Disusun Oleh:
3. Ranitasari (P17420213024)
Tingkat 2A / Semester IV
PENDAHULUAN
episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada terutama pada
malam hari atau dini hari yan umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan.
Penyakit asma berasal dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “sukar
bernapas.” Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi yang
disebabkan oleh penyempitan saluran napas.Banyak kasus-kasus penyakit asma di masyarakat
yang tidak terdiagnosis, yangsudah terdiagnosis pun belum tentu mendapatkan pengobatan
secara baik.
lainyang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku dan permasalahan
kesehatan lainnya,Penyakit asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab,
dimanayang paling sering karena faktor atopi atau alergi. Faktor-faktor penyebab dan
pemicu penyakit asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok,asap
obat nyamuk, dan lain-lain.Penyakit ini merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua
orang tua,kakek atau nenek anak menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anak.
Prof Dr. dr Heru Sundaru, Sp.PD, KAI, Guru Besar Tetap FKUI menjelaskan, “penyakitasma bukan
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 300 juta orang didunia mengidap
penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit asma pada tahun 2005 lalu. Hasil
penelitian International Study on Asthma and Alergies inChildhood pada tahun yang sama
menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2%
menjadi 5,4 %.Penyakit asma tidak dapat disembuhkan dan obat-obatan yang ada saatini
hanya berfungsi menghilangkan gejala.
Namun, dengan mengontrol penyakit asma, penderita penyakit asma bisa bebas dari gejala
hari.Mengingat banyaknya faktor risiko yang berperan, maka prioritas pengobatan penyakit
asma sejauh ini ditujukan untuk mengontrol gejala. Kontrol yang baik inidiharapkan dapat
2.1 Pengertian
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respontrakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat
berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin,2008).
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001)
Asma bronchial adalah penyakit pernafasan objektif yang ditandai oleh spasme akut otot
polos bronkus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus.
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat
berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa asma bronchial adalah suatu penyakit
gangguan jalan nafas obstruktif yang bersifat reversible, ditandai dengan terjadinya penyempitan
bronkus, reaksi obstruksi akibat spasme otot polos bronkus, obstruksi aliran udara, dan penurunan
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang dan dipisahkan oleh
sekat hidung. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan
kotoran yang masuk ke dalamlubang hidung.
b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan,
terdapat dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara. Terletak dibagian depan faring. Pangkal tenggorokan ini dapat ditutup oleh epiglottis yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi menutupi laring pada waktu kita menelan
makanan.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus kanan lebih pendek
dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri
lebih panjang dan lebih ramping, terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Bronkus
bercabang-cabang lagi menjadi lebih kecil disebut bronkiolus. Pada bronkiolus tidak terdapat
cincin lagi dan pada ujung bronkiolus terdapat gelembung paru atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang berfungsi untuk pertukaran gas O2 dan CO2. Paru-
paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri yang terdiri
dari 2 lobus. Letak paru-paru dirongga dada menghadap ke tengah rongga dada (kavum
mediastinum). Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleura.
Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.Pada pernapasan melalui paru-
paru atau pernapasan externa, oksigen berasal dari udara yang masuk melalui hidung dan mulut,
pada waktu bernapas, oksigen masuk melaui trakhea dan pipa bronkhial ke alveoli dan mempunyai
hubungan yang erat dengan darah di dalam kapilerpulmonalis.Hanya satu lapisan membran yaitu
membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini
dan diangkut oleh haemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung kemudian dipompa oleh
arteri ke seluruh bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg
dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen
Di dalam paru-paru, karbon dioksida menembus membran alveoli-kapiler dari kapiler darah
ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dikeluarkan melalui hidung dan mulut.
Pernapasan jaringan atau pernapasan interna, darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya
dengan oksige, mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak
sangat lambat. Sel jaringan mengangkut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen
berlangsung dan darah menerima, sebagai gantinya, hasil buangan oksidasi, yaitu karbon dioksida.
2.3 Etiologi
Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomenahiperaktivitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadaprangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun
rangsangan ataufaktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:
1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan olehalergen atau alergen yang dikenal
seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristikdari bentuk alergik dan non-
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi danpresipitasi timbulnya serangan Asma
Bronkhial yaitu :
a. Faktor predisposisi
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belumdiketahui bagaimana cara
penurunannya yang jelas. Penderitadengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat
jugamenderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah terkena
penyakit Asma Bronkhial jikaterpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas
1) Alergen
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,bakteri dan polusi.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin seringmempengaruhi Asma. Atmosfir yang
mendadak dinginmerupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang-kadang
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetusserangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbulharus
segera diobati penderita asma yang mengalami stres ataugangguan emosi perlu diberi
nasehat untuk menyelesaikanmasalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma.
Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien dengan
a. Wheezing
c. Batuk kering karena sekret kental dan lumen jalan napas sempit
d. Tachypnea, orthopnea
e. Gelisah
h. Intoleransi aktivitas
- Mengi menetap
- Terlihat pucat dan agak gelisah
2.5 Klasifikasi
Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus
saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun. Lamanya serangan
paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang berat. Gejala yang timbul
lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung 3-4 hari. Sedangkan batuk dapat
berlangsung 10-14 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang didapatkan pada
golongan ini.
b. Asma episodic sering
Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun, berhubungan dengan infeksi
saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas.
Nbanyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari sampai
beberap minggu. Frekuensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun.
Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan 50 % sisanya
serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang
persisten. Pada malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi. Obstruksi jalan nafas
Dapat terjadi pada semua umur, biasanya berhubungan dengan infeksi virus saluran nafas. Tidak
terdapat obstruksi saluran nafas yang persisten.
2. Asma persisten pada bayi
- Mengi biasanya terdengar jelas kalau anak sedang aktif dan tidak terdengar kalau sedang
tidur.
- Gejala obstruksi saluran nafas lebih banyak disebabkan oleh edema mukosa dan
hipersekresi daripada spasme ototnya.
3. Asma hipersekresi
- biasanya terdapat pada anak kecil dan permulaan anak sekolah.
- Gambaran utama serangan: batuk, suara nafas berderak (krek-krek, krok-krok), dan mengi
6. Batuk malam
- banyak terjadi karena inflamasi mukosa, edema dan produksi mucus banyak.
- Pada umur 2-6 tahun, gejala utama batuk malam keras dan kering, biasanya terjadi jam 1-
4 pagi.
7. Asma yang memburuk pada pagi hari (early morning dipping)
2.6 Patofisiologi
Perubahan jaringan pada asma tanpa komplikasi terbatas pada bronkus dan terdiri dari
spasme otot polos, edema mukosa, dan infiltrasi sel-sel Radang yang menetap dan hipersekresi
mucus yang kental. Keadaan ini pada orang-orang yang rentan terkena asma mudah ditimbulkan
oleh berbagai rangsangan, yang menandakan suatu keadaan hiveraktivitas bronkus yang khas.
Orang yang menderita asma memilki ketidakmampuan mendasar dalam mencapai angka aliran uadara
normal selama pernapasan (terutama pada ekspirasi). Ketidakmampuan ini tercermin dengan
rendahnya usaha ekspirasi paksa pada detik pertama, dan berdasrkan parameter yang berhubungan
aliran.
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar
bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing
di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut :
seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Histamine yang dihasilkan
menyebabkan kontraksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histaminnya berlebihan, maka dapat
timbul spasme asmatik. Karena histamine juga merangsang pembentukan mucus dan meningkatkan
permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang intestinum paru,
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Selain itu olahraga juga
dapat berlaku sebagai suatu iritan, karena terjadi aliran udara keluar masuk paru dalam jumlah beasr
dan cepat. Udara ini belum mendapat perlembaban (humidifikasi), penghangatan, atau pembersihan
Pada asma, diameter bronkhiolus menjadi semakin berkurang selama ekspirasi dari pada selama
inspirasi. Hal ini dikarenakan bahwa peningkatan tekanan dalam intrapulmoner selama usaha
ekspirasi tak hanya menekan udara dalam alveolus tetapi juga menekan sisi luar bronkiolus. Oleh
karena itu pendeita asma biasanya dapat menarik nafas cukup memadai tetapi mengalami kesulitan
besar dalam ekspirasi. Ini menyebabkan dispnea, atau ”kelaparan udara”. Kapsitas sisa fungsional
paru dan volume paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma karena kesulitan
mengeluarkan udara dari paru-paru. Setelah suatu jangka waktu yang panjang, sangkar dada menjadi
membesar secara permanent, sehingga menyebabkan suatu ”barrel chest” (dada seperti tong).
2.7 Pathway
Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana
diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan
spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer).
2. Uji Provokasi bronkus
Menurut Heru Sundaru dalam bukunya H.Slamet Sogiono, dkk (2001: 24-25)Dilakukan jika
spirometri normal, maka dilakukan uji provokasi bronkus dengan allergen, dan hanya dilakukan
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan
Pemeriksaan Ig E dalam serum juga dapat membantu menegakkan diagnosis asma, tetapi
ketetapan diagnosisnya kurang karena lebih dari 30 % menderita alergi.
5. ABGs
Menunjukan proses penyakit kronik, sering kali PO2 menurun dan PCO2 normal atau meningkat
(bronchitis kronis dan emfisema). Sering kali menurun pada asma dengan pH normal atau
asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau
asma).
6. Darah komplit
7. Uji kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi
yang positif pada asma.
8. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
branch block).
c. Tanda-tanda hopoksemia,
9. Analisis gas darah
2.8 Penatalaksanaan
Penderita asma dengan serangan ringan tidak perlu dirawat inap. Rawat inap diperlukan bila
serangan berat, dengan tindakan awal tidak teratasi dan ada tanda-tanda komplikasi. Penanggulangan
asma pada anak meliputi:
a. Mencegah serangan dengan menghindari faktor pencetus
dikeluarkan.
e. Menciptakan kondisi jasmani yang baik meliputi kebugaran dan ketahanan fisik dengan latihan
Tindakan penanggulangan :
a. Serangan akut dengan oksigen nasal/ masker
- Memberikan penyuluhan
2.9 Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Arief Mansjoer (2000: 477) yang mungkin timbul adalah :
1. Pneumo thoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai bila
terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih
2. Status Asmatikus
Status asmatikus adalah suatu serangan asma yang sangat berat, berlangsung dalam beberapa
jam smapai beberapa hari yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim dan
- Edema mukosa
- Hipersekresi
3. Emfisema kronik
Adanya pengisian udara berlebih dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang
mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi
4. Ateleltaksis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
5. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat oleh
adanya gangguan pernafasan yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan
adanya infeksi Aspergillus sp.Aspergilosis Bronkopulmoner Alergika (ABPA) adalah suatu reaksi
alergi terhadap jamur yang disebut aspergillus, yang menyebabkan peradangan pada saluran
pernafasan dan kantong udara.
6. Gagal nafas
7. Bronchitis
Bronkhitis adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam di paru-paru yang kecil mengalami
bengkak dan terjadi peningkatan produksi dahak. Akibatnya penderita merasa perlu batuk
berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan.
2.10 Pencegahan
Secara skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai berikut:
Sehubungan dengan
asal-usul tersebut, upaya pencegahan asma dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah sensitisasi pada bayi dengan risiko asma (orangtua
a. Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa perkembangan bayi/anak
b. Diet hipoalergenik ibu hamil, asalkan / dengan syarat diet tersebut tidak mengganggu asupan
janin
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak yang telah tersentisisasi dengan
cara menghindari pajanan asap rokok, serta allergen dalam ruangan terutama tungau debu rumah.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah manifestasi asma pada anak yang telah
menunjukkan manifestasi penyakit alergi. Sebuah penelitian multi senter yang dikenal dengan nama
ETAC Study (early treatment of atopic children) mendapatkan bahwa pemberian Setirizin selama 18
bulan pada anak atopi dengan dermatitis atopi dan IgE spesifik terhadap serbuk rumput (Pollen) dan
tungau debu rumah menurunkan kejadian asma sebanyak 50%. Perlu ditekankan bahwa pemberian
setirizin pada penelitian ini bukan sebagai pengendali asma (controller).
dapat memicu penduduknya untuk terkena penyakit asma 50% lebih besar dibandingkan penduduk
yang tinggal di pedesaan atau kampung-kampung. Karena debu dari pembuangna gas emisi karbpn
dapat membuat orang yang menghirupnya menjadi sesak dan sangat sulit bernafas. Selain iti asap
rokok juga dapat memicu timbulnya penyakti asma.Sebetulnya asma bukan penyakit yang menular,
melainkan biasanya ditularkan secara genetik da erat kaitanya dengan faktor alergi.
Namun, seringkali penyakit asma mempunyai komplikasi berupa radang atau infeksi saluran
pernafasan infeksi saluran pernafasan inilah yang dapat menular ke orang disekitar melalui
udara.Fenomena penyakit asma saat ini jauh meningkat, diperkirakan ada 300 juta kasus penyakit
asma terjadi di dunia. Penyebabnya bukan karena penyakti ini menular, tetapi meningkatnya faktor
allergens, sesuatu yang memicu alergi, dilingkungan kita seperti polusi udara dan lain-lain yang
1) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan spirometri
Asmaberat.
e. Pemeriksaan sputum
f. Pemeriksaan eosinofil
Pada penderita Asma,jumlaheosinofiltotaldalamdarahsering meningkat. Jumlah eosinofil
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management and Prevension In Children.
Kelompok V. Asuhan keperawatan Asma Bronkhial Pada Klien Ny. P di Ruanmg Nilam (Penyakit Dalam) Rumah
Sakit dr. H. M Anshari Sahaleh Banjarmasin Program Studi D3. Keperawatan 2009.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Price, Silvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta: EGC
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial Pada Anak .
Semarang: Universitas Diponegoro
Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardio Vaskuler. Malang :
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM