Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

ASMA BRONCHIAL PADA ANAK

Dosen Pengampu : Walin

Disusun Oleh:

1. Putri Arisetia N (P17420213022)

2. Rahmania Putri A (P17420213023)

3. Ranitasari (P17420213024)

4. Rendi Saifinuha H (P17420213025)


5. Retno Purwati (P17420213026)

Tingkat 2A / Semester IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN


PURWOKERTO
2014
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma bronkial adalah suatu kelainan inflamasi peradangan) kronik saluran nafas yang
menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagairangsangan yang ditandai dengan gejala

episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada terutama pada

malam hari atau dini hari yan umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan.
Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “sukar

bernapas.” Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi yang
disebabkan oleh penyempitan saluran napas.Banyak kasus-kasus penyakit asma di masyarakat

yang tidak terdiagnosis, yangsudah terdiagnosis pun belum tentu mendapatkan pengobatan
secara baik.

Disamping itu banyak permasalahan kesehatan

lainyang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku dan permasalahan

kesehatan lainnya,Penyakit asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab,

dimanayang paling sering karena faktor atopi atau alergi. Faktor-faktor penyebab dan

pemicu penyakit asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok,asap

obat nyamuk, dan lain-lain.Penyakit ini merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua
orang tua,kakek atau nenek anak menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anak.

Prof Dr. dr Heru Sundaru, Sp.PD, KAI, Guru Besar Tetap FKUI menjelaskan, “penyakitasma bukan

penyakit menular tapi penyakit keturunan.”

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang didunia mengidap

penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada tahun 2005 lalu. Hasil
penelitian International Study on Asthma and Alergies inChildhood pada tahun yang sama

menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2%

menjadi 5,4 %.Penyakit asma tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saatini
hanya berfungsi menghilangkan gejala.
Namun, dengan mengontrol penyakit asma, penderita penyakit asma bisa bebas dari gejala

penyakit asma yang mengganggusehingga dapat menjalani aktivitas hidup sehari-

hari.Mengingat banyaknya faktor risiko yang berperan, maka prioritas pengobatan penyakit
asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala. Kontrol yang baik inidiharapkan dapat

mencegah terjadinya eksaserbasi (kumatnya gejala penyakit asma),menormalkan fungsi paru,


memperoleh aktivitas sosial yang baik dan meningkatkankualitas hidup pasien.Anda bisa

mengenal penyakit asma lebih lanjut dalam halaman detail ini


meliputigejala asma,diagnosa asma, penyebab asma, faktor pencetus asma, pengobatan, pengc

egahan dan hidup bersama asma.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari asma ?


2. Bagaimana anatomi dari saluran pernafasan ?

3. Apa saja etiologi penyakit asma ?


4. Bagaimana manifestasi dari penyakit asma ?

5. Apa saja klasifikasi asma pada anak ?


6. Bagaimana patofisiologi dari penyakit asma ?

7. Bagaimana pathway penyakit asma ?


8. Apa saja Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan pada penderita asma ?

9. Bagaiaman penatalaksanaan penyakit asma ?


10. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit asma ?

11. Bagaimana pencegahan dari penyakit asma ?

12. Bagaimana cara penularan penyakit asma ?

13. Bagaimana askep pada pasien asma ?


1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian asma

2. Untuk mengetahui anatomi saluran pernafasan

3. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit asma

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit asma


5. Untuk mengetahui klasifikasi dapri penyakit asma
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit asma

7. Untuk mengetahui pathway penyakit asma


8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita asma.

9. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit asma

10. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan penyakit asma

11. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit asma


12. Untuk mengetahui cara penularanpenyakit asma
13. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien asma
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respontrakea dan bronkus terhadap berbagai

rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat
berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin,2008).

Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001)

Asma bronchial adalah penyakit pernafasan objektif yang ditandai oleh spasme akut otot
polos bronkus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus.

(Elizabeth, 2000: 430)


Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon bronkus terhadap berbagai

rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat

berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa asma bronchial adalah suatu penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif yang bersifat reversible, ditandai dengan terjadinya penyempitan

bronkus, reaksi obstruksi akibat spasme otot polos bronkus, obstruksi aliran udara, dan penurunan

ventilasi alveoulus dengan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas.

2.2 Anatomi Sistem Pernafasan


Sistem Pernafasan meliputi saluran sebagai berikut:

Rongga Hidung →Faring → Laring →Trakhea→ Bronkus→ Bronkiolus→ Alveolus (paru-paru)


Organ Pernafasan :
a. Hidung

Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang dan dipisahkan oleh
sekat hidung. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan
kotoran yang masuk ke dalamlubang hidung.
b. Faring

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan,

terdapat dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
c. Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan

suara. Terletak dibagian depan faring. Pangkal tenggorokan ini dapat ditutup oleh epiglottis yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi menutupi laring pada waktu kita menelan

makanan.
d. Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin

tulang rawan. Panjang trakea 9-11 cm.


e. Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus kanan lebih pendek

dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri

lebih panjang dan lebih ramping, terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Bronkus
bercabang-cabang lagi menjadi lebih kecil disebut bronkiolus. Pada bronkiolus tidak terdapat
cincin lagi dan pada ujung bronkiolus terdapat gelembung paru atau alveoli.

f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang berfungsi untuk pertukaran gas O2 dan CO2. Paru-

paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri yang terdiri

dari 2 lobus. Letak paru-paru dirongga dada menghadap ke tengah rongga dada (kavum
mediastinum). Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleura.

Fisiologi Sistem pernafasan

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.Pada pernapasan melalui paru-
paru atau pernapasan externa, oksigen berasal dari udara yang masuk melalui hidung dan mulut,
pada waktu bernapas, oksigen masuk melaui trakhea dan pipa bronkhial ke alveoli dan mempunyai

hubungan yang erat dengan darah di dalam kapilerpulmonalis.Hanya satu lapisan membran yaitu
membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini

dan diangkut oleh haemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung kemudian dipompa oleh
arteri ke seluruh bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg
dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen

Di dalam paru-paru, karbon dioksida menembus membran alveoli-kapiler dari kapiler darah
ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dikeluarkan melalui hidung dan mulut.

Pernapasan jaringan atau pernapasan interna, darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya
dengan oksige, mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak

sangat lambat. Sel jaringan mengangkut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen
berlangsung dan darah menerima, sebagai gantinya, hasil buangan oksidasi, yaitu karbon dioksida.

2.3 Etiologi

Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomenahiperaktivitas bronkus.

Bronkus penderita asma sangat peka terhadaprangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun
rangsangan ataufaktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:

1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan olehalergen atau alergen yang dikenal
seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.

2. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen,seperti common cold, infeksi

traktus respiratorius, latihan, emosi, danpolutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.


3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristikdari bentuk alergik dan non-

alergik (Smeltzer & Bare, 2002).

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi danpresipitasi timbulnya serangan Asma
Bronkhial yaitu :
a. Faktor predisposisi

Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belumdiketahui bagaimana cara

penurunannya yang jelas. Penderitadengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat

jugamenderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah terkena
penyakit Asma Bronkhial jikaterpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas

saluranpernapasannya juga bisa diturunkan.


b. Faktor presipitasi

1) Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :


a) Inhalan : yang masuk melalui saluran pernapasan

Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,bakteri dan polusi.

b) Ingestan : yang masuk melalui mulut


Contoh : makanan dan obat-obatan

c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit


Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin seringmempengaruhi Asma. Atmosfir yang
mendadak dinginmerupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang-kadang

serangan berhubungan dengan musim, seperti musimhujan, musim kemarau.


3) Stres

Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetusserangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbulharus

segera diobati penderita asma yang mengalami stres ataugangguan emosi perlu diberi
nasehat untuk menyelesaikanmasalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi

makagejala belum bisa diobati.


4) Olah raga atau aktifitas jasmani

Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma.

Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan

faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.

2.4 Manifestasi Klinis

a. Wheezing

b. Dyspneu dengan lama ekspirasi

c. Batuk kering karena sekret kental dan lumen jalan napas sempit
d. Tachypnea, orthopnea
e. Gelisah

f. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan


g. Fatigue

h. Intoleransi aktivitas

i. Perubahan tingkat kesadaran, cemas

j. Serangan tiba-tiba/ berangsur-angsur


Tanda serangan asma :
1. Tanda awal serangan asma

- Tidak ada perbaikan dengan obat biasa


- Pemakaian obat lebih sering

- Mengi menetap
- Terlihat pucat dan agak gelisah

- Ingus encer makin banyak


2. Tanda lanjutan serangan asma

- Mengi menetap dan makin keras


- Anak mudah lelah dan gelisah
- Pemakaian obat makin sering

- Perut turun naik saat bernapas


- Anak lebih suka dalam posisi duduk

- Obat pereda serangan tidak mempan lagi


3. Tanda bahaya serangan asma

- Mengi melemah tapi sesak napas makin berat


- Anak terlihat kelelahan

- Kebiruan didaerah mulut dan sekitarnya


- Anak sangat gelisah

2.5 Klasifikasi

Pembagian asma pada anak :

a. Asma episodic yang jarang

Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus
saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun. Lamanya serangan

paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang berat. Gejala yang timbul

lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung 3-4 hari. Sedangkan batuk dapat

berlangsung 10-14 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang didapatkan pada

golongan ini.
b. Asma episodic sering
Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun, berhubungan dengan infeksi

saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.
Nbanyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari sampai

beberap minggu. Frekuensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun.

c. Asma kronik atau persisten

Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan 50 % sisanya
serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang
persisten. Pada malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi. Obstruksi jalan nafas

mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun.

Di samping tiga golongan besar di atas terdapat bentuk asma lain:


1. Asma episodic berat dan berulang

Dapat terjadi pada semua umur, biasanya berhubungan dengan infeksi virus saluran nafas. Tidak
terdapat obstruksi saluran nafas yang persisten.
2. Asma persisten pada bayi

- Mengi yang persisten dengan takipneu


- Dapat terjadi pada umur 3-12 bulan

- Mengi biasanya terdengar jelas kalau anak sedang aktif dan tidak terdengar kalau sedang
tidur.

- Beberapa anak bahkan menjadi gemuk “fat happy whezzer”


- Gambaran rontgen paru biasanya normal.

- Gejala obstruksi saluran nafas lebih banyak disebabkan oleh edema mukosa dan
hipersekresi daripada spasme ototnya.

3. Asma hipersekresi
- biasanya terdapat pada anak kecil dan permulaan anak sekolah.

- Gambaran utama serangan: batuk, suara nafas berderak (krek-krek, krok-krok), dan mengi

- Didapatkan ronki basah dan kering

4. Asma karena beban fisik (exercise induced astma)


5. Asma dengan alergen atau sensitivitas spesifik

6. Batuk malam

- terdapat pada semua golongan asma

- banyak terjadi karena inflamasi mukosa, edema dan produksi mucus banyak.

- Pada umur 2-6 tahun, gejala utama batuk malam keras dan kering, biasanya terjadi jam 1-
4 pagi.
7. Asma yang memburuk pada pagi hari (early morning dipping)

2.6 Patofisiologi
Perubahan jaringan pada asma tanpa komplikasi terbatas pada bronkus dan terdiri dari

spasme otot polos, edema mukosa, dan infiltrasi sel-sel Radang yang menetap dan hipersekresi

mucus yang kental. Keadaan ini pada orang-orang yang rentan terkena asma mudah ditimbulkan

oleh berbagai rangsangan, yang menandakan suatu keadaan hiveraktivitas bronkus yang khas.
Orang yang menderita asma memilki ketidakmampuan mendasar dalam mencapai angka aliran uadara
normal selama pernapasan (terutama pada ekspirasi). Ketidakmampuan ini tercermin dengan

rendahnya usaha ekspirasi paksa pada detik pertama, dan berdasrkan parameter yang berhubungan
aliran.

Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar
bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing

di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut :
seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal

dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.

Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan

mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Histamine yang dihasilkan

menyebabkan kontraksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histaminnya berlebihan, maka dapat
timbul spasme asmatik. Karena histamine juga merangsang pembentukan mucus dan meningkatkan

permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang intestinum paru,
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Selain itu olahraga juga

dapat berlaku sebagai suatu iritan, karena terjadi aliran udara keluar masuk paru dalam jumlah beasr
dan cepat. Udara ini belum mendapat perlembaban (humidifikasi), penghangatan, atau pembersihan

dari partikel-partikel debu secara adekuat sehingga dapat mencetuskan asma.

Pada asma, diameter bronkhiolus menjadi semakin berkurang selama ekspirasi dari pada selama

inspirasi. Hal ini dikarenakan bahwa peningkatan tekanan dalam intrapulmoner selama usaha
ekspirasi tak hanya menekan udara dalam alveolus tetapi juga menekan sisi luar bronkiolus. Oleh

karena itu pendeita asma biasanya dapat menarik nafas cukup memadai tetapi mengalami kesulitan

besar dalam ekspirasi. Ini menyebabkan dispnea, atau ”kelaparan udara”. Kapsitas sisa fungsional

paru dan volume paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma karena kesulitan

mengeluarkan udara dari paru-paru. Setelah suatu jangka waktu yang panjang, sangkar dada menjadi
membesar secara permanent, sehingga menyebabkan suatu ”barrel chest” (dada seperti tong).

2.7 Pathway
Pemeriksaan Penunjang

1. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana
diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan

spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer).
2. Uji Provokasi bronkus
Menurut Heru Sundaru dalam bukunya H.Slamet Sogiono, dkk (2001: 24-25)Dilakukan jika

spirometri normal, maka dilakukan uji provokasi bronkus dengan allergen, dan hanya dilakukan

pada pasien yang alergi terhadap allergen yang di uji.

3. Foto dada ( scanning paru)

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan

asma tidak menyeluruh pada paru-paru.


4. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E spesifik dalam sputum

Pemeriksaan Ig E dalam serum juga dapat membantu menegakkan diagnosis asma, tetapi
ketetapan diagnosisnya kurang karena lebih dari 30 % menderita alergi.

5. ABGs

Menunjukan proses penyakit kronik, sering kali PO2 menurun dan PCO2 normal atau meningkat

(bronchitis kronis dan emfisema). Sering kali menurun pada asma dengan pH normal atau

asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau

asma).
6. Darah komplit

Dapat menggambarkan adanya peningkatan eosinofil pada asma.

7. Uji kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi
yang positif pada asma.

8. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu

a. Perubahan aksis jantung,.


b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle

branch block).

c. Tanda-tanda hopoksemia,
9. Analisis gas darah

2.8 Penatalaksanaan
Penderita asma dengan serangan ringan tidak perlu dirawat inap. Rawat inap diperlukan bila

serangan berat, dengan tindakan awal tidak teratasi dan ada tanda-tanda komplikasi. Penanggulangan
asma pada anak meliputi:
a. Mencegah serangan dengan menghindari faktor pencetus

b. Mencegah serta mengatasi proses inflamasi dengan obat antiinflamasi


c. Penanggulangan edema mukosa saluran napas dengan obat antiinflamasi inhalasi secara
oral/parenteral
d. Penanggulangan sumbatan lendir dengan banyak minum, mukolitik serta lendir encer dan mudah

dikeluarkan.

e. Menciptakan kondisi jasmani yang baik meliputi kebugaran dan ketahanan fisik dengan latihan

jasmani atau senam pernapasan.

Tindakan penanggulangan :
a. Serangan akut dengan oksigen nasal/ masker

b. Terapi cairan parenteral


c. Terapi pengobatan :

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 yaitu :

1) Pengobatan non farmakologik

- Memberikan penyuluhan

- Menghindari faktor pencetus

- Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri O₂bila perlu


2) Pengobatan farmakologik

- Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.

Terbagi dalam 2 golongan:

a) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)Nama obat: Orsiprenalin


(Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).

b) Santin (teofilin)Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin

Retard), Teofilin(Amilex)Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-

hati bila minum obat ini.


- Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat
pencegahserangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma

yanglain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.


- Ketolifen, mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikandosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara
oral.

2.9 Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Arief Mansjoer (2000: 477) yang mungkin timbul adalah :

1. Pneumo thoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai bila
terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih

lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan nafas.Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2


meningkat. Orang asma tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang
dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan m
ukus yang kental.

2. Status Asmatikus

Status asmatikus adalah suatu serangan asma yang sangat berat, berlangsung dalam beberapa

jam smapai beberapa hari yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim dan

dapat mengakibatkan kematian.


Factor penyebab :

- Infeksi saluran nafas


- Pencetus serangan ( allergen, obat- obatan, infeksi)

- Kontraksi otot polos

- Edema mukosa

- Hipersekresi

3. Emfisema kronik

Adanya pengisian udara berlebih dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang
mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi

lebih sukar dari pada pemasukannya.

4. Ateleltaksis

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.

5. Aspergilosis

Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat oleh

adanya gangguan pernafasan yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan
adanya infeksi Aspergillus sp.Aspergilosis Bronkopulmoner Alergika (ABPA) adalah suatu reaksi

alergi terhadap jamur yang disebut aspergillus, yang menyebabkan peradangan pada saluran
pernafasan dan kantong udara.
6. Gagal nafas

7. Bronchitis
Bronkhitis adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam di paru-paru yang kecil mengalami

bengkak dan terjadi peningkatan produksi dahak. Akibatnya penderita merasa perlu batuk
berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan.

2.10 Pencegahan
Secara skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai berikut:

Sehubungan dengan
asal-usul tersebut, upaya pencegahan asma dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Pencegahan primer

Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah sensitisasi pada bayi dengan risiko asma (orangtua

asma), dengan cara :

a. Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa perkembangan bayi/anak

b. Diet hipoalergenik ibu hamil, asalkan / dengan syarat diet tersebut tidak mengganggu asupan
janin

c. Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan


d. Diet hipoalergenik ibu menyusui

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak yang telah tersentisisasi dengan

cara menghindari pajanan asap rokok, serta allergen dalam ruangan terutama tungau debu rumah.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah manifestasi asma pada anak yang telah

menunjukkan manifestasi penyakit alergi. Sebuah penelitian multi senter yang dikenal dengan nama

ETAC Study (early treatment of atopic children) mendapatkan bahwa pemberian Setirizin selama 18

bulan pada anak atopi dengan dermatitis atopi dan IgE spesifik terhadap serbuk rumput (Pollen) dan
tungau debu rumah menurunkan kejadian asma sebanyak 50%. Perlu ditekankan bahwa pemberian
setirizin pada penelitian ini bukan sebagai pengendali asma (controller).

2.11 Cara Penularan


Pada umumnya penularan penyakit asma lebih disebabkan oleh faktor debu. Kota-kota besar

dapat memicu penduduknya untuk terkena penyakit asma 50% lebih besar dibandingkan penduduk
yang tinggal di pedesaan atau kampung-kampung. Karena debu dari pembuangna gas emisi karbpn
dapat membuat orang yang menghirupnya menjadi sesak dan sangat sulit bernafas. Selain iti asap

rokok juga dapat memicu timbulnya penyakti asma.Sebetulnya asma bukan penyakit yang menular,
melainkan biasanya ditularkan secara genetik da erat kaitanya dengan faktor alergi.
Namun, seringkali penyakit asma mempunyai komplikasi berupa radang atau infeksi saluran
pernafasan infeksi saluran pernafasan inilah yang dapat menular ke orang disekitar melalui

udara.Fenomena penyakit asma saat ini jauh meningkat, diperkirakan ada 300 juta kasus penyakit

asma terjadi di dunia. Penyebabnya bukan karena penyakti ini menular, tetapi meningkatnya faktor

allergens, sesuatu yang memicu alergi, dilingkungan kita seperti polusi udara dan lain-lain yang

dapat memicu timbulnya serangan asma.

1) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan spirometri

Pemeriksaan spirometridilakukan sebelum dansesudah pemberian bronkodilator

aerosol(inhalerataunebulizer) golongan adrenergik.Peningkatan FEV1atau FVC sebanyak

>20% menunjukkan diagnosis Asma.

b. Pemeriksaan tes kulit

Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE yang spesifik dalam tubuh.


c. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaanradiologidilakukanbila ada kecurigaanterhadap proses patologik diparu atau

komplikasiAsma, seperti pneumothorak, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain.


d. Pemeriksaan analisagasdarah
Pemeriksaananalisa gasdarahhanya dilakukanpada penderita dengan serangan

Asmaberat.

e. Pemeriksaan sputum

Untuk melihat adanyaeosinofil, kristal CharcotLeyden, spiral Churschmann, pemeriksaan


sputum penting untuk menilai adanyamiselium Aspergilus fumigatus.

f. Pemeriksaan eosinofil
Pada penderita Asma,jumlaheosinofiltotaldalamdarahsering meningkat. Jumlah eosinofil

total dalam darah membantu untuk membedakan AsmadariBronchitis kronik.


DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management and Prevension In Children.

www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org

Kelompok V. Asuhan keperawatan Asma Bronkhial Pada Klien Ny. P di Ruanmg Nilam (Penyakit Dalam) Rumah
Sakit dr. H. M Anshari Sahaleh Banjarmasin Program Studi D3. Keperawatan 2009.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Price, Silvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta: EGC

Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial Pada Anak .
Semarang: Universitas Diponegoro

Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardio Vaskuler. Malang :

Hak Terbit UMM Press

Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM

Anda mungkin juga menyukai