Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL KEGIATAN

RONDE KEPERAWATAN “Tn. A DENGAN Ca LIDAH T1NIMx“


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG BEDAH

OLEH:
KELOMPOK II
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ronde keperawatan sebagai salah satu bentuk dari pelaksanaan Model
Asuhan Keperawatan dengan metode Keperawatan Primer, merupakan salah satu
metode pemberian pelayanan keperawatan yang harus ditingkatkan dan dimantapkan.
Metode ini ditujukan untuk menggali dan membahas secara mendalam masalah
keperawatan yang ditemukan pada pasien sehingga dengan ronde keperawatan
diharapkan didapatkan pemecahan masalah melalui cara berpikir kritis berdasarkan
konsep asuhan keperawatan.
Selama ini, ronde keperawatan belum dilaksanakan di Ruang Bedah Teratai
RSUD Dr. Soetomo Surabaya karena mobiltas pasien yang tinggi. Untuk itu kami
mencoba menerapkan proses ronde keperawatan agar tetap terus dilaksanankan
secara berkesinambungan.
Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk membahas
masalah keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan,
konsultan keperawatan, serta divisi terkait (medis, gizi, rehabilitasi medik, dan
sebagainya). Ronde keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat
dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu
transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus
nyata. Dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang berkesinambungan, diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk berpikir secara kritis dalam
peningkatan perawatan secara professional. Dalam pelaksanaan ronde juga akan
terlihat kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan
yang lain guna mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada klien.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka mahasiswa PSIK angkatan A7
kelompok II akan mengadakan kegiatan ronde keperawatan di Ruang Bedah Teratai
RSUD Dr. Soetomo selama melaksanakan Praktik Profesi Manajemen Keperawatan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
Setelah dilakukan ronde keperawatan mahasiswa mampu menyelesaikan
masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis.
1.2.2. Tujuan khusus :
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu :
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan ilmiah

b. Meningkatkan kemampuan validasi data klien

c. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi

rencana keperawatan

d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan

keperawatan yang sesuai dengan masalah klien

e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil

kerja

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien :
a. Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat
masa penyembuhan.
b. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada
pasien
c. Memenuhi kebutuhan pasien
1.3.2 Bagi Perawat :
a. Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor
perawat.
b. Meningkatkan kerjasama tim.
c. Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
1.3.3 Bagi rumah sakit :
a. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
b. Menurunkan lama hari perawatan pasien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh Perawat Primer dan/atau Perawat Konselor, Kepala Ruangan, Perawat
Associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam,
2011).
Karakteristik :
1. Pasien dilibatkan secara langsung
2. Pasien merupakan fokus kegiatan
3. PA, PP dan konselor melakukan diskusi bersama
4. Konselor memfasilitasi kreatifitas
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam meningkatkan
kemampuan mengatasi masalah.

2.2 Tujuan Ronde Keperawatan


1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis.
2. Tujuan khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu:
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah
keperawatan
b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien.
c. Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

2.3 Manfaat Ronde Keperawatan


a. Masalah pasien dapat teratasi.
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
c. Terciptanya komunitas keperawatan yang
profesional.
d. Terjalinnya kerjasama antartim kesehatan.
e. Perawat dapat melaksanakan model keperawatan
dengan tepat dan benar.

2.4 Kriteria Pasien


Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
b. Pasien dengan kasus baru atau langka

2.5 Langkah-langkah Kegiatan Ronde keperawatan


a. Pra ronde
1) Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka)
2) Menentukan tim ronde
3) Mencari sumber atau literatur
4) Membuat proposal
5) Mempersiapkan klien: informed consent dan pengkajian
6) Diskusi tentang diagnosis keperawatan, data yang mendukung, asuhan
keperawatan yang dilakukan, dan hambatan selama masa perawatan
b. Pelaksanaan ronde
1) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah
keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer lain atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
c. Pasca ronde
1) Evaluasi, revisi, dan perbaikan
2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis, intervensi keperawatan
selanjutnya

2.6 Peran Masing-masing Anggota Tim


a. Peran Perawat Primer dan Perawat Associate
1) Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
2) Menjelaskan diagnosis keperawatan
3) Menjelaskan intervensi yang sudah dilakukan
4) Menjelaskan hasil yang didapat
5) Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang dilakukan
6) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
b. Peran Perawat Konselor
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan.
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah
dipelajari

2.7 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan

TAHAP PRA PP
3 RONDE

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :
 Informed Concent
 Hasil Pengkajian/
Validasi data

4  Apa masalah & diagnosis


TAHAP keperawatan?
5 PELAKSANAAN Penyajian  Data apa yang mendukung?
6 DI NURSE Masalah  Bagaimana intervensi yang sudah
STATION dilakukan?
7  Apa hambatan yang ditemukan?

8 TAHAP RONDE
Validasi data
DI BED KLIEN
9

Diskusi PP, Konselor,


KARU, Dokter, Gizi

10 TAHAP PASCA
11 RONDE Lanjutan diskusi
di Nurse Station

Simpulan dan
rekomendasi solusi
masalah
2.8 Kriteria Evaluasi
a. Struktur
1) Persyaratan administratif (informed consent, alat, dan lainnya).
2) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan.
3) Persiapan yang dilakukan sebelumnya.
b. Proses
1) Seluruh anggota tim ronde keperawatan mengikuti kegiatan dari awal hingga
akhir.
2) Seluruh anggota tim ronde keperawatan berperan aktif dalam kegiatan ronde
sesuai peran yang telah ditentukan.
c. Hasil
1) Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.
2) Masalah klien dapat teratasi.
3) Perawat dapat :
a) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
b) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis.
c) Meningkatkan kemampuan validasi data klien.
d) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
e) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
f) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

2.9 Tinjauan Teori Ca Lidah


2.9.1 Anatomi dan Fisiologi
Lidah secara anatomi terbagi atas 3 bagian, yakni :
1. Apek linguae (ujung lidah)
2. Corpus linguae (badan lidah)
3. Radix linguae (akar lidah)

a) Struktur-struktur Superficial Dari Lidah


Membran mukosa yang melapisi lidah yaitu dipunggung lidah, dipinggir
kanan dan kiri dan disebelah muka terdapat tonjolan yang kecil-kecil disebut
dengan papillae. Dasarnya papillae ini terdapat kuncup-kuncup pengecap sehingga
kita dapat menerima / merasa cita rasa. Ada empat macam 9 papillae, yaitu: papillae
filiformes, papillae fungiformes, papillae circumvallatae dan papillae foliatae.
Area dibawah lidah disebut dasar mulut. Membran mukosa disini bersifat
licin, elastis dan banyak terdapat pembuluh darah yang menyebabkan lidah ini
mudah bergerak, serta pada mukosa dasar mulut tidak terdapat papillae. Dasar
mulut dibatasi oleh otot-otot lidah dan otot-otot dasar mulut yang insertionya
disebelah dalam mandibula. Disebelah dalam mandibula ini terdapat kelenjar-
kelenjar ludah sublingualis dan submandibularis.
b) Otot-otot Pada Lidah
Lidah adalah satu organ otot dengan kekenyalan yang baik sekali sewaktu
bergerak, hal ini dapat dilihat pada waktu mengunyah. Lidah sebagian besar terdiri
dari dua kelompok otot. Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakkan halus,
sementara otot ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian sekitarnya serta
melaksanakan gerakkn-gerakkan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah
dan menelan.
c) Persarafan Pada Lidah
Lidah memiliki persarafan yang majemuk. Otot-otot lidah mendapat
pensarafan dari urat saraf hipoglosus (saraf XII). Daya perasaannya dibagi menjadi
˝perasaan umum˝, yang menyangkut taktil perasa seperti 10 membedakan ukuran,
bentuk, susunan, kepadatan suhu, dan sebagainya, dan ˝rasa pengecap khusus˝.
Implus perasaan umum bergerak mulai dari bagian anterior lidah dalam
serabut saraf lingual yang merupakan sebuah cabang urat saraf cranial V, sementara
implus indera pengecap bergerak dalam khorda timpani bersama saraf lingual,
kemudian bersatu dengan sara cranial VII, yaitu nervus saraf fasialis.
d) Aliran Limfa Pada Lidah
Aliran limfa disini penting oleh karena berhubungan dengan penyebaran
dini carcinoma lidah.Penyaluran limfe melalui lingua terjadi melalui 4 jalur :
1) Limfe dari bagian 1/3 posterior lingua disalurkan ke cervikalis profunda superior
dikedua sisi.
2) Limfe dari bagian medial 2/3 anterior lingua disalurkan langsung ke cervicalis
profunda inferior.
3) Limfe dari bagian lateral 2/3 anterior lingua disalurkan ke submandibularis
4) Limfe dari ujung lingua disalurkan ke submentalis

2.9.2 Pengertian Kanker Lidah


Kanker lidah adalah suatu neoplasma malignant yang timbul dari jaringan
epitel mukosa lidah dengan sel yang berbentuk squamous cell carsinoma (sel epitel
gepeng berlapis) dan terjadi akibat rangsangan menahun, juga beberapa penyakit-
penyakit tertentu (pre malignant) seperti syphilis dan plumer vision syndrome,
leukoplasia, reytoplasia. Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya,
di samping itu dapat bermetastase secara limfogen dan hematogen.

2.9.3 Etiologi Kanker Lidah


1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis dari
restorasi, gigi-gigi karies/akar gigi, gigi palsu.
2. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan cara penggunaannya,
tembakau, agen fisik, radiasi ionisasi, virus, sinar matahari.
Penyebab terjadinya kanker lidah adalah merokok, terutama yang lebih dari
2 pak dalam sehari. Risiko tersebut akan meningkat dengan penggunaan alkohol
6-12 % sehari. Asap rokok yang mengepul dalam rongga mulut dan terkena lidah
dapat memicu terjadinya keganasan pada lidah. Kanker lidah yang sering terjadi
adalah tipe karsinoma sel skuamosa.
3. Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetik
Kanker lidah meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Umumnya
kanker lidah terjadi pada usia sekitar 60 tahun

2.9.4 Patofisiologi
Dasar lidah memainkan peran penting dalam berbicara dan menelan. Selama
fase faring menelan, makanan dan cairan yang mendorong ke arah oropharing dari
rongga mulut oleh lidah dan otot-otot pengunyahan. Laring terangkat, efektif
menekan katup tenggorok dan memaksa makanan, cair, dan air liur ke dalam
kerongkongan hypopharynx dan leher rahim.
Meskipun laring menghasilkan suara, lidah dan faring adalah organ utama
yang membentuk suara. Kerugian jaringan dari dasar daerah lidah mencegah
penutupan yang kedap air dengan laring selama tindakan menelan. Ketidaksesuaian
ini memungkinkan makanan dan cairan untuk melarikan diri ke dalam faring dan
laring, koreografer dengan hati-hati mengubah refleks menelan dan sering
mengakibatkan aspirasi. Baik neurologis penurunan dan perubahan dalam tindakan
terkoordinasi menelan dari penyakit berbahaya di daerah ini dapat merusak
mempengaruhi pada kemampuan berbicara dan menelan.
Squamous sel carcinoma pada lidah sering timbul pada daerah epithelium
yang tidak normal, tetapi selain keadaan tersebut dan mudahnya dilakukan
pemeriksaan mulut, lesi sering tumbuh menjadi lesi yang besar sebelum pasien
akhirnya datang ke dokter gigi. Secara histologis tumor terdiri dari lapisan atau
kelompok sel-sel eosinopilik yang sering disertai dengan kumparan keratinasi.
Menurut tanda histology, tumor termasuk dalam derajat I – IV (Broder). Lesi yang
agak jinak adalah kelompok pertama yang disebut carcinoma verukcus oleh
Ackerman. Pada kelompok ini, sel tumor masuk, membentuk massa papileferus pada
permukaan. Tumor bersifat pasif pada daerah permukaannya, tetapi jarang meluas ke
tulang dan tidak mempunyai anak sebar. Lidah mempunyai susunan pembuluh limfe
yang kaya, hal ini akan mempercepat metastase kelenjar getah bening dan
dimungkinkan oleh susunan pembuluh limfe yang saling berhubungan kanan dan
kiri.
Tumor yang agak jinak cenderung membentuk massa papiliferus dengan
penyebaran ringan kejaringan didekatnya. Tumor paling ganas menyebar cukup
dalam serta cepat ke jaringan didekatnya dengan penyebaran permukaan yang kecil,
terlihat sebagai ulser nekrotik yang dalam. Sebagian besar lesi yang terlihat terletak
diantara kedua batas tersebut dengan daerah nekrose yang dangkal pada bagian
tengah lesi tepi yang terlipat serta sedikit menonjol. Walaupun terdapat penyebaran
lokal yang besar, tetapi anak sebar tetap berjalan. Metastase haematogenus terjadi
pada tahap selanjutnya.

2.9.5 Klasifikasi Tumor


1 Tumor Primer (T)
a. TIS : Karsinoma in Situ
b. T1 : Tumor kurang dari 2 Cm.
c. T2 : Tumor lebih dari 2 Cm
d. T3 : Tumor lebih dari 4 Cm.
e. T4 : Perluasan berat disekelilingnya.
2. Pembesaran Kelejnjar Limfe (N) :
a. No : Tidak teraba kelenjar limfe
b. N1 : Kelenjar limfe homolateral tidak terfiksasi
c. N2 : Kelenjar limfe bilateral atau kontraleteral tidak terfiksasi
d. N3 : Kelenjar limfe terfiksasi
e. N4 : Pembesaran kelenjar limfe tidak dapat dikaji karena perluasan yang berat.
3. Metastase (M)
a. Mo : Tidak terdapat metastase
b. M1 : Metastase ke kenjar limfe dan daerah disekitarnya.
c. M2 : Metastase dengan perluasan, sulit untuk dideteksi.

2.9.6 Manifestasi Klinis Kanker Lidah


Gejala-gejala kanker lidah antara lain adalah
a). Timbulnya ulkus (luka) seperti sariawan yang tidak sembuh dengan pengobatan
adekuat, mudah berdarah,
b). Nyeri pada lidah, nyeri yang menjalar pada telinga, nyeri menelan yang
menyebabkan sulit menelan dan terbatasnya pergerakan lidah.
Pada stadium dini, kanker lidah tidak menimbulkan nyeri dan biasanya
ditemukan pada pemeriksaan rutin pada gigi dan mulut. Kanker biasanya timbul di
bagian pinggir lidah, hampir tidak pernah ditemukan kanker pada pangkal lidah
kecuali pada seseorang yang pernah menderita sinus yang tidak pernah mendapatkan
pengobatan selama beberapa tahun. Karsinoma sel skuamosa pada sel lidah
seringkali tampak seperti luka terbuka (borok) dan cenderung tumbuh ke dalam
jaringan di bawahnya. Bintik kecoklatan mendatar seperti bercak sering ditemukan
pada perokok yaitu di sisi biasanya sigaret atau pipa diletakkan pada bibir.

2.9.7 Pemeriksaan Diagnosis


1. Biopsi langsung : merupakan metode baku untuk memperoleh jaringan dari
lesi di rongga mulut dan orofaring.
2. Panendoskopi : dilakukan untuk menentukan perluasan lesi yang besar dan
terletak di sebelah posterior dan untuk menyingkirkan adanya tumor primer
simultan.
3. Biru toluidine : sebuah zat pewarna yang dibubuhkan “in situ” sebagai salah
satu cara disgnostik tambahan dalam mendeteksi karsinoma sel skuamosa.

2.9.8 Penatalaksanaan
Lesi pada jenis kanker T1-T2 dilakukan intervensi pembedahan atau radiasi.
Lesi yang masih kecil sebaiknya dilakukan glossectomy parsial. Lesi dengan ukuran
lebih besar di mana tindakan eksisi akan berdampak pada kemampuan bicara dan
menelan sebaiknya dilakukan tindakan radioterapi.
Reseksi pembedahan pada kanker mulut mencakup mandibulectomi parsial,
hemiglossectomi atau total glossectomi, dan resection bagian dasar mulut dengan
buccal mukosa. Prosedur pembedahan mencakup pembedahan leher dengan
pengangkatan otot leher lain, vena jugularis interna, kelenjar gondok, kelenjar
submandibular, dan saraf spinal tambahan. Penanganan pasien yang menderita
kanker mulut dikelola oleh seluruh tim kesehatan
Terapi yang paling efektif untuk karsinoma lidah baik pada lokal maupun
regional adalah kombinasi dari tiga penatalaksanaan yaitu bedah, radioterapi dan
kemoterapi. Kemoterapi dengan 5-Fluorourasil dan Cisplatin dan terapi radiasi
menjadi terapi yang paling efektif. Pasien dengan masalah kekambuhan atau
metastase ke organ lain dilakukan penatalaksanaan secara paliatif. Kemoterapi dapat
diterapkan pada pasien dengan gejala transient. Obat dengan agen tunggal terdiri dari
methotrexeat, 5 fu, cisplatin, paclitaxel, decotax. Kombinasi antara cisplatin dan 5 fu,
carboplatin dan 5 fu, serta cisplatin dan paclitaxel juga digunakan. Peningkatan
gejala merupakan tolak ukur yang penting. Evaluasi/observasi secara spesifik bisa
dilakukan melalui inspeksi regio kepala dan leher untuk mencari kekambuhan.
BAB 3
RENCANA KEGIATAN

3.1 Kegiatan Ronde Keperawatan


3.1.1 Pelaksanaan
Topik : Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan Diagnosa Medis Ca Lidah
T1N1Mx
Sasaran : Klien Tn. Aliana
Hari/tanggal : Rabu,
Waktu : Pukul 12.00 WIB
Tempat : Ruang Bedah
Materi :
a. Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa Medis Ca Lidah
T1N1Mx
b. Masalah-masalah keperawatan yang muncul pada Tn. A dengan Diagnosa
Medis Ca Lidah T1N1Mx
c. Intervensi keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa Medis Ca Lidah
T1N1Mx
d. Catatan perkembangan pada Tn. K dengan Diagnosa Medis Ca Lidah
T1N1Mx
3.1.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan :
Konselor :

Dokter :
Ahli Gizi :
PP 1 :
PA 1 :
PP 2 :
PA 2 :
Supervisor :
Pembimbing :

3.1.3 Metode
Metode yang digunakan dalam ronde keperawatan adalah diskusi dan Bed
side teaching antar bidang profesi seperti perawat, perawat konselor, dokter, atau ahli
gizi. Materi yang didiskusikan adalah masalah-masalah keperawatan maupun
kolaboratif yang muncul pada klien.

3.1.4 Media
a. Materi yang disampaikan secara lisan
b. Dokumentasi klien (Rekam Medik)
c. Sarana diskusi :
1) LCD
2) Laptop
3) Kertas dan ballpoint

3.1.5. MEKANISME KEGIATAN


TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA WAKTU
Pra Pra Ronde
Ronde 1) Menetapkan kasus dan topik. Ruang PP 1 Sehari
2) Menentukan tim ronde. Bedah sebelum
3) Menentukan literatur. Teratai pelaksanaan
4) Membuat proposal ronde
5) Mempersiapkan klien
6) Informed consent kepada
keluarga
7) Diskusi pelaksanaan

Ronde Pembukaan
1) Salam pembuka
2) Memperkenalkan tim ronde
3) Menyampaikan identitas dan Nurse Kepala
masalah pasien Station Ruangan 5 menit
4) Menjelaskan tujuan ronde

Penyajian masalah
1) Memberi salam dan
memperkenalkan klien dan
keluarga kepada tim ronde.
2) Menjelaskan riwayat penyakit
dan keperawatan pasien. Nurse PPI 10 menit
3) Menjelaskan masalah pasien Station
dan rencana tindakan yang telah
dilaksanakan dan serta
menetapkan prioritas yang perlu
didiskusikan.

Validasi Data
1) Memvalidasi data yang telah R. Konselor, 20menit
disampaikan. perawata Karu, PP,
n PA, Gizi,
2) Diskusi antar anggota tim dan Dokter,
pasien tentang masalah Keluarga,
keperawatan tersebut. klien
3) Pemberian justifikasi oleh Karu
perawat primer atau konselor
atau kepala ruangan tentang
masalah klien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan.

4) Menentukan tindakan
keperawatan pada masalah
prioritas yang telah ditetapkan.

Pasca Pasca Ronde Karu, 10 menit


Ronde 1) Evaluasi dan Nurse supervisor,
rekomendasi intervensi Station perawat
keperawatan. konselor,
2) Penutup pembimbing

3.1.6 Kriteria Evaluasi


a. Struktur
1) Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Bedah Teratai.
2) Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan.
3) Persiapan dilakukan sebelumnya.
b. Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan.

c. Hasil
1) Pasien puas dengan hasil kegiatan.
2) Masalah pasien dapat teratasi
3) Perawat dapat:
a) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis.
b) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
c) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan dan
menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien.
d) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
e) Meningkatkan kemmapuan justifikasi.
f) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
BAB 4
RESUME PASIEN

Pengkajian tanggal : Jam : 08.51.19


MRS tanggal : No.RM: 12.13.55.91
Dx Masuk : Ca Lidah pro hemiglosektomi

A. IDENTITAS

a. Nama :
b. No. RM :
c. Umur/Tgl lahir :
d. Jenis kelamin :
e. Pendidikan :
f. Alamat :
g. MRS :
h. Asal Masuk :
i. Penanggung Jawab biaya :
j. Sumber informasi :

B. DIAGNOSA MEDIS
Ca Lidah Pro Hemiglosektomi

C. KELUHAN UTAMA
Nyeri di Lidah

D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Klien menyatakan ada benjolan dibawah lidah sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya
kecil makin lama makin besar. Awalnya sering sariawan + 1 tahun yang lalu.
Klien mengatakan susah makan karena bila di buat makan, rasanya seperti ada
yang mengganjal, minum bisa. Klien menyatakan nyeri dirasakan sejak ada
benjolan di bawah lidah, tetapi lidah masih bisa digerakkan, lien juga mengatakan
sering batuk dan lendir banyak.

E. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


- Klien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya
- Klien tidak pernah mengalami penyakit kronik dan menular
- Klien tidak pernah mengalami alergi

F. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


- Keluarga dengan keluhan benjolan seperti klien (-)
- Riwayat penyakit kanker lain pada keluarga (-)
G. PEMERIKSAAN FISIK
PRE OP
a. Tanda-tanda vital
S : 36 oC N : 80 x/mnt TD: 110/70 mmHg RR:22 x/mnt
Kesadaran : Compos mentis

b. Sistem Pernapasan (B1-Breath)

Tidak ada keluhan sesak napas, batuk (+), pola napas teratur, suara nafas
vesikuler, tidak ada alat bantu napas, Ronchi (-), wheezing (-), RR : 22 x/mnt
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

c. Sistem Kardiovaskular (B2-Blood)

Irama jantung regular, S1 dan S2 tunggal, tidak nyeri pada dada, bunyi jantung
normal, CRT < 2 detik, akral HKM, tidak terdapat cyanosis. Konjungtiva
pucat (-)
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

d. Sistem Persyarafan (B3-Brain)

Kesadaran compos mentis, GCS : 4-5-6, reflek fisiologis patella (+), triceps
(+), Biceps (+), reflek patologis (-), pupil isokor, ada gangguan penglihatan,
ada gangguan pendengaran, tidak ada gangguan penciuman, sclera tidak
ikterik, keluhan pusing (+), P: Ca lidah, Q: Nyeri Sedang, R: Lidah bagian
bawah, skala nyeri:5, T: sering terutama bila dibuat makan , istirahat tidur ± 8
jam/hari,
Masalah keperawatan : Nyeri

e. Sistem Perkemihan (B4-Bladder)

Produksi urine ± 1500 cc/hari dengan bau khas dan warna kuning, tidak ada
pembesaran pada kandung kemih, tidak terasa nyeri jika ditekan, Minum
±2000cc/hr.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah
f. Sistem Pencernaan (B5-Bowel)
TB: 153 cm, BB: 50 Kg, LLA: - cm, Nafsu makan pasien menurun dengan
frekuensi 1-2x/hr, porsi makan tidak habis hanya setengah porsi. Minum
±2000cc/hr, mulut bersih, mukosa kering, ada kesulitan menelan, peristaltik
usus 10x/mnt, tidak ada pembesaran hepar dan lien, BAB tidak teratur.
Lain-lain : Sebelum MRS: BB 52 kg
Hasil lab: belum ada
Masalah keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

g. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6-Bone)

Pergerakan sendi bebas, turgor baik warna kulit normal dan tidak ada oedema.
Kelainan tulang belakang (-), fraktur (-), kompartemen sindrom (-)
Kekuatan otot 5 5
5 5
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

h. Sistem Endokrin
Tiroid tidak membesar dan tidak ada hiperglikemia.

i. Perilaku Kesehatan

Px tidak mempunyai kebiasaan merokok

j. Personal Hygiene

Mandi 2 kali sehari, mulut bersih, klien ganti baju 2 hari 1x

k. Psiko-sosio –Spiritual

Klien merasa cemas dengan kondisi penyakitnya, paling dekat dengan istrinya,
klien tidak pernah berinteraksi dengan lingkungan sekitar karena nyerinya.
Klien selalu berdoa. Keluarga klien mendukung pengobatan yang dilakukan
kepada klien dan menemaninya dengan sabar.

POST OP
a. Tanda-tanda vital
S : 36.8 oC N : 88 x/mnt TD: 100/60 mmHg RR:20 x/mnt
Kesadaran : Compos mentis

b. Sistem Pernapasan (B1-Breath)

Tidak ada keluhan sesak napas, batuk (+), pola napas teratur, suara nafas
vesikuler, tidak ada alat bantu napas, Ronchi (+), wheezing (-), RR : 20 x/mnt
Masalah keperawatan : tidak ada masalah

c. Sistem Kardiovaskular (B2-Blood)

Irama jantung regular, S1 dan S2 tunggal, tidak nyeri pada dada, bunyi jantung
normal, CRT < 2 detik, akral HKM, tidak terdapat cyanosis. Konjungtiva
pucat (-)
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

d. Sistem Persyarafan (B3-Brain)

Kesadaran compos mentis, GCS : 4-5-6, reflek fisiologis patella (+), triceps
(+), Biceps (+), reflek patologis (-), pupil isokor, ada gangguan penglihatan,
ada gangguan pendengaran, tidak ada gangguan penciuman, sklera tidak
ikterik, keluhan pusing (+), Nyeri sedang, skala nyeri:5, lokasi: Lidah bagian
bawah dan luka trakeostomi, istirahat tidur ± 8 jam/hari,
Masalah keperawatan : Nyeri

e. Sistem Perkemihan (B4-Bladder)

Produksi urine ± 1500 cc/hari dengan bau khas dan warna kuning, tidak ada
pembesaran pada kandung kemih, tidak terasa nyeri jika ditekan, Minum
±1000cc/hr, parenteral: 1500cc
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

f. Sistem Pencernaan (B5-Bowel)


TB: 153 cm, BB: 50 Kg, Nafsu makan pasien menurun dengan frekuensi 1-
2x/hr, porsi makan tidak habis hanya setengah porsi. Minum ±2000cc/hr,
mulut bersih, mukosa kering, ada kesulitan menelan, peristaltik usus 10x/mnt,
tidak ada pembesaran hepar dan lien, BAB tidak teratur.
Lain-lain : Awalnya BB 52 Kg SMRS
Masalah keperawatan : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

g. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6-Bone)

Pergerakan sendi bebas, turgor baik warna kulit normal dan tidak ada oedema.
Kelainan tulang belakang (-), fraktur (-), kompartemen sindrom (-)
Kekuatan otot 5 5
5 5.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

h. Sistem Endokrin
Tiroid tidak membesar dan tidak ada hiperglikemia.

i. Perilaku Kesehatan

Px tidak mempunyai kebiasaan merokok

j. Personal Hygiene
Mandi 2 kali sehari, mulut kotor, klien jarang pakek baju, hanya memakai
celana pendek saja,

k. Psiko-sosio –Spiritual

Klien merasa cemas dengan kondisi penyakitnya, paling dekat dengan istrinya,
klien tidak pernah berinteraksi dengan lingkungan sekitar karena nyerinya.
Klien selalu berdoa. Keluarga klien mendukung pengobatan yang dilakukan
kepada klien dan menemaninya dengan sabar.
Jenis
Pemeriksaan
Tgl (X-Ray, USG, Hasil Paraf
CT Scan, MRI,
ECG, dll)
25/ Foto thorax Kesimpulan: Tak tampak proses metastase
Mei/
12

Radiodiagnos Lesi sklerotik di corpus mandibula, missing PM2, M1, 3


29 tik kanan atas, M3 kiri atas, M1 kanan kiri bawah. Carries
Maret PM 1 kanan atas dan M1 kiri atas
2012

Tanggal Bidang Hasil konsul Tindak lanjut


21 Mei PA/Citologi Sub linguinal sinistra biopsi, invasive
12 squamous cell carcinoma well
differentiated

13 Mei PA/Citologi Lidah 1/3 proximal, screeping :


2012 squamous cell carcinoma (ganas)

CATATAN KONSUL

H. TERAPI
 Tanggal 07 Mei 2012
- Copar 10mg 6x1
- Amitriptilin 0-0-1/2
- Dulcolac 0-0-1
- Amoxyclav 2x1
 Tanggal 11 Mei 2012
- Inf tutofusin : Kalbamin = 2:1
- Inj. Amoxiclav 3x1 gr/drip
- Inj. Ranitidin 2x1 Amp
- Inj. Ondancentron 3x4 mg
- S/N tiap 4 jam
- Rawat luka
- Inj. Kalmetason 3x1 amp
- Inj. Metamizol 3x1 amp
 Tanggal 12 Mei 2012
- Inf. Tutofusin:Kalbamin = 2:1
- Inj. Amoxiclav 3x1 gr
- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Inj. Ondancentron 3x1 amp
- Inj. Metamizole 3x1 amp
- Rawat luka
- Tunggu hasil PA, cek Alb, SE, GDA
 Tanggal 13 Mei 2012
- Inf. Tutofusin:Kalbamin:Kaen Mg3 = 2:1:1
- Infuse Lipid 100cc
- Ivelip 1fles
- Inj. Amoxiclav 3x1 gr
- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Inj. Ondancentron 3x1 amp
- Inj. Metamizole 3x1 amp
- Rawat luka
 Tanggal 14 Mei 2012
- Tutofusin : Kalbamin KAEN = 2:1:1
- Amoxiclav 3x1
- Antrain 3x1
- Omeprazole 2x1
- Rawat luka
- Pehidrol kumur 1%
- Tunggu hasil PA
 Tanggal 15 Mei 2012
- Inf Tutofusin : Kalbamin = 2:1
- Inj. Amoxyclav 3x1 amp
- Inj. Antrain 3x1 amp
- Inj. Omeprazole 2x1
- Rawat Luka
- Pehidrol 1%

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Patologi Klinik

Parameter Nilai Rujukan Hasil (08052012)


pH 7.35 – 7,45 7,45
pCO2 35 – 45 mmHg 35,8
pO2 80 – 107 mmHg 180.5
HCO3 21 – 25 mmoll 25.1
TCO2 26.2
BEecf  3,5 - +2,0 0.9
So2 % 99,7

b. Pemeriksaan Kimia Klinik

Hasil Pemeriksaan
Parameter Nilai Rujukan
2542012 1252012
Glukosa darah puasa < 100 mgdl 85 96
Glukosa Darah 2 JPP < 140 mgdl 93
SGOT 15 – 37 UL 19
SGPT 00 – 45 U L 26
Albumin 3,4 – 5,0 gdl 3,7 3,2
BUN 7 – 18 mgdl 8
Kreatinin Serum 0,6 – 1,3 mgdl 0,7
Klirens Kreatinin 100 -180 mgdl 182
Kalium 3,5 – 5,1 mmoll 3,9 3,8
Natrium 136 – 145 mmoll 143 143
Klorida 98 – 107 mmoll 105 107
Kolesterol Total 00 – 200 mgdl 166
Trigliserida 30 – 150 mgdl 95
Kreatinin urin 195,8
Hematologi
Hasil
HEMA NILAI NORMAL
25042012 14052012
WBC 3.70 - 10,0 10e3uL 6.96 8.76
NEU 1.63 – 6.96 39.3 – 73.7 % 4.36 62.6 6.79 77.5
LYM 1.09 – 2.99 18.0 – 48.3 % 2.02 29.0 1.29 14.8
MONO .240 - .790 4.40 – 12.7 % .488 7.01 .526 6.00
EOS .030 - .440 .600 – 7.30 % .036 .516 .079 .907
BASO 0.00 - .0.80 0.00 – 1.70 % .066 .949 .070 .796
RBC 4.06 – 5.58 10e6uL 6.56 5.95
HGB 12.9 – 15.9 gdl 11.6 12.0
HCT 37.7 – 53.7 % 42.5 39.0
MCV 81.1 – 96.0 fL 64,8 65.5
MCH 27.0 – 31.2 pg 17.7 20.1
MCHC 31.8 – 35.4 gdl 27.3 30.6
RDW 11.5 – 14.5 % 27.5 25.0
PLT 155. – 366.10e3uL 462. 243.
MPV 6.90 – 10.6 fL 6.95 7.26

c. Patologi Anatomi

Tanggal Kesimpulan
21032012 Sub inguinal sinistra, biopsi : invasive squamous cell carsinoma well
differentiated
08052012 Lidah VC : Ganas, Squamous cell carsinoma
Jarak tumor benang 1 (ant) : masih positif sel tumor
Jarak tumor benang 2 (med) : < 1 mm
Jarak tumor benang 3 (lat) : 4 mm
Jarak tumor benang 4 (post) : masih positif sel tumor
Jarak tumor benang 5 (basis) : 2,5 mm

Laring biopsi : Squamous cell carsinoma well differentiated


Masa colli sinistra, biopsi : Salyvary gland tidak tampak tanda keganasan

d. Pemeriksaan Radiologik Panoramik


29 Maret 2012 : Kesimpulan : lesi sclerotik di corpus mandibula
e. Pemeriksaan sitologi
13 Maret 2012 : kesimpulan : lidah 13 proksimal Screeping : Squamous Cell
Carcinoma Ganas)
f. Pemeriksaan Radiologik Thorax

Tanggal Hasil
25042012 Tak Tampak proses metastase di paru

g. Pemeriksaan faal Koagulasi

Hasil Pemeriksaan
Parameter Nilai Rujukan
2542012
PPT 11 – 14 detikkontrol < 2 detik 12,9
Control PPT 0,00 – 0,00 10,6
APTT 25 – 40 detikkontrol < 7 detik 21,4
Control APTT 00 – 45 U L 24,4
ANALISA DATA

Tanggal Data Etiologi Masalah


DS : Klien Ca Lidah Nyeri
7 Mei 2012 mengatakan nyeri di 
bawah lidah Proses inflamasi

DO : Klien sesekali Prostaglandin >>
terlihat menyeringai Bradikinin >>
menahan sakit 
P : Ca Lidah Nyeri
Q: Sedang
R : Di bawah lidah
S:5
T : Setiap saat
Td: 110/70 mmHg,
N:80x/menit

DS : Klien Ca Lidah Risiko Nutrisi kurang dari


mengatakan  kebutuhan tubuh
badannya lemah, Benjolan dibawah lidah
7 Mei 2012 sakit kalau dibuat 
menelan Kesulitan mengunyah
dan menelam makanan
DO : 
A: BB: 50 kg, TB: Bb <<
152 cm 
BB sebelum sakit: 52 Nafsu makan <<
kg 
C: ku cukup Nutrisi tidak adekuat
D: porsi makan tidak
habis , hanya ½ porsi
Nama Pasien : Tn. Aliana No. RM : 12135591
No. Bed : 11 Diagnosa Medis : Ca Lidah T1N1Mx

Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Rencana (Intervensi) Keperawatan


07 1) Nyeri Nyeri hilang atau 1) Skala nyeri berkurang (minimal 3) 1) Berikan copar 10 mg sesuai advise.
Mei berkurang setelah 2) Klien melaporkan nyeri berkurang 2) Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
pemberian intervensi 1x24 atau hilang 3) Anjurkan untuk istirahat cukup
2012
jam. 3) klien dapat beristirahat dengan 4) Bantu pasien menemukan posisi yang nyaman untuk
tenang mengurangi nyeri.
4) TTV dalam batas normal 5) Evaluasi skala nyeri dan tanda-tanda vital
(TD: 120-14070-90, N: 60-
100xmnt, S: 36.5 – 37.5⁰C, RR: 18-
22xmnt)

1) Porsi makan habis


2) Resiko nutrisi kurang dari Nutrisi adekuat selama 1) Beri H.E sebab sulit menelan pada pasien dan keluarga
07 masa perawatan
2) BB tetap atau tidak berkurang
2) Anjurkan makan dengan porsi sedikit tetapi sering
Mei kebutuhan tubuh 3) KU baik, konjungtiva tidak
3) Kolaborasi pemasangan NGT jika perlu
2012 anemis
4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet lunak
4) Albumin = 3-4.8 gr/dl, Hb: 13-
5) Monitor ABCD
18g/dl
Nama Pasien : Tn.Aliana No. RM : 12135591
No. Bed : 11 Diagnosa Medis : Ca Lidah T4N1Mx
No Tgl Advice Dokter Diagnosa Keperawatan Jam Implementasi Ttd Evaluasi (SOAP)
1. 07 - Copar 10mg 6x1 1). Nyeri b.d Proses inflamasi 08.00 - Mengobservasi TTV Klien S : Klien mengatakan nyeri di
Mei sekunder Ca lidah -memberikan copar 10mg bawah lidah
2012 -Amitriptilin 0-0-1/2 09.00 - Memberikan H.E tentang penyebab nyeri O: P: Ca lidah
-Dulcolac 0-0-1 2). Risiko nutrisi kurang dari pada klien dan keluarga Q: Sedang
kebutuhan tubuh b.d gangguan 09.10 - Memberikan HE tentang penyebab sulit R: di bawah lidah
-Amoxyclav 2x1 menelan sekunder akibat Ca lidah menelan pada klien dan keluarga. S: 4
09.20 - Menganjurkan klien untuk makan sedikit T: Berkelanjutan
tapi sering Ekspresi sedikit lebih tenang
10.00 - Mengajarkan teknik relaksasi/napas dalam Td : 110/80 mmHg
dan distraksi jika nyeri muncul N : 80
12.00 -mengobservasi TTV dan skala nyeri RR : 19
-memberikan copar 10mg S : 36
A : Masalah teratasi di sebagian
P : Pertahankan intervensi

S: Klien mengatakan tidak bisa


makan karena lidah semakin sakit
bila di buat makan
O: klien hanya makan sedikit ½
porsi tidak habis, k.u cukup,
TB:153cm, BB: 50kg, sebelum
masuk rumah sakit BB: 52 kg, lab
blum ada.
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi dan
kolaborasi dengan gizi

2. 07 1). Nyeri b.d Proses inflamasi 15.45 - Skin test clavamox Hasil negative S: Klien masih merasa nyeri di
Mei akibat Ca lidah daerah mulut
2012 15.50 - Mengambil darah untuk GSH O: P: Ca Lidah T1N1Mx
Sore 2). Risiko nutrisi kurang dari Q: sedang
kebutuhan tubuh 16.00 - Observasi TTV pasien R: di bawah lidah kiridaerah
Td: 120/80, N:80, S: 36 Mulut
16.05 - Memotivasi agar pasien makan yang S: 4
banyak sebelum operasi T: Terus menerus
TTV : N:82, S: 36°c, Td: 110/70
16.10 - Memberikan copar 10mg A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi
17.00 - Menganjurkan agar pasien makan sedikit
tapi sering S: Klien mengatakan tidak bisa
18.00 - menganjurkan agar pasien istirahat cukup makan karena lidah semakin sakit
bila di buat makan
20.00 - Mengobservasi TTV, Td: 110/70, N: 82, O: klien hanya makan sedikit ½
RR: 18, S: 36°C porsi tidak habis, k.u cukup,
-memberikan copar 10mg TB:153cm, BB: 50kg, sebelum
masuk rumah sakit BB: 52 kg, lab
blum ada.
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi dan
kolaborasi dengan gizi

22.00 - Mengobservasi TTV, TD: 9070 mmHg, S: Klien mengatakan sudah mau
N:73x/menit, S: 36°C makan lumayan banyak.
23.00 - Memasang iv Line O: Klien mau makan bubur, roti,
- Memberikan RL 100CC/Jam susu. Klien terlihat lebih tenang
24.00 - Mempuasakan pasien untuk persiapan dan k/u cukup, TB:153cm, BB:
operasi Hemiglosektomi 50kg, sebelum masuk rumah sakit
05.00 - Mengobservasi TTV. TD: 90/70 mmHg, S: BB: 52 kg, lab blum ada.
36.8°C A: Masalah teratasi sebagian
06.00 - Memberikan antibiotic Clavamox 2 gr P: Klien puasa mulai pkl.00.00
(drip i.v) - Pasang infuse RL 100ccjam

08
Mei 06.30 BERANGKAT OPERASI
2012 HEMIGLOSEKTOMI

11 Pindah dari ruang observasi 24.00 - Memberi obat: S: Klien mengatakan nyeri di
Mei - Inf Tutofusin : (bed.23) Pkl.22.30 - Inj. Amoxiclav 1gr/drip kepala dan telinga.
2011 - Inj. Ondancentron 4 mg O: Klien sering terbangun,
Kalbamin = 2:1 - Inj Kalmethason 1 amp wajahnya sering menyeringai
- Inj. Amoxiclav 3x1 - Metamizole 1 Amp. menahan sakit.
P: luka post op hemiglosektomi
gr/drip Q: Sedang
- Inj. Ranitidin 2x1 R: Kepala, telinga kiri dan lidah
05.00 - melakukan Nebulizer bagian bawah
Amp S: 5
- Inj.ondancentron T: Terus menerus
A: Masalah teratasi sebagian
3x4 mg P: lanjutkan intervensi
- S/N tiap 4 jam
- Rawat luka S: -
O:Terpasang trakeostomi, klien
- Inj. Kalmetason 3x1
mengatakan belum bisa makan,
amp k.u lemah, TB:153cm, BB: 50kg,
A: Masalah belum teratasi
- Inj. Metamizol 3x1 P: lanjutkan intervensi dan
amp
kolaborasi dengan gizi

S: -

O: Terpasang trakeostomi, secret


(+), Warna putih, tidak kental,
suara nafas v/v

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

12 1). Nyeri b.d reaksi infalamasi 08.00 - Melakukan rawat luka S: Klien mengatakan masih nyeri
Mei - Tutofusin:Kalbamin sekunder akibat post O: Klien sering menyeringai
2012 = 2:1 hemiglosektomi 08.30 - Memberikan inj. Ranitidin 1 amp menahan nyeri
- Amoxiclav 3x1 gr P: luka post op hemiglosektomi
- Ranitidin 2x1 amp 2). Nutrisi kurang dari kebutuhan - Inj. Ondancentron 1 amp Q: ringan
- Ondancentron 3x1 tubuh b.d gangguan menelan R: daerah luka
amp - Inj. Metamizol 1 amp S: 3
- Rawat luka T: kadang-kadang
3). Ketidakefektifan bersihan 09.00 Memberikan amoxiclav 1gr/drip A: Masalah teratasi sebagian
- Tunggu hasil PA, jalan nafas b.d penumpukan P: lanjutkan intervensi
cek Alb, SE, GDA sekret
-Mengambil darah untuk cek lab Alb, SE,
GDA S: -
O:Terpasang trakeostomi, klien
12.00 Mengobservasi TTV mengatakan belum bisa makan,
k.u lemah, TB:153cm, BB: 50kg,
BB sebelum MRS: 52 kg, lab
12/5/12: Alb: 3,2 g/dl
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi dan
kolaborasi dengan gizi

S: Klien mengatakan tidak ada


keluhan

O: Terpasang trakeostomi, secret


(+), Warna putih, tidak kental

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

16.00 - Mengobservasi TTV S: Klien mengatakan masih nyeri


TD: 90/50 mmHg. N: 64x/mnt, S: 36°C O: Klien sering menyeringai
17.00 - Inj. Amoxiclav 3x1 gr (drip) menahan nyeri
- Inj. Metamizole 3x1 amp (Pragesol) P: luka post op hemiglosektomi
- Inj. Ondancentron 3x1 amp Q: ringan
R: daerah luka
18.00 - Mengganti infus > 4 hari S: 3
T: kadang-kadang
19.00 - Melakukan Nebulizer A: Masalah teratasi sebagian
- Memberi inf. Kalbamin, Tutofusin P: lanjutkan intervensi
20.00 - Mengobservasi TTV
TD: 90/60 mmHg, N: 64x/menit, S: 36°C
- Memberi inj. Ranitidin 1 amp S: Klien mengatakan tidak bisa
makan hanya bisa minum saja
O: klien hanya minum air gula
saja, k.u lemah, 12/5/12: Alb: 3,2
g/dl
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi dan
kolaborasi dengan gizi

S: -
24.00 - Memberi inj. Amoxiclav 1gr i.v / drip
- Memberikan inj. Metamizole 1gr i.v O: Sekret cair, tidak bercampur
04.00 - Memberikan inj. Ondancentron 1 amp i.v darah
- Mengobservasi TTV
TD: 100/60, N: 70x/menit, S: 36°C A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan,
nebulizer tiap 4jam/hari

13
Mei - Inf. 1). Nyeri b.d reaksi infalamasi S: -
2012 sekunder akibat post 08.00 - Mengobservasi TTV O: Klien kadang menyeringai
Tutofusin:Kalbamin hemiglosektomi TD: 110/70 , N: 80x/mnt ,S: 36.5°C, RR: menahan nyeri
:Kaen Mg3 = 2:1:1 22x/mnt P: luka post op hemiglosektomi
2). Nutrisi kurang dari 09.00 - Memberi nebulizer Q: ringan
- Infuse Lipid 100cc kebutuhan tubuh b.d gangguan R: daerah luka
- Ivelip 1fles menelan akibat sekunder Ca lidah 10.00 - Mmberikan amoxiclav 1 g dlm 100cc pz S: 3
(drip) T: kadang-kadang
- Inj. Amoxiclav 3x1 3). Ketidak efektifan bersihan 12.00 - Memberikan ondancentron 8mg i.v A: Masalah teratasi
gr jalan nafas - Memberikan Ranitidin 50mg i.v P: intervensi dilanjutkan
- Memberikan metamizole 1gr i.v
- Inj. Ranitidin 2x1 15.00 -mengobservasi TTV S: Klien mengatakan tidak bisa
TD: 110/60 , N: 84x/menit ,S:36.8°C makan hanya bisa minum saja
amp 16.00 - Mengajarkan pasien kumur dengan H2O2 O: klien hanya minum air gula
- Inj. Ondancentron 1% saja, k.u lemah, hasil lab belum
16.30 - Memberikan injeksi omeprazole 1 amp ada.
3x1 amp - Mengobservasi TTV: A: Masalah belum teratasi
- Inj. Metamizole 3x1 17.00 TD: 100/60 ,N:82x/menit ,S:36 P: lanjutkan intervensi dan
RR:20x/mnt kolaborasi dengan gizi
amp 19.00
- Rawat luka - Mengganti tutofusin dengan ivelip 500cc S: -
20.00 - Mengobservasi kemampuan batuk efektif
klien, klien dapat batuk efektif, sekret (+). O: Sekret cair, tidak bercampur
20.10 - Memberi kalbamin 20%/24 jam  selesai darah, kx sudah dapat batuk
21.00 jam 22.00 efektif, suara nafas v/v
- Memberi injeksi pragesol 1g i.v
22.00 - Memberi inj. Amoxiclav 1g dlm 100 cc pz A: Masalah teratasi
(drip)
24.00 - Mengobservasi TTV P: Intervensi dilanjutkan,
TD: 110/80 ,N:80x/menit ,S:36 ,RR: nebulizer tiap 4jam/hari
20x/mnt

14 1). Nutrisi kurang dari kebutuhan S: Klien mengatakan masih belum


Mei tubuh b.d gangguan menelan 08.00 - Mengobservasi TTV : bisa makan, hanya bisa minum
2012 - Tutofusin : akibat sekunder Ca lidah TD:110/80 ,N:80 ,S:36.5 RR:18 saja
Kalbamin KAEN = 08.15 - Memberikan amoxiclav 1 gr drip, O:
omeprazole dan antrain 1 gr A: BB: 48,5 kg TB: 152 cm
2:1:1 10.00 - Mengganti cairan infus dengan Tutofusin B: lab (14/5/12): Hb: 12 g/dl
- Amoxiclav 3x1 14tts/mnt (12/5/12) Alb:3.2 g/dl
10.10 - Merawat trakeostomi dengan prinsip steril C: ku cukup,
- Antrain 3x1 10.30 - Membantu klien kumur dengan perhidrol D: klien hanya minum air gula
- Omeprazole 2x1 1% saja
11.00 - Mengambil darah untuk cek lab DL, SE,
- Rawat luka Alb, LFT A: Masalah belum teratasi
- Pehidrol kumur 12.00 - Memberikan Nebulizer setiap 4jam P: lanjutkan intervensi dan
kolaborasi dengan dokter dan gizi
1% untuk pemenuhan kebutuhan
- Tunggu hasil PA nutrisi

S: -
16.00 - Mengobservasi TTV O: klien hanya minum air gula
- Memberikan antrain 1 g/i.v saja,
- memberikan amoxiclav 1g i.v (drip) A: BB: 48,5 kg TB: 152 cm
- Memberikan ivelip 1 kolf, tutofusin dan B: lab (14/5/12): Hb: 12 g/dl
kalbamin (sementara stop) (12/5/12) Alb:3.2 g/dl
20.00 - Memberikan omeprazole 40 mg i.v C: ku cukup,
- Mengobservasi TTV D: klien hanya minum air gula
saja

A: Masalah belum teratasi


P: lanjutkan intervensi dan
kolaborasi dengan gizi

S: Klien mengatakan belum bisa


22.00 - Mengganti infus klien makan, sakit bila dibuat menelan
23.00 - Mengganti cairan tutofusin setelah ivelip
- Memberi injeksi clavamox 1gr (drip) O: Tidak terpasang NGT,
A: BB: 48,5 kg TB: 152 cm
24.00 - Memberi injeksi antrain 1 amp B: lab (14/5/12): Hb: 12 g/dl
04.00 - Mengobservasi TTV (12/5/12) Alb:3.2 g/dl
C: ku cukup,
D: klien hanya minum air gula
saja dan nutrisi parenteral
(Kalbamin, Tutofusin, KAEN)

A: Masalah belum teratasi

P: Pertahankan dan lanjutkan


intervensi

S: Klien mengatakan masih belum


15 1). Nutrisi kurang dari kebutuhan 08.00 Mengobservasi TTV bisa makan karena sakit di buat
Mei tubuh b.d gangguan menelan 08.10 Memberikan injeksi amoxyclaf 1 gr drip, menelan dan keluarga klien
2012 - Inf. akibat sekunder Ca lidah Antrain 1 amp, mengatakan, klien hanya minum
Tutofusin:Kalbamin = Mengobservasi px kumur dengan perhidron air putih,
2:1 1% O: Tidak terpasang NGT,
- Inj. Amoxyclav 3x1 08.30 Menganjurkan klien minum susu sedikit A: BB: 48,5 kg TB: 152 cm
amp demi sedikit B: lab (14/5/12): Hb: 12 g/dl
- Inj. Antrain 3x1 amp 08.40 Mengganti cairan tutofusin 14 tpm (12/5/12) Alb:3.2 g/dl
- Inj. Omeprazole 2x 1 09.10 Merawat luka trakeostomi C: ku cukup,
- Rawat luka 12.00 Mengantarkan klien radioterapi D: klien hanya minum air gula
- Oral hygine dengan Melakukan nebulasi saja dan nutrisi parenteral
pehidrol 1% Mengobservasi TTV (Kalbamin, Tutofusin)
A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan,kolaborasi dengan
dokter dan gizi untuk pemenuhan
kebutuhan nutrisi
BAB 5
PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Pelaksanaan Kegiatan


Hari / tanggal :
Waktu :
Tempat :
Topik :
Acara dihadiri oleh :

4.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan :
Konselor :
Dokter :
PP 1 :
PA 1 :
PP 2 :
PA 2 :
Pasien : Tn. A dengan Diagnosa Medis Ca Lidah T1N1Mx
dengan masalah keperawatan utama nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Pembimbing :
Supervisor :
4.3 Susunan Acara
1. Persiapan anggota dalam kegiatan ronde keperawatan terutama yang
bertindak sebagai Kepala Ruangan, PP 1, PP2, PA 1, PA 2, 2 Perawat
Konsultan dan 1 orang Dokter PPDS THT serta 1 orang ahli gizi.
2. Pelaksanaan role play yang diawasi oleh para supervisor.
3. Diskusi jalannya kegiatan ronde keperawatan bersama supervisor.

4.4 Hasil Evaluasi


1) Evaluasi Struktur
Untuk pelaksanaan ronde keperawatan, kelompok telah melakukan beberapa
persiapan 1 hari sebelumnya meliputi penentuan kasus ronde, pembuatan proposal,
undangan, pembagian peran dan berlatih role play sesuai dengan perannya masing-
masing, serta resume asuhan keperawatan pasien yang akan dilakukan ronde.
Persiapan hanya dilakukan 1 hari sebelumnya, hal ini karena pasien awal yang telah
dipersiapkan untuk ronde meninggal di hari pelaksanaan ronde yang pada mulanya
dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Mei 2012 sehingga pelaksanaan ronde ditunda
keesokan harinya.

2) Evaluasi Proses

Pelaksanaan Role Play: 11.00-11.50 WIB


Evaluasi dari Pembimbing dan Supervisor: 11.50-12.10 WIB
Tabel 4.1 Evaluasi dari Pembimbing dan Supervisor
Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)

Mekanisme Isi Pelaksanaan


Semua status - - PP 2 dalam role play
pasien kurang aktif
seharusnya dibandingkan dengan
berada di PA2. Selain itu, PP2
atas bed tidak boleh memberikan
pasien penilaian terhadap
sehingga perkembangan dari
memudahkan pasien PP1.
saat - Sebagian besar peserta
pemeriksaan ronde sudah dapat
memerankan masing-
masing perannya dengan
baik tetapi PP2
seharusnya dapat
menunjukkan acting
yang lebih baik dan tidak
banyak tertawa saat
pelaksanaan role play.
- Pada saat pelaksanaan
role play, kepala ruangan
sempat tidak
menggunakan bahasa
Inggris.
Nazirotul Khoiriah S.Kep. Ns
Mekanisme Isi Pelaksanaan
- - Pemberian TPN (Total -
Parenteral Nutrition)
melalui vena perifer
dikolaborasikan lagi
dengan tim medik karena
pemberian sudah lebih dari
5 hari dan pasien sudah
dapat makan dan minum.
- Untuk luka trakeostomi,
harus dijaga dalam kondisi
bersih dan jangan sampai
basah karena memicu
pertumbuhan kuman.
Selain itu, observasi
secret.
- Motivasi pasien untuk
mobilisasi agar proses
penyembuhan cepat.
Mahasiswa S2
Mekanisme Isi Pelaksanaan
- - - Kepala ruangan lebih
aktif lagi dalam
mengarahkan PP1 dan
PP2 terutama saat
validasi ke pasien.
- Pemerikasaan fisik
yang dilakukan PP2
harus lebih ditekankan
lagi mengingat
terdapat permasalahan
pada system
pencernaan pasien.

3) Evaluasi Hasil
1. Kegiatan dihadiri oleh 1 orang supervisor, 1 orang pembimbing akademik, 1 orang
pembimbing klinik, 1 orang perawat ruangan, 1 orang dokter PPDS THT, 1 orang
ahli gizi, dan mahasiswa S2 PSIK.
2. Acara diajukan 1 jam lebih awal dari jadwal yang ditentukan dan acara berlangsung
selama kurang lebih 1 jam.
3. Dari hasil ronde keperawatan dapat disimpulkan intervensi untuk klien adalah:
a. Dalam menentukan intervensi mengatasi nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh, terutama lebih ketat dalam memastikan bahwa pasien sudah dapat
makan dan minum serta seberapa banyak porsi makan yang dihabiskan
pasien. Jika asupan pasien sudah dapat tercukupi dengan diet per oral,
maka pemberian TPN harus dikolaborasikan dengan tim medis.
b. Mengobservasi urinalisis klien karena sebagian besar intake nutrisi klien
berbentuk cairan.
c. Menjaga kebersihan luka trakeostomi karena kondisi kasa yang basah
dapat memicu pertumbuhan kuman. Selain itu, sekret yang keluar juga
harus diobservasi.
d. Memotivasi klien untuk mobilisasi untuk mempercepat proses
penyembuhan klien.
1. Kegiatan berjalan dengan cukup lancar dan tujuan mahasiswa dapat tercapai.
2. Mahasiswa bekerja sesuai dengan peran masing-masing.

4) Hambatan
1. Pelaksanaan ronde keperawatan diajukan 1 jam lebih awal dari jadwal
yang ditentukan karena jam pelaksanaannya bersamaan dengan ruangan lain.
2. Pelaksana ronde belum berpengalaman dalam melakukan ronde
keperawatan sehingga mahasiswa belum dapat menerapkan peran secara
optimal dalam ronde.

5) Dukungan
1. Pengorganisasian acara ronde keperawatan yang terstruktur.
2. Proses bimbingan pelaksanaan ronde oleh pembimbing akademik dan klinik.
3. Adanya kerjasama dan kesempatan yang seluas-luasnya antara pihak perawat
ruangan dengan mahasiswa sebagai pelaksana.
4. Tersedianya fasilitas pendukung untuk kelancaran proses ronde yang baik di
Ruang Bedah Teratai.
BAB 6
PENUTUP

5.1 Simpulan
Ronde keperawatan diharapkan membawa manfaat bagi perawat dalam
mengasah kemampuan berpikir kritis dan menciptakan komunitas keperawatan yang
profesional. Bagi pasien dan keluarganya, ronde keperawatan diharapkan dapat
mempercepat penyembuhan dan meningkatkan kualitas kesehatan klien sehingga
pada akhirnya turut meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. Pelaksanaan
Ronde keperawatan oleh mahasiswa praktik profesi manajemen keperawatan PSIK
FKp Unair angkatan A7 di Ruang Bedah Teratai dilaksanakan pada Rabu, 16 Mei
2012 terhadap keluarga Tn. A berjalan dengan cukup lancar. Adapun masalah
keperawatan yang diangkat saat pelaksanaan ronde adalah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dengan beberapa solusi yaitu dalam menentukan intervensi
mengatasi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, terutama lebih ketat dalam
memastikan bahwa pasien sudah dapat makan dan minum serta seberapa banyak
porsi makan yang dihabiskan pasien jika asupan pasien sudah dapat tercukupi dengan
diet per oral, maka pemberian TPN harus dikolaborasikan dengan tim medis;
mengobservasi urinalisis klien karena sebagian besar intake nutrisi klien berbentuk
cairan; menjaga kebersihan luka trakeostomi karena kondisi kasa yang basah dapat
memicu pertumbuhan kuman, selain itu sekret yang keluar juga harus diobservasi;
serta memotivasi klien untuk mobilisasi untuk mempercepat proses penyembuhan
klien.

5.2 Saran
1. Ronde keperawatan sebaiknya dilaksanakan secara rutin di ruang
rawat inap oleh perawat-perawat yang terlibat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien.
2. Perawat primer sebagai pelaksana kunci ronde keperawatan,
sebaiknya meningkatkan pengetahuan, kemampuan berkomunikasi, dan
kemampuan interpersonal sehingga dapat memberikan manfaat besar bagi pasien,
komunitas perawat, dan rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2010. Tongue cancer. http://www.tonguecancer.com/tongue_cancer.htm


di akses 15 Mei 2012pukul 10.10 WIB

Anonymous, 2008. Karsinoma Lidah.


http://klinikmedis.wordpress.com/2008/03/06/karsinoma-lidah/ di akses 15
Mei 2012 pukul 10.00 WIB

Ballenger, 2002. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher Jilid I.
Jakarta: Binarupa Aksara

Brunner & Suddarth, 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah edisi 8. Jakarta:
EGC

Carpenito, LJ. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Nursalam, 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Lampiran
SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN
RONDE KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : …………………………………..
Umur : …………………………………..
Alamat : …………………………………..
…………………………………..

adalah suami/istri/orang tua/anak dari pasien :

Nama : …………………………………..
Umur : …………………………………..
Alamat : …………………………………..
…………………………………..

Ruang : Bedah Teratai


No. RM. : …………………………………..

Dengan ini menyatakan sesungguhnya telah :


Memberikan persetujuan dan telah mendapatkan penjelasan tentang
maksud dan tujuan dilakukannya Ronde Keperawatan. Demikian persetujuan
ini diberikan agar dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya, ................. ........2012

Perawat yang menerangkan Penanggung jawab

……………………………... ……………………………

Saksi – saksi : Tanda tangan :

1. …………………………. …………………

2. …………………………. …………………

Lampiran Dokumentasi Ronde Keperawatan


Lampiran Dokumentasi Ronde Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai