Anda di halaman 1dari 20

STENOSIS PULMONAR

Makalah disusun untuk memenuhi tugas discovery Learning Keperawatan Anak II

Kelompok 4B:

Ani Selfi Yulianti 11151040000059


Visia Talimurti 11151040000071
Desi Kurniawati 11151040000076
Fazhiyah Febriyanti 11151040000082
Syifa Fauziah 11151040000084
Nadhira 11151040000086
Fuja Amanda 11151040000097
Novia Suryani 11151040000090
Cindy Karmila 11151040000105
Cynthia Alya Tantiani 11151040000104
Ibnu Syarifudin H 11151040000121

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta karunianya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tanpa suatu halangan
apapun sehingga dapat menyelesaikan makalh ini dengan baik.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Kustati Budi Lestari, S.Kep, M.Kep, Sp.An sebagai dosen penanggung jawab
mata kuliah Keperawatan Anak II yang telah memberikan kesempatan kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah discovery learning yang berjudul Stenosis pulmonar.

Demikian yang dapat kami sampaikan, apabila terdapat kata di dalam makalah ini
yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat, memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
yang membacanya. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami dimasa yang akan datang dan kami mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca.

Tangerang Selatan, 5 September 2017

Penyusun,
Kelompok 4B

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
a. Latar belakang .................................................................................................................... 4
b. Rumusan masalah............................................................................................................... 4
c. Tujuan ................................................................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
LANDASAN TEORI ................................................................................................................. 6
1.1. Deinisi ............................................................................................................................. 6
1.2. Etiologi ............................................................................................................................ 7
1.3. Maniestasi Klinis ............................................................................................................. 8
1.4. Pemeriksaan penunjang ................................................................................................. 10
1.4.1. Pemeriksaan fisik .................................................................................................... 10
1.4.2. Pemeriksaan diagnostik .......................................................................................... 10
1.5. Patofisiologi .................................................................................................................. 12
1.6. Penatalaksanaan ............................................................................................................ 12
1.6.1. Penatalaksanaan medis ........................................................................................... 12
1.6.2. Penatalaksanaan intervensi/bedah .......................................................................... 13
1.7. Asuhan Keperawatan pasien dengan kelainan Stenosis pulmonar................................ 13
1.7.1. Pengkajian .............................................................................................................. 13
1.7.2. Analisa Data ........................................................................................................... 15
BAB III .................................................................................................................................... 18
PENUTUP................................................................................................................................ 18
a. Kesimpulan ....................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Stenosis pulmonal adalah penyempitan pada lubang masuk arteri pulmonalis.
Tahanan yang merintangi aliran darah menyebabkan hipertrofi ventrikel kanan dan
penurunan aliran darah paru. Stenosis arteri pulmonal bisa terjadi pada bagian
valvuler, supra valvuler, maupun infundibuler. Sangat jarang kelainan ini disebabkan
oleh reaktivasi rema, tapi umumnya merupakan kelainan jantung konginetal, yang
dibawa sejak lahir. Stenosis pulmonal tipe valvuler lebih banyak ditemukan pada anak
dibandingkan dengan tipe infundibuler. Sementara itu, stenosis pulmonal tipe
infundibuler jarang sekali ditemukan sebagai kelainan yang berdiri sendiri, tetapi
biasanya menyertai kelainan jantung yang lain, seperti pada tetralogi fallot. Demikian
pula stenosis pulmonal tipe supravalvuler sangat jarang ditemukan tersendiri, tapi
justru merupakan salah satu bagian dari suatu kelainan konginental yang lebih
kompleks, seperti sindrom noonan, sindrom wiliam, atau rubella konginental.
Pada stenosis pulmonal yang ringan, umumnya pasien asimptomatik dan tidak
memburuk oleh bertambahnya usia. Tumbuh kembang pun tidak terganggu. Tapi
sebagaimana halnya dengan kelainan jantung kongenital yang lain, profilaksis
antibiotic terhadap endokarditis bacterial perlu diperhatikan. Pada stenosis pulmonal
yang moderat atau cukup berat, berbagai keluhan dan komplikasi dapat berkembang
lebih buruk diwaktu-waktu mendatang.

b. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian dari stenosis pulmonar ?
2. Bagaimana etiologi dari stenosis pulmonar ?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari stenosis pulmonar ?
4. Bagaimana patofisiologi dari kelainan stenosis pulmonar ?
5. Bagimana pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan fisik dari kelainan stenosis
pulmonar >
6. Bagaimana penatalaksanaan dari stenosis pulmonar ?
7. Apa saja asuhan keperawatan dari pasien dengan kelainan stenosis pulmonar ?

4
c. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kelainan stenosis pulmonar
2. Untuk mengetahui etiologi dari stenosis pulmonar
3. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari stenosis pulmonar
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari stenosis pulmonar
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dan fisik dari kelainan stenosis
pulmonar
6. Untuk mengetaui bagaimana penatalaksanaan dari stenosis pulmonar
7. Untuk mengetaui apa saja asuhan keperawatan dari stenosis pulmonar

5
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1. Deinisi
Stenosis Pulmonal merupakan salah satu dari penyakit jantung bawaan (PJB) yaitu
terjadinya penyempitan pada jalan keluar ventrikel kanan yakni pada daerah katup
pulmonal; kelainan ini cukup sering ditemukan, sekitar 8 – 10 % dari seluruh PJB.
Penyebabnya secara pasti sampai saat ini belum diketahui, diduga multifactorial
antara faktor genetik dan lingkungan. Stenosis Pulmonal sebenarnya termasuk dalam
kelompok PJB yang asianotik, namun bisa tampak sianosis apabila stenosisnya termasuk
dalam derajat yang berat (critical Pulmonal Stenosis). Bayi yang lahir dengan Critical
Pulmonal Stenosis akan tampak sianosis segera setelah lahir, yang makin lama
sianosisnya makin bertambah, tidak membaik dengan pemberian oksigen; dan
memerlukan tindakan pertolongan segera untuk kelangsungan hidupnya.
Anak-anak dengan Stenosis Pulmonal derajat ringan – sedang, biasanya tidak
menimbulkan keluhan (asimtomatis), dapat tumbuh kembang secara normal. Biasanya
ditemukan secara tidak sengaja karena terdengar suara bisisng jantung pada saat
pemeriksaan auskultasi (Ika, 2017)
Stenosis pulmonal (atau PS) adalah suatu kondisi dimana jumlah darah yang masuk
ke paru-paru terbatas karena penyempitan arteri pulmonalis, baik pada katup atau di
bawah atau di atasnya. Pada jenis yang mempengaruhi katup itu sendiri, tiga bagian
katup (selebaran katup) bisa menjadi abnormal, membiarkannya terkadang terlalu tebal
atau kadang menyatu.
Efek dari penyempitan ini adalah otot jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah ke paru-paru. Otot jantung menjadi lebih tebal di ruang pemompaan
yang relevan, yaitu ventrikel kanan. Hal ini berpotensi membalikkan dirinya sendiri jika
penyempitan dilepaskan (Congenital & Children’s Heart Centre, 2013).
Pulmoner berarti 'paru-paru' dan stenosis berarti 'menyempit', oleh karena itu stenosis
pulmonal menggambarkan kondisi dimana katup pulmonary sangat sempit. Bila kondisi
ini hadir otot ventrikel kanan harus bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui
katup sempit. Bergantung pada seberapa sempit klepnya, anak mungkin tidak memiliki
gejala, bisa cepat lelah, atau bahkan pingsan (Children’s Heart Federation, 2014).
Pada defek ini, katup dan / atau saluran keluar dari ventrikel kanan ke arteri
pulmonalis terhambat. Stenosis pulmonal valvular berarti bahwa selebaran, atau "flaps",

6
katup pulmonal tidak normal. Mereka sering menebal dan tidak terbuka sepenuhnya,
menyebabkan penyempitan dimana darah melintasi katup dari ventrikel kanan. Saat
selebaran katup ditutup, mereka sering bocor, membiarkan beberapa darah mengalir
kembali ke ventrikel kanan. Pada kasus lain, arteri pulmonalis di atas bukaan katup
mungkin menyempit (stenosis supravalvar), atau bagian ventrikel kanan yang mengarah
ke katup pulmonal mungkin sempit atau terhalang oleh jaringan berlebih (subvalvar, atau
infundibular, stenosis). Ini adalah salah satu kelainan jantung kongenital yang paling
umum terjadi dan terjadi pada anak laki-laki dan perempuan (AUBMC, 2012).
Stenosis pulmonal adalah penyempitan katup pulmonal (terbukanya antara ventrikel
kanan jantung dan paru-paru). Biasanya, katup pulmonal memungkinkan darah miskin
oksigen mengalir ke paru-paru, di mana ia menjadi kaya oksigen. Stenosis pulmonal
(penyempitan) menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui
celah sempit, yang bisa menyebabkan pembesaran ventrikel kanan (lower chamber of the
heart).
Katup pulmonal biasanya dibagi menjadi tiga selebaran (bagian). Anak-anak dengan
stenosis pulmonal mungkin telah menyatu selebaran atau selebaran lebih sedikit dari
yang diperkirakan. Sekitar 5 - 10% anak-anak dengan kelainan jantung bawaan
(sekarang saat lahir) memiliki stenosis pulmonal. Stenosis pulmonal juga bisa menjadi
bagian dari defek jantung yang kompleks (lebih dari satu defek jantung ada) (American
Heart Association, 2012).
Stenosis pulmonal adalah suatu keaadan terdapatnya obstruksi anatomis jalan keluar
ventrikel kanan yang menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan antara ventrikel kanan
dan ventrikel kiri (Wahab. A Samik, 2009).

1.2. Etiologi
Pada sebagian besar kasus , penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara
pasti diduga karna adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor- faktor tersebut antara
lain :
a. Faktor Endogen
 Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
 Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
 Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan

7
b. Faktor Eksogen
 Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,
minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine,
aminopterin, jamu).
 Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
 Pajanan terhadap sinar X

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah,
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebabnya
adalah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada
sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan
pembentukan jantung janin sudah selesai (Wahab, samik, 2009).

1.3. Maniestasi Klinis


Manifestasi klinis kelainan jantung kongenital sangat bervariasi, tergantung macam
kelainannya. Kelainan yang menyebabkan penurunan aliran darah ke paru atau
percampuran darah berkadar tinggi zat asam dengan darah kotor dapat menimbulkan
sianosis, ditandai oleh kebiruan di kulit, kuku jari, bibir, dan lidah. Ini karena tubuh tidak
mendapatkan zat asam memadai akibat pengaliran darah kotor ke tubuh. Pernapasan si
anak akan lebih cepat dan nafsu makan berkurang. Daya toleransi gerak yang rendah
mungkin ditemukan pada anak yang lebih tua. Kelainan yang dapat menyebabkan
sianosis atau kebiruan adalah penyumbatan katup pulmonal (antara bilik jantung kanan
dan pembuluh darah paru) yang mengurangi aliran darah ke paru, tertutupnya katup
pulmonal (pada muara pembuluh darah paru) yang menghambat aliran darah dari bilik
jantung kanan ke paru, tetralogi fallot (kelainan yang ditandai oleh bocornya sekat bilik
jantung, pembesaran bilik jantung kanan, penyempitan katup pulmonal dan transposisi
aorta), serta tertutupnya katup trikuspidal (terletak antara serambi dan bilik jantung
kanan) yang menghambat aliran darah dari serambi ke bilik jantung kanan. Selain itu,
gejala kebiruan juga bisa muncul jika terjadi transposisi pembuluh darah besar, gangguan
pertumbuhan ruangan, katup dan pembuluh darah yang berhubungan dengan sisi jantung
kiri, serta kelainan akibat salah bermuaranya keempat vena paru yang seharusnya ke
serambi jantung kiri (Nelson, 2010).
Beberapa jenis kelainan jantung kongenital juga dapat menyebabkan gagal jantung.
Kelainan ini menyebabkan terjadinya aliran darah dari sisi jantung kiri ke sisi jantung

8
kanan yang secara progresif meningkatkan beban jantung. Gejala dari gagal jantung
berupa menurut Sudarti dan Endang (2010) adalah sebagai berikut:
1. Napas cepat
2. Sulit makan dan menyusu
3. Berat badan rendah
4. Infeksi pernapasan berulang
5. Toleransi gerak badan yang rendah

Termasuk dalam kelainan ini adalah bocornya sekat serambi atau bilik jantung,
menetapnya saluran penghubung antara aorta dan pembuluh darah paru yang seharusnya
tertutup setelah lahir, gangguan pertumbuhan ruangan, katup dan pembuluh darah yang
berhubungan dengan sisi jantung kiri, bocornya sekat antara serambi dan bilik jantung
serta kelainan katup jantung, gagalnya pemisahan pembuluh darah besar jantung, serta
terputusnya segmen aorta. Penyempitan katup jantung dan pembuluh darah besar kadang
kala hanya menimbulkan gejala ringan. Gejala gagal jantung baru terlihat jika terjadi
peningkatan beban jantung (Nelson, 2010).

Derajat PJB yang berat pada umumnya menunjukkan gejala pada umur 6 bulan
pertama dan sering juga pada masa neonatus. Beraneka ragam manifestasi klinis dapat
ditimbulkan, namun ada empat hal gejala yang paling sering ditemukan pada neonatus
dengan PJB, yaitu:

a. Sianosis: adalah manifestasi jelas PJB pada neonatus. Sekali dinyatakan sianosis
sentral bukan akibat kelainankelainan paru-paru, serebral atau metabolik atau
kejadiankejadian perinatal, maka perlu segera diperiksa untuk mencari PJB derajat
berat walaupun tanpa bising jantung.
b. Takipnea: Takipnea adalah tanda yang biasa ditemukan pada bayi dengan shunt kiri-
kanan (misal Ventricular Septal Defect atau Patent Ductus Arteriosus), obstruksi
vena Pulmonalis (anomali total aliran vena pulmonalis) dan kelainan lainnya dengan
akibat gagal jantung misalnya pada dugaan secara diagnosa klinik,adanya Aorta
koarktasi dimana pulsasi nadi femoralis melemah/tidak teraba.
c. Frekuensi jantung abnormal: takikardia atau bradikardia
d. Bising jantung

9
1.4. Pemeriksaan penunjang
1.4.1. Pemeriksaan fisik
2. Keadaan umum: Sianosis pada bayi baru lahir, lemas, gelisah, kejang, sinkop
(Hidayat, Alimul A. 2012)
3. Respirasi: Terlihat sesak nafas, pola nafas tidak teratur, frekuensi nafas melebihi
normal. Sesak nafas ini terjadi akibat pengeluaran tenaga yang berlebihan dan
disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir dari ventrikel kiri yang meningkatkan
tekanan vena pulmonalis. Biasanya disertai dengan retraksi otot bantu nafas, ada
suara nafas tambahan/abnormal seperti wheezing atau ronchi. (Hidayat, Alimul
A. 2012)
4. Kardiovaskuler:
Palpasi: pada stenosis pulmonal akan teraba getaran sistolik di parasternal kiri
atas, clubbing finger, CRT > 2 detik atau 3 detik.
Auskultasi: Bising sistolik ejeksi derajat 2/6 -5/6 paling jelas terdengar pada garis
sternal kiri atas, dan dijalarkan ke punggung. Bila stenosis makin berat, maka
bising jantung makin keras dan makin panjang. Pada Stenosis Pulmonal valvular
dapat ditemukan klik ejeksi. Bunyi jantung 2 terpecah lebar, dan komponen
pulmonal terdengar melemah. Pada pasien dengan stenosis arteri pulmonal
perifer, terdengar bising mid-sistolik pada daerah katup pulmonal, dan dijalarkan
ke aksila dan punggung (Wong. 2012).

1.4.2. Pemeriksaan diagnostik


a. Pemeriksaan ekokardiografi
Dengan ekokardiografi M-mode dinding ventrikel kanan tampak tebal dan
mungkin dilatasi. Hipertrofi dan dilatasi ini disebabkan oleh beban tekanan
berlebih yang kronis yang dihadapi oleh ventrikel kanan. Pada stenosis pulmonal
valvuler, katup pulmonal menunjukkan multiple echoes pada saat diastole
disertai gelombang A yang dalam. Pada stenosis pulmonal infundibuler, tampak
fluttering daun katup pulmonal pada saat systole dan gelombang A mungkin
tidak begitu dalam atau menghilang. (Wong. 2012).
Daerah ekokardiografi 2-D, dan posisi pengambilan aksis lintang di daerah
pulmonal, akan terekam daun katup pulmonal yang tebal disetai doming pada
saat systole, penebalan infundibulum ventrikel kanan, atau stenosis arteri

10
pulmonal supravalvuler. Pada stenosis pulmonal yang lanjut, kadang-kadang
ditemukan pula adanya klasifikasi pada katup. (Wong. 2012).
Dengan pemeriksaan Doppler, turbolensi aliran darah dan meningkatnya
kecepatan aliran darah yang melewati katup pulmonal pada saat systole,
menunjukkan adanya stenosis pulmonal yang signifikan. Rewkaman Doppler
dilakukan dengan posisi pengambilan aksis lintang di daerah pulmonal ataupun
posisi suprasternal kea rah arteri pulmonal kanan. Pada stenosis pulmonal
valvuler, rekaman turbulensi aliran darah akan tampak jelas apabila volume
sampel diletakkan persis di balik katup pulmonal dan aliran darah akan tampak
laminal apabila volume sampel diletakkan di infundibulum ventrikel kanan
didepan katup pulmonal (Wong. 2012).
b. Penggunaan kateterisasi
Pada stenosis pulmonal yang ringan dan asimtomatik, kateterisasi tidak perlu
segera dilakukan. Tapi pada stenosis pulmonal yang cukup berat, kateterisasi
harus segera dilakukan untuk mengetahui gradient tekanan antara ventrikel kanan
dengan arteri pulmonal, perbedaan saturasi antar ruang dan kemungkinan adanya
kelainan jantung yang lain (Setiawan. 2009).
Tekanan di ventrikel kanan tampak meningkat, tapi tekanan dalam arteri
pulmonal relative normal atau bahkan berkurang, sehingga terjadi gradient
tekanan sistolik antara kedua ruangan itu diatas 10mmHg. Tekanan ventrikel
kanan biasanya kurang dari 50mmHg, tapi belum melebihi tekanan sistemik,
dianggap stenosis pulmonal masih moderat. Dan stenosis pilmonal dianggap
berat, apabila tekanan di ventrikel kanan menyamai atau bahkan sudah melebihi
tekanan sistemik, sementara tekanan rata-rata dalam arteri pulmonal rendah
sekali (Setiawan. 2009).
Angiografi ventrikel kanan dengan posisi lateral dapat memperlihatkan
letaknya stenosis. Katop pulmonal tampak tebal, doming, dengan pancaran
kontras yang nyata pada saat systole melalui lubang katup yang kecil. Dengan
jelas tampak pula dilatasi arteri pulmonal pasca stenotik (Setiawan. 2009).
c. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18
gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan
tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen

11
(PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin
menderita defisiensi besi (Setiawan. 2009).
d. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak
ada jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga
seperti sepatu (Hidayat, Alimul A. 2012).
e. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan.

1.5. Patofisiologi
Stenosis pulmonal dengan septum ventrikuler intak bisa disebabkan oleh
stenosis vaskuler, infundibular, atau keduanya. Obstruksi infundibular disebabkan
oleh jaringan fibrosa yang seakan mengikat atau oleh hipertrofi otot.secara normal
lubang katup pulmo 0,5 cm dan akan membesar seiring pertumbuhan badan. Sebagai
akibat stenosis derajat ringan,sedang dan berat terjadi perbedaan tekanan fase sistole
antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis. gangguan hemodinamik biasanya terjadi
kalau obstruksi katup pulmo sudah mencapai 60% atau lebih. Pasien dengan
perbedaan tekanan puncak pada saat istirahat kurang dari 50 mmhg termasuk stenosis
ringan, antara 50 – 100 mmhg termasuk stenosis sedang dan diatas 100 mmhg
termasuk stenosis berat. Pada stenosis berat ventrikel mengalami gagal jantung
sehingga isi sekuncup turun walaupun pada saat istirahat. Keadaan ini diikuti dengan
kenaikan baik tekanan akhir distoleventrikel dan tekanan rata-rata atrium kanan.
Sebaliknya pada pasien dengan stenosis ringan dan sedang tekanan sistole ventrikel
kanan bisa tidak berubah dengan pertumbuhan anak bertahun-tahun (Sudarta, I Waya.
2013).

1.6. Penatalaksanaan
1.6.1. Penatalaksanaan medis
2. Istirahat
3. Diet
4. Medikamentosa
a. Furosemid untuk menurunkan beban preload
b. Beta bloker untuk mengurangi kecepatan kontraksi jantung

12
c. Digoxin apabila terdapat AFRVR
d. Aspilet/anti koagulan Warfarin/Simarc bila terdapat Atrial Fibrilasi untuk
mencegah thrombosis
e. Untuk stenosis mitral dan aorta: kontraindikasi pemeberian ACE inhibitor dan
ARB : terjadi hipotensi sampai dengan syok.

1.6.2. Penatalaksanaan intervensi/bedah


2. Balloning Mitral Valvuloplasti untuk Mitral Stenosis
3. Mitral Repair : Sintetik/logam —> perlu antikoagulan seumur hidup
4. Kelainan katup severe pada umumnya —> terapi bedah.

1.7. Asuhan Keperawatan pasien dengan kelainan Stenosis pulmonar


1.7.1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Pada fase awal biasanya klien akan mengeluh sesak nafas, nyeri dada bahkan
kelemahan menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan.
b. Riwayat Penyakit Saat Ini
1. Riwayat kehamilah
Ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi 9faktor endogen dan
eksogen yang mempengaruhi)
2. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq
selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi
penyakit.
3. Riwayat psikososial / perkembangan
- Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
- Mekanise koping anak / keluarga
- Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
4. Pemeriksaan fisik
- Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianosis, bayi
tampak biru setelah tumbuh
- Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan
- Serang sianosis mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal
hiperpnea, hipoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan
dalam, lemas, kejang, bahkan sampai koma dan kematian
- Anak akan sering squatting (jongkok) setelah anak dapt berjalan,
setelah berjala beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa
waktu sebelum a berjalan kembali

13
- Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal
yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi
- Bunyi jantung I normal sedangkan bunyi jantung II tunggal dan keras
- Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar
tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu yang mendukung dilakukan dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit yang
berhubungan dengan penyakit yang sekarang dirasakan oleh klien. Riwayat
minum obat, catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Juga pengkajian
adanya riwayat reaksi alergi apa yang timbul. Perlu dicermati sering kali klien
mengkacaukan suatu alergi dengan efek samping obat.
d. Riwayat Keluarga
Perawat menanyakan mengenai penyakit yang pernah dialami oleh keluarga,
serta bila ada anggota yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.
e. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Keadaan atau penampilan klien secara umum. Misalnya klien tampak
lemas, lemah, gelisah, sakit berat atau sakit ringan.
2. Respirasi
Apabila gangguan sudah terkait dengan tranposisi biasanya klien
terlihat sesak nafas, pola nafas tidak teratur, frekuensi nafas melebihi normal.
Sesaknafas ini terjadi akibat pengeluaran tenaga yang berlebihan dan
disebabkan olh kenaikan teknan akhir dari ventrikel kiri yang meningkatkan
tekanan vena pulmonalis. Biasanya disertai dengan retraksi otot bantu nafas,
ada suara nafas tambahan atau abnormal seperti wheezing atau ronchi.
3. Kardiovaskuler
Pada pemeriksaan kardiovaskuler didapatkan adanya nyeri dada, kaji
juga apakah iramanya teratur atau tidak, adanya sianosis sentral maupun
perifer. CRT >2 detik atau 3 detik. Adanya clubbing finger biasanya disertai
pula dengan adanya suara tambahan S3/S4.
4. Persyarafan
Kesadaran biasanya composmenti, istirahat tidur menurun, kaji adanya
nyeri kepala atau tidak.
5. Genetourinaria
Kaji kebersihan alat kelamin, bentuk alat kelamin, frekuensi berkemih,
teratur atau tidak, berapa jumlahnya, bagaimana warnanya, kaji apakah klien
memakai alat bantu atau tidak.
6. Pencernaan
Klien biasanya mengeluh mual dan muntah, tdak nafsu makan, berat
badan turun. Pembesaran dan nyeri tekan kelenjar limfe dan nyeri tekan
abdomen. Kaji adanya bising usus. Kaji kebersihan mulut.

14
7. Muskuloskeletal dan Integuman
Meliputi pengkajian terhadap akivitas dengan gejala kelemahan,
kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap. Tanda yang dapat dikenali
adalah takikardia dan dyspnea alam beraktivitas. Akral dingin, klien kesulitan
melakukan tugas perawatan diri sendiri, adanya oedema didaerah perifer.
8. Pengindraan
Konjungtiva pucat, ketajaman penglihatan kabur. Pada hidung kaji
adanya epitaksis atau tidak, bagaimana ketajaman penciumannya apakah
normal atau tidak, adanya sekret atau tidak. Kaji pada telinga norma atau
tidak, simetris atau tidak, bagaimana ketajaman pendengarannya. Bagaimana
klien dapat merasakan rasa asin, pahit, asam, manis.nprmal atau tidak indra
perabanya klien.
9. Endokrin
Apakah ada pembesaran kelenjar parotis atau thyroid. Ada atau
tidaknya luka ganggren. Pengukuran volume output urine berhubungan
dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien
dengan infark miokardium akut karena merupakan tanda awal syok
kardiogenik.

1.7.2. Analisa Data


N Diagnosa Tujuan/KH Intervensi Rasional
o Keperawata
n

1 Penurunana Pasien dapat 1. Monitor tanda- a. Indikator klinis


Cardiac mentoleransi tanda vital keadekuatan
Output b.d gejalagejala yang 2. Informasikan curah jantung
penurunan ditimbulkan dan anjurkan pemantauan
kontraktilitas akibat penurunan tentang memungkinkan
jantung, curah jantung, pentingnya deteksi dini.
perubahan dan setelah istirahat yang b. Meningkatkan
tekanan dilakukan adekuat. oksigenasi
jantung tindakan 3. Berikan oksigen maksimal yang
keperawatan tambahan menurunkan
3x24 jam terjadi dengan kanul kerja jantung
peningkatan nasal/ masker
curah jantung sesuai indikasi
sehingga 4. Kaji kulit
keadaan normal. terhadap pucat
Dengan kriteria dan sianosis
hasil: 5. Kaji perubahan
- TTV pada sensori,
kembali contoh letargi,
normal bingung
- Akral disorientasi
normal demas

15
sianosis (-) 6. Secara
- Wheezing (- kolaborasi,
) berikan tindakan
- Konjungtiva farmakologis
normal berupa digitalis,
- Tidak ada digoxin
oedema
- CRT >3
detik

2 Perubahan Anak dapat 1. Anjurkan ibu a. Agar anak tetap


nutrisi kurang makan dan untuk terus dapat
dari menyusu. menyusui mendapatkan
kebutuhan Setelah walaupun nutrisi.
tubuh b.d dilakukan sedikit tapi b. Agar dapat
krtidak tindakan sering. membantu tenaga
mampuan keperawatan 2. Pasang IV infus dan nutrisi yang
menyusu dan 3x24 jam jika terjadi adekuat.
makan diharapkan tidak ketidak
terjadi adekuatan
penurunan berat nutrisi.
badan. 3. Jika anak sudah
tidak menyusu,
berikan
makanan sedikit
tapi sering
dengan diet
sesuai intruksi.
4. Observasi
pemberian
makanan atau
menyusui.

3 Nyeri dada Setelah 1. Selidiki adanya a. Variasi


b.d iskemia dilakukan keluhan nyeri penampilan dan
miokard tindakan yang mungklin perilaku pasien
keperawatan dimanifestasikan karena nyeri
selama 3x24 jam dengan rewel terjadi sebagai
diharapkan nyeri atau sering temuan
hilang. menagis. pengkajian.
2. Evaluasi respon Kebanyakan
terhadap obat/ pasien dengan
terapi yang infark miokard
diberikan. tampak sakit dan
3. Berikan berfokus pada
lingkungan yang nyeri.
nyaman dan
tenang dan
batasi aktivitas

16
anak sesuai
kebutuhan.

4 Tidak efektif Setelah 1. Evaluasi a. Kedalaman


pola nafas b.d dilakukan frekuensi pernapasan
peningkatan tindakan pernapasan dan bervariasi
resistensi keperawatan kedalaman. tergantung
vaskuler paru selama 3x24 jam 2. Observasi derajat gagal
diharapkan tidak penyimpangan napas.
terjadi dada, selidiki b. Ekspansi dada
ketidakefektifan penurunan terbatas yang
pola nafas. ekspansi paru berhubungan
Dengan kriteria atau ketidak dengan
hasil: simetrisan gerak atelektasis dan
- TTV dada. nyeri dada
kembali 3. Kaji ulang hasil pleuritik.
normal GDA,Hb sesuai
- Sianosis (-) indikasi.
- Wheezing (- 4. Minimalkan
) menagis atau
- Konjungtiva aktivitas pada
normal anak.

5 Intoleransi Setelah 1. Kaji a. Stabilitas


aktivitas b.d dilakukan perkembangan fisiologis pada
kelelahan. tindakan peningkatan istirahat pentinng
keperawata tanda-tanda untuk memajukan
selama 3x24 jam vital, seperti tingkat aktivitas
diharapkan anak adanya sesak. individual
dapat melakukan 2. Bantu pasien b. Tehnik
aktivitas yang dalam aktivitas penghemat energi
sesuai tanpa yang tidak dapat menurunkan
adaya dilakukan penggunaan
kelemahan. 3. Dukung energi dan
pemenuhan sehingga
nutrisi. membantu
keseimbangan
suplai dan
kebutuhan
oksigen.

17
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Stenosis Pulmonal merupakan salah satu dari penyakit jantung bawaan (PJB)
yaitu terjadinya penyempitan pada jalan keluar ventrikel kanan yakni pada daerah
katup pulmonal; kelainan ini cukup sering ditemukan, sekitar 8 – 10 % dari seluruh
PJB. Penyebabnya secara pasti sampai saat ini belum diketahui, diduga multifactorial
antara faktor genetik dan lingkungan.
Stenosis Pulmonal sebenarnya termasuk dalam kelompok PJB yang asianotik,
namun bisa tampak sianosis apabila stenosisnya termasuk dalam derajat yang berat
(critical Pulmonal Stenosis). Bayi yang lahir dengan Critical Pulmonal Stenosis akan
tampak sianosis segera setelah lahir, yang makin lama sianosisnya makin bertambah,
tidak membaik dengan pemberian oksigen; dan memerlukan tindakan pertolongan
segera untuk kelangsungan hidupnya. Anak – anak dengan Stenosis Pulmonal derajat
ringan – sedang, biasanya tidak menimbulkan keluhan (asimtomatis), dapat tumbuh
kembang secara normal. Biasanya ditemukan secara tidak sengaja karena terdengar
suara bisisng jantung pada saat pemeriksaan auskultasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association, 2012. Pulmonary Stenosis. America; AHA


British Heart Foundation, 2014. Pulmonary Stenosis. UK; BHF
Children’s Heart Federation, 2014. Pulmonary Stenosis. UK; CHFed
Congenital & Children’s Heart Centre, 2013. Pulmonary Stenosis. UK; CHC
Hidayat, Alimul A. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta: Salemba
Medika
Ika, 2017. Stenosis Pulmonal. Surabaya; Unair
Nelson, (2010), Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.

Setiawan, H. 2009. Keperawatan Anak dan Keluarga .Jakarta : EGC.


Sudarti dan Endang. 2010. Kebidanan Neonatus, bayi dan anak balita untuk mahasiswa
kebidanan. Yogyakarta: numed .

Sudarta, I Waya. 2013. Asuhan Keperawatan dengan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler.Yogyakarta:Pustaka Baru
Wahab, samik. 2009. Kardiologi anak penyakit jantung kongenital yang tidak sianotik.
Jakarta : EGC

Wong D. L., Huckenberry M.J. 2012. Wong’s Nursing care of infants and children. Mosby
Company, St Louis Missouri.

19
20

Anda mungkin juga menyukai