : tidak ada (setelah operasi) T1 : ukuran normal (seperempat dari jarak arcus dari uvula) T2 : pembesaran dua perempat jarak arcus dari uvula T3 : pembesaran tiga perempat jarak arcus dari uvula T4 : pembesaran nempel ke uvula (menutup orofaring) 8. Komplikasi : Penyakit sekunder yang terjadi karena belum teratasinya penyebab penyakit yang primer. Kronologi adanya munculnya tambahan sign/simptom yang merupakan pathogenesis suatu penyakit. 3
9. Bakteri kokus gram positif : Salah satu bentuk bakteri. Yang bergandengan seperti rantai disebut streptococcus. Gram positif akan mengambil warna Kristal violet sehingga tampak keunguan.
II. Rumusan Masalah 1. Apa ada hubungan mual dan muntah dengan tonsil yang membengkak 2. Hubungan tonsil yang membengkak dengan kadar leukosit yang meningkat. 3. Mengapa sendi terasa sakit dan sakitnya berpindah pindah. 4. Hubungan obat yang diminum secara tidak teratur dengan komplikasi yang terjadi. 5. Mengapa dokter memberi terapi simtomatik dan amoksisilin. 6. Hubungan gejala baru yang timbul dengan keluhan utama. 7. Apa efek yang disebabkan oleh bakteri tersebut. 8. Pemeriksaan penunjang apa yang diperlukan dokter. 9. Apakah pencegahan komplikasi yang bisa diberikan/dilakukan. 10. Bagaimana cara pemeriksaan usap tenggorokan.
III. Pembahasan Masalah 1. Faring dan tonsil membengkak, ada oedem, hiperemi kemudian memberi rangsangan pada reflex muntah. Sehingga mengganggu fungsi menelan. Muntah terkait lesi fungsi. Fungsi orofaring, membentuk bolus. Karena lesi fungsi dari orofaring, jadi muntah. Menelan langsung muntah. 2. Adanya infeksi oleh bakteri. Bakteri reaksi radang leukosit akan keluar untuk menjaga pertahanan tubuh, akan berkumpul pada tempat yang terinfeksi. Membengkak kadar leukosit meningkat 4
3. Karena tonsillitis tidak sembuh, shg bakteri menyerang sendi (demam rematik). Komplikasi dari tonsillitis : - Local : abses orofaring, otitis media - Sistemik : penyebab streptokokus hemolitikus. penyebaran infeksi ke ginjal, sendi (artritis), jantung (endocarditis), vaskuler. Komplikasi jangka pendek : otitis media, sinusitis, dan lain - lain Komplikasi jangka panjang : pleuritis, glomerulus nefritis, endokarditis, dan lain - lain 4. Obat yang mencegah pertumbuhan bakteri akan tetapi diahalngi jadi resisten bakterinya 5. Amoksisilin ada efek samping nya kayak doare, mual muntah obat simptomatikl menghilangkan efek samping Simptomatik menghilangkan gejala agar tetap bisa sekolah Amoksisilin antibiotic dari bakteri 6. Infeksi jadi demam karena prostaglandin seperti kasus 1 Sakit kepala prostaglandin juga menyebabkan nyeri pada kepala 7. Sudah terjawab 8. Bahan untuk sasaran belajar 9. Mengganti antibiotic Makan dengan makanan yang lunak. Banyak minum air, seperti sari buah. Tidak minum es. Kumur dengan kloriheksidin glukonat untuk antimikroba di mulut. Yang resisten jadi tidak resisten. Untuk radang tenggorokan dan sariawan dapat merugikan karena dapat mematikan flora normal (untuk mencegah infeksi kuman) Edukasi pasien : agar minum obat secara teratur. Jangan terlalu capek, makan makanan lunak. 10. Bahan untuk sasaran belajar
5
IV. Peta Konsep
V. Sasaran Belajar : 1. Menyebutkan berbagai kemungkinan penyebab radang tenggorokan virus Streptococcus pyrogenes, diptheri 2. Menjelaskan perbedaan pathogenesis berbagai penyebab radang tenggorokan 3. Menjelaskan pemilihan jenis pemeriksaan laboratorium (darah dan usap tenggorok) untuk membedakan berbagai penyebab radang tenggorokan. RADANG TENGGOROKA N Etiopatogenesi s - Bakteri Gejala Diagnosis anamnesis pemeriksaan fisik pemeriksaan penunjang Terapi Etiologi efek farmakokinetik efek farmakodinamik Komplikasi - pencegahan Edukasi 6
4. Menjelaskan strategi pemeriksaan laboratorium radang tenggorokan oleh Streptococcus pyogenes 5. Menjelaskan komplikasi akibat infeksi dan Streptococcus pyogenes 6. Menjelaskan strategi pengobatan dan farmakologi (farmakokinetik, farmakodinamik) antibiotika gol beta-laktam 7. Menjelaskan faktor risiko dan pencegahan infeksi Streptococcus pyogenes 8. Menjelaskan pathogenesis demam rheumatic 9. Menyebutkan tanda dan gejala demam rheumatic carditis, polyarthritis migrans 10. Menjelaskan jenis pemeriksaan laboratorium dalam diagnosis demam rematik (SRP RF, ASTO) dan ECG. 11. Menjelaskan keuntungan dan kendala berbagai pemeriksaan penunjang. 12. Menjelaskan komplikasi demam rheumatic dan pencegahannya 13. Menjelaskan gambaran patologi kelainan jantung akibat demam rheumatic 14. Menjelaskan farmakokinetik dan farmakodinamik obat obatan demam rematik (NSAID, benzatin penisilin)
VI. Hasil Belajar Mandiri A. Berbagai Kemungkinan Penyebab Radang Tenggorokan
7
Keterangan : 1. Pada peristiwa perlekatan, ligan khusus dari virus melekatkan diri pada resepor permukaan sel yang sensitive. 2. Untuk memasukkan ke dalam sel bisa melalui mekanisme endositosis maupun penggabungan dengan membrane plasma sel. 3. Pelepasan selubung ini bisa sebagian atau seluruhnya yang tujuannya adalah untuk melakukan transkripsi asam nukleat virus untuk mRNA awal 4. Translasi dari mRNA awal ini terutama untuk membentuk protein-protein yang mengatur ekspresi genom virus, dan enzim- enzim yang digunakan untuk replikasi asam nukleat virus. 5. Setelah terbentuk asam nukleat virus, gen akhir virus mentranskripsikan mRNA akhir yang produk utamanya adalah 8
protein structural virus untuk membentuk virion-virion baru.
The most : Rhinovirus masuk ke tubuh lewat cilia epitel pada hidung sebabkan edema dan hyperemia. Ciri-ciri : peningkatan sekresi mukus, pembengkakan mucosal membran, obstruksi symptom. Streptococcus pyogenes Karakteristik : 1. Bakteri gram positif anaerob fakultatif, termasuk ke dalam klasifikasi streptococcus group A. Memiliki kapsul dengan komposisi asam hyaluronic (beta- hemolitic) streptolysin merusak tidak hanya RBC tapi juga, WBC. 2. Memiliki kemampuan sebagai penyebab penyakit karena memproduksi Exotoxins (ada 3 tipe) menyebabkan demam dan scarlet fever rashes, menigkatkan risiko syok endotoxic dan menurunkan pembuatan antibodi. Streptokinase toxin yang mencerna gumpalan darah untuk membantu dalam invasi pada luka. M protein faktor terbesar sebagai virulensi, resisten terhadap panas dan asam, membantu dalam proses perlekatan pada jaringan sel inang, membantu sel resisten terhadap fagosit Asam hyaluronic pada kapsulnya, seperti jaringan ikat pada manusia membiarkan bakteri masuk ke dalam tubuh host sebagai antigen, juga membantu menghindari bakteri dari fagositosis. 3. Merupakan patogen opportunistik sebenarnya adalah flora normal di dalam tract respiratorius atas yang biasanya tidak menimbulkan komplikasi, namun akan menimbulkan penyakit 9
jika pertahanan tubuh sudah tidak bekerja lagi dan membahayakan. 4. Menyebabkan lebih dari satu penyakit, dari yang ringan (radang tenggorokan, impetigo) hingga yang parah (streptococcus shock syndrome)
Corynebacterium diphtheriae Corynebacterium diphtheriae diphtheria upper respiratory tract illness : radang tenggorokan, demam, adherent membran (pseudomembran pada tonsil, faring, cavitas nasi) Karakteristik : 1. Bakteri gram positif, nonmotil, bentuk batang 2. Actinobacteria 3. Filogenetik mycobacteria & actinomycetes tapi tidak membentuk spora/cabang bentuk irreguler club-shaped dan V-shaped 4. Sebagian adalah flora normal pada manusia khususnya pada kulit dan hidung
B. Patogenesis Berbagai Penyebab Radang Tenggorokan Etiologi a. Virus o Influenza, rhinovirus, dll 10
b. Bakteri o Streptococcus pyogenes o Corynebacterium diphteriae Rhinovirus o Penyebab common cold o Replikasi aktif 33-35 o C o Transmisi melalui droplet & permukaan yang terkontaminasi o Patogenesis : a. Port d entre saluran nafas atas b. Berikatan dengan ICAM-1 / CD54 pada sel epitel c. Replikasi d. Sel epitel release kemokin dan sitokin
o Gejala common cold Suara serak Runny nose Pilek Bersin dan batuk Terkadang ditemani dengan nyeri otot, kelelahan, tidak enak badan, sakit kepala, lelah otot, atau kehilangan nafsu makan 11
Streptococcus pyogenes o Bentuk bulat, rantai panjang o Bakteri gram-positif o Bakteri infeksius grup A o Bakteri beta-hemolitik o Struktur sel : Kapsul : Asam hialuronat Dinding sel : Asam lipoteikoat, Peptidoglikan, Karbohidrat polisak grup A, Protein spesifik Fimbriae Membran sel o Produk ekstrasel Streptokinase Streptolisin Hialuronidase Peptidase C5a DNAse Eksotoksin pirogenik o Patogenesis 12
Corynebacterium diphteriae o Penyebab penyakit difteri o Bentuk batang, gram positif o Gambaran khas seperti huruf Tionghoa o Memproduksi toksin o Patogenesis Organisme memproduksi racun yang menghambat sintesis protein selular dan hal tersebut menyebabkan kerusakan jaringan dan membran. Racun yang ada di membran kemudian masuk ke dalam aliran darah kemudian menyebar ke jaringan lain pada tubuh. Racun tersebut mampu menyebabkan komplikasi miokarditis, neuritis, serta dapat menyebabkan thrombocytopenia dan proteinuria.
C. Pemilihan Jenis Pemeriksaan Laboratorium Untuk Membedakan Berbagai Penyebab Radang Tenggorokan Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu 1. Hemoglobin 2. Hematokrit 3. Leukosit (White Blood Cell / WBC) Pada infeksi akibat virus didapatkanpenurunan kadar leukosit, sedangkan pada infeksi bakteri didapatkan kenaikan kadar leukosit 4. Trombosit (platelet) 5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC) 6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC) 7. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) o Tujuan : Untuk mengukur kecepatan pengendapan sel-sel darah merah dalam mm/jam 13
o LED meningkat : Arthritis rematoid, Demam, infeksi bakteri, Gout, Penyakit radang akut, dll o LED menurun : Polisitemia Vera, Gagal jantung Kongestif, Anemia sel sabit, dll. o Nilai normal LED pada metode Westergreen : Laki-laki : 0 15 mm/jam Perempuan : 0 20 mm/jam o Pada kasus skenario 2, anak terinfeksi oleh bakteri sehingga LED akan meningkat 8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count) 9. Platelet Disribution Width (PDW) 10. Red Cell Distribution Width (RDW) Kultur Usap Tenggorokan o Kultur usap tenggorokan adalah tes laboratorium yang dilakukan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi organisme yang dapat menyebabkan infeksi di tenggorokan. o Cara pemeriksaan : Anda akan diminta untuk memiringkan kepala ke belakang dan buka mulut lebar-lebar. Petugas kesehatan mengusapkan kapas yang steril di sepanjang bagian belakang tenggorokan anda dekat amandel. Petugas kesehatan mungkin harus mengikis bagian belakang tenggorokan dengan mengusapnya beberapa kali. Ini membantu meningkatkan kemungkinan untuk dapat mendeteksi bakteri. o Bagaimana Mempersiapkan Test ? Tidak boleh menggunakan antiseptik pencuci mulut sebelum tes. o Bagaimana rasanya? Anda mungkin merasakan sakit di tenggorokan pada saat tes dilakukan. Anda mungkin mengalami sensasi mual 14
ketika bagian belakang tenggorokan anda disentuh dengan kapas, tapi tes hanya berlangsung beberapa detik. o Mengapa Test Dilakukan ? Tes ini dilakukan bila dicurigai adanya infeksi tenggorokan, khususnya radang tenggorokan. o Hasil Normal : Ditemukannya bakteri mulut dan tenggorokan yang biasa (flora normal) adalah normal. o Apa Makna Hasil Abnormal Hasil abnormal berarti ditemukannya bakteri atau organisme lain. Ini biasanya merupakan tanda infeksi. o Pada bakteri positif (+) pada biakan bakteri pada virus -> negatif (-) pada kultur laboratorium GABHS rapid antigent detection test Untuk mendeteksi jika dicurigai penyebab infeksi karena streptococcus grup A
D. Strategi Pemeriksaan Laboratorium Radang Tenggorokan Oleh Streptococcus pyogenes A. PRINSIP PENGELOLAAN SPESIMEN 1. Utamakan keselamatan dan keamanan petugas rumah sakit / laboratorium : Menggunakan alat-alat proteksi standar (jas lab, sarung tangan, dll), standar pangamanan harus sesuai dengan spesimen. Wadah spesimen ditutup rapat dan tidak bocor Lepaskan jarum 2. Pertimbangkan kenyamanan dan keamanan pasien: Informed consent sebelum mengambil spesimen 15
Tepat dalam waktu pengambilan dan pemilihan spesimen mencegah resampling 3. Jumlah mikroorganisme hidup saat kultur cukup Jenis spesimen tepat Waktu pengumpulan spesimen tepat Volume cukup Penyimpanan dan transportasi yang baik Pemeriksaan yang benar dan tepat Media transport Sebelum pemberian antibiotika / bebas antibiotika 3 hari Bakteri anaerob: kontak dengan oksigen (-) 4. Hindari kontaminasi flora normal atau dari lingkungan Cara pengumpulan spesimen Tindakan asepsis Wadah steril dan tertutup rapat / tidak bocor 5. Komunikasi yang baik antara dokter dan laboratorium mikrobiologi B. U S A P
T E N G G O R 16
OKAN
E. Komplikasi akibat Infeksi dari Streptococcus pyogenes 1. Demam Rematik Akut / Acute Rheumatic Fever (Arf) 2-3 minggu setelah infeksi Kriteria jones pada demam rematik akuta: 17
Demam rematik akut jika: (+) 2 major atau 1 major + 2 minor Manifestasi mayor a. Karditis o Karditis merupakan kelainan yang paling serius pada demam rematik akut dan menyebabkan mortalitas paling sering selama stadium akut penyakit. Karditis ini mempunyai gejala yang nonspesifik meliputi mudah lelah, anoreksia, demam ringan, mengeluh nafas pendek, nyeri dada dan arthalgia. o Miokardium, endokardium dan perikardium juga sering terlibat dalam karditis. Miokarditis biasanya terjadi dengan adanya takikardi, pembesaran jantung dan adanya tanda gagal jantung. Perikarditis sering dialami dengan adanya nyeri pada jantung dan nyeri tekan b. Arthritis o Arthritis menunjukkan adanya radang sendi aktif yang ditandai nyeri hebat, bengkak, eritema dan demam. Nyeri saat istirahat yang menghebat pada gerakan aktif dan pasif merupakan tanda khas c. Korea Sydenham 18
o Gejala awal biasanya emosi yang labil dan iritabilitas. Lalu diikuti dengan gerakan yang tidak disengaja, tidak bertujuan dan inkoordinasi muskular. Semua otot dapat terkena, namun otot wajah dan ekstremitas adalah yang paling mencolok. d. Eritema marginatum o Eritema marginatum merupakan ruam khas pada demam rematik yang terjadi kurang dari 10% kasus. Ruam ini tidak gatal, makular, berwarna merah jambu atau kemerahan dengan tepi eritema yang menjalar dari satu bagian ke bagian lain, mengelilingi kulit yang tampak normal. e. Nodulus subkutan o Jarang dijumpai, kurang dari 5% kasus. Nodulus terletak pada permukaan ekstensor sendi, terutama pada siku, ruas jari, lutut dan persendian kaki. Kulit yang menutupinya dapat bebas digerakkan dan pucat, tidak menunjukkan tanda peradangan Manifestasi minor o Demam hampir selalu terjadi pada poliarthritis rematik. Suhunya jarang mencapai 40 derajat C dan biasa kembali normal dalam waktu 2 3 minggu. o Arthralgia, yakni nyeri sendi tanpa disertai tanda-tanda objektif (misalnya nyeri, merah, hangat) juga sering dijumpai. Arthalgia biasa melibatkan sendi-sendi yang besar. 2. Glomerulonefritis Akuta Post Streptococcus Komplikasi dari Streptococcus grup A Kejadian jarang Tanda: o edema mendadak 19
o Oliguria o Hipertensi o Payah jantung (Congestive Heart Failure) Komplikasi GNAPS o Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari, terjadi sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. o Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia, dan hiperfosfatemia. o Hipertensi ensefalopati, didapatkan gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak. o Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. o Gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium. o Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik yang menurun
F. Strategi Pengobatan Antibiotik Dalam penggunaan antibiotik untuk terapi perlu diperhatikan berbagai strategi agar dapat tercapai tujuan dari terapi tersebut. Strategi tersebut adalah: 1. Penggunaan secara rasional 2. Obat yang dipilih merupakan obat yang tepat untuk kondisi tertentu 3. Hanya digunakan untuk infeksi bakterial 20
4. Melakukan pendidikan pada penderita mengenai penggunaanyang benar 5. Menulis resep dengan lebih baik dan bijaksana 6. Dosis optimal.
Antibiotik Beta-laktam Antibiotik yang struktur kimianya terdapat cincin beta laktam. Beberapa antibiotik golongan beta laktam sebagai berikut: Penisilin Sefalosporin Monobaktam Karbapenem Kerja antibiotik betalaktam dengan menghambat sintesis mukopeptida yang diperlukan untuk pembentukan dinding sel bakteri. PENISILIN Penisilin isoksazolil Aminopenisilin
Absorbsi Penisilin G o Mudah rusak dalam suasana asam (pH=2). o Cara pemberian melalui intramuskular dan intravena. Pemberian secara oral tidak dianjurkan, karena pemberian secara oral harus 4-5x lebih besar dari dosis IM sehingga tidak efektif. Penisilin V o Penisilin V tidak tahan asam o Cara pemberiannya secara oral dan diabsorbsi sebanyak 60%. Ampisilin o Cara pemberian secara intravena, intramuskuler, dan oral. Pemberian secara oral akan diabsorbsi sebesar 40%. Absorbsi dipengaruhi ada/tidak makanan dalam saluran cerna dan besarnya dosis. Dosis yang kecil akan diabsorbsi lebih besar, sedangkan adanya makanan 22
dalam saluran cerna akan menghambat absorbsi ampisilin. Amoksisilin o Cara pemberiannya sacara oral akan diabsorbsi sebesar 75-90%. Absorbsi amoksisilin tidak terhambat oleh adanya makanan. Amoksisilin dapat mencapai kadar dalam darah lebih tinggi dibanding ampisilin dalam dosis yang sama. Metisilin o Cara pemberiannya efektif secara intramuskular dan intravena. Antibiotik jenis ini cepat dirusak oleh asam lambung. Distribusi Penisilin G o Distribusinya luas o Kadar obat yang memadai dapat mencapai ginjal, hati, empedu, usus, limfe dan semen, CSS sukar dicapai oleh penisilin G. Penisilin V & Metisilin o Umumnya sama dengan penisilin G Ampisilin o Distribusi luas di dalam tubuh o Pengikatannya oleh protein plasma hanya 20% o Masuk ke dalam empedu siklus enterohepatik 23
Amoksisilin o Pengikatannya oleh protein plasma hanya 17-20% BIOTRANSFORMASI Dilakukan oleh mikroba berdasarkan pengaruh enzim penisilinase dan amidase
EKSKRESI Melalui proses ekskresi tubuli ginjal Gagal ginjal memperlambat ekskresi penisilin Dapat dihambat oleh probenesid, fenilbutazon, sulfinpirazon, asetosal, indometasin o Memperpanjang waktu paruh eliminasi penisilin dalam darah 2-3x lebih lama Farmakodinamik Antibiotik Penisilin Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida pada sintesis dinding sel mikroba Mekanisme antibiotik penisilin dalam tubuh: o Obat bergabung dengan penicillin-binding protein (PBPs) pada kuman 24
o Terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses transpeptidasi antar rantai peptidoglikan terganggu o Aktivitasi enzim proteolitik dinding sel Resistensi Pembentukan enzim betalaktamase. o Gram positif = sekresi banyak o Gram negatif = sekresi sedikit, tempatnya strategis Enzim autolisin kuman tidak bekerja timbul sifat toleran kuman terhadap obat Kuman tidak mempunyai dinding sel o Perubahan PBP atau obat tidak dapat mencapai PBP G. Faktor Risiko dan Pencegahan Infeksi Streptococcus Pyogenes Streptococcus pyogenes adalah bakteri gram posotif, berbentuk spherical yang tumbuh dalam bentuk rantai panjang Merupakan streptococcus grup A karena Streptococcus pyogenes memiliki antigen grup A di dinding selnya Memiliki sifat beta-hemolitic karena dapat melisiskan darah saat dikultur di plat agar darah. Faktor resiko : o Streptococcus pyogenes adalah salah satu bakteri pathogen yang sering menyebabkan infeksi pada manusia. o S. pyogenes dapat menyebabkan infeksi ketika pertahanan sistem imun tubuh organisme mengalami penurunan 25
(immunocompromise), sehingga bakteri ini dapat melakukan penetrasi ke jaringan tubuh. o Streptococcus pyogenes dapat menyebabkan infeksi baik itu ringan maupun berat. Infeksi yang berat dapat terjadi pada kondisi immunocompromised, seperti : o Bayi berumur <6 bulan o Usia >75 tahun o Pasien HIV, kanker, diabetes mellitus type II o Pengguna narkotika dan penyalahgunaan alkohol o Wanita hamil o Pasien kemoterapi o Penggunaan steroid berkepanjangan o Penggunaan obat immunosupresan Pencegahan Infeksi o Cuci tangan menggunakan sabun terutama ketika : - Sebelum dan sesudah makan - Setelah batuk atau bersin - Setelah kontak dengan orang yang mengalami infeksi o Menjaga kesterilan alat-alat yang digunakan terutama alat- alat yang infasif seperti jarum suntik, pisau bedah, dan lain- lain o Menjaga kebersihan lingkungan sekitar
H. Patogenesis Demam Rematik Demam reumatik adalah penyakit radang yang timbul setelah infeksi streptococcus golongan beta hemolitik A. Penyakit ini menyebabkan lesi patologik jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan sub kutan. Gejala demam reumatik bermanifestasi kira-kira 1 5 minggu setelah terkena infeksi. Gejala awal, seperti juga beratnya 26
penyakit sangat bervariasi. Gejala awal yang paling sering dijumpai (75 %) adalah arthritis. Bentuk poliarthritis yang bermigrasi. Gejala dapat digolongkan sebagai kardiak dan non kardiak dan dapat berkembang secara bertahap. Demam reumatik dapat menyerang semua bagian jantung. Meskipun pengetahuan tentang penyakit ini serta penelitian terhadap kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A sudah berkembang pesat, namun mekanisme terjadinya demam reumatik yang pasti belum diketahui. Pada umumnya para ahli sependapat bahwa demam remautik termasuk dalam penyakit autoimun. Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 produk ekstrasel yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S, hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase, dioksiribonuklease serta streptococcal erytrogenic toxin. Produk-produk tersebut merangsang timbulnya antibodi. Pada penderita yang sembuh dari infeksi streptococcus, terdapat kira- kira 20 sistem antigen-antibodi; beberapa diantaranya menetap lebih lama daripada yang lain. Anti DNA-ase misalnya dapat menetap beberapa bulan dan berguna untuk penelitian terhadap penderita yang menunjukkan gejala korea sebagai manifestasi tunggal demam reumatik, saat kadar antibodi lainnya sudah normal kembali. ASTO ( anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih kurang 80 % penderita demam reumatik / penyakit jantung reumatik akut menunjukkan kenaikkan titer ASTO ini; bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus, maka pada 95 % kasus demam reumatik / penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi terhadap streptococcus. Patologi anatomis.Dasar kelainan patologi demam reumatik ialah reaksi inflamasi eksudatif dan proliferasi jaringan mesenkim. Kelainan yang menetap hanya terjadi pada jantung; organ lain seperti 27
sendi, kulit, paru, pembuluh darah, jaringan otak dan lain-lain dapat terkena tetapi selalu reversibel. Diagnosis dibuat berdasarkan kriteria jones yang dimodifikasi dari American Heart Association. Dua kriteria mayor dan satu mayor dan dua kriteria minor menunjukkan kemungkinan besar demam reumatik. Prognosis tergantung pada beratnya keterlibatan jantung.
I. Tanda dan Gejala Demam Rheumatic Carditis, Polyarthritis Migrans Perjalanan Klinis o Stadium 1 : infeksi saluran napas bagian atas oleh bakteri streptococus. Tanda dan Gejala - Demam - Batuk - Sakit saat menelan - Muntah - Pembesaran KGB o Stadium 2: masa antar infeksi dengan permulaan gejala demam reumatik (1-3 minggu setelah infeksi) o Stadium 3 : demam reumatik akut Menimbulkan tanda dan gejala umum (minor) dan spesifik (mayor). Karditis o Sering terjadi pada anak o Merupakan komplikasi dari DRA jangka panjang o Sering terjadi pankarditis yang ditandai dengan Perikarditis : pericardial friction rub - terdengar muffled sounds dan penurunan tekanan sistolik saat inspirasi. 28
Myokarditis Endokarditis : Insufiensi katup mitral dan aorta - Bising mitral regurgitasi berupa bising pansistolik, high pitch, yang radiasi ke axilla. Tidak dipengaruhi oleh posisi dan respirasi. Intensitas 2/6. - Carey coombs bising : bising diastolik di apeks. - Bising aorta regurgitasi : bising awal diastolik yang terdapat dibasal, dan terbaik didengar pada sisi atas kanan dan kiri sternum saat penderita duduk miring kedepan. 3-7 Polyarthitis migrans o keluhan nyeri pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku ( polyarthritis migrans ), gangguan fungsi sendi. Chorea o Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal , bilateral,tanpa tujuan dan involunter, serta sering kali disertai dengan kelemahan otot. o Sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat. Eritema Marginatum o Merupakan manifestasi pada kulit, berupa bercak-bercak merah dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya berbatas tegas , berbentuk bulat dan bergelombang tanpa indurasi dan tidak gatal. o Biasanya terjadi pada batang tubuh dan telapak tangan Nodul Subcutan o tonjolan-tonjolan keras dibawah kulit tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri. o Biasanya timbul pada minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. 29
o Nodul ini terutama muncul pada permukaan ekstensor sendi terutama siku,ruas jari,lutut,persendian kaki.
J. Menjelaskan Jenis Pemeriksaan Laboratorium dalam Diagnosis Demam Rematik 1. Pemeriksaan C- Reactive protein (CRP) a. Dihasilkan oleh hati proses kerusakan jaringan dan peradangan. b. Test CRP menggunakan metode aglutinasi, mis. dengan sandwich imunometri c. Metode aglutinasi partikel latex yg dilapisi pada antibody anti-CRP ditetskan pada serum shg terjadi aglutinasi d. Test sandwich imunometri mengukur intensitas warna pada Nycocard reader ( Nilai rujukan normal : 5 mg/L) e. Meningkat dalam 6 10 jam setelah ada kerusakan jaringan f. Mencapai puncak dalam 24-72 jam g. Peningkatan arthritis rheumatoid, infeksi akut, infark jantung, dan keganasan h. Normal 3 hari setelah kerusakan jaringan membaik i. Nilai CRP menurut American Heart Association dan US Centers for Disease Control and Prevention : Risiko rendah : kurang dari 1,0 mg / L Risiko rata-rata : 1,0-3,0 mg / L Risiko tinggi : di atas 3,0 mg / L 2. Rheumatoid arthritic factor (RF) a. Mendeteksi antibodi golongan IgM, IgG atau IgA yang ada dalam serum penderita artritis rheumatoid b. Kadar tinggi penyakit autoimun, kelainan sendi yg berat dan komplikasi sistemik 30
c. Kadar rendah penyakit imunologis dan orang tua ( > 65 th ) d. Metode latex aglutinasi atau nephelometry partikel latex diselimuti oleh IgG murni dan nanti akan berikatan dengan RF pada serum shg terjadi aglutinasi e. Nilai rujukan : Dewasa : - 1/20-1/80 positif untuk keadaan rheumatoid q arthritis dan penyakit lain; - > 1/80 positif untuk rheumatoid arthritis. Anak : biasanya tidak dilakukan 3. Pemeriksaan antistreptolisin O ( ASTO) a. Antibodi yang dihasilkan tubuh akibat rangsangan antigen oleh enzim yang dihasilkan oleh bakteri - hemolytic Streptococcus , yaitu streptolisin O b. Meningkat demam rematik akut, glomerulonefritis akut, infeksi streptokokus pada saluran pernapasan atas, dan arthritis rheumatoid c. Menurun pengaruh antibiotic d. Muncul 1 2 minggu setelah infeksi streptokokus akut e. Memuncak setelah 3 4 minggu f. Metode aglutinasi Mereaksikan serum yg mengandung ASTO dgn partikel latex yg dilapisi oleh streptolisin O shg terbentuk aglutinasi 4. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) Menggunakan 8 elektroda : 1. RA : tangan kanan 2. LA : tangan kiri 3. RL : kaki kanan 4. LL : kaki kiri 5. V1 : Spatium intercostal 4, linea parasternal dextra 6. V2 : Spatium intercostal 4, linea parasternal sinistra 31
7. V3 : antara V2 dan V4 8. V4 : spatium intercostal 5, linea midclavicula sinistra 9. V5 : sejajar V$, linea axillaris anterior 10. V6 : sejajar V5, linea mid-axillaris sinistra
Hantaran EKG :
Hasil EKG :
Gel. P : depolarisasi atrium Interval PR : perjalanan depolarisasi atrium ke ventrikel 32
Interval QRS : depolarisasi ventrikel Segmen ST : repolarisasi ventrikel Gel T : mengikuti QRS , repolar. Ventrikel Interval QT : aktivitas ventrikel total Gel. U : repolarisasi serat purkinje
Prinsip Membaca EKG :
Frekuensi Heart rate Menghitung jml denyut jantung per menit. 1500/jml kotak kecil antr gel R ke gel R selanjutnya atau 300/jml kotak besar Normal : 60-100 x / menit Irama Apabila setiap kompleks QRS didahului oleh sebuah gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak, maka berarti bukan irama sinus Zona Transisi Menunjukkan posisi septum interventrikuler. Panjang gelombang (+) R dan (-) S tampak relative sama. Normal pada V3/V4 Aksis Aksis normal selalu terdapat antara -30 sampai +110. Lebih dari -30 disebut deviasi aksis kiri, lebih dari 33
+110 disebut deviasi aksis kanan, dan bila lebih dari +180 disebut aksis superior Morfologi EKG : 1. Gel P letak didepan QRS, tinggi < 2,5 kotak kecil, lebar < 3 kotak kecil 2. Interval PR lebar 3-5 kotak kecil 3. Gel Q lebar < 1 kotak kecil , dalam < 2 kotak kecil 4. Gel R tinggi < 27 kotak kecil 5. Gel S tidak ada di V6 6. Komplek QRS lebar 1-3 kotak kecil 7. Segmen ST isoelektrik 8. Gel T positif ( bersama R tinggi ), inversi di III, aVR, V1 9. Interval QT lebar < interval R-R, lebar < 2 kotak besar 10. Gel U tak tampak pada gelombang normal
K. Keuntungan dan Kendala Berbagai Pemeriksaan Penunjang 1. CRP (C-reactive Protein) Test Merupakan tes non-spesifik. Tes ini digunakan untuk mendeteksi adanya inflamasi, apabila ada kecurigaan adanya cedera jaringan atau infeksi pada tubuh, tapi tes ini tidak bisa digunakan untuk mengatahui penyebab dan dimana lokasi terjadinya inflamasi. CRP bukan pemeriksaan diagnostik untuk suatu penyakit, tapi dapat digunakan tanda dan gejala serta tes lain untuk menentukan inflamasi yang terjadi akut atau kronik CRP dapat digunakan bersama dengan Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR), atau tes lain untuk menentukan diagnosis. 34
Kelebihan : Tidak membutuhkan persiapan khusus Kekurangan : Tidak spesifik Perlu hasil tes lain serta tanda dan gejala, untuk menentukan diagnosis Menimbulkan nyeri yang moderat ketika memasukkan jarum suntik Ada resiko terjadinya o Hematoma o Pendarahan berlebihan o Pusing atau Pingsan o Infeksi (akibat robekan kulit, sangat kecil kemungkinannya) 2. Rheumatoid Factor Test Rheumatoif Factor Test adalah suatu tes darah untuk menghitung RF antibodi dalam tubuh. Kebanyakan digunakan untuk diagnosis Rheumatoid Arthritis. Kekurangan : - Sedikit terasa nyeri saat test (akibat tusukan jarum) 3. ASTO Pemeriksaan antistreptolysin (ASTO) merupakan pemeriksaan darah yang dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit jaringan sendi, misalnya demam rematik akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptokokus. Kelebihan : - Spesifik 35
- Dapat langsung mengetahui penyebab sakitnya sehingga mempermudah untuk penentuan terapi lebih lanjut Kekurangan : - Perlu persiapan khusus (Tidak boleh makan selama kurang lebih 6 jam) - Ada resiko terjadinya o Hematoma o Pendarahan berlebihan o Pusing atau Pingsan o Infeksi (akibat robekan kulit, sangat kecil kemungkinannya) 4. ECG Kelebihan : - Tidak menimbulkan sakit/nyeri saat pemeriksaan - Tidak ada resiko untuk terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan Kekurangan : - Hasil pemeriksaan dapat dipengaruhi: o Obat o Minum dingin atau panas o Latihan yang dilakukan orang yang akan diperiksa
L. Komplikasi Demam Rheumatic dan Pencegahannya Demam rematik merupakan penyakit inflamasi yang dapat timbul setelah infeksi Streptococcus pyogenes. Penyakit ini dapat mempengaruhi jantung, persendian, kulit, dan otak. Diagnosis terhadap demam rematik dapat ditegakkan apabila pasien memiliki tanda-tanda 36
infeksi bakteri streptococcus serta memenuhi 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor. Inflamasi yang disebabkan oleh demam rematik dapat bertahan sampai beberapa minggu atau bulan. Dalam beberapa kasus, inflamasi ini dapat juga menyebabkan beberapa komplikasi jangka panjang
Demam Rematik Akut Demam rematik akut menyebabkan perubahan pada permeabilitas pembuluh darah sehingga aktivitas makrofag dan leukosit PMN meningkat. Respon inflamasi dapat menyebabkan peradangan difus pada seluruh lapisan jantung (pankarditis), arteritis, dan arthritis. Perikarditis eksudatif yang disertai penebalan perikardium juga merupakan ciri khas demam rematik akut. 37
Akibat pankarditis, jaringan pada jantung mengalami pembengkakan sehingga kapasitas pengisian ventrikel berkurang. Suplai darah dan oksigen pada sistem menjadi inadekuat, menyebabkan kegagalan jantung kongestif. Arthritis menyebabkan nyeri pada persendian (arthralgia) berpindah-pindah.
Demam Rematik Kronis Jika inflamasi tidak kunjung membaik, akan termanifestasi gangguan pada katup jantung serta gangguan lainnya yang disebut penyakit jantung rematik. Aktivitas PMN dan makrofag pada miokardium akan menimbulkan gambaran nodular khas yang disebut Badan Aschoff. Aktivitas fibroblas juga akan meninggi akibat adanya respon inflamasi serta nekrosis. Jaringan ikat fibrosa akan menumpuk pada katup jantung, meyebabkan stenosis katup dan juga fusi daun katup pada komisura. Lubang katup menyempit dan elastisitas katup menurun. Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya aliran darah serta regurgitasi. Gangguan katup ini dapat bermanifestasi klinis sebagai bising jantung dan suara tambahan. Akibat dari stenosis pada katup mitral, kemampuan pengisian ventrikel sinistra menurun sehingga dapat menyebabkan dilatasi atrium sinistra, aritmia, dyspnea, kongesti paru dan kegagalan jantung. Stenosis valvula aorta mengakibatkan gangguan pada ejeksi sistol. Sehingga jantung harus mengkompensasi dengan hipertrofi 38
ventrikel kiri. Suplai darah yang insufisien dapat menyebabkan angina pectoris, pingsan, dan gagal jantung. Stenosis pada katup trikuspidalis akan meningkatkan kerja atrium dextra dan dilatasi. Pada tingkat yang lebih berat akan ditemukan gagal jantung, asites, hepatomegali, dan kongesti sistemik. Pencegahan Cara terbaik untuk mencegah demam rematik berikut berbagai komplikasinya ialah dengan secara penuh menangani penyebab infeksi dari bakteri grup A Streptococcus beta hemolitik dengan pemberian antibiotik seperti penicillin dan amoxicillin. Penggunaan aspirin atau NSAID dapat diberikan untuk mengurangi inflamasi dan mengontrol derajat demam rematik.
M. Gambaran Patologi Kelainan Jantung Akibat Demam Rheumatic Dasar kelainan demam reumatik : o reaksi inflamasi eksudatif o Proliferatif jaringan mesenkim Proses patologis melibatkan : jaringan ikat atau jaringan kolagen Manifestasi klinik : jantung, sendi dan otak PJR DR akut yang juga merupakan penyakit radang akut, menyertai faringitis S Beta hemolitikus grup A o Kerusakan permanen dari katup-katup jantung o Komplikasi yang membahayakan Keterlibatan jantung dapat mengenai semua komponen jaringan. Proses radang selama karditis akut paling sering terbatas pada endokardium dan miokardium. Pada miokarditis berat perikardium juga dapat terlibat 39
Karditis Rematik Akut o Menyerang semua lapisan jantung, endokardium yang terkena biasanya lapisan endokard >> bengkak o Pada tepi daerah pertemuan daun katup terjadi pengumpulan butir2 endapan yang terdiri dari trombosit dan fibrin (vegetasi) o Perikarditis pankarditis perubahan eksudatif dan proliferatif lebih jelas o Ditandai dengan : Perubahan edematosa jaringan Infiltrasi seluler (limfosit, sel plasma, granulosit) Fibrinoid, tersebar diseluruh jaringan dasar Sel Aschoff tampak dalam fase akut pada miokard Karditis Rematik Kronis o Akibat endokarditis yang berulang jarik2 pada daun dan katup korda tendinea kontraktur o Perlengketan didaerah komisura pemendekan korda daun katup menyempit gangguan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri
N. Farmakokinetik dan Farmakodinamik Obat Obatan Demam Rematik SAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) o adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). o Mekanisme kerja : didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1 (cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzim cyclooxygenase ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic 40
acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses inflamasi (radang). o Efek Obat : Efek Analgesik Obat ini hanya efektif terhdap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang seperti sakit kepala Efek Antipiretik Obat ini hanya menurunkan suhu badan hanya pada saaat demam. Tidak semuanya bersifat sebagai anti piretik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu lama. Efek Anti Inflamasi NSAID terutama yang baru, lebih banyak dimanfaatkan sebagai anti inflamasi pada pengobatan kelainan muskuloskeletal, seperti artritis rheumatoid o Efek Samping : yaitu efek samping pada saluran pencernaan (mual, muntah, diare, pendarahan lambung, dan dispepsia) efek samping pada ginjal (penahanan garam dan cairan, dan hipertensi). Efek samping ini tergantung pada dosis yang digunakan. Penisilin o Penisilin merupakan kelompok antibiotika Beta Laktame o Beberapa Penisilin akan berkurang aktivitas mikrobanya dalam suasana asam sehingga Penisilin kelompok ini harus diberikan secara parenteral. o Aktivitas dan mekanisme kerja : Penisilin menghambat pembentukan Mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, Penisilin akan menghasilkan efek bakterisid (membunuh kuman) pada mikroba yang sedang aktif membe 41
o Efek Samping : Reaksi hipersensitif, mulai ruam dan gatal sampai serum sickness dan reaksi alergi sistemik yang serius. Nyeri tenggorokan atau lidah, muntah, diare. Mudah marah, halusinasi, kejang