KEPERAWATAN GERONTIK
Dosen penanggung jawab modul Ns. Dwi Setiowati, S.Kep., M.Kep.
Kelompok 2B:
Siti Rosyidah 11151040000063
Nor Aidatul Khikmah 11151040000064
Desi Adi Sindoro 11151040000070
Dania Putriyanda 11151040000042
Hadainahu Mabriyah 11151040000073
Fazhiya Febriyanti 11151040000082
Rendy Himamwan 11151040000088
Risna Dwi Astuti 11151040000089
Cindy Karmila 11151040000105
Rahma Zaidah 11151040000114
Ibnu Syarifudin H 11151040000121
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, serta karunianya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
ilmiah dalam bentuk makalah tanpa suatu halangan yang amat berarti hingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada Ns. Dwi Setiowati, S.Kep., M.Kep. sebagai dosen penanggung jawab
mata kuliah Keperawatan Gerontik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah diskusi kelompok.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, apabila terdapat kata di dalam makalah ini
yang kurang berkenan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sekali lagi penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, memberikan wawasan yang
lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran bagi yang membacanya. Kami sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan laporan kami dimasa
yang akan datang dan kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Kelompok 2B
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................................II
DAFTAR ISI......................................................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................................................4
3.1. KESIMPULAN.............................................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................................34
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun 1990 – 2025,
tergolong tercepat di dunia (Kompas, 25 Maret 2002:10). Jumlah sekarang 16 juta dan
akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,37 % penduduk dan ini
merupakan peringkat ke empat dunia, dibawah Cina, India dan Amerika Serikat.
Sedangkan umur harapan hidup berdasarkan sensus BPS 1998 adalah 63 tahun untuk
pria dan 67 tahun untuk perempuan. (Meski menurut kajian WHO (1999), usia
harapan hidup orang Indonesia rata-rata adalah 59,7 tahun dan menempati urutan ke
103 dunia, dan nomor satu adalah Jepang dengan usia harapan hidup rata-rata 74,5
tahun).
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru sajaterjadi,
tetapi bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau
2
perubahan kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringandalam pola berbicara,
penderita menggunakan kata-kata yang lebih sederhana,menggunakan kata-kata yang
tidak tepat atau tidak mampu menemukan kata-katayang tepat.Ketidakmampuan
mengartikan tanda-tanda bisa menimbulkankesulitan dalam mengemudikan
kendaraan. Pada akhirnya penderita tidak dapatmenjalankan fungsi sosialnya.
1.3. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang proses penuaan dalam islam.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep demensia pada lansia.
3. Mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep inkontinensia pada lansia.
4. Mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan dalam kasus.
BAB II
3
PEMBAHASAN
Dalam Islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para
lansia memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, khususnya, dari sisi bahwa
mereka adalah harta dari ilmu dan pengalaman, serta informasi dan pemikiran.
Oleh sebab itu, mereka harus dihormati, dicintai dan diperhatikan serta
pengalaman-pengalamannya harus dimanfaatkan. Nabi Muhammad Saw
bersabda, hormatilah orang-orang yang lebih tua dari kalian dan cintai serta
kasihilah orang-orang yang lebih muda dari kalian.
4
Artinya :
Dan tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain dia
dan hendaklah berbuat baik ibu bapakmu. Jika salah seorang diantara keduanya
atau kedua-duanya sampai usia lanjut dalam pemeliharaan, maka jangan sekali-
sekali engkau mengatakan kepada ke duanya perkataan “Ah” dan janganlah
engkau membentak mereka dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang
baik.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah “ wahai tuhanku sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku diwaktu kecil”.
Oleh sebab itu Kebutuhan para lanjut usia (Lansia) tidak hanya terbatas pada
perawatan medis dan kesehatan. Namun kebutuhan sosial dan ekonomi mereka
seperti jaminan dan hak-hak-hak pensiunan, serta kebutuhan mental seperti
perhatian dan menjaga martabat mereka sangat lebih diperlukan. Sehingga para
lanjut usia selalu berada dalam kesehatan fisik dan mentalnya dengan baik.
Artinya :
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
maka(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
5
kemudian darisetetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yangsempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar
Kami jelaskan kepada kamu danKami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu yang sudahditentukan, kemudian Kami keluarkan
kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah
kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkandan (adapula) di
antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak
mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu
lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya,
hiduplah bumi itu dansuburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-
tumbuhan yang indah. (QS Al Hajj22:5)
Artinya :
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani,
sesudah itu dari segumpal darah,kemudian dilahirkannya kamu sebagai
seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampaikepada
masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara
kamu ada yang diwafatkansebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu
sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamumemahami(nya). (QS Al
Mu’min ayat 67)
6
2.2.2. Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3
golongan besar yaitu :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal
kelainan yaitu terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi
pada system enzim, atau pada metabolisme.
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1. Penyakit degenerasi spino - serebelar
2. Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert
3. Khorea Hungtington
c. Sindrome demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam
golongan ini diantranya penyakit cerrebro kardiovaskuler
2.2.3. Klasifikasi
Klasifikasi demensia antara lain :
e. Kehilangan inisiatif.
2. Demensia vaskuler
Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak dan
setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya
demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat
gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai
demensia vascular.
Tanda-tanda neurologis fokal seperti :
7
a. Peningkatan reflek tendon dalam
a. Demensia proprius
b. Pseudo-demensia
2.2.4. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya demensia.
Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan biokimiawi di susunan
saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak sekitar 10 % pada penuaan
antara umur 30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor etiologi yang telah disebutkan
di atas merupakan kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel neuron
korteks serebri.
8
jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun
subkortikal.
Menifestasi Klinik
Gejala klinis demensia berlangsung lama dan bertahap sehingga pasien dengan
keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit. Gejala klinik
dari demensia Nugroho (2009) menyatakan jika dilihat secara umum tanda dan
gejala demensia adalah :
1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada.
5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah.
2.2.5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan demensia antara lain sebagai berikut :
1. Farmakoterapi
9
Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.
2. Terapi Simtomatik
a. Diet
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
10
b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari.
c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif :
Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
2.2.7. Komplikasi
Kushariyadi (2010) menyatakan koplikasi yang sering terjadi pada demensia
adalah:
1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh.
a. Ulkus diabetikus
b. Infeksi saluran kencing
c. Pneumonia
2. Thromboemboli, infarkmiokardium
a. Kejang
b. Kontraktur sendi
c. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
d. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan menggunakan
peralatan.
11
2.3. Inkontinensia Urine Pada Lansia
2.3.1. Definisi Inkontinensia Urin
Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin dari kandung kemih yang tidak
terkendali atau terjadi diluar keinginan (semltzer & bare. 2001). Pada lansia
sering terjadi gangguan sistem urinarius, karena terjadi penurunan fungsi dimana
otot-otot sfingter uretra idak dapat melawan tekanan akibat meningkatnya
tekanan di kandung kemih.
2.3.3. Komplikasi
Kompilkasi yang dapat terjadi pada individu yang mengalami inkontinensia
urin :
12
Berdasarkan sifat reversibilitasnya inkontinensia urin dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu:
13
atau bedah sebelumnya) dengan gangguan neurologic atau keduanya.
Tipe ini disebut juga defisiensi sfingter intrinsik
ii. Inkontinensia urin tipe urge : timbul pada keadaan otot detrusor
kandung kemih yang tidak stabil, yang mana otot ini bereaksi secara
berlebihan. Inkontinensia urin ini ditandai dengan ketidak mampuan
menunda berkemih setelah sensasi berkemih muncul. Manifestasinya
dapat berupa perasaan ingin kencing yang mendadak ( urge ), kencing
berulang kali ( frekuensi ) dan kencing di malam hari ( nokturia ).
iii. Inkontinensia urin tipe overflow : pada keadaan ini urin mengalir keluar
akibat isinya yang sudah terlalu banyak di dalam kandung kemih,
umumnya akibat otot detrusor kandung kemih yang lemah. Biasanya hal
ini dijumpai pada gangguan saraf akibat penyakit diabetes, cedera pada
sumsum tulang belakang, atau saluran kencing yang tersumbat. Gejalanya
berupa rasa tidak puas setelah kencing ( merasa urin masih tersisa di
dalam kandung kemih ), urin yang keluar sedikit dan pancarannya lemah.
Inkontinensia tipe overflow ini paling banyak terjadi pada pria dan jarang
terjadi pada wanita.
14
1. Perubahan
Gaya Hidup
15
Kekuatan otot dasar panggul dapat dinilai secara manual, dengan cara
pemeriksaan intra vaginal, baik dengan memasukkan 1 atau 2 jari pemeriksa.
Pasien diminta mengkontraksikan otot dasar panggul, dan dinilai kekuatan
tekanan gerakan yang dirasakan, serta lamanya kontraksi sesuai kententuan.
4. Terapi Farmakologi
2.4.
Asuhan
Keperawatan
2.4.1. Pengkajian
16
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA
Tanggal Pengkajian : …………………………..
A. Data Biografi
Nama : ………………………………….. L / P
Tempat & Tanggal Lahir : ………………………..... Gol.Darah : O / A / B / AB
Pendidikan Terakhir : TidakSekolah/SD/SLTP/SLTA/DI/DIII/DIV/S1/S2
Agama : Islam/Protestan/Katolik/Hindu/Budha/Konghucu
Status Perkawinan : Kawin/Belum/Janda/Duda (cerai : Hidup/Mati)
TB/BB : ……… Cm / ………….. Kg
Penampilan : …………………….. Ciri-ciri
Alamat Tubuh : ………………….
:
Orang Yang Dekat Di …………………………………………………………
hubungi …….
Hubungan dengan Lansia ………………………………Telp./ …………………
Alamat ……..
: ………………………………….. L/P
: …………………………………….
:
…………………………………………………………
……..
……………………………… Telp./
………………………..
B. Riwayat Keluarga
1. Susunan anggota Keluarga
HUBUNGAN
NO. NAMA L/P PENDIDIKAN PEKERJAAN KETERANGAN
KELUARGA
2. Genogram :
3. Tipe / Bentuk Keluarga :
C. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini :
17
Alamat pekerjaan :
Berapa jarak dari rumah : (Km)
Alat transportasi :
Pekerjaan sebelumnya :
Sumber pendapatan & :
Kecukupan terhadap Kebutuhan
D. Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal :
Jumlah Kamar :
Jumalah Tongkat di kamar :
Kondisi tempat tinggal :
Jumlah orang yang tinggal :Laki-laki…Orang/Perempuan…Orang
Derajat Privasi :
Tetangga terdekat :
Alamat / Telepon :
E. Riwayat Rekreasi
Hobby / Miat : …………………….
Keanggotaan Organisasi : …………………….
Liburan Perjalanan : …………………….
F. Sistem Pendukung
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi : …………………….
Jarak dari rumah : …………………….
Rumah Sakit : …………………….Km
Klinik : …………………….Km
Pelayanan Kesehatan dirumah : …………………….
Makanan yang dihantarkan : …………………….
Perawatan sehari-hari yang : …………………….
dilakukan keluarga
Lain-lain : …………………….
G. Diskripsi Kekhususan
Kebiasaan Ritual : …………………….
Yang Lainnya : …………………….
H. Status Kesehatan
18
Status kesehatan umum selama :………………………………………………….
setahun yang lalu
Status kesehatan umum selama 5 : ………………………………………...
tahun yang lalu
19
Indeks Katz : A/B/C/D/E/F/G
Oksigenasi : …………………….
Cairan & Elektrolit : …………………….
Nutrisi : …………………….
Eliminasi : …………………….
Aktivitas : …………………….
Istirahat & Tidur : …………………….
Personal Hygiene : …………………….
Seksual : …………………….
Rekreasi : …………………….
Psikologis : …………………….
Persepsi Klien : …………………….
Konsep Diri : …………………….
: …………………….
Emosi
: …………………….
Adaptasi
: …………………….
Mekanisme Pertahanan Diri
20
Gastrointestinal : …………………….
Sistem Reproduksi : …………………….
: …………………….
Sistem Persarafan
: …………………….
Sistem Penglihatan
Sistem Pendengaran
Sistem Pengecapan
Sistem Penciuman
Tactil Respon
K. Status Kognitif/Afektif/Sosial
Short Porteble mental Status Questionnaire (SPMSQ) ……………………………….
Mini Mental State Exam
(MMSE) : ………………………………………………….
Inventaris Depresi Beck : ……………………………………………………………..
APGAR
Keluarga : ……………………………………………………………………….
L. Data Penunjang
1.Laboratorium :……………………………………………………………………..
2 radiologi : ….……………………………………………………………..…..
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
Nama : Tn/Ny….…………………. Tanggal : ……………..
Klien : L / P Umur : ….Tahun TB/BB : … cm/…. Kg
Jenis : ……………………………. Gol Darah : …………
Kelamin : SD/SMP/SMA/PT
Agama : Jl………….…………………………
Pendidikan
Alamat
21
SKORE KRITERIA
G
Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Salah satu instrumen yang banyak digunakan untuk mengkaji status mental adalah
SPMSQ yang dikembangkan oleh Pfeifer. Instrumen ini terdiri dari 10 pertanyaan yang
mengkaji orientasi, riwayat personal, memori jangka panjang dan kalkulasi. Berikut ini
format instrumen SPMSQ.
22
Alamat : Jl………….……………….
Nama : …………………………….
Pewawancara
SKORE
+ - No. PERTANYAAN JAWABAN
1. Tanggal berapa hari ini ? Hari Tgl Th
2. Hari apa sekarang ini ?
3. Apa nama tempat ini ?
4. Berapa nomor telpon Anda ?
4.a. Dimana alamat Anda ?
(tanyakan bila tidak memiliki telpon)
5. Berapa umur Anda ?
6. Kapan Anda lahir ?
7. Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
8. Siapa Presiden sebelumnya ?
9. Siapa nama kecil ibu Anda ?
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun ?
Jumlah Kesalahan Total
KETERANGAN :
1. Kesalahan 0 – 2 Fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3 – 4 Kerusakan intelektual Ringan
3. Kesalahan 5 – 7 Kerusakan intelektual Sedang
4. Kesalahan 8 – 10 Kerusakan intelektual Berat
Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya berpendidikan
SD
Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek mempunyai
pendidikan lebih dari SD
Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit hitam, dengan
menggunakan kriteria pendidikan yang lama.
MMSE merupakan salah satu bentuk pengkajian kognitif yang banyak digunakan.
Lima fungsi kognitif yang dikaji dalam MMSE meliputi konsentrasi, bahasa, orientasi,
memori, dan atensi. MMSE terdiri dari dua bagian, bagian pertama hanya membutuhkan
23
respon verbal dan mengkaji orientasi, memori dan atensi. Bagian kedua mengkaji
kemampuan menulis kalimat, menamakan objek, mengikuti perintah tertulis dan verbal,
dan menyalin gambar poligon kompleks. Berikut ini format pengkajian MMSE.
Keterangan :
Penilaian MMSE menurut Folstein adalah sebagai berikut:
Nilai 24-30 : tidak ada gangguan kognitif / normal
Lansia cenderung pelupa, cenderung untuk melakukan pekerjaan di rumah, tapi masih
sering bisa mengerjakan pekerjaan yang mudah dan aman, masih bisa mengenali nama /
alamat sendiri, pembicaraan terbatas tapi masih bisa dimengerti, dan mampu mengerjakan
pekerjaan khusus.
Gangguan memori berat, lansia tidak hiraukan sama sekali pada personal hygiene serta
pembicaraannya kacau.
24
Jenis Kelamin : L / P Umur : ….Tahun TB/BB : … cm/ …. Kg
Agama : ……………………………. Gol Darah : ……………….
Pendidikan : SD/SMP/SMA/PT
Alamat : Jl………….……………….
Nama : …………………………….
Pewawancara
Skore Uraian
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia & sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa & memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis / kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal
D KETIDAK PUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat beuruk / tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
25
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat berkerja ± sebaik-baiknya
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
26
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
Keterangan :
27
berespons terhadap emosi-emosi saya seperti
marah, sedih / mencintai.
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya &
saya menyediakan waktu bersama-sama. RESOLVE
PENILAIAN : TOTAL
Pertanyaan-pertanyaan yang di Jawab :
Selalu : Skore 2
Kadang-kadang : Skore 1
Hampir Tidak Pernah : Skore 0
Stimulasi Kognitif
(Cognitive Stimulation)
28
Monitor interpretasi
klien terhadap
lingkungan
Tempatkan objek/hal-
hal yang familiar di
lingkungan/di kamar
klien
Buat jadwal
aktivitas/kegiatan
harian bersama klien.
Dorong klien untuk
melakukan aktifitas
sesuai jadwal
Berikan Terapi
Kognitif.
Libatkan klien dalam
TAK
2 Defisit perawatan Self care : aktivitas sehari- Self Care assistane : ADLs
diri berhubungan hari
Monitor kemampuan
dengan menurunnya
Kriteria hasil: klien untuk perawatan
kemampuan
diri yang mandiri.
merawat diri Klien terbebas dari bau
Monitor kebutuhan
badan
klien untuk alat-alat
Menyatakan
bantu untuk kebersihan
kenyamanan terhadap
diri,berpakaian, berhias,
kemampuan untuk
toileting dan makan.
melakukan ADLs
Sediakan bantuan
Dapat melakukan ADLS
sampai klien mampu
dengan bantuan
secara utuh untuk
melakukan self-care.
Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
29
sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang
dimiliki.
Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
2. Inkontinensia Urin Setelah dilakukan tindakan Perawatan Inkontinensia
Fungsional b.d. asuhan keperawatan selama urin
Gangguan 3x24 jam diharapkan pasien Latihan kebiasaan
30
berkemih;
3. Mengkonsumsi cairan
dalam jumlah cukup;
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara berlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diterima. Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara
alamiah. Proses menua dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk
hidup.
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif
antara lain intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi,
31
persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan kemampuan bersosialisasi.
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya
ingat dan daya pikir kemampuan tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi
kehidupan sehari-hari. Demensia dikenal sebagai keadaan organik kronika atau kegagalan
otak.
Demensia seringkali terjadi pada usia lanjut yang telah berumur kurang lebih 60
tahun. Dimensia tersebut dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu: 1) Dimensia Senilis (60
tahun); 2) Demensia Pra Senilis (60 tahun). Sekitar 56,8% lansia mengalami demensia
dalam bentuk Demensia Alzheimer (4% dialami lansia yang telah berusia 75 tahun, 16%
pada usia 85 tahun, dan 32% pada usia 90 tahun).
DAFTAR PUSTAKA
Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta: FKUI.
Ismail, Dina Dewi Sartika Lestari. 2013. Aspek Keperawatan pada Inkontinensia Urin
volume 1 nomer 1. Jurnal Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Kemenkes RI.
32
Maryam, R. Siti, K. 2008. Mengenal Usia lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2001). Textbook of medical Surgical Nursing.
33